Fighting~\^o^/~ 頑張ってね。良い一日を あり
がとうございます God Bless You
Home Keperawatan ▼
1. Pengertian
Menurut Depkes 1991,Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetap, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya masyarakat
setempat.
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
puskesmas tertentu di tambahkan dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara
lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai
program kesehatan masyarakat lainnya.
b. Peran Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil dalam hal
pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan secara
mandiri
d. Rehabilitatif (pemulihan)
4. Model Praktik Keperawatan Di Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Model praktek keperawatan professional merupakan suatu sistem, baik menyangkut struktur,
proses dan nilai-nilai professional, yang
memungkinkan perawat professional mmengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. Lingkup cakupan, dan batasan
wewenang serta tanggung jawab seorang perawat profesional (ners) dalam praktik keperawatan di
puskesmas atau di rumah sakit dikaji. Perawat professional dengan sikap dan kemampuan
professional dapat diberi wewenang dan tanggung jawab melaksanakan praktik keperawatan di
rumah sakit dan puskesmas.
Menurut The American Public Health Association perawat kesehatan masyarakat adalah praktek
dari promosi dan perlindungan populasi dengan menggunakan pengetahuan keperawatan, ilmu
social dan kesehatan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2000).
Sesuai dengan Kepmenpan No.94 (2001) upaya keperawatan kesehatan masyarakat adalah
pelayanan professional yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di puskesmas yang
dilaksanakan oleh perawat.
Perawat Kesehatan di puskesmas adalah semua perawat di puskesmas yang menjabat sebagai
pejabat fungsional perawat dan bekerja di puskesmas yang disebut dengan perawat puskesmas
(Depkes RI, 2004).
Pelaksana utama dari kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah semua perawat
fungsional keperawatan di puskesmas.
Rumah sakit sebagai suatu sistem pelayanan Kesehatan yang mengemban tugas melaksanakan
upaya Kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Berdasarkan tugas rumah sakit di
atas, maka salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan
keperawatan. Yang dimaksud dengan pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah salah satu
jenis pelayanan professional yang diselenggarakan oleh rumah sakit untuk melayani kebutuhan
masyarakat khususnya dalam bidang keperawatan yang diorganisir melalui pelayanan rawat inap.
Seluruh kegiatan pelayanan keperawatan di rumah sakit diselenggarakan selama 24 jam sehari secara
berkesinambungan. Kegiatan tersebut diatur dan diorganisir oleh manajer keperawatan. Pelayanan
keperawatan sebgai bagian integral dari pelayanan Kesehatan di rumah sakit, menentukan mutu
pelayanan Kesehatan di rumah sakit, oleh karena keberadaan perawat yang memberikan asuhan
keperawatan selama 24 jam secara berkesinambungan. Keluhan masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan pada umumnya ditujukan pada sikap perawat yang kurang baik, kurang terampil dalam
berkomunikasi.
Dalam aspek pelayanan keperawatan dimana pelayanan keperawatan sebagai bentuk kegiatan
utama dari pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada masyarakat belum dapat diwujudkan sebagai
pelayanan Kesehatan yang berkualitas. Keadaan actual pelayanan keperawatan menunjukkan bahwa
banyak tenaga keperawatan lebih berkonsentrasi dan terlibat dengan tindakan pengobatan dan
penggunaan tehnologi yang berorientasi medik untuk mengatasi kompleksitas penyakit. Mereka
berupaya untuk saling mendukung dengan profesi Kesehatan lain, namun sebagai praktisi mereka
masih dinilai lebih rendah untuk komitmen dan tanggung jawab penting yang diembannya.
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu sebagai
berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan dibutuhan
untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit. Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah staf yang akan dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang dirawat,rasio
perawat,dan klien untuk memenuhi standar praktek keperawatan.
a. Perawatan mandiri (self care ), yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindakan
keperawatan dan pengobatan.Klien melakukan aktifitas perawatan diri sendiri secara mandiri.
b. Perawatan sebagian ( Partial Care ), yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan
keperawatan dan pengobatan tertentu. Misalnya pemberian obat intravena, pengatur posisi, dll.
c. Perawatan Total ( Total Care ), yaitu klien memerlukan bantuan secara penuh dalam perawatan diri
dan memerlukan observasi secara ketat.
d. Perawatan Intensif ( Intensive Care ), Yaitu klien memerlukan observasi dan tindakan keperawatan
yang terus menerus.
Kebutuhan waktu perawatan untuk pasien rawat inap dapat dirinci dengan melihat kebutuhan pasien
untuk asuhan keperawatan melalui kegiatan sebagai berikut :
- Perawatan intensf utntuk pasien ICU / kritis (15% pasien) 60 menit/ pasien
Kegiatan yang dilakukan perwat dirawat ruang inap dapat lebih banyak dari daftar kegiatan
tersebut diatas, daftar kegiatan tersebut dimaksudkan untuk sekedar pedoman bagi penliti yang ingin
mengembangkan jenis dan lama waktu kegiatan seorang perawat diruang rawat inap.
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:
a. Rasio perawat – klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien sesuai data sensus.
b. Pendekatan teknik industri, yaitu identifikasi tugas perawat dengan menganalisis alur kerja perawat
atau work flow. Rata-rata frekuensi dan waktu kerja ditentukan dengan data sensus klien, dihitung
untuk menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.
c. Sistem approach staffing atau pendekatan sistem ketenagaan dapat menentukan jumlah optimal
yang sesuai dengan kategori perawat untuk setiap unit serta mempertimbangkan komponen input –
proses – out put – umpan balik.
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung, waktu perawaatan
tidak langsung, dan waktu pendidikan kesehatan. Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung
berdasarkan waktu perawatan langsung yang dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan klien.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung ( direct care ) adalah berkisar 4-5
jam/klien/hari.
Menurut Minetti dan Hurchinsen ( 1975 ) dalam Gillies ( 1994 ), waktu yang dibutuhkan untuk
perawatan langsung didasarkan pada kategori berikut.
Perkiraan jumlah tenaga juga dapat didasarkan atas waktu perawatan tidak langsung.Berdasarkan
penelitian perawat dirumah sakit, Grace Detroit dalam Gillies (1994), menyatakan bahwa rata-rata
waktu yang dibutuhkan untuk perawatan tidak langsung adalah 36 menit/klien perhari.Di pihak
lain,menurut Wolve dan & Young (1965) dalam buku yang sama menyatakan sebesar 60
menit/klien /hari.
Selain cara diatas , waktu pendidikan kesehatan juga digunakan sebagai dasar perhitungan
kebutuhan tenaga.Menurut Gilles (1994) waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pendidikan
kesehatan berkisar 15 menit/klien/hari. Menghitung waktu yang dibutuhkan dalam perawatan klien
per hari perlu menjumlahkan ketiga cara tersebut yaitu waktu perawatan langsung,waktu perawatan
tidak langsung, dan waktu pendidikan kesehatan.Jumlah tenaga yang dibutuhkan dihitung
berdasarkan beban kerja perawat.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu :
d. Pengukuran perawatan langsung , perawatan tidak langsung dan pendidikan tidak langsung dan
pendidikan kesehatan.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi beban kerja perawat yaitu masalah komunitas,
bencana alam, kemajuan IPTEK, pendidikan konsumen, keadaan ekonomi, iklim/musim, politik, dan
hukum/peraturan. Dengan mengelompokan klien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan klien,pimpinan keperawatan dapat memperhitungkan jumlah tenaga
keperawatan yang dibutuhkan masing-masing unit.
a. Metode Fungsional
Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia industri ketika setiap pekerja
dipusatkan pada saatu tugas atau aktifitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat mempperoleh suatu tugas (kemungkinan
bisa lebih) untuk semua pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Disatu unit/ruangan,
seorang perawat diberikan tugas mennyuntik maka perawat tersebut bertanggung jawab untuk
memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada semua pasien di unit/ruangan tersebut.
Contoh penugasan yang lain adalah membagi obat per oral, mengganti balut, pendidikan kesehatan
pada pasien yang akan pulang, dan sebagainya.
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat memberikan
kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh
tidak bias dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang dibeikan kepada pasien
terpisah-pisah sesuai tugas yang dibebankan kepada perawat. Disamping itu asuhan keperawatan
yang diberikan tidak professional yang berdasarkan pada masalah pasien. Perawat senior cenderung
akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan manajerial. Sementara asuhan keperawatan kepada
pasien dipercayakan kepada perawat junior.
Sekalipun metode fungsional dalam pemberian asuhan keperawatan ini membosankan perawat
karena hanya berorientasi pada tugas, tetapi metode ini baik dan berguna untuk situasi di rumah
sakit dengan ketenagaan perawat yang kurang. Metode ini juga dapat memberikan kepuasan kepada
pasien yang membutuhkan pelayanan secara rutin.
Penerapan metode fungsional dalam pemberiaan asuhan keperawatan kepada pasien memiliki
beberapa keuntungan. Keuntungan dan metode fungsional yaitu:
1) Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu tugas yang biasa menjadi tanggung jawabnya.
2) Pekerjaan menjadi lebih efisien
6) Perawat lebih mudah menyesuaikan dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga
menjadi lebih cepat seleai.
Selain itu, perawat dalam membeikan asuhan keperawatan tidak melihat pasien secara holistic
dan tidak berfokus pada masalah pasien sehingga tidak professional, tidak membeikan kepuasaan
baik pada pasien maupun pada perawat, dan kadang bisa terjadi saling melempar tanggung jawab
bila terjadi kesalahan.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran perawat kepala ruangan (ners unit manager)
harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanaan keperawatan, bertanggung
jawab terhadap hasil dan pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya
kebosanan perawat serta menghindari semua kemungkinan terjadinya saling melmpar kesalahan.
Sekalipun di akui metode fungsional ini cocok untuk jangka waktu pendek dalam kondisi gawat atau
terjadi suatu bencana, tetapi metode ini kurang di sukai untuk pelayanan biasa dan jangka panjang
karena asuhan keperawatan yang diberikan tidak komperehensif dan melakuan pasien kurang
manusiawi (Gillies, 1994)
b. Metode Kasus
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu
sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima
semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh
kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang
isolasi dan ICU.
Tujuan dari metode manajemen kasus keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien adalah untukmermuskan dan mencapai hasil yang standar dalam perawatan untuk
setiap pasien, memfasilitasi pasien yang akan pulang baik lebih awal dan masa perawatan yang
ditentukan maupun pada waktu yang direncanakan, menggunakan sedikit mungkin sumber
pelayanan kesehatan untuk mencapai hasil yang di harapkan, meningkatkan profesionalisasi perawat
dan kepuasan kerja.
Dalam manajemen kasus keperawatan, seorang perawat akan bertugas sebagai case manager
untuk seorang (mungkin lebih) pasien, sejak masukrumah sakit hingga pasien tersebut selesai dari
masa perawatan dan pengobatan. Sebagai case manager, perawat memiliki tanggung jawab dan
kebebasan untuk perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, dan evaluasi.
2) Perawat dalam metode kasus mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap pasien, perawat,
dokter, dan rumah sakit ( Gillies,1998). Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan diberiakan
bermutut tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi dan advokasi sehingga pasien merasa puas.
3) Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.
1) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu
memberikan asuhan secara menyeluruh.
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana
terlewatkan.
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab klien bertugas.
2) Ada otonomi
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat.
c. Metode Tim
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan
menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas
keyakinan bahwa setiap pasen berhak memperoleh peleyanan terbaik. Dalam keperawatan, metode
tim diterapkan dengan menggunakan sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat
professional, nonprofessional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
kepada pembantu pasien.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan asuahan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu,
tugas, memungkinkan adanya transfer of knowledge dan transfer of experiences di antara perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dan meninggkatkan pengetahuan serta memberikan
keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Dalam asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus memiliki kemampuan untuk
mengikutsertakan anggota tim dalam memecahkan massalah. Ketua tim juga harus dapat
menerapkan pola asuhan keperawatan yang di anggap sesuai dengan kondisi pasien dan minat
pemberi asuhan. Oleh jarena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab adapada
tinggkat pelaksana. Hal ini akan mendukung pencapaan pengetahuan dan keterampilan professional.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagaiberikut :
7) Melaksanakan observasi baik erhadap perkembangan pasien maupun kerja dari anggota tim
8) Menjadi guru pengajar
Bila kemampuan tersebut dapat di miliki oleh ketu tim, akan berdampak secara positif dalam
pemberian asuhan keperawatan. Dibandingkan dalam metode fungsional, metode tim lebih banyak
memberikan tanggung jawab,otoritas,dan tanggung gugat kepada anggota tim.
Beberapa keuntungan dari metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan adalah :
1) Dapat member kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa di perlakukan lebih manusiawi
karna pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih mengenal dan memahami kebutuhannya.
2) Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena perawatannya menangani pasien dalam
jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara konfrehensif dan melihat
pasien secara holistic.
3) Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui kemampuan bekerja sama dan
berkomunikasi dengan klien. Hal ini akan mempermudah dalam mengenali kemampuan ak-nggota
tim yang dapat di manfaatkan secara optimal.
Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada keterampilan dan minat yang
dimilikinya. Disamping itu perawat kepala ruangan harus mampu mengoptimalkan fungsi tim melalui
orientasi anggota tim dan pendidikan berkelanjutan, mengkaji kemampuan anggota tim dan
membagi tugas sesuai denan keterampilan anggotanya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
perawat kepala ruangan harus mampu sebagai model peran.
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan bila ada tenaga
profesional yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama dan memimbing
tenaga keperawatan yang lebih rendah. Disamping itu perawat kepala ruang harus membagi
tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim keperawatan dapat terdiri tiga sampi lima
perawat untuk bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan kepada 10 sampai 15 pasien.
d. Metode Primer
Metode inidi kembangkan pada falsafah yang beriorentasi pada pasien bukan pada tugas. Disini
terjadi suatu desentralisasi dalam pengambilan keputuan antara perawat primer dan pasien.
Menurut Hegyvary (1982), pemberian asuhan keperawatan dengan metode keperawatan primer
memberikan setiap perawat primer tanggung jawab menyeluruh (total care) dalam 24 jam/hari
secara terus menurus untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada sekelompok kecil pasien
(4-6 pasien). Hal ini di mulai sejak pasien masuk hingga pulanh/keluar (Gullies, 1994). Pada saat
perawat primer tidak masuk, tindakan perawatan dapat dilakukan olrh perawat penggantinya
(perawat asisten).
Dalam aplikasi metode keperawatan primer, perawat primer bertanggung jawab kepada setiap
pasen untuk mengkaji kondisi kesehatan, keadaan kehidupannya, dan kebutuhan keperawatan.
Selain itu, perawat primer memberikan perawatan sesuai rencana yang dibuatdan mengoordinasi
prawatan yang diberikan oleh anggaota tim kesehatan lainya, misalnya memberikan rujukan atau
konsultasi dengan dokter atau lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan individual,
mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang dicapai, serta menyiapkan pasien pulang
(discharge planning).
1) Metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan, memiliki beberapa keuntungan
yang dapat diidentifikasi, antara lain :
- Perawat lebih puas karena disampig memiliki otoritas, perawat juga memiliki tanggung gugat
didalam memberikan asuhan, hubungan terus menerus antara perawat dan pasien akan
memudahkan pasien menyampaikan permasalahan serta dapat memperpendek lama hari perawatan
bagi pasien.
2) Asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan primer diberikan oleh seorang
perawat professional untuk sekelompok kecil pasien.
Peran perawat menjadi sangat penting untuk mengantisipasi kerugian yang dapat muncul dalam
implementasi metode keperawatan tim. Peran perawat kepala ruang tersebut dapat dilakukan,
seperti meakukan identifikasi perawat di ruangan/unit yang memiliki minat mrnjadi perawat primer
dan memfasilitasi untuk pendidikan, menjabarkan tugas-tugas dan perawat primer dan perawat
asisten/anggota. Selain itu, perawat berperan sebagai model dan konsultan, mengembangkan
penelitian, melakukan analisis kebutuhan tenaga (perawat) yang mungkin sebagai bahan
pertimbangan dalam recruitment tenaga baru, menyusun jadwal dinas,membuat perencanaan
pengembangan staf, dan melakukan kegiatan evaluasi.
3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat dalam
menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral
dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan
adalah :
a. Identifikasi masalah,
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses keperawatan
yaitu:
b. Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan,
4. Dokumentasi Keperawatan
1) Pengertian
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama yang bersifat
kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang dilandasi dengan keilmuan
khusus, pengambilan keputusan dan keterampilan perawat berdasarkan aplikasi ilmu sesuai lingkup
kewenangan dan tanggung jawab. Sedangkan, pengertian praktik keperawatan mandiri yaitu praktik
perawat swasta yang dilakukan secara perorangan atau kelompok.
Tujuan praktik keperawatan sesuai yang dicanangkan WHO (1985) harus diupayakan pada
pencegahan primer, peningkatan kesehatan pasien, keluarga dan masyarakat, perawatan diri, dan
peningkatan kepercayaan diri. Praktik keperawatan meliputi empat area yang terkait dengan
kesehatan (Kozier & Erb, 1999), yaitu :
Peningkatan Kesehatan adalah kerangka aktivitas keperawatan. Kesadaran diri klien, kesadaran
kesehatan, keterampilan kesehatan dan penggunaan semua sumber yang dipertimbangkan sebagai
perawatan yang diberikan oleh perawat. Peningkatan kesehatan membantu masyarakat dalam
mengembangkan sumber untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
mereka. Tujuan kesehatan yang ingin diwujudkan adalah mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Fokus peningkatan kesehatan diarahkan untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan umum
individu keluarga dan komunitas.
b) Pencegahan penyakit.
Aktivitas pencegahan penyakit secara objektif untuk mengurangi risiko penyakit, untuk meningkatkan
kebiasaan kesehatan yang baik dan untuk mempertahankan fungsi individu secara optimal. Aktivitas
atau kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain sebagai berikut :
a) Melakukan program pendidikan di rumah sakit, misalnya perawat ibu hamil, program melarang atau
menghindari rokok, seminar “mengurangi atau mencegah stres” dan lain – lain.
b) Program umum dan dasar yang dapat meningkatkan gaya hidup sehat, misalnya melakukan senam
aerobik, berenang atau program kebugaran.
c) Memberikan informasi tentang kesehatan, makanan yang sehat, olah raga dan lingkungan yang sehat
melalui liflet, media massa atau media elektronik.
d) Menyediakan pelayanan keperawatan yang dapat menjamin kesehatan ibu hamil dan kelahiran
bayinya dengan sehat.
g) Melakukan pemeriksaan untuk medeteksi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol, dan kanker.
Kegiatan keperawatan dalam pemeliharaan kesehatan adalah kegiatan yang membantu klien
memelihara status kesehatan mereka. Perawat melakukan aktivitas untuk membantu masyarakat
mempertahankan status kesehatannya. Tiga perkembangan pemeliharaan kesehatan :
c) Ketertarikan pada faktor lingkungan sehubungan dengan penyebab penyakit karena stres.
Pemulihan kesehatan berarti perawat membantu pasien meningkatkan kesehatan setelah pasien
memiliki masalah kesehatan atau penyakit. Kegiatan yang dilakukan dalam perbaikan kesehatan
meliputi hal – hal berikut :
a) Memberikan perawatan secara langsung pada individu yang sedang sakit, misalnya dengan
memberikan perawatan fisik.
d) Merencanakan pengajaran dan rehabilitasi pada pasien – pasien tertentu, misalnya pda pasien
stroke, serangan jantung, artritis.
Area praktik keperawatan ini mencakup perawat memberikan rasa nyaman dan merawat orang
dalam keadaan menjelang ajal. Kegiatan dapat dilakukan di rumah sakit, rumah, dan fasilitas
kesehatan lainnya. Lingkup praktik keperawatan pada dasarnya sangat berkaitan dengan kompetensi
lulusan. Pendidikan profesional keperawatan yang diharapkan mampu berperan atau
mengembangkan fungsi perawat profesional baik sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik,
pengelola, maupun peneliti.
1) Mengelola kesehatan fisik dan mental serta kesakitan, kegiatannya meliputi pengkajian, monitoring,
koordinasi dan mengelola status kesehatan setiap saat bekerjasama dengan individu, keluarga
maupun masyarakat. Perawatan mengkaji kesehatan klien, mendeteksi penyakit yang akut atau
kronis, melakukan penelitian dan menginterpretasikannya, memilih dan memonitor interprensi
terapeutik yang cocok, dan melakukan semua ini dalam hubungan yang suportif dan caring. Perawat
harus bisa memutuskan kapan klien dikelola sendiri dan kapan harus dirujuk ke profesi lain.
2) Memonitor dan menjamin kualitas praktik pelayanan kesehatan. Tanggung jawab terhadap kegiatan
– kegiatan praktik professional, seperti memonitor kemampuan sendiri, memonitor efek – efek
intervensi medis, mensupervisi pekerjaan – pekerjaan personil yang kurang terampil dan
berkonsultasi dengan orang yang tepat. Karena ruang lingkup dan kompleksitas praktik keperawatan
maka diperlukan keterampilan – keterampilan dan pemecahan masalah, berfikir kritis serta bertinfak
etis dan legal terhadap kualitas pelayanan yang diberikan dan tidak diskriminatif.
3) Memberikan bantuan dan caring. Caring adalah bagian yang terpenting dalam praktik keperawatan.
Bantuan termasuk menciptakan suasana penyembuhan, memberikan kenyamanan membangun
hubungan dengan klien melalui asuhan keperawatan. Peran membantu seharusnya menjamin
partisipasi penuh dari klien dalam perencanaan asuhan, pencegahan, dan treatmen dan asuhan yang
diberikan. Perawat memberikan informasi penting mengenai proses penyakit, gejala – gejalanya, dan
efek samping pengobatan.
1) Praktek Keperawatan Mandiri merupakan Praktek Keperawatan Profesional yang mengikuti kaedah
praktek keperawatan profesional (otoritas, akuntabilitas, pengambilan keputusan mandiri,
kolaborasi, advokasi dan memfasilitasi sumber potensi klien)
2) Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan diluar institusi pelayana kesehatan
termasuk kunjungan rumah
3) Memiliki perlengkapan adminiistrasi yang memiliki catatan kunjungan, formulir catatan tindakan,
asuhan keperawatan, formulir rujukan
Praktik keperawatan dilakukan berdasarkan pada kesepakan antara perawat dan pasien dalam upaya
untuk pencegahan penyakit, pemelihara kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan. Praktik
keperawatan dilakukan oleh perawat profesional (RN) dan perawatan vokasional (PN). PN dalam
melaksanakan tindakan keperawatan dibawah pengawasan RN. Perawat dapat menyerahkan atau
mendelegasika tugas kepada perwat lain yang setara kompetensi dan pengalamannya.
Berdasarkan juklak KEPMENKES 1239, persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuka praktik
mandiri keperawatan yaitu :
3) Tersedia alat perawatan, peralatan rumah tangga, dan peralatan emergensi sesuai ketentuan
4) Kewenangan : pemenuhan kebutuhan O2, nutrisi, integritas jaringan, cairan dan elektrolit, eleminasi,
kebersihan diri, istirahat tidur, obat-obatan, sirkulasi, keamanan dan keselamatan, managemen nyeri,
kebutuhan aktivitas, psikososial, interkasi social, menjelang ajal, seksualitas, lingkungan sehat,
kebutuhan bumil,ibu melahirkan, bayi baru lahir, postpartum, dll.
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti praktik keperawatan di RS atau
puskesmas.Perawat professional senior dan berpengalaman secara perorangan/sendiri membuka
praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu. Memberi pelayanan/askep khusunya konsultasi
dalam keperawtan bagi masyarakat yang memerlukannya dalam mengatasi masalah
keperawatan.Bentuk praktik yang demikian ini sangat diperlukan oleh kelompok/golongan
masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan
keperawatan yang dikembangkan oleh pemerintah.
Di beberapa negara maju, “home care” (perawatan di rumah), bukan merupakan konsep yang baru
tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859 yang dia namakan perawatan di
rumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati klien yang sakit dan
tidak bersedia dirawat di rumah sakit. Dari beberapa literatur pengertian “home care” adalah
perawatan di rumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan di rumah sakit yang sakit termasuk
dalam rencana pemulangan (discharge planning) dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah
sakit semula, oleh perawat komunitas dimana pasien berada, atau tim keperawatan khusus yang
menangani perawatan di rumah. Menurut Warola, 1980 dalam pengembangan Model Praktik
Mandiri Keperawatan di rumah yang disusun oleh PPNI dan Depkes, home care adalah “pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan,
disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf
atau pengaturan berdasarkan kerja (kontrak)”.
Pasien atau klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan rujukan dari
klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas. Namun pasien atau klien dapat
langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktik keperawatan
perorangan untuk memperoleh pelayanan.
i. Pasien atau klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter
untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
ii. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka dilakukan
pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan
kesehatan dirumah, kemudia bersama – sama klien dan keluarga, akan menentukan masalahnya, dan
membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan apa yang
akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis
sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
iii. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksanaan keperawatan di rumah baik dari
pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan di
rumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.
iv. Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan
yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
i. Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggung jawab atau menjadi pendamping bagi klien
dalam berinteraksi dengan pengelola.
iii. Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah untuk
memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.
Lingkup praktik keperawatan mendiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan
neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan keperawatan
maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :
ii. Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang diberikan kepada klien, dokumentasi ini
diperlukan sebagai pertanggungjawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai bukti
untuk jasa pelayanan keperawatan yang diberikan.
iii. Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.
iv. Sebagai pembela atau pendukung (advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan
keperawatan klien di rumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut ke rumah sakit dan memastikan
terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan
pelayanan atau asuhan yang diterima oleh klien.
v. Menentukan frekuensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan, mencakup berapa
sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.
i. Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling banyak dilaksanakan pada
pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu dirawat di rumah. Individu yang
sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah tingkat
keparahan sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit.
ii. Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada pomosi dan prevensi.
Pelayanannya mencakup mempersiapkan seorang ibu bagaimana bayinya setelah melahirkan,
pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak, mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses
menua, serta tentang diit mereka.
iii. Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada penyakit – penyakit terminal
misalnya kanker, penyakit – penyakit kronis seperti diabetes mellitus, stroke, hipertensi, masalah –
masalah kejiwaan, dan asuhan pada anak.
Ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home care, antara lain
sebagai berikut :
1) Vital sign.
4) Memasang cateter.
7) Suction.
18) Konsultasi/telepon.
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti praktik keperawatan di RS atau
puskesmas. Beberapa perawat professional membuka praktek keperawatan selama 24 jam kepada
masyarakat yang memerlukan pelayanan/askep mengatasi berbagai bentuk keperawatan yang
dihadapi masyarakat. Bentuk praktik keperawatan ini diperkirakan akan sangat diperlukan dimasa
depan. Terutama jika pandangan tentang lama rawat RS perlu dipersingkat mengingat biaya rawat RS
akan terus meningkat.Praktek keperawatan berkelompok sebagai model yang akan diujicobakan
memerlukan dukungan peraturan yang berwenang sehingga baik perawat yang melaksanakan praktik
keperawtan maupun masyarakat yang menerima askep terlindungi. Praktik keperawatan
berkelompok ini hampir sama dengan praktik perawatan perorangan, namun di dalam praktik
keperawatan berkelompok dalam proses bekerjanya adalah berkelompok. Untuk ketentuan lainnya
sama dengan praktik perorangan.
DAFTAR PUSTAKA
Posting Komentar
‹
›
Beranda
ABOUT ME^^
Daek Chin
Lihat profil lengkapku