Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN

KEPERAWATAN
Tentunya masih banyak kekurangan dari yang kami posting, silahkan untuk lebih jelasnya melihat buku
atau journal yang membahas tentang askep-askep yang ada. Terimakasih
Jumat, 11 Maret 2016

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN BURST


ABDOMEN

xLEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Laporan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak


Dengan Gangguan Sistem Pencernaan
Burst Abdomen
Oleh Kelompok
Prodi : S1-Keperawatan
Semester : IV (Empat)
STIKES ABI SURABAYA

Telah di terima dan disahkan oleh pembimbing Tugas Sistem Pencernaan


II Keperawatan STIKES Artha Bodhy Iswara Surabaya pada:

Pembimbing

Sri Wilujeng, S.Kep., Ners., M.Kes

Hari :
Tanggal :
Tempat :
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepadah Tuhan yang mahakuasa karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami bisa menyelasaikan tugas Makalah ASKEP “Burst
Abdomen” adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah Askep “Burst Abdomen
ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan oleh dosen pada matakulia
Sistem Pencernaan II.
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun atas
berkat Tuhan yang mahakuasa, dan teman-teman yang telah membantu, dan dosen
pembimbing yang telah membantu ahkirnya kami dapat menyelasaikan tugas ini dengan
cukup baik, oleh karena itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam proses penyusunan makalah “Askep Burst Abdomen”
ini. Oleh karena itu segalah saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
perbaikan tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khusunya bagi
kami dan bagi pembaca lain pada umunnya.

Surabaya,27 Maret 2015

DAFTAR ISI

COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.2.1 Tujuan Umum 2
1.2.2 Tujuan khusus 2
1.3 Manfaat 3

BAB II TUJUAN PUSTAKA


2.1 Anatomi Fisiologi Abdomen 4
2.2 Definisi 4
2.3 Klasifikasi 11
2.4 Etiologi 11
2.5 Manifestasi Klinik 18
2.6 Patofisiologi 18
2.7 Pemeriksaan Diagnostik 20
2.8 Penatalaksanaan 20
2.9 Prognosis 25
2.10 Komplikasi 25
2.11 WOC 28

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN BURST ABDOMEN


3.1 Pengkajian 29
3.2 Diagnosis Keperawatan 32
3.3 Intervensi 33

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 53
4.2 Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 54

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Burst abdomen atau disebut juga sebagai Wound dehiscence merupakan komplikasi
serius dari tindakan post operatif yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Lotfy,
2009). Menurut Sander (2012), angka mortalitas pasien dengan burst abdomen rata-rata 18,1%,
dengan range 9,4% – 43,8%. Terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara partial atau
komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka post operatif harus segera
ditangani karena pasien tersebut memiliki kemungkinan mortalitas 30%.
Burst abdomen adalah terbukanya tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau
pengeluaran isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post
operasi dari penutupan luka di dalam perut. Meskipun kasus ini jarang ditemukan di Indonesia
namun tidak sedikit pasien yang pernah mengalami burst abdomen. Pada tahun 1972 terdapat 18
(3%) kasus burst abdomen diantara 593 operasi yang terjadi pada anak-anak. Pada orang dewasa
terdapat 45 kasus diantara 5156.Dari 45 kasus, 80% terjadi pada lansia. Lalu perbandingan untuk
pria dan wanita adalah 2 : 1. Namun, saat ini insiden burst abdomen tidak berbeda jauh dengan
tahun 1972. Insiden sebanyak 0,2% - 6% dengan tingkat kematian 10% - 30%. Apabila insiden
ini terus berlanjut dan tidak ada perhatian dari masyarakat tentang kasus ini, maka akan ada
kemungkinan bertambahnya pasien dengan burst abdomen setiap tahunnya.
Burst abdomen terjadi lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Biasanya burst
abdomen terjadi pada minggu kedua, dengan puncaknya pada hari kesepuluh pasca-operasi, dan
memiliki angka kematian sekitar 20.
Burst abdomen yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan
berbagai komplikasi yang serius yang akan meningkatkan resiko kematiaan. Melalui makalah ini
kami memberikan pengetahuan dan cara pencegahan terjadinya burst abdomen sehingga angka
kejadian penyakit tersebut dapat menurun. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
pula bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien burst abdomen yang
benar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari penyakit burst abdomen?
2. Bagaimana anatomi fisiologi abdomen?
3. Bagaimana klasifikasi dari penyakit burst abdomen?
4. Bagaimana etiologi dari penyakit burst abdomen?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit burst abdomen?
6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit burst abdomen?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari penyakit burst abdomen?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit burst abdomen?
9. Bagaimana prognosis dari penyakit burst abdomen?
10. Bagaimana komplikasi dari penyakit burst abdomen?
11. Bagaimana WOC dari penyakit burst abdomen?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan burst abdomen?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan Sistem Pencernaan “Burst Abdomen”
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami definisi dari penyakit burst abdomen
2. Memahami anatomi fisiologi abdomen..
3. Memahami klasifikasi dari penyakit burst abdomen.
4. Memahami etiologi dari penyakit burst abdomen
5. Memahami manifestasi klinis dari penyakit burst abdomen.
6. Memahami patofisiologi dari penyakit burst abdomen.
7. Memahami pemeriksaan diagnostic dari penyakit burst abdomen.
8. Memahami penatalaksanaan dari penyakit burst abdomen.
9. Memahami prognosis dari penyakit burst abdomen .
10. Memahami komplikasi dari penyakit burst abdomen.
11. Memahami WOC dari penyakit burst abdomen.
12. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan burst abdomen.
1.4 Manfaat
1. Memperoleh pengetahuan tentang konsep dari penyakit burst abdomen.
2. Memperoleh pengetahuan dan dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit burst abdomen.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Burst abdomen diartikan sebagai terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara partial
atau komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka post operatif disertai
protrusi dan eviserasi isi abdomen. Burst abdomen dikenal juga sebagai abdominal wound
dehiscence (Theodore, 1999). Eviserasi adalah suatu keadaan dimana keluarnya organ-organ
abdomen seperti usus.
Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah terbukanya tepi-tepi luka
sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini
merupakan salah satu komplikasi post operasi dari penutupan luka di dalam perut. (Saktya,
2011).
Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah terbukanya tepi-tepi luka
sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini
merupakan salah satu komplikasi post operasi dari penutupan luka di dalam perut.
2.2 Anatomi Fisiologi Abdomen
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh.Bentuknya lonjong dan meluas dari atas
dari drafragma sampai pelvis di bawah.Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian,
abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu
rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas
diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi
otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang
punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum. Rongga Abdomen dan Pelvis:
a. Hipokhondriak kanan
b. Epigastrik
c. Hipokhondriak kiri
d. Lumbal kanan
e. Pusar (umbilikus)
f. Lumbal kiri
g. Ilium kanan
h. Hipogastrik
i. Ilium kiri
Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus
halus dan usus besar.
a) Lambung
Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, Fundus lambung, mencapai ketinggian ruang
interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak di tengah. Pylorus, suatu kanalis
yang menghubungkan corpus dengan duodenum Fungsi lambung:
1) Tempat penyimpanan makanan sementara.
2) Melunakkan makanan.
3) Mencampurkan makanan.
4) Mendorong makanan ke distal.
5) Protein diubah menjadi pepton.
6) Faktor antianemi dibentuk.
b) Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam keadaan
hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ibo kolika tempat bersambung dengan
usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar.Fungsi usus halus
adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari lambung isi duodenum adalah alkali. Usus halus
dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
1) Duodenum : bagian pertama usus halus yang panjangnya 25cm.
2) Yeyenum : menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus.
3) Ileum : menempati tiga pertama akhir
c) Usus Besar
Usus besar Usus besar adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup ileokdik yaitu
tempat sisa makanan.Panjang usus besar kira-kira satu setengah meter. Fungsi usus besar adalah:
1) Absorpsi air, garam dan glukosa.
2) Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam.
3) Penyiapan selulosa.
4) Defekasi (pembuangan air besar)
d) Hati
Hati Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam rongga
abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma Fungsi hati adalah:
1) Bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruhnya atas makanan dan
darah.
2) Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh/sebagai pengantar matabolisme.
3) Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.
4) Hati juga mengubah asam amino menjadi glukosa.
5) Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.
6) Hati sebagai penghancur sel darah merah.
7) Membuat sebagian besar dari protein plasma.
8) Membersihkan bilirubin dari darah
e) Kandung Empedu
Kandung Empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran
berotot.Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran
depannya.Kandung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher.
f) Pankreas
Pankreas Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan kelenjar
ludah. Panjangnya kurang lebih lima belas centimeter. Fungsi pankreas adalah :
1) Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang membentuk getah pankreas dan
yang berisi enzim dan elektrolit.
2) Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat kelompok-kelompok kecil sel
epitelium yang jelas terpisah dan nyata.
3) Menghasilkan hormon insulin yang mengubah gula darah menjadi gula otot
g) Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di sebelah kanan dari
kiri tulang belakang, di belakang peritoneum.Panjang ginjal 6 sampai 7½ centimeter.Pada orang
dewasa berat kira-kira 140 gram. Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu : lobus hepatis
dexter, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus sinistra. Fungsi ginjal adalah :
1) Mengatur keseimbangan air.
2) Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah.
3) Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam.
h) Limpa
Limpa Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara fundus ventrikuli
dan diafragma. Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1) Dua facies yaitu facies diafragmatika dan visceralis.
2) Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.
3) Dua margo yaitu margo anterior dan posterior.
Fungsi limpa adalah :
1. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan limposit.
2. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk homoglobin dan zat besi bebas.

Struktur dinding abdomen


Dinding abdomen dibentuk oleh lapisan-lapisan yang berturu-turut dari superficial ke
profundus yang terdiri atas kulit, jaringan subkutan, otot dan fasia, jaringan ekstraperitoneal dan
peritoneum susunan dinding abdomen.
1. Kulit
2. Subkutan fet yang disekat oleh:
a. Fascia camfer
b. Fascia scarpa
c. Fascia transfersalis
3. Otot
Otot dindidng abdomen :
a. Musculus rectus abdominis
b. Musculus oblica eksterna
c. Musculus transvesalis
d. Musculus piramidalis
4. Peritoneum
Peritoneum adalah suatu membrana serosa yang tipis, halus dan mengkilat, terletak
pada facies interna cavum abdominis. Secara umum, dibagi menjadi peritoneum parietale,
peritoneum viscerale, dan cavum peritonei. Peritoneum viscerale adalah yang membungkus
permukaan organ abdominal, peritoneum parietale adalah yang menutupi dinding abdomen dari
dalam rongga abdomen, sedangkan cavum peritonei adalah rongga yang terletak di antara kedua
lapisan tersebut dan mengandung cairan sereus.Peralihan peritoneum parietale menjadi
paritoneum viscerale (reflexi peritoneum) dapat berupa lipatan (plica), lembaran (omentum),
atau alat penggantung viscera.
Dinding ventrolateral abdomen
Garis-garis pembelahan alami pada kulit konstan dan berjalan hamper horizontal disekitar tubuh.
Secara klinik ini penting, karena insisi sepanjang garis pembelahan akan sembuh dengan parut
yang sedikit, sedangkan insisi yang menyilang garis-garais ini akan sembuh dengan parut yang
luas atau parut yang menonjol.

Fasia
Jaringan lemak akan semakin ke profundus semakin memadat sehingga akhirnya akan tampak
menyerupai selaput yang bersidat collagenous. Jaringan subkutan dibagi 2 :
1. Pars superfisialis
Pars superfisialis dibagi menjadi jaringan lemak superfisialis yang disebut fasia kamper, lapisan
membranasea yang terletak di anterior abdomen sebagai fascia scarpa dan lapisan membranasea
pada perioneum disebut fascia colles. Lapisan lemak melanjutkan diri dengan lemak superficial
yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin dapat sangat tebal. Lapisan lemak akan
menghilang pada dinding toraks dan disebelah lateral linea aksilaris media.
2. Pars profunda
Pada dinding anterior abdomen, fasia profunda semata-mata merupakan lapisan tipis jaringan
areolar yang menutupi otot-otot.

Otot-Otot Dinding Abdomen


Otot-otot dinding anterior dan lateral abdomen, yakni m. rektus abdominis, m. eksternus oblik,
m. abdominis eksternus oblik, m. abdominis internus oblik, m. abdominis transversus.

Nama Asal Menuju


Rektus abdominalis Sternum tulang iga ke-5 Os pubis
sampai iga ke-7
Oblika eksterna Tulang iga 8 Krista iliaka Bertemu di linea alba

Oblika interna 2/3 krista iliaka Semua tegak lurus dengan


Ligamentum inguinal muskulus oblika eksternus
Tendo torakolumbalis dan selanjutnya sejajar
Bertemu dan memperkuat
linea alba
Transversa Tulang iga ke-6 Tendon Bertemu dan memperkuat
torakolumbalis Krista iliaka linea alba
Ligamentum inguinal
Piramidalis Os pubis kanan dan kiri Linea alba.
Besar dan bentuk bervariasi

a. M. abdominis eksternus oblik


Otot ini merupakan otot dinding abdomen yang paling superficial. Otot ini berorigo pada tepi
eksternal delapan ruas tulang iga yang terakhir, serat-serat nya berjalan serong dari kraniolateral
menuju kaudomedial dan berinsersi pada tiga tempat.
1) Posterior dari otot ini berinsersi ke labium eksterna dan Krista iliaka.
2) Menuju ligamen inguinalis setelah berubah bentuk menjadi aponeurosis setinggi garis yang
menghubungkan SIAS dan umbilicus.
3) Menuju ke medial, ke tepi lateral dari m. abdominis bersatu dengan aponeurosis m. abdominis
internus oblik dan akhirnya bersama-sama menuju linea alba sebagai sarung rektus lapisan
ventral Bagian lateral ujung posterior ligament inguinal merupakan origo dari sebagian m.
abdominis internus oblik dan m. abdominis transverses. Pada pinggir inferior ligament inguinal
yang membulat, melekat fasia profunda paha yaitu fasia lata.
b. M. abdominis internusoblik
Otot ini melekat dibawah m. abdominis eksternus oblik yang serat-seratnya berjalan sedemikian
rupa sehingga membentuk sudut tegak lurus dengan m. abdominiseksternus oblik.
Otot ini berinsersi pada 3 tempat :
1) Permukaan bagian internal tiga kosta terakhir.
2) Sarung rektus
3) Os pubis `Dekat insersinya, serabut tendinosa yang terbawah bergabung oleh serabut-serabut
yang sama dari m. abdominis transverses membentuk conjoint tendon. Conjoin tendon di medial
melekat pada linea alba, tetapi memiliki pinggir lateral yang bebas.
c. M. abdominis transversus
Otot ini berasal dari permukaan dalam enam kartilago kostalis bagian bawah (saling bertautan
dengan diafragma), fasia torakolumbal, labium internum Krista iliaka, dan fasia iliaka.Serat otot-
otot ini berjalan hampir horizontal dan berinsersio sebagai aponeurosis yang ikut membentuk
sarung rektus.
d. M. rektus abdominis
Merupakan otot panjang dan kuat yang tebentang sepanjang seluruh panjang dinding
abdomen.Diatas, otot ini melebar dan terletak berdekatan dengan garis tengah, dipisahkan dari
pasangannya oleh linea alba.m.rektus abdominis berasal dari depan simfisis pubis dan Krista
pubika. Otot ini berinsersi ke kartilago kosta V,VI,XII dan permukaan luar prosesus xipoideus.
Jika otot ini berkontraksi terlihat linea semilunaris yang terbentang dari ujung rawan iga IX
sampai tuberkulum pubikum. Otot ini disilangi oleh tiga insersi :
1. Ujung proses xifoideus
2. Umbilicus
3. Ditengah keduanya
e. M. piramidalis
M. piramidalis ini kadang sering tidak ada. Otot ini pada dasarnya berasal dari permukaan
anterior pubis dan berinsersi pada linea alba. Otot ini terletak pada bagian depan bagian bawah
m. rektus abdominis.
Linea alba
Linea alba adalah suatu garis yang dibentuk oleh pertemuan aponeurosis otot-otot
dinding abdomen pada garis median dinding abdomen. Sarung rektus (rektus sheath) adalah
kumpulan dari aponeurosis otot-otot dinding abdomen yang membungkus m. rektus
abdominis.Sarung rektus ini berfungsi sebagai reticulum yang mempertahankan m. rektus
abdominis tetap pada posisinya (mencegah terjadinya bow-string effect) pada waktu kontraksi.

2.3 Klasifikasi
Menurut Theodore (1999), klasifikasi dari burst abdomen adalah sebagai berikut :
a. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan oleh trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra
abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan
masa darah dapat menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di
eksplorasi.Atau terjadi karena trauma penetrasi.Trauma Abdomen adalah terjadinya atau
kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
2.4 Etiologi
Terjadinya burst abdomen dipengaruhi oleh banyak faktor. Berdasarkan beberapa penelitian yang
telah dilakukan faktor resiko akan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu faktor pre-operative,
operative, dan post-operative (British Medical Journal: 1966).
a. Pre operasi Faktor pre-operative ini biasanya berhubungan dengan keadaan pasien sebelum
operasi dan karakteristik pasien.
Faktor pre-operative ini biasanya berhubungan dengan keadaan pasien sebelum operasi dan
karakteristik pasien.
1. Jenis kelamin
Kejadian pada pria dan wanita didapatkan perbedaan yang sedikit meningkat pada pria yang
mana berbanding 3:1. Hal ini dapat dipicu karena faktor merokok, pada pria sering mengalami
batuk persisten sehingga dapat meningkatkan tekanan intraabdomen dan lebih beresiko terjadi
burst abdomen.
2. Umur
Kejadian burst abdomen meningkat dengan bertambahnya umur. Burst abdomen pada pasien
yang berumur <45 tahun sebesar 1,3%, sedangkan pada pasien >45 tahun sebesar 5,4%.
(Schwartz et al, Principles Of Surgery) Burst abdomen sering terjadi pada usia>60 tahun. Hal ini
dikarenakan sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi dan otot dinding rongga perut melemah. (Lotfy, 2009) Hal ini mungkin dikarenakan
hal-hal sebagai berikut:
a. Faktor penentu sebelum terjadinya burst abdomen yang sering ditemukan yaitu batuk kronis,
konstipasi kronis dan dysuria.
b. Adanya anemia, hypoproteinaemia, dan beberapa kekurangan vitamin dalam kelompok usia ini.
c. Komplikasi pasca operasi seperti mengejan, batuk, dan muntah berulang.
3. Anemia
Hemoglobin menyumbang oksigen untuk regenerasi jaringan granulasi dan penurunan tingkat
hemoglobin mempengaruhi penyembuhan luka. (Lotfy, 2009). Pada beberapa studi
dikemukakan bahwa rendahnya kadar hemoglobin (<10mg mg/dl) merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya burst abdomen.
4. Hipoproteinemia
Hypoproteinemia adalah salah satu faktor yang penting dalam penundaan penyembuhan,
seseorang yang memiliki tingkat protein serum di bawah 6 g / dl memiliki resiko burst abdomen.
(Saktya, 2011).
5. Defisiensi vitamin C
VitaminC sangat penting untuk memperoleh kekuatan dalam penyembuhan luka. Kekurangan
vitamin C dapat mengganggu penyembuhan dan merupakan predisposisi kegagalan luka.
Kekurangan vitamin C terkait dengan delapan kali lipat peningkatan dalam insiden wound
dehiscence.
6. Kortikosteroid
Steroid memiliki peranan dalam menghambat proses inflamasi, fungsi makrofag, proliferasi
kapiler, dan fibroblast. Selain itu juga kortikosteroid dapat menurunkan sistem imun sehingga
jika terjadi suatu infeksi, proses penyembuhan luka terhambat.
7. Merokok
Kebiasaan merokok sejak muda menyebabkan batuk-batuk yang persisten, batuk yang kuat dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen.
8. Hypoalbuminaemia (serum albumin < 3 mg%)
Keadaan hipoalbuminemia ini akan mengurangi sintesa komponen sulfas mukopolisarida dan
kolagen yang merupakan bahan dasar penyembuhan luka. Defisiensi tersebut akan
mempengaruhi proses fibroblasi dan kolagenisasi yangmerupakan proses awal penyembuhan
luka. Hal ini akan memperlambat proses penyembuhan luka. Hypo-albuminaemia dapat
digunakan sebagai penanda malnutrisi. Hypoproteinemia merupakan salah satu faktor terpenting
dalam proses penyembuhan. Untuk perbaikan jaringan, sejumlah besar asam amino
diperlukan.Asam amino membantu dalam pembentukan RNA dan DNA.Kekurangan ini
mengarah ke jaringan selular miskin, yang menyebabkan kekuatan luka hilang.
9. Operasi yang bersifat emergensi
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan dengan terjadinya burst abdomen. Hal ini
mungkin lebih disebabkan karena keadaan hemodinamik pasien yang tidak stabil dibandingkan
dengan persiapan operasi yang terencana (elektif).
10. Diabetes (GDP > 140 mg/dl atau GDA> 200 mg/dl)
Pada orang dengan diabetes, proses penyembuhan luka berlangsung lama. (Lotfy, 2009). DM
berkaitan dengan gangguan metabolisme pada jaringan ikat hal tersebut tentu saja amat sangat
berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses penyembuhan luka
operasi. Sehingga pengendalian DM yang baik dibutuhkan untuk menghindari DM sebagai
faktor resiko.
b. Operasi
1. Tipe insisi
Midline incision memiliki insiden terjadinya burst abdomen lebih besar daripada transverse
incision. Midline incision tidak anatomis karena incisi ini memotong serabut aponeurotik,
sedangkan pada transverse incision memotong diantara serabut. Kontraksi pada dinding
abdomen akan memberikan tekanan untuk membantu penutupan luka. Pada midline incision,
kontraksi ini dapat menyebabkan adanya luka baru pada lateral jahitan, sedangkan pada
transverse incision, jahitan akan merapat. Midline incision banyak digunakan karena dengan
teknik ini lapangan pandang saat operasi menjadi lebih luas untuk melakukan explorasi.
Tipe insisi midline Tipe insisi transversal.

2. Jahitan luka
Berdasarkan hasil penelitian teknik continuous Z memiliki faktor resiko terjadinya burst
abdomen lebih besar yaitu sebesar 14,8% sedangkan pada teknik interrupted X hanya sebesar
2,17%. C
c. Post operasi
1. Peningkatan tekanan intra-abdominal
Peningkatan tekanan ini dapat disebabkan oleh batuk, muntah, ileus, dan retensi urine.Setelah
beberapa operasi intra abdomen, kejadian ileus tidak dapat dielakkan.Tekanan intra abdomen
yang tinggi mungkin disebabkan pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik yang
biasanya mereka menggunakan otot-otot abdomen sebagai otot tambahan untuk respirasi.
Sebagai tambahan, batuk yang terjadi mendadak dapat meningkatkan tekanan intra abdomen.
Beberapa factor yang berperan dalam peningkatan tekanan abdomen seperti obstruksi usus post
opersi, obesitas, dan cirrhosis dengan adanya ascites. Tekanan intraabdominal yang tinggi akan
menekan otot-otot dinding abdomen sehingga akan teregang. Regangan otot dinding abdomen
inilah yang akan menyebabkan berkurangnya kekuatan jahitan bahkan pada kasus yang berat
akan menyebabkan putusnya benang pada jahitan luka operasi dan keluarnya jaringan dalam
rongga abdomen. Hal yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen diantaranya:
a. Mengangkat beban berat
b. Batuk dan bersin yang kuat
c. Mengejan akibat konstipasi

2. Infeksi pada luka


Produk infeksi yang dihasilkan dapat menghambat proses penyembuhan luka. Gagalnya
penyatuan fasia karena adanya nekrosis dipercaya dapat menyebabkan burst abdomen. Selain itu
terjadinya burst abdomen atau wound dehiscence dapat disebabkan oleh beberapa factor
sistemik dan local yang berpengaruh terhadap timbulnya luka komplikasi ini.
a. Faktor Sistemik.
Burst abdomen jarang diderita pada pasien dibawah usia 30 tahun tetapi pada pasien diatas usia
60 tahun dengan operasi laparotomi hanya didapatkan sebanyak 5 %. Burst abdomen banyak
dijumpai pada pasien dengan Diabetes mellitus, uremia, immunosuppresion, jaundice, sepsis,
hipoalbuminemia, pasien dengan obesitas, riwayat keganasan, maupun pasien dengan
penggunaan obat-obatan kortikosteroid.
b. Faktor Lokal.
Ketiga factor local yang penting untuk terjadinya burst abdomen diantaranya adalah: penutupan
luka yang tidak adekuat, peningkatantekanan intraabdomen, dan gangguan pada proses
penyembuhan luka. Burst abdomen lebih sering terjadi karena kombinasi ketiga factor tersebut
dibandingkan bila hanya muncul salah satu saja. Jenis incise pada saat operasi seperti incise
transversal maupun longitudinal sampai saat ini tidak berpengaruh terhadap insiden dari burst
abdomen.
3. Penutupan jahitan dari Luka Operasi
Penutupan yang adekuat dari luka operasi merupakan salah factor yang penting dalam hal
penyembuhan luka operasi. Lapisan fasial memberikan kekuatan pada saat penutupan, dan ketika
fascia terbuka atau rusak (disrupts) luka akan terbuka dan menjadi rusak. Keakuratan penutupan
pada lapisan anatomi sangat penting untuk penutupan luka yang adekuat. Banyak luka-luka
menjadi rusak (burst/dehiscence) disebabkan karena terputusnya jahitan sampai kedalam fascia.
Untuk pencegahan masalah ini meliputi bentuk irisan operasi yang bagus dan bersih,
devitalisasi dari fascia yang sangat diperhatikan selama operasi, penempatan dan penautan
jahitan yang tepat, dan pemilihan material jahitan yang sesuai.Jahitan ditempatkan 2-3 cm dari
tepi luka dan kira-kira sepanjang 1 cm.
Luka dehiscence sering disebabkan karena jahitan bekas operasi yang terlalu melekat dan
rapat pada tepi fascia.Pada pasien dengan factor resiko terjadinya luka dehiscence, para ahli
bedah harus melakukan penutupan yang kedua pada operasi pertama, dan melakukan perawatan
ekstra untuk mencegah terjadinya luka dehiscence. Bahan untuk jahitan sintetik yang modern
seperti asam polyglycolic, polypropylene, dan yang lain, digunakan untuk penjahitan pada
penutupan fascia yang superior. Pada luka yang mengalami infeksi, benang dari bahan
polypropylene lebih resisten terhadap degradasi dari pada benang asam polyglycolic serta rata-
rata yang rendah terhadap terjadinya luka yang rusak.Komplikasi luka menurun dengan adanya
obliterasi pada daerah “dead space”. Ostomies dan drain setelah operasi ditempatkan diluar dari
incise operasi untuk menurunkan kejadian luka infeksi dan terbuka.
4. Gangguan pada Penyembuhan Luka Infeksi merupakan factor yang berhubungan pada separuh
lebih terjadinya luka karena rusak. Adanya drain, seroma, dan luka hematom juga sebagai tanda
adanya penyembuhan luka yang terlambat. Normalnya, “healing ridge” ( penebalan kira-kira 0,5
cm dari masing-masing sisi jahitan) tampak pada akhir dari minggu pertama setelah operasi.
Jika muncul jenis luka seperti ini maka secara klinis penyembuhan luka berjalan dengan baik dan
adekuat, dan ini biasanya tidak muncul pada luka yang rusak.
Tabel Faktor Penyebab Luka dehiscence Post operative.

Jahitan di pasang kurang tepat Terlalu berdekatan


Ditarik dan di ikat terlalu kencang
Tehnik operasi kurang baik Tidak mencapai lapisan fascia
Jaringan nonvital di tinggalkan
Tekanan intra abdomen tinggi Dilatasi usus/ileus paralitik
Asites
Batuk
Muntah
Banyak mengejan
Hematoma di luka dengan atau tanpa infeksi
Infeksi luka
Penyakit Metabolic
Hipoalbuminemia atau gizi buruk
Sirotis Hepatis
Karsinomatosis
Uremia
Diabetes mellitus

5. Terapi Radiasi
Riwayat pemakaian terapi radiasi mengganggu sintesis protein normal, mitosis, migrasi dari
faktor peradangan, dan pematangan kolagen.

2.5 Manifestasi Klinis


Adanya luka yang dehiscence biasanya merupakan awal dari terjadinya abses di intra
abdomen, Kejadian ini menunjukkan bahwa sudah ada dehiscence fascia dan atau lapisan otot.
Pasien merasakan nyeri yang sangat bahkan sampai meledak-ledak yang biasanya berhubungan
dengan batuk yang berat disertai muntah-muntah, hal ini membuat pasien merasa sangat gelisah
dan iritabilitas disertai dengan peningkatan temperature (febrile) dan adanya cairan yang keluar
dari luka operasi membuat pasien kurang nyaman. Seringkali disertai perut yang distended
(membesar dan tegang) yang menandai adanya infeksi di daerah tersebut (Brunner & Suddarth.
1997). Keadaan umum pasien juga menurun ditandai dengan wajah tampak anemis dan pasien
tampak sangat kesakitan.Luka yang terjadi pada dinding abdomen menjadi jelek dan kelihatan
rusak. Dalam satu hari keadaan ini akan diikuti oleh penonjolan usus dari luka kulit yang
menganga pada operasi kulit (incisional hernia). Gejala intraperitoneal sepsis merupakan salah
satu tanda adanya burst abdomen.
a. Nyeri setelah beberapa hari operasi
b. Keluar cairan merah pada bekas jahitan atau bahkan keluar nanah
c. Luka jahitan menjadi lembek dan merah (hiperemi)
d. Perut distended (membesar dan tegang) yang menandai adanya infeksi di daerah tersebut
e. Keadaan umum pasien juga menurun ditandai dengan wajah tampak anemis dan pasien tampak
sangat kesakitan

2.6 Patofisiologi
Burst Abdomen bisa disebabkan oleh faktor pre operasi, operasi dan post operasi. Pada
faktor pre operasi, hal-hal yang berpengaruh dalam factor pre operasi ini adalah usia, penyakit
diabetes mellitus, dan malnutrisi. Pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan
dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Kejadian
tertinggi burst abdomen sering terjadi pada umur > 50-65 tahun. Selain itu adanya anemia,
hypoproteinaemia, dan beberapa kekurangan vitamin bisa menyebabkan terjadinya burst
abdomen. Hemoglobin menyumbang oksigen untuk regenerasi jaringan granulasi dan penurunan
tingkat hemoglobin mempengaruhi penyembuhan luka.
Penyakit-penyakit tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh
sehingga akan mengganggu proses penyembuhan luka operasi. Hypoproteinemia adalah salah
satu faktor yang penting dalam penundaan penyembuhan, seseorang yang memiliki tingkat
protein serum di bawah 6 g / dl. Untuk perbaikan jaringan, sejumlah besar asam amino
diperlukan. Vitamin C sangat penting untuk memperoleh kekuatan dalam penyembuhan luka.
Kekurangan vitamin C dapat mengganggu penyembuhan dan merupakan predisposisi kegagalan
luka. Kekurangan vitamin C terkait dengan delapan kali lipat peningkatan dalam insiden wound
dehiscence. Seng adalah co-faktor untuk berbagai proses enzimatik dan mitosis (Saktya, 2011).
Untuk factor operasi, tergantung pada tipe insisi, penutupan sayatan, penutupan
peritoneum, dan jahitan bahan. Kontraksi dari dinding abdomen menyebabkan tekanan tinggi di
daerah lateral pada saat penutupan. Pada insisi midline, ini memungkinkan menyebabkan bahan
jahitan dipotong dengan pemisahan lemak transversal.Dan sebaliknya, pada insisi transversal,
lemak dilawankan dengan kontraksi.Otot perut rektus segmental memiliki suplai darah dan saraf.
Jika irisan sedikit lebih lateral, medial bagian dari otot perut rektus mendapat denervated dan
akhirnya berhenti tumbuh. Ini menciptakan titik lemah di dinding dan pecah perut.
Faktor post operasi terdiri dari peningkatan dari intra-abdominal pressure yang
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak
cukup kuatnya pada daerah tersebut, dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses
perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Dapat dipicu juga
jika mengangkat beban berat, batuk dan bersin yang kuat, mengejan akibat konstipasi.Kebiasaan
merokok sejak muda menyebabkan batuk-batuk yang persisten, batuk yang kuat dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen. Terapi radiasi dapat mengganggu sintesis
protein normal, mitosis, migrasi dari faktor peradangan, dan pematangan kolagen.
Antineoplastic agents menghambat penyembuhan luka dan luka penundaan perolehan dalam
kekuatan tarik.
Pada pasien post operasi abdomen yang memiliki penurunan kemampuan penyembuhan
luka, maka akan beresiko mengalami burst abdomen. Pasien burst abdomen biasanya akan
ditemukan peningkatan tekanan intra abdomen sehingga dapat mengganggu ekspansi paru dan
suplai oksigen menurun sehingga menyebabkan terjadinya sesak napas. Distensi abdomen juga
sering ditemukan pada pasien burst abdomen sehingga dapat menyebabkan penurunan nafsu
makan dan terjadi anoreksia. Luka insisi pada pasien burst abdomen dapat menyebabkan
diskontinuitas jaringan sehingga menimbulkan nyeri pada daerah sekitar luka. dan memiliki
resiko tinggi terjadi infeksi (Medical Journal, 2011).

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui resiko yang dapat memperparah penyakit.
Pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah.
2. Sinar X abdomen
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas dalam usus atau obstruksi usus.
3. CT scan atau MRI
Untuk mendiagnosa kelainan-kelainan yang terdapat dalam tubuh manusia, juga sebagai evaluasi
terhadap tindakan atau operasi maupun terapi yang akan dilakukan terhadap pasien.
4. Tes Darah lengkap
Hemoglobin, serum protein, gula darah, serum kreatinin, dan urea.Hitung darah lengkap dan
serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel
darah putih, dan ketidakseimbangan elektrolit.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan burst abdomen dipengaruhi oleh keadaan umum pasien dimana dapat dibagi
menjadi dua, yaitu terapi non-operatif dan operatif.
1. Terapi non-operatif
Terapi ini dilakukan bila keadaan umum pasien stabil dan tidak disertai adanya
eviserasi. Perawatan luka yang dilanjutkan dengan penutupan secara steril perlu dilakukan.
Pasien dianjurkan tidak turun dari tempat tidur dan menutup luka dengan handuk yang dibasahi
dengan cairan steril. Abdominal binder dapat digunakan untuk membantu proses penutupan
luka. Diharapkan luka dapat menutup kembali, atau jika keadaan pasien sudah membaik, maka
dapat direncanakan operasi. Jika pasien datang dengan burst abdomen dan ada eviserasi:
a. Inform Consent
b. Puasa dilakukan 4 jam sebelum pembedahaan, pemasangan NGT dekompresi.
c. Pasang infus, bericairan standard N4 dengan tetesan sesuai kebutuhan.
d. Antibiotik pra bedah diberikan secara rutin.
e. Dilakukan rawat luka pada abdomen dengan teknik steril selama dua hari sekali.
f. Perlu diperhatikan juga tentang nutrisi pasien. Pemberian nutrisi tinggi protein dan serat pada
pasien dengan burst abdomen membantu penyembuhan dan fungsi saluran cerna pasien.

2. Terapi operatif
Tindakan yang harus segera dilakukan oleh ahli bedah bila menjumpai adanya burst
abdomen adalah dengan memperbaiki kembali luka operasi yang ditimbulkan segera dengan
terlebih dahulu mengevaluasi struktur di dalamnya. dibilas dengan cairan isotonis ringer lactate
yang mengandung antibiotic dan kemudian dilakukan penutupan kembali dinding abdomen.
Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi. Tindakan repair ini harus
dilakukan dalam keadaan steril (diatas meja operasi) dan dengan anastesi general. Lepas dahulu
jahitan yang telah dilakukan pada operasi pada bagian yang mengalami burst, kemudian explore
bagian terdalam dari luka yang rusak dengan jari yang menggunakan sarung tangan steril sampai
bagian jahitan yang terbuka kemudian evaluasi apa yang terjadi apakah terdapat sumber infeksi.
Kemudian dilakukan pencucian luka secara mekanik dengan cairan isotonis yang
mengandung antibiotic yang berlimpah, setelah itu dilakukan perbaikan jahitan dengan
memberikan jahitan ekstra untuk mencegah timbulnya luka dehisence berulang.

Operasi Pembedahan
Penjahitan dilakukan dengan tehnik yang sesuai dan teliti dengan menggunakan jarum dan
benang yang sesuai (monofilamen nilon atau poligycolic acid), setelah repair jahitan selesai luka
ditutup dengan kassa basah steril dan diberi antibiotik, kemudian ditutup kembali sehingga tidak
terkontaminasi dengan dunia luar.
1. Operasi pembedahan, dilakukan untuk menutup lubang dan memperkuat bagian yang lemah,
otot perut dirapatkan menutupi lubang yang ada.
2. Kebanyakan untuk pasien akut atau baru saja terjadi luka disarankan untuk operasi kembali.
3. Kebanyakan teknik yang utama adalah segera menjahit kembali pada tempat jahitan semula yang
mengalami perobekan.
4. Pemberian antibiotic preoperative spektum meluas.
5. Bebaskan lipatan peritonim dan usus untuk jarak yang pendek pada permukaan yang dalam dari
luka pada kedua sisi.
6. Masukkan jahitan luka yang dalam.
7. Kemudian proses akir dari dinding abdomen, yakinlah untuk mengambil potongan yang dalam
dari jari, memakai materi jahitan yang banyak dan hindari tegangan yang berlebihan pada luka.
8. Tutup kulit dengan agak longgar dan mempertimbangkan pemakaian pengering luka dangkal.
Jika terjadi infesi luka yang buruk , jangan biarkan luka terbuka dan bungkuslah.
a) Penumpukan Jahitan
Ada beberapa teknik penumpukan jahitan, tetapi pada prinsipnya adalah :
1) Memakai jahitan luka yang padat dan tidak menyerap.
2) Luas potongan paling tidak 3cm dari tepi luka dan interval stikjahitan 3cm atau kurang.
3) Salah satu dari eksternal (menggabungkan semua lapisan peritonium melewati kulit) atau
(semua lapisan kecuali kulit) mungkin digunakan.
4) Penumpukan jahitan luka internal dapat menghindari pembentukan bekas luka yang tidak sedap
dipandang akan tetapi luka itu tidak dapat dipindahkan pada waktu berikutnya(meningkatkan
resiko infeksi)
5) Jangan mengikat terlalu kuat
6) Penumpukan jahitan luka eksternal biasanya dibiarkan selama paling tidak tiga minggu.
Pada sebagian kecil pasien bisa mendapat penatalaksanaannya yang tepat.Teknik yang
tidak aman atau terkadang tidak mungkin untuk menutup dinding perut dengan benar. Beberapa
kondisi yang mungkin bisa menjadi faktor pencetus pada dinding perut yang tidak dapat
menutup, meliputi:
Ø Trauma abdomen mayor
Ø Sepsis abdomen yang kasar
Ø Retro peritoneal hematom.
Ø Kehilangan jaringan pada dinding perut.
Penderita setelah operasi biasanya masih mengeluh soal lain. Setelah operasi ia
merasakan bagian yang dioperasi seperti tertarik dan nyeri. Untuk mengatasi keluhan tadi, kini
tersedia jala sintetis yang dikenal dengan mesh. Penggunaannya menguntungkan bagi penderita
pascaoperasi, karena otot perutnya tidak lagi ditarik, sehingga penderita tidak akan merasa nyeri.
Usaha untuk menutup dinding perut mungkin dapat menyebabkan elevasi dari tekanan
intra abdominal dan syndrome ruang abdomen berikutnya. Pada kasus kasus tertetu (exs.jika
penyebabnya memungkinkan untuk diselesaikan dengan cepat) mungkin bisa menutup abdomen
untuk sementara waktu dengan membungkus luka dan mengambil tindakan lebih lanjut dalam
waktu 24-48 jam. Penutupan “mesh” pada insisi abdomen biasanya menunjukan:
1. Kerusakannya adalah penutupan dari satu atau dua lapisan pada lubang.
2. Lubang adalah jahitan luka pada tempat dari jahitan luka yang menembus lapisan tebal dinding
abdomen.
Perubahan balutan dan granulasi benuk jaringan berikutnya, akhirnya berpengaruh pada
permukaan yang bisa dibungkus dengan pemindahan robekan kulit (transparansi kulit).
Upaya Pencegahan
Faktor resiko burst abdomen masih bisa dikurangi melalui penanganan pasien secara terpadu
sejak sebelum operasi sampai setelah operasi. Untuk mencegah terjadinya burst abdomen
diantaranya adalah:
a. Tehnik penjahitan yang tepat dan benar
Penjahitan yang dilakukan pada luka operasi sebaiknya menggunakan jarum, benang, dan tehnik
jahitan yang benar.Jahitan yang dibuat jangan terlalu berdekatan dan jangan terlalu kencang
sehingga mengakibatkan luka yang ditimbulkan tidak sembuh dengan sempurna.
b. Teknik operasi yang baik
Salah satu sebab terjadinya burst abdomen karena tehnik operasi yang kurang baik diantaranya
tehnik operasi yang tidak mencapai lapisan fascia atau salah satunya dengan meninggalkan
jaringan yang sudah tidak vital dalam rongga abdomen, hal ini cenderung untuk terjadinya
infeksi. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya burst abdomen sebaiknya operator
benar- benar memahami operasi yang akan dilakukan dan bertindak sebaik mungkin.
c. Mencegah peningkatan intraabdomen
Peningkatan dari tekanan abdomen menghambat dari penyembuhan luka bahkan mengakibatkan
luka yang terjadi mengalami kerusakan sehingga dapat terbuka kembali. Adapun hal-hal yang
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdomen adalah: batuk, muntah, banyak
mengejan, asites, dan dilatasi usus atau adanya ileus paralitik. Oleh karena itu untuk mengontrol
adanya peningkatan intraabdomen selain menganjurkan kepada pasien untuk tidak melakukan
hal diatas, maka dengan melakukan follow up setiap hari kepada pasien post operativ dari bising
ususnya dan dengan pemasangan nasogastric tube untuk dekompresi.
d. Mencegah terjadinya infeksi
Infeksi sangat banyak penyebabnya oleh karena itu pada luka post laparotomy harus dilakukan
rawat luka se aseptis mungkin dengan menggunakan peralatan yang steril. Selain itu juga diikuti
dengan pemberian antibiotika profilaksis.
e. Mengobati penyakit penyerta dari pasien
selain hal-hal seperti diatas terjadinya burst abdomen dapat dipicu karena penyerta dari pasien
diantaranya : hipoalbuminemia, malnutrisi, anemia, joundince, penyakit keganasan, diabetes
mellitus, sehingga dapat menghambat proses penyembuhan luka. Oleh karena itu penyakit
penyerta tersebut juga harus diperhatikan dan diregulasi dengan baik.
2.9 Prognosis
Menurut Sander (2012), angka mortalitas pasien dengan burst abdomen rata-rata 18,1%, dengan
range 9,4% - 43,8%. Apabila terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara partial atau komplit
salah satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka post operatif tidak segera ditangani
maka pasien tersebut memiliki kemungkinan mortalitas 30%.
2.10 Komplikasi
a. Perdarahan
b. Infeksi luka operasi
Infeksi Luka Operasi (ILO)/ Infeksi Tempat Pembedahan (ITP)/Surgical Site Infection
(SSI) adalah infeksi pada luka operasi atau organ/ ruang yang terjadi dalam 30 hari paska operasi
atau dalm kurun 1 tahun apabila terdapat implant. Sumber bakteri pada ILO dapat berasal dari
pasien, dokter dan tim, lingkungan dan termasuk juga instrumentasi.
Menurut The National Nosocomial Surveillence Infection (NNSI), kriteria jenis-jenis SSI ada
tiga sebagai berikut :
1) Superficial Incision SSI ( ITP Superfisial )
Merupakan infeksi yang terjadi pada kurun waktu 30 hari paska operasi dan infeksi tersebut
hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat insisi dengan setidaknya ditemukan
salah satu tanda sebagai berikut :
a. Terdapat cairan purulen.
b. Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan superfisial.
c. Terdapat minimal satu dari tanda-tanda inflammasi
d. Dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang merawat.
2) Deep Insicional SSI ( ITP Dalam )
Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi jika tidak
menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut
memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan jaringan yang lebih dalam
( contoh, jaringan otot atau fasia ) pada tempat insisi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda
:
a. Keluar cairan purulen dari tempat insisi.
b. Dehidensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli bedah karena ada tanda inflammasi.
c. Ditemukannya adanya abses pada reoperasi, PA atau radiologis.
d. Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang merawat

3) Organ/ Space SSI ( ITP organ dalam )


Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi jika tidak
menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut
memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi tertentu
(contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi
dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :
a. Keluar cairan purulen dari drain organ dalam
b. Didapat isolasi bakteri dari organ dalam
c. Ditemukan abses
d. Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter.
e. Peritonitis (infeksi ke seluruh dinding usus) Peritonitis adalah peradangan yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut ( peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis
dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Cedera pada
kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat memindahkan
bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk
menyambungkan bagian usus.
f. Kelemahan fasia/dinding perut yang progresif
g. Kebocoran usus
h. Trauma abdomen mayor
i. Sepsis abdomen yang kasar
j. Retro peritoneal hematom.
k. Kehilangan jaringan pada dinding perut.

2.11 WOC
Tipe insisi, penutupan sayatan, jahitan bahan.
Post Operasi
Kebiasaan merokok, proses perkembangan yg cukup lama, pembedahan abdominal,
kegemukan
Usia, DM
Pre Operasi
Operas
i

Otot dinding perut melemah, Hb menurun.

Organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi, anemia, hypoproteinamia, kekurangan vitamin
luka
Kontraksi dinding abdomen
Tekanan tinggi di daerah lateral pd saat penutupan
Mengangkat beban berat, batuk dan bersin yang kuat, mengejan saat konstipasi.
Peningkatan dr intra-abdominal pressure
Burst Abdoment
B1
(Pernafasan)
B2
(Kardiovaskuler )
B3
(Persyarafan)

B4
(Perkemihan)
B5
(Pencernaan)
B6
(muskuloskeletal/integument)
Nyeri perut saat nafas
Pernafasan tidak
lancar
Cardiac output menurun
Perdarahan
Ganguan oksigenasi
Kerja jantung melemah
Perfusi jaringan ke otak
menurun
Tekanan darah menurun
Peningkatan intra-abdominal pressure
Luka/pecah perut/infeksi
Nyeri
Produksi ginjal menurun
Tekanan darah menurun
Perdarahan
Penurunan keluaran
urine
Perubahan nutrisi < kebutuhan
Rasa nyeri pada saat makan
Nafsu makan berkurang
Berat badan menurun
Inflamasi penyakit/luka
Ganguan intergritas kulit
Mengalami kelemahan & keletihan
Ganguan pola aktivitas

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien :
a. Nama : Suami / Istri / Orangtua
b. Umur : Nama :
c. Jenis kelamin : Pekerjaan :
d. Agama : Alamat :
e. Suku/bangsa :
f. Bahasa : Penanggung jawab :
g. Pendidikan : Nama :
h. Pekerjaan : Alamat :
i. Status :
j. Alamat :
b. Keluhan utama
Keluhan yang sering muncul pada pasien burst abdomen adalah nyeri pada daerah sekitar luka
operasi di perut akibat membukanya luka bekas operasi atau akibat perut distended dikarenakan
adanya infeksi
c. Riwayat Penyakit sekarang
Mengkaji perjalanan penyakit pasien saat ini dari awal gejala muncul dan penanganan yang
telah dilakukan hingga saat dilakukan pengkajian. Menguraikan jenis insisi bedah pada klien.
d. Riwayat Penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah pasien mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan burst
abdomen. Seperti anemia, DM, hipoproteinemia, defesiensi vitamin C, hipoalbumin, dan lain-
lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang memiliki gejala penyakit yang sama seperti pasien.
a. Pola Fungsi Kesehatan :
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Persepsi klien/keluarga terhadap konsep sehat sakit dan upaya klien/keluarga dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan perilaku yang menjadi gaya hidup klien/keluarga untuk
mempertahankan kondisi sehat.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Kebiasaan klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi sebelum sakit sampai saat sakit (saat ini)
yang meliputi : jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, frekuensi makanan, porsi makan
yang di habiskan, makanan selingan, makanan yang di sukai, alergi makanan dan mamakan
pantangan. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi seperti mual, muntah, dan kesulitan
menelan, di buatkan deskripsi singkat dan jelas.Bila di perlukan, lakukan pengkajian terhadap
pengetahuan klien/keluarga tentang diet yang harus di ikuti serta bila ada larangan adat atau
agamapada suatu makanan tertentu.
3. Pola eliminasi
Kaji eliminasi alvi (buang air besar) dan eliminasi uri (buang air kecil) Pola eliminasi
menggambarkan keadaan eliminasi klien sebelum sakit sampai saat sakit (saat ini), yang meliputi
: frekuensi, konsistensi, warna, bau, adanya darah, dan lain-lain. Bila di temukan adanya keluhan
pada eliminasi, hendaknya dibuatkan deskripsi singkat dan jelas tentang keluhan yang di
maksud.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kaji aktifitas rutin yang dilakukan klien sebelum sakit sampai saat sakit mulai dari bangun tidur
sampai tidur kembali, termasuk penggunaan waktu senggang.Mobilitas selama sakit di lihat dan
aktivitas perawatan diri, seperti makan-minum, mandi, toileting, berpakaian, berhias, dan
penggunaan instrumen.
5. Pola tidur dan istirahat
Kaji kualitas dan kuantitas istrahat tidur klien sejak sebelum sakit sampai saat sakity (saat ini),
meliputi jumlah tidur siang dan malam, penggunaan alat pengantar tidur, perasaan klien sewaktu
bangun tidur, dan kesulitan atau masalah tidur : sulit jatuh tidur, sulit tidur lama, tidak bugar saat
bangun, terbangun dini, atau tidak bisa melanjutkan tidur.
6. Pola hubungan dan peran
Kaji hubungan klien dengan anggota keluarga, masyarakat pada umumnya, perawat, dan tim
kesehatan yang lain, termasuk juga pola komunikasi yang di gunakan klien dalam berhubungan
dengan orang lain.
7. Pola sensori dan kognitif
Kaji kemampuan klien berkomunikasi (berbicara dan mengerti pembicaraan) status mental dan
orientasi, kemampuan pengindraan yang meliputi indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
perabaan dan pengecapan.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Kaji pada klien yang sudah dapat mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan kesadaran
akan dirinya meliputi : gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri.
9. Pola reproduksi dan seksual
Kaji pada usia 0-12 tahun di isi sesuai dengan tugas perkembangan psikoseksual. Usia remaja-
dewasa-lansia dikaji berdasarkan jenis kelamin.
10. Pola peran-berhubungan
Kaji hubungan klien dengan anggota keluarga, masyarakat pada umumnya, perawat, dan tim
kesehatan, termasuk juga pola komunikasi yang digunakan klien dalam berhubungan dengan
orang lain.
11. Pola mekanisme koping
Kaji mekanisme koping yang biasanya dilakukan klien ketika menghadapi masalah/ konflik/
stres/ kecemasa.
12. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji nilai-nilai dan keyakinan klien terhadap sesuatu dan menjadi strategi yang amat kuat
sehingga mempengaruhi gaya hidup klien, dan berdampak pada kesehatan klien.
b. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breath) : Terdapat RR yang meningkat.
2. B2 (Blood) : Jika terjadi pendarahan bisa timbul tekanan darah menurun, nadi meningkat namun
lemah, akral teraba basah, pucat dan dingin serta takikardia.
3. B3 (Brain) : Terjadi peningkatan tekanan pada intra-abdominal yang menyebabkan luka
sehingga menimbulkan rasa nyeri.
4. B4 (Bladder) : Berkurangnnya pemasukan cairan sehingga terjadi Penurunan keluaran urine
5. B5 (Bowel) : Nafsu makan turun, BB turun, pasien lemah, bibir kering. Dilanjutkan dengan
memeriksa bagian perut dimulai dengan :
a. Inspeksi : adakah pembesaran abdomen, peregangan atau tonjolan dan apakah ada distensi
abdomen. Pada pasien hipertermi luka post operasi biasanya sedikit bengkak dan terdapat
rembesan darah.
b. Palpasi : pada permukaan perut untuk menilai kekuatan otot-otot perut, nyeri 2 cm pada sekitar
luka.
c. Perkusi : normal atau tidak normal
d. Auskultasi : bising usus normal
6. B6 (Bone) : Lemah, turgor jelek
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Hematologi) :
a. Hemoglobin< dari 13-18 gr / dl ( turun )
b. Leukosit> 3,8 – 10,6 ribu mm3 (meningkat )
c. Hematokrit< dari 40-52%
d. Trombosit normal 150 – 440 ribu mm3
e. Albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri berhubungan dengan terbukanya luka post operasi
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak optimal
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
e. Cardio output menurun berhubungan dengan kompresi pada vena balik
f. Penurunan Keluaran uine berhubungan dengan menurunnya kerja ginjal.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entrée dari luka pembedahan
h. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan adanya luka invasive pasca operasi

3.3 intervensi keperawantan


a. Nyeri akut NOC NIC

Definisi : pengalaman v pain level Pain management


sensori dan emosional yang v pain control lakukan pengkajian nyeri
tidak menyenangkan yang v confort level secara komprensif termasuk
muncul akibat kerusakan kriteria hasil: lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan yang aktual atau v mampu mengontrol nyeri (tahu frekuensi, kualitas dan
potensial atau digambarkan penyebab nyeri, mampu faktor presipitasi
dalam hal kerusakan menggunakan teknik observasi rekasi non verbal
sedemikian rupa nonfarmakologi untuk dari ketidaknyamanan
(international Association for mengurangi nyeri, mencari gunakan teknik komunikasi
the study of Poin): awitan bantuan) terapiutik untuk mengetahui
yang tiba-tiba atau lambat v melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
dari intesitas ringan hingga berkurang dengan menggunakan kaji kultur yang
berat dengan akhir yang menejemen nyeri menpengaruhi respon nyeri
dapat diantisipasi atau v mampu mengenali nyeri (skala, evaluasi pengalaman nyeri
diprediksi dan berlangsung infensitas, frekuensi dan tanda masa lampau
<6 bulan. nyeri) evaluasi bersama pasien
Batasan karateristik: v menyatakan rasa nyaman setelah dan tim kesehatan lain
· perubahan selera makan nyeri berkurang tentang ketidakefektifan
· perubahan tekanan darah kontrol nyeri masa lampau
· perubahan frekuensi jantung bantu pasien dan keluarga
· perubahan frekuensi untuk mencari dan
pernafasan menemukan dukungan
· laporan isarat kontrol lingkungan yang
· diaforesis dapat mempengaruhi nyeri
· perilaku distraksi (mis. seperti suhu ruangan,
berjalan mondar-mandir pencahayaan dan kebisingan
mencari orang lain dan atau kurangi faktor presipitasi
aktivitas lain, aktivitas yang nyeri
berkurang) pilih dan lakukan
· mengekpresikan perilaku penanganan nyeri
(mis. gelisah, meringik, (farmakologi,
menangis) nonfarmakologi dan
· masker wajah (mis. mata interpersonal)
kurang bercahaya, tampak kaji tipe dan sumber nyeri
kaca, gerakan mata untuk menentukan
berpencar atau tetap pada intervensi
satu fokus meringis) ajarkan tentang teknik
· sikap melindungi area nyeri nonfarmakologi
· fokus menyempit (mis. berikan analgetik untuk
gangguan persepsi nyeri, mengurangi nyeri
hambatan proses berfikir, evaluasi keefektifan kontrol
penurunan interaksi dengan nyeri
orang dan lingkungan) tingkatkan istirahat
· indikasi nyeri yang dapat kolaborasikan dengan
diamati dokter jika ada keluhan dan
· perubahan posisi untuk tindakan nyeri tidak berhasil
menghindari nyeri montior penerimaan pasien
· sikap tubuh melindungi tentang menejemen nyeri
· dilatasi pupil Analgesic Administration
· melaporkan nyeri secara tentukan lokasi,
verbal karakteristik, kualitas, dan
· gangguan tidur derajat nyeri sebelum
Faktor yang berhubungan: pemberian obat
· Agen cedera (mis. biologis, cek instruksi dokter tentang
zat kimia, fisik, fisikologis jenis obat, dosis, dan
frekuensi
cek riwayat alergi
pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
berikan analgesik teapt
waktu terutama saat nyeri
hebat
evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan gejala.
b. Ketidakefektifan pola NOC NIC
napas

Definis: inpirasi dan / atauv Lasoilatory status: ventilation Airway menagement


ekspirasi yang tidak v Respiratory status: airway · buku jalan nafas,gunakan
memberi ventilasi. patency teknik chinlift atau jaw thrust
v Vita sign status bila perlu
Batasan karakteristik: · posisi pasien utuk maksimalkan
· Perubahan kedalama Kriteria hasil: ventilasi
pernapasan v Mendemonstrasikan batuk · indentifikasi pasien perlunya
· Perubahan ekskursi dada efektif dan suara napas yang pemasangan alat nafas buatan.
· Mengambil posisi tiga bersih,tidak ada sianosis dan · pasang mayo bila perlu
titik dyspneu(mampu mengeluarkan· lakukan fisioterapi dada jika
· bradipneu sputum,mampu bernapas perlu
· penurunan tekanan dengan mudah,tidak ada pursed
· keluarkan sekret dengan batuk
ekspirasi lips)
atau suction.
· penurunan ventilasi v menunjukan jalan napas yang
· auskultasi suara nafas,catat
semenit paten(klien tidak merasa
adanya suara tambahan.
tercekik,irama napas,frekuensi
· penurunan kapasita vital · lakukan suction pada mayo.
pernapasan dalam rentang
· dipneu
normal,tidak ada suara napas · berikan bronkodilator bila
· peningkatan diameter abnormal). perlu.
anterior posterior v tanda- tanda vital dalam rentang· berikan pelembab udara kassa
· penapasan cuping hidung normal(tekanan basah NaCl lembab.
· ortopneu darah,nadi,pernapasan. · atur intake untuk cairan
· fase ekspirasi memenjang mengoptimalkankeseimbangan.
· pernapasan bibir · Monitor respirasi dan status
· tekipneu
· penggunaan otot ekssorius O2 Oxygen therapy.
untuk penapasan · Bersikan mulut,hidung dan
secret trakea.
faktor yang berhungan: · Pertahankan jalan nafas yang
· ansietas paten.
· posisi tubuh · Atur perjalanan oksigenasi
· deformita tulang · Monitor aliran oksigen
· deformitas dinding dada · Pertahankan posisi pasien
· keletihan · Onservasi adanya tanda – tanda
· heperventilasi hipoventilasi
· sindrom hepoventilasi · Monitor adanya kecemasan
· ganguan muskuloskeletal pasien terhadap oksigenasi
· gangguan muskuloskeletal
· kerusakan neurologis Vital sign monitoring
· imaturitas neurologis · Motinor TD,nadi,suhu,dan RR
· disfungsi neuromuskular · Cetat adanya fluktuasi tekanan
· obesitas darah
· nyeri · Monitor vs saat pasien
· keletihan otot pernafasan berbaring,dudu,atau berdiri
cedera medula spinalis · Auskultasi td pada kedua
lengan dan bandingkan
· Monitor
TD,nadi,RR,sebelum,selama,dan
setelah aktivitas
· Monitor kualitas dari nadi
· Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
· Monitor suara paru
· Monitor pola pernapasan
abnormal monitor
suhu,warna,dan kelembaban
kulit
· Monitor sianosis perifer
· Monitor adanya cushing
triad(tekanan nadi yang
melebar,bradikardi,peningkatan
sistolik)
· Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
c. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan
tubuh

Definisi : Asupan nutrisiv Nutritional Status : Nutrition Management


tidak cukup untuk memenuhiv Nutritional status : food and fluid- Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan metabolik intake - Kolaborasi dengan ahli gizi
v Nutritional status : nutrient intake untuk menentukan jumlah
Batasan karakteristik : v Weight control kalori dan nutrisi yang
· Kram abdomen dibutuhkan pasien
· Nyeri abdomen Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk
· Menghindari makanan v Adanya peningkatan berat badan meningkatkan intake Fe
· Berat badan 20% atau lebih sesuai dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
dibawah berat badan ideal v Berat badan ideal sesuai dengan meningkatkan protein dan
tinggi badan vitamin c
· Kerapuhan kapiler
v Mampu mengidentifikasi- Berikan substansi gula
· Diare
kebutuhan nutrisi - Yakinkan diet yang
· Kehilangan rambut dimakan mengandung tinggi
v Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
berlebihan
v Menunjukkan peningkatan fungsi serat untuk mencegah
· Bising usus hiperaktif pengecapan dari menelan konstipasi
· Kurang makanan v Tidak terjadi penurunan berat- Berikan makanan yang
· Kurang informasi badan yang berarti. terpilih (sudah
· Kurang minat pada makanan dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
· Penurunan berat badan
- Ajarkan pasien bagaimana
dengan asupan makanan
membuat catatan makanan
adekuat
harian
· Kesalahan konsepsi
- Monitor jumlah nutrisi dan
· Kesalahan informasi kandungan kalori
· Membran mukosa pucat - Berikan informasi tentang
· Ketidakmampuan memakan kebutuhan nutrisi
makanan - Kaji kemampuan pasien
· Tonus otot menurun untuk mendapatkan nutrisi
· Mengeluh gangguan sensasi yang dibutuhkan
rasa
· Mengeluh asupan makanan Nutrition Monitoring
kurang dari RDA - BB pasien dalam batas
(recommenced daily normal
allowance) - Monitor tipe dan jumlah
· Cepat kenyang setelah aktivitas yang biasa
makan dilakukan
· Sariawan rongga mulut - Monitor interaksi anak atau
· Steatorea orang tua selama makan
- Monitor lingkungan selama
· Kelemahan otot pengunyah
makan
· Kelemahan otot untuk
- Monitor lingkungan selama
menelan
makan
- Jadwalkan pengobatan dan
Faktor-faktor yang tindakan tidak selama jam
berhubungan : makan
· Faktor biologis - Monitor kulit kering dan
· Faktor ekonomi perubahan pigmentsi
· Ketidakmampuan untuk - Monitor turgor kulit
mencerna makanan - Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
· Ketidakmampuan menelan - Monitor mual dan muntah
makanan - Monitor kadar albumin,
Faktor psikologis total protein, Hb, dan kadar
Ht
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nutrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
d. Defisit Pengetahuan
Defenisi : Ketiadaan atau NOC NIC
defisiensi informasi kognitif v Knowledge : Disease process Teaching : disease process
yang berkaitan dengan topic v Knowledge : Health Behavior Berikan penilaian tentang
tertentu. Kriteria Hasil : tingkat pengetahuan pasien
Batasan karakteristik : v Pasien dan keluarga tentang proses penyakit yang
· Perilaku hiperbola menyatakan pemahaman spesefik
· Ketidakakturan mengikuti tentang penyakit kondisi, Jelaskan patofisologi dari
perintah prognosis dan program penyakit dan bagaimana hal
· Ketidakakturan melakukan pengobatan ini berhubungan dengan
tes v Pasien dan keluarga mampu anatomi dan fisiologi, dengan
· Perilaku tidak tepat (mis. menjelaskan kembali apa cara yang tepat.
Hysteria, permusuhan, yang di jelaskan perawat/tim Gambaarkan tanda dan
agitasi, apatis) kesehatan lainnya. gejala yang biasa muncul
· Pengungkupan masalah pada penyakit,dengan cara
Faktor yang berhubungan yang tepat
· Keterbatasan kognitif Identifikasi kemungkinan
· Salah intepertasi informasi penyebab, dengan cara yang
· Kurang penjanan tepat
· Kurang minat dalam belajar Sediakan informasi pada
· Kurang dapat mengingat pasien tentang kondisi,
· Tidak familler dengan dengan cara yang tepat
sumber informasi Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin di
perlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan dating dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskuksikan pilihan terapi
atau penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang atau
diindikasikan
Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komonitas lokal,
dengan cara yang tepat
Instrusikan pasien mengenai
tanda dan gejalah untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.
e. Penurunan Cardiac output NOC NIC

Defenisi : ketidakadekuatan v Cardiac pump effectiveness Cardiac care


darah yang di pompa oleh v Circulation Evaluasi adanya nyeri dada.
jantung untuk memenuhi v Vital sign status Intesitas, lokasi, durasi)
kebutuhan metabolik tubuh Kriteria Hasil Catat adanya distermia
Batasan Karekteristik : v Tanda vital dalam rentang jantung
· Perubahan frekuensi / irama normal (tekanan darah, nadi, Catat adanya tanda dan
jantung respirasi ) gejala penurunan cardiac
Aritmia v Dapat menoleransi aktivitas, output
Bradikardi, takikardi tidak ada kelelahan Monitor status
Perubahan EKG v Tidak ada edema paru, perifer, kardiovaskuler
Palpitasi dan tidak ada asites Monitor status pernafasan
· Perubahan preload Tidak ada penurunan yang menandakan gagal
Penurunan tekanan vena kesadaran jantung
central (central venous Monitor status pernafasan
pressure, CVP) yang mendadakan gagal
Penurunan tekanan arteri jantung
paru (pulmonary artery wedge Monitor abdomen sebagai
pressure, PAWP) indicator penurunan perfusi
Edema, keletihan Penurunan blance cairan
Peningkatan CVP Monitor adanya perubahan
Peningkatan PAWP tekanan darah
Distensi vena jugular Monitor respon pasien
Murmur terhadap efek pengobatan
Peningkatan berat badan antiartmia
· Perubahan afterload Atur periode latihan dan
Kulit lembab istirahad untuk menghindari
Penurunan nadi perifer kelelahan
Penurunan resistensi vascular Monitor toleransi aktivitas
paru ( pulmonary vascular) pasien
Penurunan resistansivaskular Monitor adanya dyspneu,
sistematik ( systematic fatigue, takipneu dan
vascular resistence, SVR) ortopneu
Dipsnea Anjurkan untuk menurunkan
Peningkatan PVR stress.
Peningkatan SVR Vital sign monitoring
Oliguria Monitor TD, nadi, suhu dan
Pengisisn kapiler memanjang RR
Perubahan warna kulit Catat adanya fluktuasi
Variasi pada pembacaan tekanan darah
tekanan darah Monitor VS saat pasien
· Perubahan kontraktilitas berbaring duduk, atau berdiri
Batuk, crackle Auskultasi TD pada kedua
Penurunan indeks jantung lengan dan bandingkan
Penurunan fraksi ejeksi Monitor TD,nadi
Ortopnea RR,sebelum, dan sesudah
Dispenea proksimal aktivitas
nocturnal Monitor kualitas dari nadi
Penurunan LVSWI (left Monitor adanya pulsus
ventricular stroke work paradoksus
indeks) Monitor adanya pulsus
Penuurunan stroke volume alterans
indeks (SVI) Monitor jumlah dan irama
Bunyi S3, bunyi S4 jantung
· Perilaku/emosi Monitor jumlah dan irama
Faktor yang berhungan jantung
· Perubahan afterload Monitor frekuensi dan irama
· Perubahan kontraklitas pernapasan
· Perubahan frekuensi jantung Monitor suara paru
· Perubahan preloald Monitor pola pernapasan
· Perubahan irama perubahan abnormal
volume sekuncup Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya chusing trias
( tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.

f. Gangguan eliminasi urin NOC NIC


Definisi: disfungsi pada v Urinary elimination Urinary Retention Care
eliminasi urine. v Urinary continuence Lakukan penilaian kemih
Batasan karakteristik: Kriteria hasil: yang komperehensif
· Disuria v Kandung kemih kosong secara berfokus pada inkontinensia
· Sering berkemih penuh (misalnya; output urin,
· Anyang-anyangan v Tidak ada residu urine >100-200 output urin, pola berkemih
· Inkontinensia cc kemih, fungsi kognitif, dan
· Nokturia v Intake cairan dalam rentang masalah kencing
· Retensi normal praeksisten)
· Dorongan v Bebas dari ISK Memantau penggunaan
Faktor yang berhubungan: v Tidak ada spasme bladder obat dengan sifat
· Obstruksi anatomic v Balance cairan seimbang antikolinergik atau properti
· Penyebab multiple alpha agonis
· Gangguan sensori motorik Memonitor efek dari obat-
· Infeksi saluran kemih obatan yang diresepkan,
seperti calcium channel
blockers dan antikolinergik
Menyediakan penghapusan
privasi
Gunakan kekuatan sugesti
dengan menjalankan air atau
disiram toilet
Merangsang refleks
kandung kemih dengan
menerapkan dingin untuk
perut, membelai tinggi
batin, atau air
Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan kandung
kemih (10 menit)
Gunakan spirit wintergreen
di pispot atau urinal
Menyediakan manuver
crede, yang diperlukan
Gunakan double-vold
teknik
Masukan kateter kemih,
sesuai
Anjurkan pasien atau
kelurga untuk merekam
output urin, sesuai
Instrusikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau
impaksi tinja
Memantau asupan dan
keluaran
Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
Membantu dengan toilet
secara berkala, sesuai
Memasukkan pipa ke dalam
lubang tubuh untuk sisa,
sesuai
Menerapkan katerisasi
intermiten, sesuai
Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih, sesuai

g. Resiko Infeksi NOC NIC


Definisi : Mengalami Immune Status Infection Control
peningkatan resiko Knowledge : Infection control (Kontrol Infeksi).
terserang organisme Risk control - Bersihkan lingkungan
patogenik setelah dipakai pasien
lain
Kriteria Hasil :
Faktor-faktor resiko : Klien bebas dari tanda dan gejala- Pertahankan teknik
· Penyakit kronis isolasi
infeksi
Mendeskripsikan penularan penyakit,-
- Diabetes melitus Batasi pengunjung bila
- Obesitas perlu
factor yang mempengaruhi penularan
serta penatalaksanaannya, - Instruksikan pada
pengunjung untuk
· Pengetahuan yang tidak Menunjukkan kemampuan untuk
mencuci tangan saat
cukup untuk menghindari mencegah timbulnya infeksi berkunjung dan setelah
pemanjanan patogen Jumlah leukosit dalam batas normal berkunjung meninggalkan
Menunjukkan perilaku hidup sehat pasien
· Pertahanan tubuh primer - Gunakan sabun
yang tidak adekuat antimikrobia untuk cuci
- Gangguan perintalsis tangan
- Kerusakan Integritas kulit - Cuci tangan setiap
(pemasangan kateter sebelum dan sesudah
intravena, prosedur tindakan keperawatan
invansif) - Gunakan baju, sarung
- Perubahan sekresi pH tangan sebagai alat
- Penurunan kerja siliaris pelindung
- Pecah ketuban dini - Pertahankan lingkungan
- Pecah ketuban lama aseptik selama
- Merokok pemasangan alat
- Stasis cairan tubuh - Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
- Trauma jaringan (mis
sesuai dengan petunjuk
trauma destruksi jaringan)
umum
- Gunakan kateter
· Ketidakadekuatan intermitten untuk
pertahanan sekunder menurunkan infeksi
- Penurunan hemoglobin kantong kencing
- Imunosupresi tidak - Tingkatkan intake nutrisi
adekuat, agen - Berikan terapi antibiotik
farmaseutikal termasuk bila perlu
Imunosupresan, steroid,
antibodi monoclonal,
Imunomudulator) Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
· Vaksinasi tidak adekuat - Monitor tanda dan gejala
· Pemajanan terhadap infeksi sistemik dan lokal
patogen lingkungan - Monitor hitung
meningkat granulosit, WBC
- Wabah - Monitor kerentanan
· Prosedur Invansif terhadap infeksi
· Malnutrisi - Batasi pengunjung
- Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
- Pertahankan teknik
asepsis pada pasien yang
beresiko
- Pertahankan teknik
isolasi k/p
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukkan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi.
- Laporkan kultur positif

h. Kerusakan Integritas Kulit NOC NIC

Definisi : Perubahan/gangguv Tissue Intergrity: skin and mocous Pressure management


an epidemis dan/atau demis membranes anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik: v hemodyalis akses mengguanakn pakaian yang
· kerusakan lapisan kulit kriteria hasil : longgar
(dermis) v integritas kulit yang baik bisa hindari kerutan pada tempat
· gangguan permukaan kulit dipertahankan (sensasi, tidur
(epidermis) elastisitas, temperatur, hidrasi, jaga kebersihan kulit agar
· invasi struktur tubuh higmentasi tetap bersih dan kering
Faktor yang berhubunganv : tidak ada luka/lesi pada kulit mobilisasi pasien (ubah
· eksternal : v perkusi jaringan baik posisi pasien) setiap 2 jam
zat kimia, radiasi v menunjukkan pemahaman dalam sekali
usia yang ekstrim proses perbaikan kulit dan monitor kulit akan adanya
pelembapan mencegah terjadinya cedera kemerahan
hipertermia, hipotermia berulang oleskan lotion atau
faktor mekanik (mis. gaya mampu melindungi kulit dan minyak/baby oil pada daerah
gunting (shearing forces) mempertahankan kelembaban yang tertekan
medikasi kulit dan perawatan alami monitor aktivitas dan
lembab mobilisasi pasien
imobilitasi fisik monitor status nutrisi pasien
· Internal memandikan pasien dengan
perubahan status cairan sabun dan air hangat
perubahan pigmentasi Insision site care
perubahan turgor membersihkan, memantau
faktor perkembangan dan meningkatkan proses
kondisi ketidakseimbangan penyembuhan pada luka
nutrisi (mis. obesitas, yang ditutup denag jahitan,
emasiasi) klip atau straples
penurunan imonologis monitor proses kesembuhan
penurunan sirkulasi area insisi
kondisi gangguan metabolik monitor tanda dan gejala
gangguan sensasi infeksi pada area insisi
tonjolan tulang bersihkan area sekitar
jahitan atau straples,
menggunakan lidi kapas
steril
gunakan preparat antiseptik,
sesuai program
ganti balutan pda interval
waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
Dialysis Acces
Maintenance
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Burst abdomen atau abdominal wond dehiscence adalah terbukanya tepi-tepi luka
sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini
merupakan satu komplikasi post operasi dan penutupan luka di dalam perut. Burst abdomen di
pengaruhi oleh factor-faktor pre –operasi, operasi, dan post-operasi. Pada pasien Burst abdomen
dapat di temukan masalah sebagai berikut : Nyeri berhubungan dengan terbukanya luka post
operasi, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak optimal, nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, resiko infeksi berhubungan
dengan adanya port de entrée dari luka pembedahan, kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan adanya luka invasif pasca operasi. Pada tahap evaluasi pada diagnosa prioritas perawat
telah melaksanakan sesuai dengan intervensi namun tujuan belum tercapai masalah teratasi
sebagian dan intervensi dilanjutkan namun pada diagnosa ansietas perawat telah
melaksanakannya juga berdasarkan
pada intervensi yang telah diencanakan dan tujuan tercapaimasalah teratasi.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Pada Perawat
Agar meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Burst
Abdomen dan meningkatkan pengetahuan dengan membaca buku-buku dan mengikuti
seminar serta menindaklanjuti masalah yang belum teratasi.
2. Pada Mahasiswa
Diharapkan dapat melaksanakan tehknik komunikasi terapeutik dan melakukan pengkajian agar
kualitas pengumpulan data dapat lebih baik sehingga dapat melaksanakan Asuhan
Keperawatan dengan baik.
3. Pada Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dapat melaksanakan anjuran dan penatalaksanaan pengobatan dan diit yang
telah diinstruksikan leh perawat dan dokter.

DAFTAR PUSTAKA
Airlangga, Saktya. 2011. Asuhan keperawatan pada burst abdomen.
Br Med J. 1966. Burst Abdoment. British Medical Journal :
Brunner & Suddarth. 1997. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC
Huda A.N, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA.MediAction Publishing. Edisi Revisi Jilid 2. 2013.
https://medium.com/@academia
http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/27/asuhan-keperawatan-burst-abdoment/. Diaskes
pada 25 maret 2014
http://www.academia.edu/7630784/Makalah_BURST_ABDOMEN_edit
Kumalasari, Arief Mutaqqin. 2011. Ganguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin,Arif.2012.Pengkajian keperawatan : Aplikasi pada praktik klinik.Jakarta :Selemba
Medika.
Diposting oleh mariatul qibtia di 06.28
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya

mariatul qibtia
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog

· ▼ 2016 (11)
o ► September (1)
o ▼ Maret (10)
 Asuhan keperawatan pada pasien dengan Kemiskinan d...
 Asuhan Keperawatan Klien dengan Tumor Wilms
 Asuhan keperawatan pada klien dengan Traksi
 Asuhan keperawatan pada pasien dengan Dermatitis K...
 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sifilis.
 asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi p...
 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENCEGAHAN
PENYAKIT...
 MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
SISTEM...
 Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Ko...
 MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN BURST ABDOMEN
· ► 2015 (5)
· ► 2014 (2)
Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai