Anda di halaman 1dari 9

Lex Crimen Vol. V/No.

4/Apr-Jun/2016

KEDUDUKAN DAN FUNGSI NASKAH AKADEMIK PENDAHULUAN


DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH A. Latar Belakang Masalah
KABUPATEN/KOTA MENURUT Naskah Akademik adalah hasil penelitian
UU NO. 12 TAHUN 20111 ilmiah yang sudah tentu banyak melibatkan
Oleh: Raegen Mic Arthur Rambi2 kalangan akademisi yang merupakan pusat
kalangan cendekiawan. Membentuk suatu
ABSTRAK Perda Kabupaten/Kota bukanlah suatu
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk pekerjaan yang mudah, oleh karena
mengetahui bagaimana kedudukan dan proses perkembangan masyarakat dan perkembangan
pembentukan Peraturan Daerah ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut
Kabupaten/Kota dan apa urgensi naskah kemampuan legislasi yang berbobot, mampu
akademik dalam pembentukan Peraturan menampung aspirasi masyarakat, dan
Daerah Kabupaten/Kota. Dengan menggunakan berwawasan jauh ke depan.
metode penelitian yuridis normative Selama ini tidak sedikit Perda yang
disimpulkan: 1. Pembentukan peraturan dibatalkan, baik karena bertentangan dengan
perundang-undangan terkait erat dengan peraturan perundang-undangan yang
sistem peraturan perundang-undangan yang derajatnya lebih tinggi daripada Perda, maupun
terus mengalami perubahannya. Jenis dan kurang menunjang upaya pengembangan
hierarki peraturan perundang-undangan dalam investasi yang dapat menggerakkan roda
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, telah perekonomian daerah, sekaligus menambah
memisahkan Jenis dan hierarki Perda Provinsi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
dengan jenis dan hierarki Perda Kemampuan menyusun Perda
Kabupaten/Kota. 2. Naskah Akademik menjadi Kabupaten/Kota yang baik dan membutuhkan
bahan masukan bahan pembanding dan bahan kemampuan intelektual oleh karena Perda
acuan dalam proses perencanaan Kabupaten/Kota merupakan peraturan
pembentukan Perda Kabupaten/Kota perundang-undangan turunan dari Undang-
(RanPerda Kabupaten/Kota), karena sebagai Undang, manakala diperintahkan oleh Undang-
hasil penelitian ilmiah yang dapat Undang untuk diatur lebih lanjut dalam bentuk
dipertanggungjawabkan, Naskah Akademik Perda Kabupaten/Kota. Sesuai asumsi dasar
berfungsi penting dalam rangka menciptakan bahwa kemampuan kalangan legislatif maupun
suatu Perda Kabupaten/Kota yang baik dan eksekutif di daerah dalam pengkajian hukum
berkualitas. Naskah Akademik bukan menjadi atau masalah hukum tertentu masih terbatas,
bagian dari bentuk partisipasi masyarakat, oleh oleh karena tidak sedikit Kepala Daerah
karena partisipasi masyarakat belum tentu maupun anggota DPRD Kabupaten/Kota yang
terakomodir dalam proses pembentukan Perda hanya berbekal “Ijazah Persamaan”, dengan
tersebut. Naskah Akademik membantu kemampuan intelektual/ilmiah yang terbatas.
Pemerintah Daerah bersama DPRD mengingat Apakah Naskah Akademik sebagai hasil
suatu naskah ilmiah, pihak-pihak yang penelitian atau kajian hukum tertentu
berkompeten dengan penyusunan Naskah merupakan bentuk partisipasi masyarakat?
Akademik adalah kalangan akademisi yang Meskipun ketentuan tentang partisipasi
pada umumnya “berumah” di Perguruan- masyarakat telah diatur tersendiri dalam
Perguruan Tinggi. Urgensi dan fungsi Naskah Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 (Bab XI),
Akademik saling terkait erat sebagai bagian tetapi Naskah Akademik bukanlah bentuk
penting dalam pembentukan Perda partisipasi masyarakat oleh karena Naskah
Kabupaten/Kota. Akademik merupakan bagian yang tidak
Kata kunci: Kedudukan dan fungsi, naskah terpisahkan dalam suatu RanPerda
akademik, pembentukan Peraturan Daerah, Kabupaten/Kota, sehingga unsur kewajiban
Kabupaten, Kota. atau keharusannya lebih menonjol
dibandingkan dengan partisipasi masyarakat.
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Abdurrahman
Ruang lingkup berlakunya suatu Perda
Konoras, SH, MH; Soeharno, SH, MH Kabupaten/Kota ialah di daerah, yakni Daerah
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Otonom. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
090711603

22
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

tentang Pemerintahan Daerah, memberikan yang lebih tinggi maupun karena faktor
rumusannya dalam Pasal 1 Angka 6, dan/atau sebab yang lainnya.
bahwa:“Daerah Otonom, selanjutnya disebut B. Rumusan Masalah
daerah adalah kesatuan masyarakat hukum 1. Bagaimana kedudukan dan proses
yang mempunyai batas-batas wilayah yang pembentukan Peraturan Daerah
berwenang mengatur dan mengurus urusan Kabupaten/Kota?
pemerintahan dan kepentingan masyarakat 2. Apa urgensi naskah akademik dalam
setempat menurut prakarsa sendiri pembentukan Peraturan Daerah
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Kabupaten/Kota?
Negara Kesatuan Republik Indonesia”.3
Pemerintah daerah, khususnya daerah C. Metode Penelitian
kabupaten/kota itulah yang menyelenggarakan Metode penelitian yang digunakan dalam
jalannya pemerintahan, pembangunan dan penelitian ini adalah penelitian hukun normatif.
memperjuangkan kepentingan masyarakat, Pada penelitian hukum normatif, bahan
oleh karena bukan masyarakat yang secara pustaka merupakan datadasar yang dalam ilmu
langsung diberi hak melainkan roda penelitian digolongkan sebagai data sekunder.4
pemerintahan daerah, khususnya di daerah Oleh karena penelitian ini mengenai Naskah
kabupaten/kota. Hal tersebut sesuai dengan Akademik yakni suatu naskah hasil penelitian
kedudukan dan pemilihan kepala pemerintahan atau pengkajian, tentunya perlu dikemukakan
di daerah melalui pemilihan umum yang arti “penelitian” itu sendiri.
sekaligus adalah representasi dari seluruh
masyarakat/rakyat di daerah tersebut. PEMBAHASAN
Perda Kabupaten/Kota menjadi bagian A. Kedudukan dan Proses Pembentukan
penting dalam penyelenggaraan pemerintahan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
daerah yang kedudukannya ditempatkan Peraturan perundang-undangan menurut
sebagai bagian dari peraturan perundang- Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 mengatur
undangan. Pembentukan suatu Perda ketentuan baru yang berbeda dari aturan
Kabupaten/Kota terkait dengan hak, Undang-Undang No. 10 Tahun 2004, untuk itu
kewenangan dan kewajiban yang melekat pada peraturan perundang-undangan menjelaskan
setiap daerah otonom yang penting sekali bagaimana jenis dan jenjang peraturan
untuk dianalisis.Bagaimana proses perundang-undangan di Indonesia, di mana
pembentukan Perda Kabupaten/Kota tersebut peraturan perundang-undangan yang lebih
adalah suatu keseluruhan rangkaian atau rendah tidak boleh bertentangan dengan
pentahapan yang tidak terpisahkan dari peraturan perundang-undangan yang lebih
kemampuan para pihak berkepentingan yaitu tinggi.
pemerintah daerah (unsur eksekutif) bersama Perbedaan asas pembentukan peraturan
dengan DPRD (unsur legislatif) dalam perundang-undangan tersebut di atas pada
penyusunannya, termasuk bagaimana di dalam dasarnya tidak prinsipil, oleh karena “organ
proses tersebut adanya urgensi dari Naskah pembentuk yang tepat” bermakna sama
Akademik yang merupakan ketentuan baru dengan pejabat pembentuk yang tepat”.
dalam proses pembentukan Perda Perihal kesesuaian, ditambahkan kesesuaian
Kabupaten/Kota. hierarki oleh Pasal 5 Huruf c Undang-Undang
Latar belakang pembahasan ini ditujukan No. 12 Tahun 2011.Selanjutnya terkait dengan
untuk mengungkapkan pembentukan Perda proses atau tahapan perencanaan ialah materi
Kabupaten/Kota yang ideal, yang baik dan muatan dalam pembentukan peraturan
benar sekaligus untuk memelihara reputasi perundang-undangan, yang terdapat kesamaan
daerah apabila suatu Perda Kabupaten/Kota itu redaksi dalam Undang-Undang No. 10 Tahun
banyak yang dibatalkan, baik karena 2004 dengan redaksi tentang materi muatan
bertentangan dengan peraturan perundangan peraturan perundang-undangan dalam

4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
3
Lihat Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Normatif Suatu Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada,
Pemerintahan Daerah. (Pasal 1 Angka 6). Jakarta, 2001. hlm. 24.

23
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, yang hanya dikenal RanPerda Kabupaten/Kota dari
merumuskan bahwa “Materi Muatan Peraturan DPRD dan/atau dari Bupati/Walikota.
Perundang-Undangan adalah materi yang Bertolak dari ketentuan Undang-Undang No.
dimuat dalam peraturan perundang-undangan 10 Tahun 2004, Jazim Hamidi Dkk,
sesuai dengan jenis, fungsi dan hierarki mengemukakan 6 (enam) proses atau tahapan
peraturan perundang-undangan”. (Pasal 1 4 di dalam pembentukan Perda, yakni: Tahap
Angka 13). Perencanaan, Tahap Perancangan, Tahap
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Pembahasan, Tahap Pengundangan, Tahap
selanjutnya menentukan materi muatan Sosialisasi, dan Tahap Evaluasi.6
peraturan perundang-undangan pada Pasal 6 1. Tahap Perencanaan.
ayat (1), sebagai berikut: Tahap pertama pembentukan Perda baik
“Materi muatan peraturan perundang- provinsi maupun kabupaten/kota,
undangan harus mencerminkan asas: (termasuk pembentukan, undang-undang)
a. pengayoman; pada dasarnya adalah sama, yaknidiawali
b. kemanusiaan; dengan tahap perencanaan yang
c. kebangsaan; dituangkan dalam bentuk Program
d. kekeluargaan; Legislasi. Untuk program pembentukan
e. kenusantaraan; undang-undang disebut Program Legislasi
f. bhinneka tunggal ika; Rasional (disingkat dengan Prolegnas),
g. keadilan; sedangkan untuk program pembentukan
h. kesamaan kedudukan dalam hukum Perda disebut Program Legislasi Daerah
dan pemerintahan; i. ketertiban dan (disingkat Prolegda) provinsi,
kepastian hukum; dan/atau j. kabupaten/kota.
keseimbangan, keserasian, dan Program Legislasi Daerah (Prolegda) adalah
keselarasan.5 instrumen perencanaan pembentukan
Dalam rangka pembentukan Perda Perda yang disusun secara berencana,
Kabupaten/Kota, Undang-Undang No. 32 Tahun terpadu, dan sistematis.
2004 juga mengatur materi muatan Perda yang 2. Tahap Perancangan
berisikan sejumlah asas sebagaimana a. Perumusan:
disebutkan pada Pasal 6 ayat (1) yang dirujuk 1. Perumusan RanPerda dilakukan
pada Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 10 dengan mengacu pada Naskah
Tahun 2004, tetapi tidak ada perbedaan Akademik.
redaksinya dengan ketentuan Pasal 6 ayat (1) 2. Hasil Naskah Akademik menjadi
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011. bahan pembahasan dalam rapat
Bahwa proses atau tahapan awal dimulai konsultasi.
dari suatu perencanaan, terkait di dalamnya 3. Pembahasan dalam rapat
ialah perancangan yakni berisikan suatu konsultasi adalah untuk
rancangan, draft, atau konsepsi awal suatu memantapkan konsepsi terhadap
Perda Kabupaten/Kota. Undang-Undang No. 32 RanPerda yang direncanakan
Tahun 2004 menentukan bahwa “Rancangan pembentukannya secara
Perda dapat berasal dari DPRD, Gubernur, atau menyeluruh (holistik).
Bupati/Walikota. (Pasal 140 ayat (1)). b. Pembentukan Tim Asistensi.
Ketentuan ini sebenarnya dijiwai oleh Tim asistensi dibentuk guna
ketentuan Undang-Undang No. 10 Tahun, 2004 membahas/menyusun materi RanPerda
yang tidak membedakan Perda atas Perda dan melaporkannya kepada Kepala
Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota, sehingga Daerah dengan segala permasalahan
redaksi dan frasa “Rancangan Perda dapat yang dihadapi.
berasal dari Gubernur”, tidak termasuk ke c. Konsultasi RanPerda dengan pihak-
dalam pembahasan ini karena seharusnya, pihak terkait.

5
Lihat Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Pasal 6
6
ayat (1)). Jazim Hamidi, Dkk, Op Cit, hlm.33-38.

24
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

d. Persetujuan RanPerda oleh Kepala - Laporan hasil pembahasan


Daerah. RanPerda pada Rapat Paripurna III.
- Pendapat akhir Fraksi-fraksi di
3. Tahap Pembahasan DPRD.
Pada tahap pembahasan, RanPerda dibahas - Pengambilan keputusan oleh DPRD.
oleh DPRD dengan Gubernur, - Sambutan Gubernur,
Bupati/Walikota untuk mendapatkan Bupati/Walikota sebagai kepala
persetujuan bersama. Sebagaimana daerah.
diketahui, RanPerda dapat berasal dari 4. Tahap Pengundangan
DPRD dan dapat pula berasal dari inisiatif Perda yang telah ditetapkan selanjutnya
Kepala Daerah. Pembahasan sebuah diundangkan dengan menempatkan dalam
RanPerda di DPRD dilakukan dalam Rapat Lembaran Daerah oleh Sekretaris Daerah,
Paripurna I, II, III dan IV, masing-masing sedangkan Penjelasan Perda dicatat dalam
dengan agenda tersendiri, sebagai berikut: Tambahan Lembaran Daerah oleh
a. Rapat Paripurna I. Sekretaris Daerah atau oleh Kepala Biro
Apabila RanPerda berasal dari DPRD Hukum/Kepala Bagian Hukum.
maka Rapat Paripurna I agendanya 5. Tahap Sosialisasi
adalah penyampaian Meskipun Perda telah diundangkan dalam
keterangan/penjelasan DPRD atas Lembaran Daerah, namun belum cukup
RanPerda. menjadi alasan untuk menganggap bahwa
Apabila RanPerda berasal, dari usul masyarakat telah mengetahui eksistensi
inisiatif kepala daerah maka pada Rapat Perda tersebut. Oleh karena itu Perda yang
Paripurna I agendanya adalah telah disahkan dan diundangkan tersebut
penyampaian keterangan/penjelasan harus pula disosialisasikan.
oleh kepala daerah atas RanPerda yang 6. Tahap Evaluasi
diusulkan. Untuk dapat mengetahui sejauhmana
b. Rapat Paripurna II. pengaruh sebuah Perda setelah
Pada Rapat Paripurna II agendanya diberlakukan, maka perlu dilakukan
adalah tanggapan kepala daerah atas evaluasi. Melalui evaluasi akan dapat
RanPerda yang berasal dari DPRD dan diketahui kelemahan dan kelebihan Perda
jawaban DPRD atas tanggapan kepala yang sedang diberlakukan, yang selanjutnya
daerah. guna menentukan kebijakan-kebijakan,
Atau pemandangan umum masing- misalnya apakah Perda tetap
masing Fraksi di DPRD atas RanPerda dipertahankan atau direvisi.
usul inisiatif kepala daerah atas Pentahapan-pentahapan tersebut
pemandangan umum Fraksi-Fraksi di dikemukakan oleh Jazim Hamidi Dkk bertolak
DPRD. dari ketentuan Undang-Undang No. 10 Tahun
c. Rapat Paripurna III. 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Agenda pada Rapat Paripurna III Perundang-Undangan. Doktor Universitas
mencakup; Brawijaya, Malang ini banyak mengulas tentang
- pembahasan RanPerda dalam pembentukan peraturan perundang-undangan,
komisi atau gabungan komisi atau serta tergolong mengusul perlunya Naskah
oleh panitia khusus bersama Akademik dimasukkan sebagai bagian dalam
dengan kepala daerah. proses pembentukan peraturan perundang-
- pembahasan RanPerda secara undangan.
intern dalam komisi, atau gabungan
komisi atau panitia khusus (tanpa B. Urgensi Naskah Akademik Dalam
mengurangi pembahasan bersama Pembentukan Peraturan Daerah
kepala daerah). Kabupaten/Kota
d. Rapat Paripurna IV. Bagaimana teknik penyusunan Naskah
Agenda Rapat Paripurna IV mencakup : Akademik, ditentukan dalam Lampiran I
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, bahwa

25
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

Teknik Penyusunan Naskah Akademik pembentukan. Rancangan Undang-


Rancangan Undang-Undang, Rancangan Undang atau Rancangan Peraturan
Peraturan Daerah Provinsi dan Rancangan Daerah tertentu. Latar belakang
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, sebagai menjelaskan mengapa pembentukan
berikut:7 Rancangan Undang-Undang atau
1. Naskah Akademik adalah naskah hasil Rancangan Peraturan Daerah suatu
penelitian atau pengkajian hukum dan hasil peraturan perundang-undangan
penelitian lainnya terhadap suatu masalah memerlukan suatu kajian yang
tertentu yang dapat mendalam dan komprehensif mengenai
dipertanggungjawabkan secara ilmiah teori atau pemikiran ilmiah yang
mengenai pengaturan masalah tersebut berkaitan dengan materi muatan
dalam Rancangan Undang-Undang, Rancangan Undang-Undang atas
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, Rancangan Peraturan Daerah yang akan
Rancangan Peraturan Daerah dibentuk. Pemikiran ilmiah tersebut
Kabupaten/Kota, sebagai solusi terhadap mengarah kepada penyusunan
permasalahan dan kebutuhan hukum argumentasi filosofis, sosiologis serta
masyarakat. yuridis guna mendukung perlu atau
tidak perlunya penyusunan Rancangan
2. Sistematika Naskah Akademik adalah Undang-Undang atau Rancangan
sebagai berikut: Peraturan Daerah.
JUDUL B. Identifikasi Masalah
KATA PENGANTAR Identifikasi masalah memuat rumusan
DAFTARISI mengenai masalah apa yang akan
BAB I : Pendahuluan ditemukan dan diuraikan dalam Naskah
BAB II : Kajian Teoretis dan Praktis Akademik tersebut. Pada dasarnya
Empiris identifikasi masalah dalam suatu
BAB III : Evaluasi dan Analisis Naskah Akademik mencakup 4 (empat)
Peraturan Perundang- pokok masalah, yaitu sebagai berikut:
Undangan 1) Permasalahan apa yang dihadapi
BAB IV : Landasan Filosofis, Sosiologis dalam kehidupan berbangsa,
dan Yuridis bernegara, dan bermasyarakat
BAB V : Jangkauan, Arab. Pengaturan, serta bagaimana permasalahan
dan Ruang Lingkup Materi tersebut dapat diatasi.
Muatan Undang-Undang, 2) Mengapa perlu Rancangan Undang-
Peraturan Daerah Provinsi, Undang atau Rancangan Peraturan
atau Peraturan Daerah Daerah sebagai dasar pemecahan
Kabupaten/Kota masalah tersebut, yang berarti
BAB VI : Penutup Daftar Pustaka membenarkan pelibatan negara
Lampiran Rancangan Peraturan Perundang- dalam penyelesaian masalah
Undangan Uraian singkat setiap bagian: tersebut.
1. BAB I: PENDAHULUAN 3) Apa yang menjadi pertimbangan
Pendahuluan memuat latar belakang. atau landasan filosofis, sosiologis,
sasaran yang akan diwujudkan. identifikasi yuridis pembentukan Rancangan
masalah, tujuan dan kegunaan, serta Undang-Undang atau Rancangan
metode penelitian. Peraturan Daerah.
A. Latar Belakang 4) Apa sasaran yang akan diwujudkan,
Latar belakang memuat pemikiran dan ruang lingkup pengaturan,
alasan-alasan perlunya penyusunan jangkauan, dan arah pengaturan.
Naskah Akademik sebagai acuan C. Tujuan, dan Kegunaan Kegiatan
Penyusunan Naskah Akademik
7
Lihat Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Sesuai dengan ruang lingkup
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Pasal 19 identifikasi masalah yang dikemukakan
ayat-ayatnya).

26
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

di atas, tujuan penyusunan Naskah normatif dapat dilengkapi dengan


Akademik dirumuskan sebagai berikut: wawancara, diskusi (focus group
1) Merumuskan, permasalahan yang discussion), dan rapat dengar
dihadapi dalam kehidupan pendapat. Metode yuridis empiris atau
berbangsa, bernegara, dan sosiolegal adalah penelitian yang
bermasyarakat serta cara-cara diawali dengan penelitian, normatif
mengatasi permasalahan tersebut. atau penelaahan terhadap peraturan
2) Merumuskan permasalahan hukum perundang-undangan (normatif) yang
yang dihadapi sebagai alasan dilanjutkan dengan observasi yang
pembentukan Rancangan Undang- mendalam serta penyebarluasan
Undang atau Rancangan Peraturan, kuesioner untuk mendapatkan data
Daerah sebagai dasar hukum faktor nonhukum yang terkait dan yang
penyelesaian atau solusi berpengaruh terhadap peraturan
permasalahan dalam kehidupan perundangan yang diteliti.
berbangsa, bernegara, dan 2. BAB II: KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK
bermasyarakat. EMPIRIS
3) Perumusan pertimbangan atau Bab ini memuat uraian mengenai materi
landasan filosofis, sosiologis, yuridis yang bersifat teoretis, asas, praktik,
pembentukan Rancangan Undang- perkembangan pemikiran, serta implikasi
Undang atau Rancangan Peraturan sosial politik, dan ekonomi,keuangan
Daerah. negara dan pengaturan dalam suatu
4) Merumuskan sasaran yang akan Undang-Undang, Peraturan Daerah
diwujudkan, ruang lingkup Provinsi, atau Peraturan Daerah
pengaturan, jangkauan, dan arah Kabupaten/Kota.
pengaturan dalam Rancangan Bab ini dapat diuraikan dalam beberapa sub
Undang-Undang atau Rancangan bab berikut:
Peraturan Daerah. A. Kajian teoretis.
Sementara itu, kegunaan penyusunan B. Kajian terhadap asas/prinsip yang
Naskah Akademik adalah sebagai acuan terkait dengan penyusunan norma.
atau referensi penyusunan dan C. Kajian terhadap praktik
pembahasan Rancangan Undang- penyelenggaraan, kondisi yang ada,
Undang atau Rancangan Peraturan serta permasalahan yang dihadapi
Daerah. masyarakat.
D. Metode D. Kajian terhadap implikasi penerapan
Penyusunan Naskah Akademik pada sistem baru yang akan diatur dalam
dasarnya merupakan suatu kegiatan Undang-Undang atau Peraturan Daerah
penelitian sehingga digunakan metode terhadap aspek kehidupan masyarakat
penyusunan Naskah Akademik yang dan dampaknya terhadap aspek beban
berbasiskan metode penelitian hukum keuangan negara.
atau penelitian lain. Penelitian hukum 3. BAB III : EVALUASI DAN ANALISIS
dapat dilakukan melalui metode yuridis PERATURAN PERUNDANGTERKAIT
normatif dan metode yuridis-empiris. Bab ini memuat hasil kajian terhadap
Metode yuridis empiris dikenal juga peraturan perundang undangan terkait
dengan penelitian sosiolegal. Metode yang memuat kondisi hukum yang ada,
yuridis normatif dilakukan melalui studi keterkaitan Undang-Undang dan Peraturan
pustaka yang menelaah (terutama) Daerah baru dengan peraturan perundang-
data sekunder berupa peraturan undangan lain, harmonisasi secara vertikal
perundang-undangan, putusan dan horizontal, serta status dari peraturan
pengadilan, perjanjian, kontrak, atau perundang-undangan yang ada, termasuk
dokumen hukum lainnya, serta basil peraturan perundang-undangan yang
penelitian, hasil pengkajian, dan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku serta
referensi lainnya. Metode yuridis peraturan perundang-undangan yang

27
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

masih tetap berlaku karena tidak “Urgensi dari Naskah Akademik dalam proses
bertentangan dengan Undang-Undang pembentukan peraturan daerah antara lain,
Peraturan Daerah yang baru. Naskah Akademik merupakan media nyata bagi
4. BAB IV : LANDASAN FILOSOFIS. SOSIOLOGIS peran serta masyarakat dalam proses
DAN YURIDIS pembentukan peraturan daerah, bahkan
A. Landasan Filosofis inisiatif penyusunan Naskah Akademik dapat
Landasan filosofis merupakan berasal dari masyarakat”.
pertimbangan atau alasan yang Sehubungan dengan fungsi Naskah
menggambarkan; bahwa peraturan Akademik dalam Undang-undang No. 12 Tahun
yang dibentuk 2011, maka penulis kurang sependapat dengan
mempertimbangkanpandangan hidup, pendapat Mahendra Putra Kurnia, dkk, oleh
kesadaran, dan cita hukum yang karena menurut Undang-Undang No. 12 Tahun
meliputi suasana kebatinan serta 2011, Naskah Akademik bukan bagian atau
falsafah bangsa Indonesia yang bukan pula bentuk dari partisipasi masyarakat.
bersumber dari Pancasila dan Apalagi, Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
Pembukaan Undang-Undang Dasar menempatkan partisipasi masyarakat pada Bab
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. tersendiri yakni Bab XI.
B. Landasan Sosiologis Naskah Akademik menjadi penting sekali
Landasan sosiologis merupakan fungsinya, baik sebagai bahan masukan,
pertimbangan atau alasan yang maupun sebagai bahan pembanding, bahkan
menggambarkan, bahwa peraturan dapat menjadi pola acuan dalam perencanaan
yang dibentuk untuk memenuhi pembentukan RanPerda Kabupaten/Kota.
kebutuhan masyarakat dalam berbagai Sebagai naskah hasil penelitian hukum atau
aspek. Landasan sosiologis penelitian (pengkajian) lainnya, pada dasarnya
sesungguhnya menyangkut fakta Naskah Akademik lebih menonjol aspek
empiris mengenai perkembangan hukumnya.
masalah dan kebutuhan masyarakat Terdapat banyak bidang atau aspek yang
dan negara. diatur dalam Perda Kabupaten/Kota sebagai
C. Landasan Yuridis pemenuhan dan penguatan implementasi
Landasan yuridis merupakan kewenangan yang diserahkan kepada daerah
pertimbangan atau alasan otonom. Perda tentang Tata Ruang misalnya,
yangmenggambarkan bahwa peraturan banyak bersentuhan dengan aspek
yang dibentuk untuk perencanaan pembangunan, wilayah, baik
mengatasipermasalahan hukum atau wilayah perkotaan maupun pedesaan. Di
mengisi kekosongan hukum dalamnya terkait aspek-aspek pengaturan
denganmempertimbangkan aturan zonasi terhadap kawasan permukiman,
yang telah ada yang akan diubah, atau kawasan industri, kawasan cagar alam, dan lain-
yangdicabut guna menjamin kepastian lainnya, namun pada akhirnya akan diatur
hukum dan rasa keadilan dalam bentuk Perda Kabupaten/Kota.
dalammasyarakat. Landasan yuridis Adanya Naskah Akademik sehubungan
menyangkut persoalan hukum RanPerda Tata Ruang menunjukkan kolaborasi
yangberkaitan dengan substansi atau peran antar-instansi, antar-pakar, tetapi
mated yang diatur sehingga sebagaimanahalnya pengertian Naskah
perludibentuk peraturan perundang- Akademik, maka fungsi dari Naskah Akademik
undangan yang baru. merupakan bahan masukan, bahan
Berdasarkan pada beberapa Bab dari pembanding, dan bahan acuan, serta yang tidak
Lampiran I Undang-Undang No. 12Tahun 2011, kalah pentingnya Naskah Akademik itu hanya
jelaslah urgensi dari fungsi Naskah Akademik berada dalam tahapan pertama (tahapan: awal)
demikian perlu danpentingnya. Menurut dari sekian banyak tahapan atau proses
Mahendra Putra Kurnia, dkk. dikemukakannya pembentukan Perda.
urgensiNaskah Akademik, sebagai berikut: Tahapan atau proses awal tersebut ialah
tahap perencanaan, oleh karena Naskah

28
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

Akademik menjadi bahan masukan, bahan Akademik dalam proses pembentukan


pembanding, bahkan bahan acuan dari RanPerda Kabupaten/Kota. Sehubungan
Pemerintah Daerah bersama dengan DPRD dengan sumber atau pihak pembentuk
dalam proses pembentukan RanPerda Naskah Akademik adalah kalangan
Kabupaten/Kota. Dengan segala keterbatasan, akademisi. tentunya nama baik akademisi
anggota DPRD bahkan kepala daerah seperti dan kelembagaan (institusinya) akan
keterbatasan kualitas sumber daya manusia dipertaruhkan. apakah mampu membentuk
(SDM), karena rendahnya jenjang pendidikan, Naskah Akademik yang baik dan yang benar
dan kurangnya pengalaman, maka fungsi serta berkualitas atau tidak.
Naskah Akademik menjadi penting dan perlu. 2. Diperlukan kerjasama antara kalangan
perguruan tinggi dengan Pemerintah
PENUTUP Daerah dan DPRD dalam penyusunan
A. Kesimpulan Naskah Akademik.
1. Pembentukan peraturan perundang-
undangan terkait erat dengan sistem DAFTAR PUSTAKA
peraturan perundang-undangan yang terus Abdurrahman, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan
mengalami perubahannya. Jenis dan Ilmu Perundang-Undangan, Citra
hierarki peraturan perundang-undangan AdityaBakti, Bandung, 1995.
dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, Astawa, I Gde Pantja, dan Na’a, Suprin,
telah memisahkan Jenis dan hierarki Perda Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang-
Provinsi dengan jenis dan hierarki Perda Undangan di Indonesia, Alumni, Bandung,
Kabupaten/Kota. 2008.
2. Naskah Akademik menjadi bahan masukan Azwar, Syaifuddin, Metode Penelitian, Pustaka
bahan pembanding dan bahan acuan dalam Pelajar, Yogyakarta, 2003.
proses perencanaan pembentukan Perda Black, Henry Campbell, Black Law Dictionary.
Kabupaten/Kota (RanPerda West Publishing Co, St. Paul, 1979.
Kabupaten/Kota), karena sebagai hasil Hamidi, Jazim, dkk, Pembentukan Peraturan
penelitian ilmiah yang dapat Daerah Partisipatif, Prestasi Pustaka
dipertanggungjawabkan, Naskah Akademik Publisher, Jakarta, 2008.
berfungsi penting dalam rangka Hendratno, Edie Toet, Negara Kesatuan,
menciptakan suatu Perda Kabupaten/Kota Desentralisasi, dan Federalisme, Graha Ilmu,
yang baik dan berkualitas. Naskah Yogyakarta, 2009.
Akademik bukan menjadi bagian dari HR. Ridwan, Hukum Administrasi di Daerah,
bentuk partisipasi masyarakat, oleh karena Penerbit Fakultas Hukum Universitas Islam
partisipasi masyarakat belum tentu Indonesia, Yogyakarta, 2009.
terakomodir dalam proses pembentukan Kaho, Josef Riwu,, Analisa Hubungan
Perda tersebut. Naskah Akademik Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,
membantu Pemerintah Daerah bersama Rineka Cipta, Jakarta, 1990.
DPRD mengingat suatu naskah ilmiah, _________, Prospek Otonomi Daerah di Negara
pihak-pihak yang berkompeten dengan Republik Indonesia,RajaGrafmdo Persada,
penyusunan Naskah Akademik adalah Jakarta, 2010.
kalangan akademisi yang pada umumnya Kaloh, J. Mencari Bentuk Otonomi Daerah.
“berumah” di Perguruan-Perguruan Tinggi. Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan
Urgensi dan fungsi Naskah Akademik saling Lokal dan Tantangan Global, Rineka Cipta,
terkait erat sebagai bagian penting dalam Jakarta, 2007.
pembentukan Perda Kabupaten/Kota. Kurnia, Mahendra Putra, dkk, Pedoman Naskah
Akademik Perda Partisipatif, Total Media,
B. Saran Yogyakarta, 2007.
1. Fakta bahwa tidak sedikit anggota DPRD Sarundajang, S.H., Birokrasi Dalam Otonomi
maupun kepala daerah yang hanya Daerah. Upaya Mengatasi Kegagalan, Kata
berbekal “Ijazah Persamaan” (Paket C) Hasta Pustaka, Jakarta, 2011.
menunjukkan perlu dan pentingnya Naskah

29
Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

Soehino, Hukum Tatanegara. Teknik


Perundang-Undangan, Liberty,
Yogyakarta,1984.
Soekanto, Soerjono, dan Mamudji, Sri,
Penelitian Hukum Normatif. Suatu Tinjauan
Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2001.
Soeprapto, Maria Farida Indrati, Ilmu
Perundang-Undangan. Dasar-Dasar dan
Pembentukannya, Kanisius, Yogyakarta,
1998.
Zaini, Hasan, Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, Alumni, Bandung, 1985.
Zuhro, R. Siti, Kisruh Peraturan Daerah:
Mengurai Masalah dan Solusinya, Penerbit
Ombak, Yogyakarta, 2010.

30

Anda mungkin juga menyukai