1094 3429 1 PB PDF
1094 3429 1 PB PDF
INFORMASI ABSTRACT
Abstrak
Gangguan kecemasan adalah suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental
yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan mengatasi suatu
masalah atau tidak adanya rasa aman. Sedangkan terapi SEFT adalah gabungan antara
Spiritual Power dan Energy Psychology yang dapat mengubah kondisi kimia di dalam
otak (Neurotransmitter) yang selanjutnya dapat mengubah kondisi emosi seseorang
termasuk depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh terapi
SEFT terhadap penurunan tingkat kecemasan pada para pengguna NAPZA di Yayasan
Grapiks Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan
rancangan kuantitatif dan berjenis pra-eksperimental. Pendekatan yang digunakan
adalah one-group pre-post test design. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah consecutive sampling dengan jumlah sampel 23 responden. Hasil penelitian
ini menunjukkan adanya pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada para pengguna NAPZA di Yayasan Grapiks Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung, dengan nilai p < 0,001. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin,
kategori pecandu dan jenis NAPZA yang digunakan tidak berpengaruh terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada para pengguna NAPZA yang diberikan terapi
SEFT, terkecuali usia. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi rujukan untuk
melakukan penelitian lanjutan.
135
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
135
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
136
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
137
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
di wilayah kerja Bandung Wetan yang Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS)
berusia 17-25 tahun sebanyak 50 orang. adalah 0,79 (Septian, 2013). Teknik
Perhitungan sampel menggunakan analisa data dalam penelitian ini
rumus analitis kategorik berpasangan menggunakan uji statistik non
Jumlah sampel yang digunakan dalam parametris yaitu Wilcoxon Match Pairs
penelitian adalah sebanyak 23 orang, Test. Uji Wilcoxon Match Pairs Test
dengan kriteria inklusi pengguna digunakan untuk menguji signifikansi
NAPZA kategori sometime, rentang atau kemaknaan hipotesis komparatif
usia 17-25 tahun, mengalami dua sampel yang dependen
kecemasan mulai dari ringan hingga (berpasangan) dengan data berskala
panik dan bersedia menjadi subyek ordinal (Rachmat, 2012).
penelitian. Adapun kriteria inklusinya Metoda kualitatif menggunakan
adalah Para pengguna NAPZA kategori pengumpulan data melalui wawancara
hardcore (dalam pengaruh obat dosis mendalam dengan analisis model
tinggi). interaktif. Dalam metode ini
Pengumpulan data dalam penelitian ini mempunyai komponen analisis berupa
dimulai pada bulan April minggu kedua reduksi data, sajian data, penarikan
tahun 2017. Data diperoleh melalui simpulan dan verifikasinya. Tiga
pengisian kuesioner tentang tingkat komponen utama yang disebutkan itu
kecemasan oleh responden yang diisi terlibat dalam proses analisis dan saling
sebelum diberikan intervensi terapi berkaitan serta menentukan hasil
SEFT dan setelah diberikan intervensi. analisis .
peneliti menggunakan kuesioner Hasil Penelitian
dengan metode Zung-Self Rating Intervensi dilakukan selama 35
Anxiety Scale. Zung-Self Rating Anxiety menit untuk satu kali sesi terapi.
Scale (ZSAS) merupakan instrumen Tingkat kecemasan responden diukur
untuk mengukur tingkat kecemasan. sebelum dan sesudah intervensi. Data
Kuesioner ini sudah baku dengan yang diperoleh dianalisis dengan
konsistensi internal alpha crounbach analisis univariat dan bivariat sesuai
0,85, koefisien reliabilitas instrumen jenis data sebagai berikut: Tabel 1
138
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
139
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Tabel 3
Hasil Analisis Univariat Gangguan
Kecemasan Responden Setelah
Berdasarkan tabel 4 menunjukan hasil
Intervensi (post-test)
Variabel Jumla Persenta analisis bivariat didapatkan data mean
h se (%) atau rata-rata tingkat kecemasan
Post-test 10 43,5 sebelum diberikan intervensi yaitu
140
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
sebesar 0,001 (p<0,05). Hal ini informed consent pada saat akan
menunjukkan bahwa Ha diterima wawancara dan pemberian intervensi.
yaitu terdapat pengaruh yang Selain itu, untuk menjaga hal-hal yang
bermakna antara terapi SEFT tidak diharapkan dikemudian hari.
terhadap tingkat kecemasan para Untuk lebih menggambarkan hasil
pengguna NAPZA di Yayasan penelitian mengenai pengaruh terapi
Grapiks Kecamatan Cileunyi SEFT terhadap penurunan tingkat
Kabupaten Bandung. kecemasan para pengguna NAPZA di
Informasi yang didapatkan dalam Yayasan Grapiks Kecamatan Cileunyi
penelitian ini merupakan hasil Kabupaten Bandung, dibawah ini akan
wawancara terstruktur antara peneliti dipaparkan mengenai karakteristik
dengan informan yang dilakukan di informan, proses wawancara dan
field station (tempat para pengguna deskripsi hasil penelitian.
NAPZA mengambil materi berupa a. Informan 1
jarum dan alcohol swab). Setelah Tn. F adalah seorang laki-laki
informan setuju dan bersedia untuk pengguna NAPZA berjenis suboxone
berpartisipasi dalam penelitian ini, sejak bulan Januari tahun 2017. Ia
peneliti kemudian melakukan berusia 17 tahun dan beragama Islam.
wawancara terlebih dahulu, membuat Ia termasuk kedalam kategori
kontrak waktu terhadap informan. gangguan kecemasan berat yang
Hasil penelitian ini disajikan dalam mengalami peningkatan setelah
bentuk narasi yang menggambarkan dilakukan terapi.
persepsi para pengguna NAPZA Pertemuan pertama dilakukan di
setelah mengikuti terapi SEFT. Nama field station pada hari Rabu, 10 Mei
dalam penelitian ini tidak diungkapkan, 2017. Pada saat itu, Tn. F duduk diatas
namun hanya menggunakan istilah karpet merah berhadapan dengan
informan dengan pembubuhan angka peneliti. Wawancara berlangsung 10
pada informan dan inisial. Hal ini menit yang digunakan peneliti untuk
peneliti lakukan sesuai dengan etika perkenalan, memberi informed consent
penelitian dan persetujuan pada dan memberikan pemahaman tentang
141
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
terapi SEFT kepada informan. Pada 2017. Pada saat itu, Ny. A duduk diatas
saat itu Tn. F terlihat tidak terlalu karpet biru berhadapan dengan peneliti.
bersemangat setelah pulang sekolah, Wawancara berlangsung 10 menit yang
tetapi hal itu tidak mengganggu proses digunakan peneliti untuk perkenalan,
wawancara dan wawancara dapat memberi informed consent dan
berlangsung sesuai kontrak waktu yang memberikan pemahaman tentang terapi
telah ditetapkan. SEFT kepada informan. Pada saat itu
Pertemuan kedua dilakukan di field Ny. A datang berdua bersama
station pada hari Rabu, 31 Mei 2017. temannya, beliau terlihat begitu
Wawancara kedua berlangsung kurang bersemangat dan antusias ingin
lebih 15 menit dengan kondisi lebih mengikut terapi, tetapi tidak dengan
bersemangat dibandingkan pertemuan temannya. Akhirnya Ny. A
pertama. Pada saat wawancara, Tn. F memutuskan untuk tidak pulang
menunjukkan sikap yang lebih terbuka bersama dengan temannya karena ingin
karna dilakukan secara empat mata tetap mengikuti terapi. Meskipun
saja, walaupun awalnya malu-malu sempat beradu argumen dengan
tetapi akhirnya secara perlahan beliau temannya tetapi hal itu tidak
mau menceritakan semua hal yang mengganggu proses wawancara dan
tidak peneliti dapatkan pada saat wawancara dapat berlangsung sesuai
wawancara pertama. kontrak waktu yang telah ditetapkan.
b. Informan 2
Ny. A adalah seorang perempuan c. Informan 3
pengguna NAPZA berjenis suboxone Tn. A adalah seorang laki-laki
sejak tahun 2015. Ia berusia 18 tahun pengguna NAPZA berjenis suboxone
dan beragama Islam. Ia termasuk sejak tahun 2010. Ia berusia 24 tahun
kedalam kategori gangguan kecemasan dan beragama Islam. Ia termasuk
ringan-sedang yang mengalami kedalam kategori normal yang
penurunan setelah dilakukan terapi. mengalami penurunan setelah
Pertemuan pertama dilakukan di dilakukan terapi.
field station pada hari Selasa, 2 Mei
142
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
143
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Tn. F : “Awalnya sih ragu tapi pas tadi di terapi sempet ngebahas
orang tua, masa depan, surga sama neraka jadi sieun,
teteh... Sieun maot, gimana kalau aku lagi nyuntik tiba-
tiba maot kata teteh juga tadi?”
Tn. F : “Iya, dapet banget sisi spiritualnya.”
Tn. F : “Pas bagian set-up sama bagian Ya Allah… Saya ikhlas…
Saya ridho… Saya pasrah… teh.”
Tn. F : “Ya… ngerasa inget dosa intinya mah teh, sieun…. Tapi
lama-kelamaan jadi ngerasa tenang, rileks, nya… kitu
welah teh.”
itulah niat tersebut akan menjadi SEFT ini dapat memberikan
kenyataan dan itulah yang menjadi motivasi, diantaranya adalah:
motivasi dari Ny. A. Hal-hal lain
mengenai manfaat terapi SEFT
disampaikan dalam pernyataan kedua,
yakni:
Ny. A : “Yang aku rasain setelah terapi ini tuh lebih enak ke
hatinya pokonya. Yang awalnya mumet, banyak masalah,
bingung mau cerita sama siapa, ngerasa punya banyak
dosa tapi engga ada solusinya. Pokoknya jadi lebih enak dari
sebelumnya terus lebih inget lagi sama Allah.”
Ny. A : “Ditambah lagi tadi pas kita terapi sempet ngucapin kata- Dari
kata Ya Allah… Saya ikhlas… Saya ridho… Saya
pasrah…, kata-kata itu tuh bener-bener bikin aku
merinding dan inget lagi sama kuasanya Allah sampe ga kuat
akhirnya nangiskan? Hehe…”
Dari wawancara mendalam pernyataan Ny. A diatas dapat terlihat
mengenai manfaat terapi SEFT, Ny. A bahwa ketika kita memiliki niat dari
menyatakan dengan terbuka dan jelas dalam diri kita sendiri tanpa ada
beberapa pernyataan bahwa terapi paksaan dari pihak manapun, pada saat
144
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
145
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
146
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Tn. F : “Awalnya sih ragu tapi pas tadi di terapi sempet ngebahas
orang tua, masa depan, surga sama neraka jadi sieun,
teteh... Sieun maot, gimana kalau aku lagi nyuntik tiba-tiba
maot kata teteh juga tadi?”
Tn. F : “Iya, dapet banget sisi spiritualnya.”
Ny. A : “Yang aku rasain setelah terapi ini tuh lebih enak ke
hatinya pokonya. Yang awalnya mumet, banyak masalah,
bingung mau cerita sama siapa, ngerasa punya banyak dosa
tapi engga ada solusinya. Pokoknya jadi lebih enak dari
sebelumnya terus lebih inget lagi sama Allah.”
Dan diperkuat juga dengan pernyataan yang disampaikan oleh Tn. A
Tn. A : “Ya… bisa dibilang sebelum diterapi tuh kaya sempet lupa
sama Allah, tapi tadi pas diterapi jadi ngerasa diingetin
lagi sama Allah yang masih sayang sama saya sampe
detik ini. Meskipun dulu sampe sekarang cuma fokus
sama yang namanya narkoba. Bahkan keluarga pun sempat di
nomer duakan tapi mereka juga tetep sayang, tetep support saya
sampe saat ini. Bener-bener ngerasa bersalah, ngerasa dosa
juga sampe umur segini tapi belum bisa bahagiain mereka.”
Persepsi ketiga informan ini satu teknik terapi yang mendasari
sama mengenai manfaat terapi efektivitas SEFT. Pada saat
SEFT dapat memberikan motivasi memunculkan rasa khusyu, ikhlas
dan ditambah dengan kesadaran dan pasrah dalam proses SEFT-ing,
serta niat yang kuat dari dalam diri pada saat itulah kesadaran spiritual
masing-masing untuk benar-benar kita meningkat dan proses
berubah. penyembuhan akan cenderung lebih
b. Kesadaran Spiritual cepat (Zainuddin, 2014).
Menurut Herbert Beason Dari hasil penelitian, ketiga
(Researcher on Relaxation & informan menyatakan hal yang
Meditation) dalam buku SEFT sama, yakni: terapi SEFT dapat
Total Solution (2014), Relaxation meningkatkan kesadaran spiritual
dan meditation merupakan salah seseorang. Seperti yang
147
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
148
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
149
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
150