Gizi Daur Pada Ibu Hamil
Gizi Daur Pada Ibu Hamil
Dosen Pengampu :
Dr. Iskari Ngadiarti, S.K.M., M.Sc.
Oleh :
Adella Nadiyanti (P21331118001)
Dinda Chairunnisa (P21331118021)
Nurullita Putri (P21331118059)
Rahma Tanti (P21331118061)
Lingkungan gizi yang buruk pada masa janin akan mengakibatkan hambatan pertumbuhan yang
berdampak permanen pada janin. Dampak buruk akibat gagal tumbuh pada janin bukan hanya
peningkatan risiko mortalitas dan morbiditas pada bulan pertama kehidupan namun juga dapat
berdampak pada penurunan fungsi kognitif, gangguan pertumbuhan, dan peningkatan risiko penyakit
degenerative di usia dewasa. Oleh karena itu, penting untuk memerhatikan status gizi sebelum dan
selama proses kehamilan.
Kehamilan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada tubuh ibu. Perubahan yang terjadi bukan
hanya pada bentuk tubuh ibu. Perubahan yang terjadi bukan hanya pada bentuk tubuh ibu, namn juga
terjadi secara fisiologis pada system organ ibu. Di bawah ini terdapat beberapa perubahan fisiologis
yang terjadi pada ibu hamil.
Sistem Hormonal
Ibu yang sedang hamil tidak mengalami menstruasi sebab ketika hamil dihasilkan
hormon human chorionic gonadotropin (hCG) yang menstimulus korpus luteum untuk
menghasilkan hormone estrogen dan hormone progesterone, dan juga meningkatkan resistensi
insulin ibu untuk mengatur ketersediaan glukosa bagi pertumbuhan janin, sintesis protein, dan
pemecahan jaringan lemak untuk pemenuhan kebutuhan energy ibu.
Hormon estrogen akan berperan dalam meningkatkan retensi cairan, adaptasi
metabolism basal dan memengaruhi produksi hormone tiroid, meningkatkan penyimpanan
lemak dan sintesis protein, meningkatkan aliran darah ke plasenta, pertumbuhan jaringan lemak
di payudara, serta mendorong flesibilitas ligament. Sementara hormone progesterone berperan
dalam stimulus pertumbuhan endometrium (dinding rahim) dan penyaluran zat gizi, relaksasi
pembuluh darah dan saluran pencernaan, serta menstimulus pertumbuhan payudara dan
penyimpanan lemak.
Sistem Respirasi
Saat hamil terjadi perubahan pada system respirasi yang berfungsi untuk dapat
memenuhi kebutuhan oksigen ibu dan janin. Selain itu terjadi desakan diafragma karena
dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi
terjadinya desakan rahim dan kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil akan bernapas
lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dibandingkan saat ibu tidak hamil.
Sistem Pencernaan
Selama kehamilan, perubahan hormonal menyebabkan timbulnya efek radiasi pada
otot-otot halus di seluruh tubuh. Hal ini akan mengakibatkan mekanisme kerja otot perut dan
usus kecil menjadi lebih lambat, sehingga tidak jarang wanita hamil menderita panas lambung.
Selain itu, gerakan kontraksi usus juga berkurang dan biasanya sering terjadi konstipasi (sulit
buang air besar).
Jaringan Lemak
Selama kehamilan, massa jaringan lemak dalam payudara dan jaringan di bawah kulit
bertambah. Biasanya jaringan lemak ini akan dirombak kembali setelah proses kelahiran, yaitu
saat ibu menyusui. Perombakan jaringan lemak ini digunakan untuk menjadi bahan pembentuk
ASI.
Saluran Kemih
Saat hamil terjadi peningkatan laju filtrate glomerulus dan penurunan kadar urea dan
kreatinin. Peningkatan reabsorpsi natrium selama kehamilan juga terjadi akibat peningkatan
hormone aldosterone, estrogen, dan deoxycorticosteron. Hal ini berakibat pada peningkatan
total volume plasma dalam tubuh ibu. Rahim yang bersifat elastis akan membesar 10 kali lipat
dari ukuran normalnya akibat pertumbuhan janin. Kondisi ini berpengaruh pada bentuk dan
aktivitas organ lainnya, seperti kandung kemih yang akan cepat terasa penuh sehingga frekuensi
buang air kecil bertambah.
Plasenta
Plasenta dikenal di masyarakat dengan istilah ari-ari. Komposisi zat penyusun plasenta
bergantung pada usia gestasi dan status metabolism ibu. Sekitar 88% dari berat plasenta
tersusun oleh air, 11% protein, dan 1& lemak. Pertumbuhan janin berbanding lurus dengan
berat plasenta. Bayi yang mengalami keterlambatan pertumbuhan, berat plasentanya tidak
bertambah hingga usia 36 minggu.
2. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil
Masa hamil adalah masa penting untuk pertumbuhan oprimal janin dan persiapan
persalinan. Oleh karena penambahan zat-zat gizi berguna untuk kesehatan ibu hamil.
Selama hamil calon ibu memerlukan lebihbanyak zat gizi daripada wanita yang tidak hamil,
karena makanan ibu hamildibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila
makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu
menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok, dan lain-lain.
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan
kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim
(uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin.
Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar
40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya.
Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang cukup mengandung
karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun,
serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrient akan meningkat selama
hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat secara proporsional (Lestari,
2013).
Energi
Menurut RISKESDAS 2007 Rerata nasional Konsumsi Energi per Kapita per Hari
adalah 1.735,5 kkal.
Protein
Protein digunakan untuk: pembentukan jaringan baru baik plasenta dan janin,
pertumbuhan dan diferensiasi sel, pembentukan cadangan darah dan Persiapan masa
menyusui.Transport protein melalui plasenta terutama asam amino, yang kemudian
disintesis oleh fetus menjadi protein jaringan. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan
janin, uterus, payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu, dan persiapan laktasi.
Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari. Sebanyak 1/3 dari protein hewani mempunyai nilai
biologis tinggi. Kebutuhan protein untuk fetus adalah 925 gram selama 9 bulan. Efisiensi
protein adalah 70%. Terdapat protein loss di urine +30%. WHO menganjurkan intake
protein untuk ibu hamil sekitar 1,01 g/kg. BB/hari dan kalori sekitar 46 kkal/kg.BB/hari
untuk rata-rata wanita dengan berat badan 55 kg.
Oleh karena itu tiap-tiap negara dapat membuat rekomendasi yang khusus yang
sesuai dengan pola makanan di negara tersebut dan keadaan masyarakatnya. Jumlah
protein yang dianjurkan dalam diet harus disesuaikan dengan nilai hayati protein yang
dimakan. Makin rendah nilai hayati protein, makin besar jumlah protein dalam diet yang
diperlukan. Nilai hayati protein, makin besar jumlah protein dalam diet yang diperlukan.
Nilai hayati protein nabati lebih rendah dari protein hewani.
Lemak
Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan peningkatan terjadi mulai
bulan ke-3 kehamilan. Penambahan lemak tidak diketahui, namun kemungkinan dibutuhkan
untuk proses laktasi yang akan datang.
Sebagian besar dari 500 g lemak tubuh janin ditimbun antara minggu 35-40
kehamilan. Pada stadium awal kehamilan tidak ada lemak yang ditimbun kecuali lipid
esensial dan fosfolipid untuk pertumbuhan susunan saraf pusat (SSP) dan dinding sel saraf.
Sampai pertengahan kehamilan hanya sekitar 0,5% lemak dalam tubuh janin, setelah itu
jumlahnya meningkat, mencapai 7,8% pada minggu ke-34 dan 16% sebelum lahir. Pada
bulan terakhir kehamilan sekitar 14 g emak per hari ditimbun. Transport asam lemak
melalui plasenta sekitar 40% dari lemak ibu, sisanya disintesa oleh janin. Baik lemak
maupun protein meningkat dengan cepat pada tiga bulan terakhir kehamilan bersamaan
dengan meningkatnya BB janin. Sebagian besar lemak ditimbun pada daerah subkutan, oleh
karena itu pada bayi atern 80% jaringan lemak tubuh terdapat pada jaringan subkutan.
Karbohidrat
Janin mempunyai sekitar 9 g karbohidrat pada minggu ke 33 kehamilan, danpada
waktu lahir meningkat menjadi 34 g. konsentrasi glikogen pada hati danotot-otot skelet
meningkat pada akhir kehamilan.
Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks, karena
terdapatkecenderungan peningkatan ekskresi dextrone dalam urine. Hal ini ditunjukkanoleh
frekuensi glukosuria ibu hamil yang relatif tinggi dan adanya glukosuria padakebanyak
wanita hamil setelah mendapat 100 gram dextrose per oral. Normalnya,pada wanita hamil
tidak terdapat glukosa. Kebutuhan karbohidrat lebih kurang65% dari total kalori sehingga
perlu penambahan.Karbohidrat complex mengandung vitamin dan mineral serta
meningkatkan asupan serat untuk mencegah terjadinya konstipasi.
Kalsium (Ca)
Kebutuhan kalsium pada ibu hamil mengalami peningkatankarena terjadinya
peningkatan pergantian tulang (turn over), penurunan penyerapan kalsium, dan retensi
kalsium karena adanya perubahan hormonal. Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan
tulang dan gigi, vitamin D membantu penyerapan kalsium, kebutuhan 30-40 g/hari untuk
janin, wanita hamil perlu tambahan 600 mg/hari dan total kebutuhan ibu hamil selama
kehamilan adalah 1200 mg/hari. Kalsium dapat diperoleh dengan mengonsumsi susu, keju,
ikan teri, rebon kering, kacang kedelai kering atau basah, dan brokoli segar.
Asam Folat
Asam folat digunakan untuk pertumbuhan janin dan erythropoiesis ibu sehingga
kebutuhan asam folat pada ibu hamil akan menigkat. Anemia akibat kekurangan asam folat
disebut anemia megaloblastik yang akan menyebabkan kekurangan oksigen. Bila hal ini
berlangsung lama akan berdampak pada kerusakan oragna-organ tubuh. Rendahnya kadar
asam folat pada wanita hamil menyebabkan kelahiran cacat, gangguan saraf, atau gangguan
perkembangan kecerdasan (retardasi mental). Kebutuhan asam folat pada wanita hamil
sebanyak 280 µg per hari selama kehamilan trisemester I, 660 ug pada trisemester II, dan
470 ug per hari pada trisemester III bisa didapat dari sayuran hijau, hati, dan ayam.
Kolin
Kolin merupakan salah satu vitamin B kompleks yang dibutuhkan oleh ibu hamil,
terutama pada minggu kedelapan belas kehamilan. Vitamin ini dapat meningkatkan
kemampuan bayi untuk membentuk hubungan antarneuron yang sedang tumbuh pesat.
Kolin bisa didapat dari kuning telur, daging tanpa lemak, ragi, kedelai, hati, otak, ginjal, dan
jantung.
Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat melindungi tubuh dari radikal
bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau jaringan sel bayi, terutama
paling rawan terjadi pada tahap-tahap awal kehamilan. Vitamin E dapat ditemukan pada
gandum, sayuran hijau, biji-bijian, kedelai, minyak biji kapas, dan minyak jagung.
Vitamin A
Kebutuhan ibu hamil akan vitamin A harus dipenuhi yaitu sekitar 500 SI. Kekurangan
vitamin A selama kehamilan dapat menyebabkan bayi prematur dan perlambatan
pertumbuhan janin serta rendahnya berat badan bayi saat dilahirkan. Dampak negatif
kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan mengonsumsi hati, susu, ikan laut, sayuran,
dan buah berwarna hijau atau kuning.
Vitamin B1
Kekurangan vitamin B1 akan meingkatkan jumlah kasus kelahiran sebelumwaktunya
dan gangguan perkembangan janin. Vitamin B1 bisa dipenuhikebutuhannya dengan
mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian, dan daging.
Iodine
Iodine adalah salah satu mineral yang dibutuhkan ibu hamil. Penambahan
kebutuhan iodine pada masa kehamilan adalah 25 µg. kekurangan iodine pada masa
kehamilan akan mengakibatkan kretin (tubuh kerdil) yang ditunjukkan dengan adanya
gangguan mental dan fisik menyerupai karakteristik anak yang mengalami down syndrome.
Bahan makanan sumber iodine adalah garam dapur yang sudah difortifikasi (diperkaya)
iodine, bahan makanan yang berasal dari laut, serta tumbuhan yang hidup dekat pantai.
Zinc (Seng)
Kebutuhan ibu hamil akan zinc (seng) meningkat 5 mg karena tingkat zinc yang
rendah akan menyebabkan kenaikan tingkat kelahiran tidak normal. Zinc berperan untuk
meningkatkan sistem imun dan memperbaiki fungsi organ perasa (penglihatan, penciuman,
dan pengecap). Sumber zinc dapat diperoleh dari daging, hati, telur, ayam, seafood, susu,
dan kacang-kacangan.
3. Status Gizi Sebelum Terjadinya Konsepsi
Banyak penelitian mengindikasikan bahwa yang sehat merupakan jaminan terbaik
dalam optimalisasi kapasitas perkembangan mental dan fisik janin. Oleh sebab itu, pada
masa konsepsi sang ibu sudah harus berada dalam kondisi kesehatan yang optimum serta
memelihara keseimbangan nutrisi essensial yang cukup. Nutrisi sebelum kehamilan
menentukan kemampuan ibu dalam mengatasi stress selama masa kehamilan.
Pada percobaan dengan hewan, ketika kondisi dikontrol secara hati-hati dan saat
kekurangan sudah di rencanakan, menunjukan secara jelas bahwa pengaturan pola makan
yang kurang dapat mengakibatkan keguguran, kecacatan kongenital, serta perubahan berat
lahir. Menurut Beals : "jika seorang wanita terawat dengan baik semasa hidupnya,
asupannya selama kehamilan, kecuali bila sangat berbeda, memiliki kemungkinan relatif
terhindar dari efek kerusakan kesehatan dan ukuran bayinya. Jika seorang wanita tidak
terawat dengan baik selama masa pertumbuhan dan memasuki masa kehamilan tanpa
adanya cadangan, pengaturan makannya selama kehamilan menjadi sangat penting."
Status gizi sebelum terjadinya konsepsi dinilai penting sejak usia remaja. Jika saat
remaja calon ibu memiliki berat badan dan tinggi badan yang rendah maka akan memiliki
resiko melahirkan bayi dengan bobot yang rendah. Jika hal itu terjadi maka akan ada
kegagalan tumbuh pada saat anak-anak.
Calon ibu yang merokok dan mengonsumsi alkohol akan meningkatkan resiko
melahirkan bayi dengan bobot yang rendah ataupun premature (sebelum minggu ke-37)
yang berhubungan dengan kecenderungan memiliki penyakit jantung dan diabetes.
d.) Kebutuhan cadangan laktasi yang cukup dalam bentuk 4 kg lemak subkutan diperlukan
sebagai sumber utama kalori dan asam lemak untuk produksi ASI selanjutnya.
Toksemia
Pertambahan berat badan yang cepat, edema, tekanan darah tinggi, ekskresi
albumin dalam urin, dan kejang-kejang adalah manifestasi klinis dari toksemia. klasifikasinya
adalah :
Toksemia akut onset kehamilan setelah minggu ke dua puluh empat
1. Preeklampsia dan Eklampsia
Preeklampsia merupakan sindrom yang ditandai dengan tingginya tekanan darah
dan jumlah protein di dalam urine yang membahayakan. Preeklampsia biasanya ditandai
dengan berat badan mendadak naik,edema, sakit kepala. Preeklampsia hanya terjadi
selama kehamilan 6 minggu pasca persalinan, biasanya muncul di akhir trimester kedua
atau ketiga.
Preeklampsia, hipertensi akibat kehamilan, dan eklampsia merupakan gangguan
yang berkaitan erat. Hipertensi akibat kehamilan umumnya dianggap sebagai manifestasi
paling ringan, sementara eklampsia merupakan salah satu komplikasi paling serius pada
preeklampsia yang parah. Jika tidak ditangani, serangan eklampsia dapat menyebabkan
koma,kerusakan otak, atau kematian ibu atau bayi.
Komplikasi preeklampsia pada janin mencakup prematuritas, hambatan
pertumbuhan, dan kematian. Hambatan pertumbuhan janin terjadi karena menurunnya
aliran darah ke plasenta, yang menggangu suplai nutrien ke bayi dan dapat menyebabkan
keterbatasan makanan dan selanjutnya kelaparan. Akibatnya bayi menjadi keci untuk usia
kehamilannya. Keterbatasan nutrien melalui plasenta menyebabkan bayi mengalami resiko
yang serius dan mungkin menyebabkan kelahiran prematur secara alami atau disengaja
untuk perlindungan ibu maupun bayi.
Ada beberapa faktor risiko preeklampsia yang telah diketahui, yaitu, IMT
sebesar atau lebih dari 30 dan umur ibu diatas 40 atau di bawah umur 18 tahun. Faktor
resiko lainnya mencakup riwayat preeklampsia sebelumnya,riwayat tekanan darah tinggi
kronis, penyakit diabetes atau ginjal, riwayat penyakit dalam keluarga, hamil dengan janin
lebih dari satu,sarkoidosis, atau multipel sklerosis.
Berbagai intervensi gizi diketahui dapat menurunkan resiko terjadinya
preeklampsia. Beberapa penelitian menunjukan bahwa peningkatan asupan serat dan
kalsium dapat menurunkan resiko kejadian preeklampsia.Wanita yang beresiko perlu
didorong untuk mengonsumsi prosuk susu, buah-buahan, dan sayuran yang cukup sebelum
dan selama kehamilan. Dan meningkatkan kadar mineral selenium karena berkaitan dengan
menurunkan kelahiran prematur. Selenium terkandung dalam gandum utuh, sereal yang
difortifikasi, dan kacang basil.
2. Kehamilan Dengan Hipertensi
Sindrom ini terdiri dari atas trias, yaitu : hipertensi, proteinuria, dan edema.
Hipertensi jenis ini lazim menjangkiti primigravida (kehamilan minggu 20) yang berusia
antara 20-35 tahun, berasal dari lapisan sosial ekonomi tingkat bawah, dan menderita
malnutrisi. Seorang ibu hamil dicuragai mengidap penyakit ini dengan gejala sering megeluh
pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut bagian atas (ulu hati), nafsu makan
lenyap, rasa mual, dan muntah. Tanda yang mudah diperiksa ialah pertambahan berat
badan secara progresif (lebih dari 3 kg tiap minggu)
Penyebab yang pasti untuk hipertensi jenis ini belum diketahui.kekurangan
kalsium dan zat gizi lain serta faktor predisposisi genetis dan imunnologis diduga
melatarbelakangi keadaan ini. Peningkatan zat gizi apa yang menyebabkannya belum
diketahui. Kepada pasien biasanya dianjurkan untuk menjalankan diet seimbang dengan
makanan Tinggi Protein Tinggi Kalori (TKTP) sebesar 75-80 gr protein sehari, disertai kalsium
yang tinggi pula. Makanan yang dipilih sebaiknya berasal dari bahan yang bernilai biologi
tinggi (daging,telur,ikan,unggas,susu,dan hasil olahannya yang mengandung kalsium) dan
jangan mengkonsumsi junk food terlalu serinh. Jika terjadi edema paru, asupan NA dan air
harus dibatasi, namun tidak boleh kurang dari 2 mg/hari.
Alkohol
Tidak ada batas aman konsumsi alkohol selama kehamilan. Alkohol dapat
menembus plasenta dengan bebas sehingga jika ibu meminumnya, janin juga minum.
Konsumsi alkohol selama kehamilan menyebabkan lebih tingginya resiko cacat lahir dan
keguguran. Pada dosis tinggi, konsumsi alkohol selama kehamilan menyebabkan lebih tinggi
nya resiko sindrom alkohol janin (fetal alcohol syndrome) FAS. Anak-anak yang mengalami
FAS sering kali dapat dikenali dengan karakter wajah yang khas, seperti mata kecil, hidung
pendek atau menengadah, pipi datar, dan bibir tipis. Tampilan wajah tersebut menghilang
seiring dengan pertumbuhan anak,tetapi efek lainnya tidak.
Efek dari FAS pada anak seperti malformasi jantung dan otak,masalah
pertumbuhan, masalah sistem saraf pusat, motorik yang buruk, masalah belajar,
kemampuan bicara atau mendengar yang kurang baik.
Merokok
Merokok selama kehamilan dapat menyebabkan 20% hingga 30% bayi dengan
BBLR, kelahiran prematur hingga 14%, dan sekitar 10% seluruh kematiaan bayi. Merokok
selama kehamilan juga menyebabkan peningkatan resiko salesma, masalah paru-paru,
ketidakmampuan belajar, dan masalah pertumbuhan fisik pada anak yang terpajan setelah
lahir.
American Lung Association merekomendasikan hal-hal berikut untuk wanita
hamil yang ingin berhenti merokok:
Meminta pertolongan dari petugas kesehatan,keluarga dan teman
Membuat daftar alasan berhenti merokok
Mengurangi rokok perlahan
Kafein
Kafein mendapatkan perhatian penting selama kehamilan karena dapat
menembus plasenta menuju janin, yang memiliki metabolisme yang masih berkembang,
dan tidak dapat memproses kafein secra secmpurna. Beberapa penelitian menunjukna
bahwa terdapat peningkatan resiko keguguran diantara wanita yang mengkonsumsi kafein
lebih dari 300mg/hari, setara dengan 1 cangkir sedang kopi yang disajikan di banyak
restoran cepat saji. Kemungkinan dampak negatif lain adalah kelahiran prematur dengan
bayi BBLR.
Daftar Pustaka
Arisman. 2008. Buku Ajar Gizi Dalam Daur Kehidupan Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
Atmarita, Fallah. 2004. Analisis situasi gizi dan kesehatan masyarakat. Dalam Soekirman et
al., editor. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII “Ketahanan Pangan dan Gizi di Era
Otonomi Daerah dan Globalisasi”; Jakarta 17-19 Mei 2004. Jakarta : LIPI.
Basic nutrition for Filipinos
Dewi, Arlina. 2017. Gizi Pada Ibu Hamil. http://mmr.umy.ac.id/. Diakses pada 15 Maret
2019.
Horowitz, Diane., Goode, Paula., and Turley, Raymond Kent. Nutrition Before Pregnancy.
https://www.urmc.rochester.edu/. Diakses pada 17 Maret 2019.
Mishra, Gita., Stephenson, Judith. Better Health and Diet Well Before Conception Result in
Healthier Pregnancies. http://theconversation.com/. Diakses pada 17 Maret 2019.
RISKESDAS(Riset Kesehatan Dasar). 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia
Sharlin, Judith. 2015.Buku Ajar Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: ECG