TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Wijayanti.
Rahayu , 2016). Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan
kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif
(PPRI NO. 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan social lanjut
Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia
tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat
promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut
2. Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Ini
merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini dimulai sejak lahir dan
umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Sumedi. Taat , 2016). Menjadi Tua (MENUA)
adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school, school, remaja, dewasa
dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Sumedi . Taat ,
2016).
Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. (Sumedi . Taat , 2016).
b. Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
1) Young old (usia 70-75)
3. Menurut Bee (1996) dalam padila (2015), bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai
berikut :
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas, dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut
Undang-Undang tersebut di atas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke
Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang
tidak seragam. Proses menua bersifat individual, dimana proses menua pada setiap orang terjadi
dengan usia yang berbeda, dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dalam mencegah proses
menua. Adakalanya seseorang belum tergolong tua (masih muda) tetapi telah menunjukan
kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang tergolong lanjut usia penampilannya masih
sehat, bugar, badan tegap, akan tetapi meskipun demikian harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya, hipertensi, diabetes, rematik, asam urat,
Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak semuanya bisa
diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk kelompok
1) Teori biologis
Menurut Hay ick (1965) dalam (Sumedi . Taat , 2016) , secara genetik sudah terprogram
bahwa material didalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan
frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki
harapan hidup (life span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan
maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali,
Kolagen yang merupakan usur penyusunan tulang diantaranya susunan molekular, lama
kelamaan akan meningkat kekakuanya (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel-sel
yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat. (Sumedi . Taat ,
2016).
secara fisik.
d) Teori imunologi
a. Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat di produksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah.
b.System immune menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan
responsibilitas.
e) Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal kelebihan usaha dan stress
2) Teori psikososial
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai dalam tiap tahap
pencapaiannya. Hasil akhir dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusasaan
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap bertahan secara stabil.
Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak. (Sumedi . Taat ,
2016).
3) Teori Sosiokultural
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsuran-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda
meliputi :
1. Kehilangan peran
3. Berkurangnya komitmen.
b. Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia
merasakan kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas tersebut selama mungkin.
Adapun kualitas aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang dilakukan
1. Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut yang behubungan dengan
2. Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif, dengan intervensi
1) Sel
Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2) Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi
dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
3) Respirasi
Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu
meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,
4) Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan
waktu bereaksi khususnya yang berhubungan denganstress. Berkurang atau hilangnya lapisan
5) Muskuluskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi
6) Gastrointestinal
Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun dan peristaltik menurun sehingga
daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun
7) Pendengaran
mengalami kekakuan.
8) Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun,
9) Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun,
kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.
B. Konsep Dasar Hipertensi
1. Definisi hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara
abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu
atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagai mana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah normal (Wijaya dan Putri, 2013). Hipertensi merupakan suatu kondisi tekanan
darah yang meningkat pada sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg
(Purnamasri . Diah ,2017). Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi
ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten yang diukur paling sedikit dua kali
kunjungan. Satu kali pengukuran tekanan darah tidak memenuhi syarat sebagai diagnosis
hipertensi (Potter and Perry, 2005). Jadi dapat disimpukan hipertensi merupakan suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah persisten dengan tekanan darah sistolik di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg yang diukur paling sedikit dalam dua kali
2. Klasifikasi hipertensi
Menurut Join National Comitten on Detection Evolution and Treatment of High Blood Pressure
VIII dalam Bell et al., (2015) mengklasifikasikan tekanan darah pada orang dewasa berusia 18
3. Penyebab hipertensi
Penyebab hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu hipertensi primer
(essensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang belum
diketahui penyebabnya dialami pada 90% penderita hipertensi sedangkan 10% sisanya
disebabkan karena hipertensi sekunder dimana hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang
terjadi akibat penyebab yang jelas . Meskipun hipertensi primer penyebabnya belum diketahui
namun diperkirakan hipertensi primer disebabkan karena faktor keturunan, ciri perseorangan,
dan kebiasaan hidup. Hipertensi sekunder disebabkan karena penyakit ginjal seperti stenosis
arteri renalis, gangguan hormonal seperti feokromositoma, obat-obatan seperti kontrasepsi oral,
dan penyebab lain seperti kehamilan, luka bakar, tumor otak dll (Aspiani, 2015).
dan faktor yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain umur, jenis
kelamin, dan genetik. Faktor risiko yang dapat diubah antara lain kebiasaan merokok, konsumsi
serat, stres, aktivitas fisik, konsumsi garam, kegemukan, kebiasaan konsumsi alkohol dan
hipertensinya sudah bertahun-tahun dan tidak diobati bisa menimbulkan gejala seperti sakit
kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur . (Purnamasri .
Diah, 2017).
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat memengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
yang kemudian diubah menjadi angiotensin I, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
7. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Terapi farmakologis
Berbagai penelitian klinis membuktikan bahwa, obat anti hipertensi yang diberikan tepat
waktu dapat menurunkan kejadian stroke hingga 35-40 %, infark miokard 20-25 %, dan gagal
jantung lebih dari 50 %. Obat-obatan yang diberikan untuk penderita hipertensi meliputi diuretik,
Diuretik merupakan pengobatan hipertensi yang pertama bagi kebanyakan orang dengan
Pengelolaan diet yang sesuai terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Manajemen diet bagi penderita hipertensi yaitu membatasi gula, garam, cukup buah,
sayuran, makanan rendah lemak, usahakan makan ikan berminyak seperti tuna, makarel dan
Hipertensi erat hubungannya dengan kelebihan berat badan. Mengurangi berat badan dapat
menurunkan tekanan darah karena mengurangi kerja jantung dan volume sekuncup (Aspiani,
2015). Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dianjurkan untuk
menurunkan berat badan hingga mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m2, lingkar pinggang <90
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang dan bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kinerja jantung (Aspiani, 2015). Senam aerobik
atau jalan cepat selama 30-45 menit lima kali perminggu dapat menurunkan tekanan darah baik
sistol maupun diastol. Selain itu, berbagai cara relaksasi seperti meditasi dan yoga merupakan
4) Berhenti Merokok
Berhenti merokok dapat mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
yang mengandung zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok dapat menurunkan aliran darah ke bebagai organ dan meningkatkan kerja jantung
(Aspiani, 2015).
Mengurangi konsumsi alkohol dapat menurunan tekanan darah sistolik. Sehingga penderita
6) Mengurangi stres
Stres dapat memicu penurunan aliran darah ke jantung dan meningkatkan kebutuhan
oksigen ke berbagai organ sehingga meningkatkan kinerja jantung, oleh karena itu dengan
8. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah yang tidak terkontrol dan tidak segera diatasi dalam jangka panjang akan
mengganggu pembuluh darah arteri dalam mensuplai darah ke organ-organ diantaranya jantung,
otak, ginjal dan mata. Hipertensi yang tidak terkontrol berakibat komplikasi pada jantung
meliputi infark jantung dan pembesaran ventrikel kiri dengan atau tanpa payah jantung.
Hematuria (urine yang disertai darah) dan oliguria (kencing sedikit) merupakan komplikasi
hipertensi pada ginjal. Komplikasi hipertensi juga dapat terjadi pada mata berupa
retinopati hipertensi. Stroke dan euchephalitis merupakan penyakit yang terjadi pada organ otak
sebagai akibat hipertensi yang tidak ditangani dalam waktu lama . (Purnamasri . Diah, 2017).
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu :
mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang
berhubungan dengan hipertensi meliputi tingkat kesadaran, hasil tandatanda vital, frekuensi
pengkajian primer (primary assesment). Pengkajian primer dengan data subjektif yang
didapatkan yaitu : adanya keluhan sakit kepala, pusing, leher tegang. Keluhan penyakit ini :
b. Riwayat penyakit terdahulu : adanya penyakit jantung atau riwayat penyakit hipertensi,
kebiasaan makan-makanan kalium, kebiasaan minum alkohol, dan rokok, stress. Data
obyektif : airway adanya perubahan pola nafas (abnea yang diselingi oleh hiperventilasi).
c. Jalan nafas normal. Breathing (pernapasan) dilakukan auskultasi dada terdengar normal,
irama nafas teratur. Respiration rate ≤ 22x/menit. Sirkulation adanya perubahan tekanan
Disability adanya lemah/lelah, pusing, mual, muntah. Pengkajian sekunder terdiri dari
keluhan utama yaitu adanya penurunan kesadaran, perubahan fungsi gerak, perubahan
d. Riwayat sosial dan medis yaitu riwayat penggunaan dan penyalahgunaan alkohol
dan adanya riwayat darah tinggi tak terkontrol. Pada sirkulasi adanya peningkatan nadi, irama,
denyut nadi kuat, ekstrenitas teraba hangat/dingin warna kulit sianosis, pucat, kemerahan,
capylaryrefiltime ≤ 2 detik, adanya edema pada muka, tangan, tungkai adanya perubahan,
plaeliminasiuri dan fekal, penurunan nafsu makan, muntah. Pengobatan sebelum ke puskesmas
yaitu mengidentifikasi penggunaan obat-obatan, perubahan pada diet, penggunaaan obat yang
dijual bebas. Setelah melakukan pengkajian primer dan sekunder selanjutnya melakukan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini meliputi yang pertama pemeriksaan tingkat kesadaran
sebagai indikator yang paling awal dari perubahan status dan keadaan neurologis, juga
peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan sakit kepala, mual muntah dan pemeriksaan
skala pengukuran otot diukur dengan (0) kontraks otot tidak terdeteksi, (1) kejadian yang
hampir tidak terdeteksi atau bebas kontraksi dengan observasi atau palpasi, (2) pergerakan aktif
bagian tubuh dengan mengeliminasi gravitasi, (3) pergerakan aktif hanya melawan gravitasi
dan tidak melawan tahanan, (4) pergerakan aktif melawan gravitasi dan sedikit melawan
tahanan, (5) pergerakan aktif melawan tahanan penuh tanpa adanya kelelahan otot (kekuatan
menggunakan level kesadaran kuantitatif yaitu composmentis yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Apatis yaitu
keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. Stupor (spoor,
koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri. Coma (comatose)
yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak bisa respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon
kornea maupun refleks muntah, mungkin tidak ada respon pupil terhadap cahaya) dengan
glasgowcoma scale (GCS), respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu rekasi
membuka mata, bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score)
dengan rentang angka 1-6 tergantung responnya. Eye (respon membuka mata) : (4) : spontan,
(3) : dengan rangsangan suara (suruh pasien membuka mata) (2) : dengan rangsangan nyeri
(berikan rangsangan nyeri misalnya menekan kuku jari), (1) : tidak ada respon. Verbal (respon
verbal) : (5) orientasi baik, (4) : bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang)
disorientasi tempat dan waktu, (3) : kata-kata saja. (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih
jelas, namun tidak dalam satu kalimat, (2) : suara tanpa arti (mengerang), (1) : tidak ada respon.
Motorik (respon motorik) : (6) mengikuti perintah, (5) melokalisir nyeri (menjangkau dan
menjauhkan stimulus saat diberi rangsangan nyeri (4) menghindari/menarik ektrenitas atau
tubuh mejauhi stimulus saat diberi rangsangan nyeri, (3) fleksiabnormal (tangan satu atau
kedua posisi kaku diatas dada dan kaki ekstensi saat diberi rangsangan nyeri, (2) ekstensi
apnormal (tangan satu atau keduanya ekstensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal dan kaki
ekstensi saat diberi rangsangan nyeri), (1) tidak ada respon. Hasil pemeriksaan tingkat
kesadaran berdasarkan Glasglow coma scale disajikan dalam simbol EVM. Selanjutnya nilai
nilai dijumlahkan, nilai tertinggi adalah 15 yaitu Eyes 4, verbal 5, motorik 6 dan terendah
adalah 3 eye 1, verbal 1, motorik 1. Ketika pengkajian status mental dimana alat yang paling
sering digunakan untuk mengkaji fungsi kognitif mini mental state exmination (MMSE).
f. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan hipertensi adalah: 1. Risiko
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (Iskemia). 3.Potensial perubahan perfusi
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit (Purnamasri . Diah,
2017)
g. Intervensi .keperawatan
vasokontriksi. Goal : Efektifitas pompa jantung normal dengan kriteria hasil : vital sign dalam
rentang normal, dapat mentoleransi aktifitas, tidak ada kelelahan. Intervensi : 1. Monitor vital
sign tekanan darah,nadi, respirasi, suhu. Rasional : Untuk mengetahui perkembangan ada
dalam darah yang merupakan gejala dari berbagai penyakit jantung dan paru-paru.
3. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign. Rasional : Respon tubuh terhadap kecemasan
4. Monitor status respirasi, Rasional : Status respirasi yang buruk bisa saja disebabkan oleh
5. Auskultasi bunyi napas : bunyi tambahan dan bunyi jantung : murmur. Rasional : Adanya
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (Iskemia) Goal : Nyeri hilang atau
berkurang selama perawatan dengan kriteria hasil : Wajah rilkes skala nyeri menurun sampai
frekuensi.
gangguan sirkulasi. Goal : Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan yang normal selama
dalam perawatan dengan kriteria hasil tidk ada keluhan sakit kepala, pusing, tekanan darah
dalam batas normal. Intervensi : 1. Pertahankan tirah baring. 2. Amati adanya hipotensi
mendadak. 3. Ukur cairan masuk dan keluar. 4. Ambulasi sesuai kemampuan : dari kelelahan. 4)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit Goal :
Memahami proses penyakit dengan kriteria hasil : pasien mengatakan pemahaman tentang
penyakit, pasien mampu menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan oleh tim kesehatan.
hipertensi. 2. Jelaskan tanda dan gejala hipertensi. Rasional : mengetahui tanda dan gejala
hipertensi. 3. Jelaskan hal hal/kebiasaan yang harus dihindari. Rasional : mengetahui dan mampu
h. Implementasi Untuk iplementasi, disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan
sesuai diagnosa. Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini perawat yang akan
memberikan perawatan kepada pasien dan sebaiknya tidak bekerja sendiri tetapi juga
melibatkan tenaga medis yang lain untuk memenuhi kebutuhan pasien (Padila 2013). 1. Risiko
adanya sianosis perifer apakah ada nampak warna kebiruan pada kuku jari tangan dan kaki,
mengidentifikasi penyebab dari perubahan vital sign seperti adanya kecemasan dan kelelahan. 2.
Nyeri akut berhubungan denga agen cidera biologis (Iskemik) melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi. Mengobservasi reaksi non
verbal dari ketidak nyamanan, mengajarkan teknik non farmakologi (relaksasi, distraksi),
mengamati adanya hipotensi mendadak, mengukur cairan masuk dan keluar, menganjurkan
dengan kurang informasi tentang proses penyakit. Menjelaskan patofisiolagi dari penyakit
hipertensi, menjelaskan tanda dan gejala dari hipertensi, menjelaskan hal hal/kebiasaan yang
harus dihindari seperti batasi mengkomsumsi garam hanya ½ sendok teh/hari, dari makanan yang
i. Evaluasi
Tahap penilaianatau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan tenaga medis yang lain agar mencapai tujuan/kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Evaluasi pada asuhan keperawatan dilakukan secara sumatif dan formatif.
memopa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Yueniwati. Yuyun , 2015).
Penurunan curah jantung merupakan suatu keadaan dimana ketidakadekuatan jantung memopa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). .
2. Etiologi
Etiologi dari penurunan curah jantung pada gagal jantung kongestif (Yueniwati. Yuyun ,
2015).
a. Perubahan irama jantung
c. Perubahan kontraktilitas
d. Perubahan preload
e. Perubahan afterload
3. Patofisiologi
Gagal jantung kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Gagal
gerakan abnormal pada dinding jantung, daya kembang ruang jantung menjadi berubah, dan
ventrikel tidak mampu memompa darah keluar sebanyak yang masuk selama diastole .
Hal ini menyebabkan volume akhir diastolik atau biasa disebut dengan preload pada ventrikel
secara progresif meningkat. Seiring dengan peningkatan preload, sel-sel otot ventrikel
mengalami peregangan melebihi batas panjang optimalnya. Tegangan yang dihasilkan menjadi
berkurang karena ventrikel teregang oleh darah. Semakin berlebih beban awal dari ventrikel,
semakin sedikit darah yang dapat dipompa keluar, sehingga afterload menurun. Akibatnya
volume sekuncup, curah jantung dan tekanan darah turun (Yueniwati. Yuyun , 2015).
Faktor sebagai penyebab tersering kegagalan pompa jantung pada gagal jantung kongestif adalah
penyakit hipertensi, penyakit jantung bawaan, diabetes mellitus dan kardiomiopati. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa diantara faktor tersebut, risiko tinggi bermula pada hipertensi sebanyak 75%.
Berdasarkan studi dari Framingham, gagal jantung rata-rata terjadi pada laki-laki dan perempuan
yang rasio setiap tahunnya 10 per 1000 populasi dengan usia diatas 65 tahun Faktor pencetus
terjadinya penyakit gagal (Yueniwati. Yuyun , 2015). jantung yaitu peningkatan asupan garam,
ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung, serangan hipertensi, aritmia akut,
infeksi atau demam, anemia, emboli paru, tirotoksikosis, kehamilan dan endokarditis infektif
(Aspiani, 2015).
4. Manifestasi Klinis
jantung yaitu :
b. Perubahan preload
Pasien mengeluh lelah, terdapat edema, distensi vena jugularis dan pembersaran organ
hati .
c. Perubahan afterload
Pasien mengalami dyspnea (sesak nafas), tekanan darah menurun, capillary refill time > 3
d. Perubahan kontraktilitas
Pasien mengalami paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), kesulitan bernafas dalam posisi
telentang (ortopnea), batuk, terdengar suara jantung (S3 dan S4) dan fraksi ejeksi menurun.
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
relaksai, untuk mendapat perasaan relaksasi (Tanjudin. Istiana , 2019). Relaksasi progresif
merupakan kombinasi latihan pernafasan yang terkontrol dengan angkaian kontraksi serta
relaksasi otot Relaksasi progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang memerlukan
1) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi,
3) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
6) Mengatasi insomnia
7) Membangun emosi dari emosi negatif
Relaksasi progresif memberikan hasil yang memuaskan dalam program terapi terhadap
ketegangan otot, menurunkan ansietas, memfalisitasi tidur, depresi, mengurangi kelelahan, kram
otot, nyeri pada leher dan punggung, menurunkan tekanan darah tinggi, fobia ringan serta
meningkatkan konsentrasi. Target yang tepat dan jelas dalam memberikan relaksasi progresif
pada keaadaan yang memiliki respon ketegangan otot yang cukup tinggi dan membuat tidak
Dalam melakukan relaksasi progresif hal yang paling penting dikenali adalah ketegangan otot,
ketika otot berkontraksi (tegang) maka rangsangan akan disampaikan ke otak melalui jalur saraf
afferent. Tenson merupakan kontraksi dari serat otot rangka yang menghasilkan sensasi
tegangan. Relaksasi adalah pemanjangan dari serat otot tersebut yang dapat menghilangkan
dilanjutkan dengan merasakan relaks, ini merupakan sebuah prosedur umum untuk
mengidentifikasi lokalisasi, relaksasi dan merasakan perbedaan antara keadaan tegang (tension)
dan relaksasi yang akan diterapkan pada semua kelompok otot utama.
1) Pengertian :
Relaksasi progresif adalah memusatkan suatu perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
2) Tujuan Terapi : Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan
darah tinggi, frekuensi jantung, dan laju metabolik (Tanjudin. Istiana , 2019).
3) Persiapan
b) Musik lembut
4) Pelaksanaan
3) Meminta klien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskan nafas dengan
panjang
dengan panjang
,menekan lidah pada langit-langit mulut, mengatupkan rahang kuat-kuat, bibir dimonyongkan
kedepan dan tetaplah tegang selama 5 detik, hembuskan nafas perlahan dan kendurkan secara
7) Meminta pasien untuk memutar kepala kebahu kanan, dan putar kepala kebahu kiri
8) Mengangkan kedua bahu seolah ingin menyentuh telinga, mengangkat bahu kanan seolah-olah
ingin menyentuh telinga, dan mengangkat bahu kiri seolaholah ingin menyentuh telinga
9) Menahan lengan dan tangan mengepal, kemudian mengepalkan tangan bengkokkan lengan
pada siku, mengencangkan lengan sambil tetap mengepalkan tangan, tahan 5 detik, hembuskan
nafas perlahan sambil mengendurkan dan katakan dalam hati “rileks dan pergi”
10) Menarik nafas dalam dan mengencangkan otot-otot dada dan tahan 5 detik, hembuskan nafas
dan kendurkan secara perlahan, sambil katakan dalam hati : “relaks dan pergi”
11) Mengencangkan perut, menekan keluar dan tarik kedalam, tahan 5 detik, hembuskan nafas
dan kendurkan perlahan sambil katakan dalam hati “rileks dan pergi”
12) Meminta melengkungkan punggung ke belakang sambil menarik nafas dalam dan tekan
lambung keluar, tahan 5 detik, hembuskan nafas dan kendurkan secara perlahan, katakan : “rileks
dan pergi”
13) Meminta mengencangkan pinggang, tekan tumit kaki ke lantai, kencangkan otot kaki
dibawah lutut, tekuk jari kaki kebawah seolah – olah menyentuh telapak kaki, angkat jari kaki
keatas seolah – olah hendak menyentuh lutut, tahan 5 detik, hembuskan nafas dan kendurkan