Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Definisi
Trauma toraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga toraks atau
dada yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding toraks ataupun isi dari
cavum thoraks (rongga dada) yang disebabkan oleh benda tajam atau tumpul
dan dapat menyebabkan keadaan sakit pada dada. Secara garis besar, trauma
toraks diklasifikasikan menjadi dua, yaitu trauma tumpul toraks dan trauma
tembus toraks. Trauma tumpul toraks biasanya disebabkan oleh karena
kecelakaan lalu lintas, sedangkan trauma tembus toraks disebabkan oleh karena
trauma tajam (tusukan benda tajam), trauma tembak (akibat tembakan), dan
trauma tumpul tembus dada (Paci, dkk, 2006 dalam Pitojo, Tangkilisan dan
Monoarfa, 2016)
B. Patofisiologi
1. Etiologi
1
2
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi : X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)
b. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
c. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
d. Hemoglobin : mungkin menurun.
e. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
f. Pa O2 normal / menurun.
g. Saturasi O2 menurun (biasanya).
h. Torakosintesis : menyatakan darah/cairan.
i. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap
simtomatik, observasi.
j. Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase
cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan
continues suction unit.
k. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus
dipertimbangkan thorakotomi
l. Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih
dari 800 cc segera thorakotomi.
D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,
sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak,
sebelum penderita jatuh dalam shock.
b. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
c. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura
sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.
Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti
verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa
7
2. Penatalaksanaan Medis
Chest tube / drainase udara (pneumothorax)
WSD (hematotoraks)
Pungsi
Torakotomi
Pemberian oksigen
Antibiotika
Analgetika
Expectorant
E. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
9
b. Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa
responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan
ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat
berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011).
Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan
ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi
endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada.
Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada
kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau
bernafas dengan bebas?
b. Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
1) Adanya snoring atau gurgling
2) Stridor atau suara napas tidak normal
3) Agitasi (hipoksia)
4) Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest
movements
5) Sianosis
c. Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas
dan potensial penyebab obstruksi :
1) Muntahan
2) Perdarahan
3) Gigi lepas atau hilang
4) Gigi palsu
5) Trauma wajah
d. Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien
terbuka.
e. Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien
yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
f. Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien
sesuai indikasi :
1) Chin lift/jaw thrust
2) Lakukan suction (jika tersedia)
3) Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal
Mask Airway
4) Lakukan intubasi
c. Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan. Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada
11
c. Intervensi
pendekatan orang-orang
2. Klien tidak
psikotherapy membantu pasien
cemas lagi
19
interpersonal, untuk
daripada therapy menemukan
penafsiran perasaan dari
dalam diri sendiri
E. Buku Sumber
Pitojo, K. G., Tangkilisan, A. and Monoarfa, A. (2016) ‘Pola trauma tumpul toraks non
penetrans, penanganan, dan hasil akhir di Instalasi Rawat Darurat Bedah RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 – Juni 2016’, e-CliniC, 4(2).
doi: 10.35790/ecl.4.2.2016.14564.
Satrianto, A. 2009. https://id.scribd.com/doc/14760743/Laporan-Pendahuluan-Trauma-
Thorax-Di-Ruang-13-Akut-RSU-Dr-Saiful-Anwar-Malang. Di akses tanggal 28 Januari
2020.
Pratiwi, S. 2015.https://id.scribd.com/document/258102882/PATHWAY-TRAUMA-DADA-
doc. Di akses tanggal 28 Januari 2020.
Febrianti, Kurniasari, Netiari, dkk. 2013. https://id.scribd.com/doc/170772513/kegawat-
daruratan-Trauma-Thorak-New. Diakses tanggal 28 Januri 2020.