Anda di halaman 1dari 28

Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen

Undang-Undang Dasar 1945

Dalam perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi memasuki abad 21,
hukum di Indonesia mengalami perubahan yang mendasar, hal ini adanya
perubahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945, perubahan (amandemen)
dimaksud sampai empat kali, yang dimulai pada tanggal 19 Oktober 1999
mengamandemen 2 pasal, amandemen kedua pada tanggal 18 Agustus 2000 sejumlah
10 pasal, sedangkan amandemen ketiga pada tanggal 10 November 2001 sejumlah 10
pasal, dan amandemen keempat pada tanggal 10 Agustus 2002 sejumlah 10 pasal
serta 3 pasal Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan 2 pasal, apabila dilihat dari
jumlah pasal pada Undang -Undang Dasar 1945 adalah berjumlah 37 pasal, akan
tetapi setelah diamandemen jumlah pasalnya melebihi 37 pasal, yaitu menjadi 39
pasal hal ini terjadi karena ada pasal-pasal yang diamandemen ulang seperti pasal 6 A
ayat 4, pasal 23 C.

3. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen


Sebelum adanya amandemen terhadap UUD 1945, dikenal dengan Tujuh Kunci
Pokok Sistem Pemerintahan Negara, namun tujuh kunci pokok tersebut mengalami
suatu perubahan. Oleh karena itu sebagai Studi Komparatif sistem pemerintahan
Negara menurut UUD 1945 mengalami perubahan.
a. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtstaat ).
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat ), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (Machtstaat), mengandung arti bahwa negara, termasuk
didalamnya pemerintahan dan lembaga - lembaga negara lainnya dalam
melaksanakan tindakan apapun.
b. Sistem Konstitusi
Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolut
(kekuasaan yang tidak terbatas).
Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan dibatasi
oleh ketentuan - ketentuan konstitusi dan juga oleh ketentuan-ketentuan hukum lain
merupakan produk konstitusional.
c. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi disamping
MPR dan DPR.
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, Presiden penyelenggara
pemerintahan tertinggi disamping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung
oleh rakyat. UUD 1945 pasal 6 A ayat 1, jadi menurut UUD 1945 ini Preiden tidak
lagi merupakan mandataris MPR, melainkan dipilih oleh rakyat.
d. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
e. Menteri Negara ialah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab
kepada DPR. Presiden dalam melaksanakan tugas dibantu oleh menteri-menteri
negara, pasal 17 ayat 1 (hasil amandemen).
f. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas, meskipun Kepala negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR, ia bukan "Diktator" artinya kekuasaan tidak
terbatas, disini Presiden adalah sudah tidak lagi merupakan mandataris MPR, namun
demikian ia tidak dapat membubarkan DPR atau MPR.
g. Negara Indonesia adalah negara hukum, negara hukum berdasarkan Pancasila
bukan berdasarkan kekuasaan.
Ciri-ciri suatu negara hukum adalah :
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam
bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan
tidak memihak.
c. Jaminan kepastian hukum.

d. Kekuasaan Pemerintahan Negara


Pasal 4 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945, Presiden dibantu oleh
seorang Wakil Presiden pasal 4 ayat 2 dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut sistem pemerintahan negara berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen
2002, bahwa Presiden dipilih langsung oleh rakyat secara legitimasi. Presiden
kedudukannya kuat, disini kekuasaan Presiden tidak lagi berada dibawah MPR
selaku mandataris. Akan tetapi jika Presiden dalam melaksanakan tugas menyimpang
dari Konstitusi, maka MPR melakukan Impeachment, pasal 3 ayat 3 UUD 1945 dan
dipertegas oleh pasal 7A. Proses Impeachment agar bersifat adil dan obyektif harus
diselesaikan melalui Mahkamah Konstitusi, pasal 7B ayat 4 dan 5, dan jika
Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden melanggar
hukum, maka MPR harus segera bersidang dan keputusan didukung 3/4 dari jumlah
anggota dan 2/3 dari jumlah anggota yang hadir pasal 7B ayat 7.
e. Pemerintahan Daerah, diatur oleh pasal 18 UUD 1945
Pasal 18 ayat 1 menjelaskan bahwa Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang
diatur dengan undang-undang. Pasal 18 ayat 2 mengatur otonomi pemerintahan
daerah, ayat tersebut menyatakan bahwa pemerintahan daerah propinsi, kabupaten,
dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan, atau pengertian otonomi sama artinya mengatur rumah tangga
sendiri.
f. Pemilihan Umum
Hasil amandemen UUD 1945 tahun 2002 secara eksplisit mengatur tentang
Pemilihan Umum dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap 5 tahun sekali, diatur pasal 22E ayat 1. Untuk memilih anggota DPR, DPD,
Presiden dan Wakil Presiden pasal 22 E ayat 2.
Dalam pemilu tersebut landasan yang dipergunakan adalah Undang-Undang UU No.
3 Tahun 1999 tentang Pemilu.
g. Wilayah Negara
Pasal 25A UUD 1945 hasil amandemen 2002 memuat ketentuan bahwa, Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan Undang -
Undang.
h. Hak Asasi Manusia Menurut UUD 1945
Hak asasi manusia tidaklah lahir mendadak sebagaimana kita lihat dalam "Universal
Declaration of Human Right" pada tanggal 10 Desember 1948 yang ditanda-tangani
oleh PBB. Hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan filosofis
manusia yang melatarbelakangi.
Bangsa Indonesia didalam hak asasi manusia terlihat lebih dahulu sudah memiliki
aturan hukumnya seperti dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 1 dinyatakan bahwa :
"kemerdekaan adalah hak segala bangsa". Sebagai contoh didalam UUD 1945 pasal
28A menyatakan : "Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak memepertahankan
hidup dan kehidupannya ".
Pasal 28A sampai dengan pasal 28J mengatur tentang hak asasi manusia didalam
UUD 1945.

OPINI :
menurut saya setelah undang-undang di amandement negara kita lebih membaik dari
pemerintahan sebelumnya
karena kekuasaan nya benar-benar diatur dan berlandasan pancasila tidak seperti
sebelumnya yang hanya berdasarkan kekuasaan
dan indonesia sebagai negara yang demokratis dan kita sebagai rakyat harus ikut
serta dalam pemerintah untuk mewujudkan negara yang di cita-citakan
dan sebagai warga negara indonesia yang baik kita harus mematuhi peraturan
pemerintah yang telah dibuat
hukum bukan untuk di takuti tapi untuk di taati
agar suatu sistem pemerintahan suatu negara bisa berjalan dengan baik

Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah


amandemen Presentation Transcript
 1. SISTEM PEMERINTAHANINDONESIA SEBELUM DANSESUDAH
AMANDEMEN Adi Sumardi Ardhiya Muhammad Dinaryo R. Mochammad
Ridwan Sandy Novrian Pradhina Yoska Oktavianus
 2. Sistem Pemerintahan NegaraIndonesia Berdasar UUD 1945sebelum
DiamandemenSistem pemerintahan ini tertuang dalam penjelasan UUD1945
tentang 7 kunci pokok sistem pemerintahan. Yaitu : • Indonesia adalah Negara
yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) • Sistem Konstitusional. • Kekuasaan
tertinggi di tangan MPR • Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara
yang tertinggi di bawah MPR. • Presiden tidak bertanggung jawab kepada
DPR. • Menteri Negara adalah pembantu presiden, dan tidak bertanggung
jawab terhadap DPR. • Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
 3. Berdasarkan tujuh kunci pokok tersebut, sistem pemerintahanIndonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahanpresidensial.Sistem
pemerintahan ini dijalankan semasa Orde Baru dibawahkepemimpinan
Presiden Suharto.Ciri dari sistem pemerintahan presidensial ini adalah
adanyakekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan.
 4. Pada saat sistem pemerintahan ini, kekuasaan presiden berdasarUUD 1945
adalah sebagai berikut : • Pemegang kekuasaan legislative. • Pemegang
kekuasaan sebagai kepala pemerintahan. • Pemegang kekuasaan sebagai
kepala Negara. • Panglima tertinggi dalam kemiliteran. • Berhak mengangkat
& melantik para anggota MPR dari utusan daerah atau golongan. • Berhak
mengangkat para menteri dan pejabat Negara. • Berhak menyatakan perang,
membuat perdamaian, dan perjanjian dengan Negara lain. • Berhak
mengangkat duta dan menerima duta dari Negara lain. • Berhak memberi
gelaran, tanda jasa, dan lain – lain tanda kehormatan. • Berhak memberi grasi,
amnesty, abolisi, dan rehabilitasi.
 5. Dampak negative yang terjadi dari sistem pemerintahan yangbersifat
presidensial ini adalah sebagai berikut : • Terjadi pemusatan kekuasaan
Negara pada satu lembaga, yaitu Presiden. • Peran pengawasan & perwakilan
DPR semakin lemah. • Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung
dimanfaatkan untuk loyal dan mendukung kelangsungan kekuasaan presiden.
• Kebijakan yang dibuat cenderung menguntungkan orang - orang yang dekat
presiden. • Menciptakan perilaku KKN. • Terjadi personifikasi bahwa
presiden dianggap Negara. • Rakyat dibuat makin tidak berdaya, dan tunduk
pada Presiden.
 6. Dampak positif yang terjadi dari sistem pemerintahan yang
bersifatpresidensial ini adalah sebagai berikut : • Presiden dapat
mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan. • Presiden mampu
menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. • Sistem pemerintahan
lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. • Konflik dan pertentangan antar
pejabat Negara dapat dihindari.
 7. Indonesia memasuki era reformasi.Dimana bangsa Indonesia ingin
danbertekad untuk menciptakan sistempemerintahan yang demokratis.
Olehkarena itu perlu disusun pemerintahanberdasarkan konstitusi
(konstitusional).Yang bercirikan sebagai berikut : • Adanya pembatasan
kekuasaan ekskutif. • Jaminan atas hak – hak asasi manusia dan warga
Negara.
 8. Sistem Pemerintahan NegaraIndonesia Berdasar UUD 1945setelah
DiamandemenPokok – pokok sistem pemerintahan ini adalah sebagaiberikut :
• Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah Negara
terbagi menjadi beberapa provinsi. • Bentuk pemerintahan adalah Republik. •
Sistem pemerintahan adalah presidensial. • Presiden adalah kepala Negara
sekaligus kepala pemerintahan. • Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden
dan bertanggung jawab kepada presiden. • Parlemen terdiri atas dua
(bikameral), yaitu DPR dan DPD. • Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh
mahkamah agung dan badan peradilan di bawahnya.
 9. Sistem pemerintahan ini pada dasarnya masih menganutsitem presidensial.
Hal ini terbukti dengan presiden sebagai kepala Negara dan kepala
pemerintahan. Presiden juga berada di luar pengawasan langsung DPR dan
tidak bertanggung jawab terhadap parlemen.
 10. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesiaadalah
sebagai berikut : • Presiden sewaktu – waktu dapat diberhentikan MPR atas
usul dan pertimbangan dari DPR. • Presiden dalam mengangkat pejabat
Negara perlu pertimbangan dan/atau persetujuan DPR. • Presiden dalam
mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan dan/atau persetujuan
DPR. • Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk
undang – undang dan hak budget (anggaran).
 11. Dengan demikian, ada perubahan – perubahan baru dalam
sistempemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukkan dalam
memperbaikisistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara
lainadanya pemilihan presiden secara langsung, sistem bicameral,mekanisme
check and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebihbesar kepada
parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsianggaran.
 12. Perbedaan Sistem PemerintahanSebelum dan SesudahAmandemenDalam
sejarah indonesia, sudah beberapa kali pemerintahmelakukan amandemen
pada UUD 1945. Hal ini tentu sajadilakukan untuk menyesuaikan undang-
undang denganperkembangan zaman dan memperbaikinya sehingga
dapatmenjadi dasar hukum yang baik. Dalam proses tersebut,terdapat
perbedaan antara sistem pemerintahan sebelumdilakukan amandemen dan
setelah dilakukan amandemen.
 13. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT (MPR)
 14. Sebelum AmandemenSebelum dilakukan amandemen, MPR merupakan
lembaga tertinggi negara sebagaipemegang dan pelaksana sepenuhnya
kedaulatan rakyat. membuat putusan-putusan yangWEWENANG tidak
dapat dibatalkan oleh lembaga negara yang lain, termasuk penetapan Garis-
Garis Besar Haluan Negara yang pelaksanaannya Memberikan penjelasan
yangditugaskan kepada Presiden/Mandataris. bersifat penafsiran terhadap
putusan-putusan MenyelesaikanMajelis. Memintapemilihan dan
selanjutnya mengangkat Presiden Wakil Presiden. pertanggungjawaban dari
Presiden/ Mandataris mengenai pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan
Negara dan menilai pertanggungjawaban Mencabut mandat dan
memberhentikan Presiden dantersebut. memberhentikan Presiden dalam
masa jabatannya apabila Presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar
Haluan Negara dan/atau Menetapkan Mengubah undang-Undang
Dasar.Undang-Undang Dasar. Menetapkan Pimpinan Majelis yang
dipilihPeraturan Tata Tertib Majelis. Mengambil/memberi keputusan
terhadap anggotadari dan oleh anggota. yang melanggar sumpah/janji
anggota.
 15. Setelah AmandemenSetelah amandemen, MPR berkedudukan sebagai
lembaga tinggi negara yang setaradengan lembaga tinggi negara lainnya
seperti Lembaga Kepresidenan, DPR, DPD, BPK,MA, dan MK.
WEWENANG Menghilangkan supremasi kewenangannya Menghilangkan
kewenangannya menetapkan GBHN Menghilangkan kewenangannya
mengangkat Presiden (karena presiden dipilih secara langsung melalui
pemilu) Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD. Melantik
presiden dan/atau wakil presiden Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya Memilih Wakil Presiden dari dua calon
yang diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden
Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan
Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam Pemilu sebelumnya sampai berakhir masa
jabatannya, jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya secara bersamaan. MPR tidak lagi memiliki kewenangan untuk
menetapkan GBHN
 16. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR)
 17. Sebelum AmandemenPresiden tidak dapat membubarkan DPR yang
anggota-anggotanyadipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum secara
berkala lima tahunsekali. Meskipun demikian, Presiden tidak bertanggung
jawab kepadaDPR. Memberikan persetujuan atas RUUWEWENANG 
Memberikan persetujuan atas PERPU.yang diusulkan presiden. Meminta
MPR untuk mengadakanMemberikan persetujuan atas Anggaran. sidang
istimewa guna meminta Tidakpertanggungjawaban presiden. disebutkan
bahwa DPR berwenang memilih anggota- anggota BPK dan tiga hakim pada
Mahkamah Konstitusi.
 18. Setelah AmandemenSetelah amandemen, Kedudukan DPR diperkuat
sebagai lembagalegislatif dan fungsi serta wewenangnya lebih diperjelas
seperti adanyaperan DPR dalam pemberhentian presiden, persetujuan DPR
atasbeberapa kebijakan presiden, dan lain sebagainya. Membentuk Undang-
Undang yang dibahas dengan Presiden untukWEWENANG Membahas dan
memberikan persetujuanmendapat persetujuan bersama Peraturan
Pemerintah Menerima dan membahasPengganti Undang-Undang usulan
RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan
mengikutsertakannya dalam Menetapkan APBN bersama
Presidenpembahasan dengan memperhatikan Melaksanakan pengawasan
terhadappertimbangan DPD pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan
pemerintah
 19. PRESIDEN
 20. Sebelum AmandemenPresiden selain memegang kekuasaan eksekutif
(executive power), jugamemegang kekuasaan legislative (legislative power)
dan kekuasaanyudikatif (judicative power). Presiden mempunyai hak
prerogatif yangsangat besar. Tidak ada aturan mengenai batasan periode
seseorangdapat menjabat sebagai presiden serta mekanisme
pemberhentianpresiden dalam masa jabatannya, sehingga presiden bisa
menjabatseumur hidup. Mengangkat dan memberhentikan
anggotaWEWENANG Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (dalamBPK. Mengangkat Menetapkan Peraturan
Pemerintahkegentingan yang memaksa) PEMILIHANdan
memberhentikan menteri-menteri Presiden dan Wakil Presiden diangkat dan
diberhentikan oleh MPR.
 21. Setelah AmandemenKedudukan presiden sebagai kepala negara, kepala
pemerintahan dan berwenangmembentuk Undang-Undang dengan
persetujuan DPR. Masa jabatan presidenadalah lima tahun dan dapat dipilih
kembali selama satu periode. Memegang kekuasaanWEWENANG
Presiden tidak lagi mengangkat BPK, tetapipemerintahan menurut UUD
diangkat oleh DPR dengan memperhatikan DPD lalu diresmikan oleh
Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,presiden.
Angkatan Laut, dan Mengajukan Rancangan Undang-UndangAngkatan
Udara kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden melakukan
pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta
mengesahkan RUU Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undangmenjadi UU. (dalam  Menetapkan Peraturan
Pemerintahkegentingan yang memaksa) Menyatakan perang,Mengangkat
dan memberhentikan menteri-menteri membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain dengan persetujuan  Membuat perjanjian internasional
lainnya dengan persetujuan DPRDPR Menyatakan keadaan bahaya
 22. Calon Presiden dan Wakil PresidenPEMILIHAN diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelumnya. Pilpres
pertama kali di Indonesia Jika dalam Pilpres didapat suaradiselenggarakan
pada tahun 2004. >50% jumlah suara dalam pemilu dengan sedikitnya 20% di
setiap provinsi yang tersebar di lebih dari separuh jumlah provinsi Indonesia,
maka dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Jika tidak ada
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, maka pasangan yang
memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam Pilpres mengikuti
Pilpres Putaran Kedua. Pasangan yang memperoleh suara terbanyak dalam
Pilpres Putaran Kedua dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden
Terpilih.
 23. MAHKAMAHKONSTITUSI (MK)
 24. Sebelum Amandemen Mahkamah konstitusi berdiri setelah amandemen
 25. Setelah AmandemenWEWENANG•Berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhiryang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-
Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutussengketa kewenangan
lembaga negara yangkewenangannya diberikan oleh UUD 1945,
memutuspembubaran partai politik, dan memutus perselisihantentang hasil
Pemilihan Umum•Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan
PerwakilanRakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presidendan/atau
Wakil Presiden menurut UUD 1945.
 26. Ketua Mahkamah KonstitusiKETUA MAHKAMAH KONSTITUSI
dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa jabatan 3 tahun. Masa
jabatan Ketua MK selama 3 tahun yang diatur dalam UU 24/2003 ini sedikit
aneh, karena masa jabatan Hakim Konstitusi sendiri adalah 5 tahun, sehingga
berarti untuk masa jabatan kedua Ketua MK dalam satu masa jabatan Hakim
Konstitusi berakhir sebelum waktunya (hanya 2 tahun). Ketua MK yang
pertama adalah Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.. Guru besar hukum tata
negara Universitas Indonesia kelahiran 17 April 1956 ini terpilih pada rapat
internal antar anggota hakim Mahkamah Jimly terpilih lagi sebagai
ketuaKonstitusi tanggal 19 Agustus 2003. untuk masa bakti 2006-2009 pada
18 Agustus 2006 dan disumpah pada 22 Agustus 2006. Pada 19 Agustus
2008, Hakim Konstitusi yang baru diangkat melakukan voting tertutup untuk
memilih Ketua dan Wakil Ketua MK masa bakti 2008-2011 dan
menghasilkan Mohammad Mahfud MD sebagai ketua serta Abdul Mukthie
Fadjar sebagai wakil ketua.
 27. HAKIM KONSTITUSIMahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim
Konstitusi yangditetapkan oleh Presiden. Hakim Konstitusi diajukanmasing-
masing 3 orang oleh Mahkamah Agung, 3 orangoleh Dewan Perwakilan
Rakyat, dan 3 orang oleh Presiden.Masa jabatan Hakim Konstitusi adalah 5
tahun, dan dapatdipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
 28. MAHKAMAHAGUNG (MA)
 29. KEDUDUKANSebelum Amandemen Kekuasan kehakiman menurut
UUD 1945 sebelum amandemen dilakukan oleh Mahkamah Agung dan lain-
lain badan kehakiman (Pasal 24 (1)). Kekuasaan kehakiman hanya terdiri atas
badan-badan pengadilan yang berpuncak pada Mahkamah Agung. Lembaga
ini dalam tugasnya diakui bersifat mandiri dalam arti tidak boleh diintervensi
atau dipengaruhi oleh cabang-cabang kekuasaan WEWENANGlainnya,
terutama eksekutif. Sebelum adanya amandemen, Mahkamah Agung
berwenang dalam kekuasaan kehakiman secara utuh karena lembaga ini
merupakan lembaga kehakiman satu-satunya di Indonesia pada saat itu.
 30. Setelah Amandemen KEDUDUKAN MA merupakan lembaga negara
yang memegang kekuasaan kehakiman disamping itu sebuah mahkamah
konstitusi diindonesia (pasal 24 (2) UUD 1945 hasil amandemen ). Dalam
melaksanakan kekusaan kehakiman , MA membawahi Beberapa macam
lingkungan peradilan, yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer, dan peradilan tata usaha negara( Pasal 24 (2) UUD 1945 hasil
amandemen). WEWENANG Fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam Undang-undang seperti Kejaksaan, Kepolisian,
Advokat/Pengacara dan lain-lain: Berwenang mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang
Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi Memberikan pertimbangan
dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi
 31. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)
 32. Sebelum AmandemenUntuk memeriksa tanggung jawab tentang
keuangannegara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan
yangperaturannya ditetapkan dengan undangundang. HasilPemeriksaan itu
diberitahukan kepada Dewan PerwakilanRakyat” PASAL 23
 33. Pasal 23FSetelah Amandemen (1) Anggota BPK dipilih oleh DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh Presiden.
Pasal(2) Pimpinan BPK dipilih dari dan oleh anggota. 23G (1) BPK
berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap propinsi
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai BPK di atur dengan undang-undang

Home » Sistem Pemerintahan » Sistem Pemerintahan Indonesia


Sistem Pemerintahan Indonesia
   Sistem Pemerintahan Indonesia - Seperti Halnya Sebuah Negara yang
memiliki kedaulatan sendiri pastinya memiliki sebuah Sistem Pemerintahan guna
mengatur kelangsungan hidup negara tersebut, Begitu pula dengan Negara Indonesia
yang memiliki Sistem Pemerintahan sendiri yang dianutnya sesuai ketentuan yang
berlaku, Berikut pembahasan kami mengnai Sistem Pemerintahan Indonesia

Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan


Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa
bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah
republik.

Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala
pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial. Apa yang dimaksud dengan sistem pemerintahan
presidensial? Untuk mengetahuinya, terlebih dahulu dibahas mengenai sistem
pemerintahan.

I. Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan


presidensiil. Namun dalam prakteknya banyak bagian-bagian dari sistem
pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia.
Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan i
Indonesia adalah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan
antara sistem pemerintahan presidensiil dengan sistem pemerintahan parlementer.
Apalagi bila dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan
sistem pemerintahan. Indonesia pernah menganut sistem kabinet parlementer pada
tahun 1945 - 1949. kemudian pada rentang waktu tahun 1949 - 1950, Indonesia
menganut sistem pemerintahan parlementer yang semu. Pada tahun 1950 - 1959,
Indonesia masih menganut sistem pemerintahan parlementer dengan demokrasi
liberal yang masih bersifat semu. Sedangkan pada tahun 1959 - 1966, Indonesia
menganut sistem pemerintahan secara demokrasi terpimpin. Perubahan dalam sistem
pemerintahan tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Karena terjadi perbedaan
pelaksanaan sistem pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum UUD 1945
diamandemen dan setelah terjadi amandemen UUD 1945 pada tahun 1999 - 2002.
Berikut ini adalah perbedaan sistem pemerintahan sebelum terjadi amandemen dan
setelah terjadi amandemen pada UUD 1945 :

Sebelum terjadi amandemen :


MPR menerima kekuasaan tertinggi dari rakyat
Presiden sebagai kepala penyelenggara pemerintahan
DPR berperan sebagai pembuat Undang - Undang
BPK berperan sebagai badan pengaudit keuangan
DPA berfungsi sebagai pemberi saran/pertimbangan kepada presiden / pemerintahan
MA berperan sebagai lembaga pengadilan dan penguki aturan yang diterbitkan
pemerintah.
Setelah terjadi amandemen :
Kekuasaan legislatif lebih dominan
Presiden tidak dapat membubarkan DPR
Rakyat memilih secara langsung presiden dan wakil presiden
MPR tidak berperan sebagai lembaga tertinggi lagi
Anggota MPR terdiri dari seluruh anggota DPR ditambah anggota DPD yang dipilih
secar langsung oleh rakyat
Dalam sistem pemerintahaan presidensiil yang dianut di Indonesia, pengaruh rakyat
terhadap kebijaksanaan politik kurang menjadi perhatian. Selain itu, pengawasan
rakyat terhadap pemerintahan juga kura begitu berpengaruh karena pada dasarnya
terjadi kecenderungan terlalu kuatnya otoritas dan konsentrasi kekuasaan yang ada di
tangan presiden. Selain itu, terlalu sering terjadi pergantian pejabat di kabinet karena
presiden mempunyai hak prerogatif untuk melakukan itu.

a. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum


Diamandemen.

Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum


diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok
sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
Sistem Konstitusional.
Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem
pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah
adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua
kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa
melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu
tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden
sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan,
kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat
mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu
menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil,
tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan antar pejabat negara dapat
dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia
ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa
dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.

Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan


sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang
konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah
konstitusional bercirikan bahwa konstitusi negara itu berisi
adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,
jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan
atau amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi
konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem
pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945
telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001,
dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi pedoman
bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.

b. Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah


Diamandemen
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen
keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD
1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem
pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun
2004 setelah dilakukannya Pemilu 2004.

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.


Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara
terbagi dalam beberapa provinsi.

 Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan


presidensial.
 Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden
dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
 Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
 Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan
merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan
mengawasi jalannya pemerintahan.
 Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.
 Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem
pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan untuk
menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem presidensial.
Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah
sebagai berikut;
 Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR.
Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara
tidak langsung.
 Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
 Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
 Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-
undang dan hak budget (anggaran)

Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan


Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama.
Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem
bikameral, mekanisme cheks and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar
kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.

Dengan demikian, sistem pemerintahan suatu negara dapat dijadikan sebagai bahan
perbandingan atau type yang dapat diadopsi menjadi bagian dari sistem pemerintahan
negara lain. Amerika Serikat john Inggris masing-masing telah mampu membuktikan
diri sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial john
parlementer seara excellent. Sistem pemerintahan dari kedua negara tersebut
selanjutnya banyak ditiru oleh negara-negara lain di dunia yang tentunya disesuaikan
dengan negara yang bersangkutan.

4. Sistem Pemerintahan Indonesia


Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum
Diamandemen. Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan
UUD 1945 sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang
tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut. Indonesia
adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).

Sistem Konstitusional.
Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.

Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab


kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem
pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah
adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua
kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa
melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu
tidak adanya pengawasan john tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden
sangat besar john cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan,
kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat
mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu
menciptakan pemerintahan yang kompak john sound. Sistem pemerintahan lebih
stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik john pertentangan antar pejabat
negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di
Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan
bangsa john negara daripada keuntungan yang didapatkanya.

Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang
konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah
konstitusional bercirikan bahwa konstitusi negara itu berisi adanya pembatasan
kekuasaan pemerintahan atau eksekutif, jaminan atas hak asasi manusia john hak-hak
warga negara. Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah
melakukan perubahan atau amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen
UUD 1945 menjadi konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat
terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen
atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun
1999, 2000, 2001, john 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen
itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini. w. Sistem
pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen
keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD
1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem
pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun
2004 setelah dilakukannya Pemilu 2004.

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut. Bentuk negara


kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara terbagi dalam
beberapa provinsi. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem
pemerintahan presidensial. Presiden adalah kepala negara john sekaligus kepala
pemerintahan. Presiden john wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat
dalam satu paket. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden john bertanggung
jawab kepada presiden. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) john Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota
dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif john kekuasaan
mengawasi jalannya pemerintahan. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah
Agung john badan peradilan dibawahnya.

Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan


parlementer john melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-
kelemahan yang ada dalam sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem
pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut; Presiden sewaktu-
waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki
kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung. Presiden dalam
mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR. Presiden
dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari
DPR.

Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang
john hak price range (anggaran) Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru
dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki
sistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan
secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks as well as sense of balance,
john pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan
pengawasan john fungsi anggaran.

==>Selanjutnya Sistem Pemerintahan Presidensial


1. Pengertian Sistem Pemerintahan
Pada prinsipnya sistem pemerintahan itu mengacu pada bentuk hubungan antara
lembaga legislatif dengan lembaga eksekutif (Sri Soemantri, 1981:76). Sir Walter
Bagehot (1955) kemudian membedakan antara sistem pemerintahan parlementer dan
sistem pemerintahan presidensial. Meskipun sebenarnya Bagehot hanya sekedar
mencoba untuk memperbandingkan antara sistem yang berlaku di Inggris dan di
Amerika Serikat, namun pembedaan ini lalu menjadi klasifikasi pokok bagi sistem
pemerintahan itu sendiri.
Namun demikian uraian tentang sistem pemerintah Indonesia di sini akan sedikit
diperluas. Tidak hanya meliputi hubungan antara Presiden yang merupakan lembaga
eksekutif dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif
semata. Uraian di sini juga akan meliputi penjelasan sekedarnya tentang lembaga-
lembaga ketatanegaraan Indonesia yang lain.

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

Berdasarkan undang – undang dasar 1945 sistem pemerintahan Negara


Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan belaka.
2. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas)
3. Kekuasaan Negara yang tertinggi berada di tangan majelis permusyawaratan
rakyat.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi dibawah MPR.
Dalam menjalankan pemerintahan Negara kekuasaan dan tanggung jawab adalah
ditangan prsiden.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Presiden harus mendapat
persetujuan dewan perwakilan rakyat dalam membentuk undang – undang dan untuk
menetapkan anggaran dan belanja Negara.
6. Menteri Negara adalah pembantu presiden yang mengangkat dan memberhentikan
mentri Negara. Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR.
7. Kekuasaan kepala Negara tidak terbatas. presiden harus memperhatikan dengan
sungguh – sungguh usaha DPR.

Kekuasaan pemerintahan Negara Indonesia menurut undang–undang dasar 1


sampai dengan pasal 16. pasal 19 sampai dengan pasal 23 ayat (1) dan ayat (5),
serta pasal 24 adalah:
1. Kekuasaan menjalan perundang – undangan Negara atau kekuasaan eksekutif yang
dilakukan oleh pemerintah.
2. Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah atau
kekuasaan konsultatif yang dilakukan oleh DPA.
3. Kekuasaan membentuk perundang – undang Negara atau kekuasaan legislatif yang
dilakukan oleh DPR.
4. Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara atau kekuasaan
eksaminatif atau kekuasaan inspektif yang dilakukan oleh BPK.
5. Kekuasaan mempertahankan perundang – undangan Negara atau kekuasaan
yudikatif yang dilakukan oleh MA.

Berdasarkan ketetapan MPR nomor III / MPR/1978 tentang kedudukan dan


hubungan tata kerja lembaga tertinggi Negara dengan atau antara Lembaga –
lembaga Tinggi Negara ialah sebagai berikut:
1. Lembaga tertinggi Negara adalah majelis permusyawaratan rakyat. MPR sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam Negara dengan pelaksana kedaulatan rakyat
memilih dan mengangkat presiden atau mandataris dan wakil presiden untuk
melaksanakan garis – garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan putusan – putusan
MPR lainnya. MPR dapat pula diberhentikan presiden sebelum masa jabatan berakhir
atas permintaan sendiri, berhalangan tetap sesuai dengan pasal 8 UUD 1945, atau
sungguh – sungguh melanggar haluan Negara yang ditetapkan oleh MPR.
2. Lembaga – lembaga tinggi Negara sesuai dengan urutan yang terdapat dalam UUD
1945 ialah presiden (pasal 4 – 15), DPA (pasal 16), DPR (pasal 19-22), BPK (pasal
23), dan MA (pasal 24).
a. Presiden adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah MPR.
Dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh seorang wakil presiden. Presiden atas
nama pemerintah (eksekutif) bersama – sama dengan DPR membentuk UU termasuk
menetapkan APBN. Dengan persetujuan DPR, presiden dapat menyatakan perang.
b. Dewan pertimbangan Agung (DPA) adalah sebuah bahan penasehat pemerintah
yang berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presien. Selain itu DPA berhak
mengajukan pertimbangan kepada presiden.
c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebauh badan legislative yang dipilih
oleh masyarakat berkewajiban selain bersama – sama dengan presiden membuat UU
juga wajib mengawasi tindakkan – tindakan presiden dalam pelaksanaan haluan
Negara.
d. Badan pemeriksa keuangan (BPK) ialah Badan yang memeriksa tanggung jawab
tentang keuangan Negara. Dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah. BPK memriksa semua pelaksanaan APBN. Hasil
pemeriksaannya dilaporkan kepada DPR.
e. Mehkamah Agung (MA) adalah Badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman
yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
pengaruh lainnya. MA dapat mempertimbangkan dalam bidang hukum, baik diminta
maupun tidak diminta kepada kepada lembaga – lembaga tinggi Negara.

Untuk memperjelas bagaimana hubungan antara lembaga tertinggi Negara dengan


lembaga tinggi Negara dan lembaga tinggi Negara dengan lembaga tinggi Negara
lainnya menurut UUD 1945, perhatikan dengan seksama bagan – bagan dibawah ini
yang di elaborasi oleh kansil.:

EKSEKUTIF
Kekuasaan pemerintah (eksekutif) diatur dalam UUD 1945 pada BAB II pasal 4
sampai dengan pasal 15. Pemerintahan republic Indonesia terdiri dari Aparatur
pemerintah republic Indonesia terdiri dari Aparatur Pemerintah Pusat, Aperatur
Pemrintah daerah dan usaha – usaha Negara. Aperatur pemrintah pusat terdiri
dari :
a. Kepresidenan beserta Aparatur utamanya meliputi :
1) Presiden sebagai kepala Negara merangkap kepala pemerintahan (eksekutif).
2) Wakil presiden
3) Menteri – menteri Negara / lembaga non departemen. Menurut keputusan prsiden
Republik Indonesia nomor 102 Tahun 2001 tanggal 13 september 2001 bahwa
departemen merupakan unsure pelaksana pemerintah yang di pimpin oleh seorang
menteri Negara yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada presiden.
Departemen luar negeri, departemen pertahanan dan dewpartemen lainnya.
4) Kejaksaan agung
5) Sekretariat Negara
6) Dewan – dewan nasional
7) Lembaga – lembaga non departemen menurut keputusan presiden RI nomor 166
tahun 2000, seperti publik Indonesia (ANRI), LAN, BKN, dan perpunas, dan lain –
lain.

2. Perbandingan antara Indische Staatsregeling dengan UUD 1945


Rupanya secara umum telah diyakini bahwa sistem pemerintahan Indonesia menurut
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) itu adalah sistem presidensial. Keyakinan ini
secara yuridis samasekali tidak berdasar. Tidak ada dasar argumentasi yang jelas atas
keyakinan ini.
Apabila diteliti kembali struktur dan sejarah penyusunan UUD 1945 maka tampaklah
bahwa sebenarnya sistem pemerintahan yang dianut oleh UUD 1945 itu adalah sistem
campuran. Namun sistem campuran ini bukan campuran antara sistem presidensial
model Amerika Serikat dan sistem parlementer model Inggris. Sistem campuran yang
dianut oleh UUD 1945 adalah sistem pemerintahan campuran model Indische
Staatsregeling (‘konstitusi’ kolonial Hindia Belanda) dengan sistem pemerintahan
sosialis model Uni Sovyet.
Semua lembaga negara kecuali Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), merupakan
turunan langsung dari lembaga-lembaga pemerintahan Hindia Belanda dahulu, yang
berkembang melalui pengalaman sejarahnya sendiri sejak zaman VOC. Sementara itu,
sesuai dengan keterangan Muhammad Yamin (1971) yang tidak lain adalah
pengusulnya, MPR itu dibentuk dengan mengikuti lembaga negara Uni Sovyet yang
disebut Sovyet Tertinggi. Secara ringkas, maka apabila lembaga-lembaga pemerintahan
Hindia Belanda menurut Indische Staatsregeling dan lembaga-lembaga negara
Indonesia menurut UUD 1945 tersebut disejajarkan, maka akan tampak sebagai berikut:
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sovyet Tertinggi
Presiden/Wakil Presiden Gouverneur Generaal/
Luitenant Gouverneur Generaal
Dewan Pertimbangan Agung Raad van Nederlandsch-Indie
Dewan Perwakilan Rakyat Volksraad
Badan Pemeriksa Keuangan Algemene Rekenkamer
Mahkamah Agung Hooggerechtshof van Nederlandsch-Indie

3. Hubungan antara Presiden dengan DPR


Alur berpikir seperti terurai di atas dapatlah membantu kita untuk memahami mengapa
Presiden menurut UUD 1945 (sebelum amandemen) itu memiliki kekuasaan yang luar
biasa besar. Hal ini dapat dimengerti, sebab Gouverneur Generaal, yang kekuasaannya
ditiru oleh UUD 1945 dalam bentuk kekuasaan Presiden itu, adalah viceroy Belanda. Di
tangan Gouvernuer Generaal-lah, kekuasaan tertinggi atas Hindia Belanda itu terletak.
Atas dasar itulah maka dapat dimengerti bahwa Presiden menurut UUD 1945 (sebelum
amandemen) itu relatif omnipotent.
Di lain pihak, DPR yang merupakan turunan Volksraad-pun tidak dapat melepaskan diri
dari sifat-sifat Volksraad itu sendiri. Volksraad pada masa penjajahan Belanda itu
dibentuk sebagai ‘wakil’ rakyat Hindia Belanda, yang berhadapan dengan Gouverneur
Generaal yang mewakili Mahkota Belanda itu. Fungsi Volksraad dengan demikian
pertama-tama adalah sebagai lembaga pengawas pemerintahan kolonial Hindia
Belanda, bukan sebagai lembaga legislatif. Lembaga legislatif Hindia Belanda tetaplah
Gouverneur Generaal itu sendiri. Pola hubungan ini diikuti oleh UUD 1945 (sebelum
amandemen). DPR pertama-tama adalah lembaga pengawas Presiden, dan bukan
lembaga legislatif. Lembaga legislatif menurut UUD 1945 adalah Presiden (bersama
dengan DPR).
Namun dalam Sidangnya pada tanggal 19 Oktober 1999 MPR membatasi kekuasaan
Presiden, dan mengalihkan kekuasaan legislatif dari Presiden bersama DPR tersebut
kepada DPR (bersama Presiden). Konstruksi konstitusional ini lebih mirip dengan
konstruksi model Inggris. Kekuasaan legislatif di Inggris sepenuhnya ada di tangan
Parliament, meskipun pengesahan secara nominal tetap ada di tangan Raja. Presiden
dengan demikian bertindak sebagai the ‘royal’ gouvernment, dan DPR bertindak
sebagai the loyal opposition.

4. Kedudukan MPR
Pada awalnya MPR mempunyai fungsi yang presis sama dengan fungsi Sovyet
Tertinggi di Uni Sovyet atau Majelis Nasional di Republik Tiongkok (yang masih lestari
berlaku di Taiwan dan Republik Rakyat Cina itu). MPR seperti halnya Sovyet Tertinggi
maupun Majelis Nasional merupakan pelaksana Kedaulatan Rakyat. Dalam rangka itu
MPR membuat Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang akan menjadi pedoman
kerja pemerintahan selama lima tahun ke depan.
Akan tetapi MPR pada prinsipnya tidak dapat menyelenggarakan pemerintahan yang
sebenarnya merupakan kewenangannya itu. Untuk itu maka MPR memberikan mandat
pemerintahan itu kepada Kepala Negara (yang bergelar Presiden itu). Itu sebabnya
maka maka Kepala Negara merupakan Mandataris MPR, yang tunduk dan bertanggung
jawab kepada MPR. Hal inilah yang mendasari kewenangan Presiden untuk
melaksanakan tugas pemerintahan di Indonesia itu. Hal ini mirip dengan sistem di Uni
Sovyet pula. Sovyet Tertinggi menyerahkan mandat pemerintahan kepada Presidium
Sovyet Tertinggi, yang bersifat kolektif itu (Denisov, A. dan M. Kirichenko, 1960).
Lebih jauh, dengan demikian tidaklah tepat apabila dikatakan bahwa Presiden itu
berfungsi sebagai Kepala Negara seperti halnya sistem presidensial model Amerika
Serikat (Thomas James Norton, 1945). Berdasarkan Penjelasan Umum UUD 1945,
MPR memegang kekuasaan negara yang tertinggi. Untuk kemudian MPR mengangkat
Kepala Negara yang bergelar Presiden itu. Dengan demikian jabatan yang menjalankan
pemerintahan itu adalah Kepala Negara, sedangkan Presiden itu hanyalah gelar dari
Kepala Negara Indonesia semata. Sebaliknya tidak tepat pula apabila dikatakan bahwa
Presiden Indonesia itu juga merangkap sebagai Kepala Pemerintahan seperti Perdana
Menteri Inggris (William A. Robson, 1948 dan Wade, E.C.S & Godfrey Phillips, 1970).
Hal ini mengingat bahwa Presiden Indonesia itu mendapat mandat pemerintahan dari
Pemegang Kedaulatan Rakyat, dan bukan dari Parlemen.
Namun politik hukum Indonesia sejak Masa Reformasi telah mengubah sistem
ketatanegaraan Indonesia secara signifikan. Ada upaya untuk melakukan amerikanisasi
sistem pemerintahan Indonesia. Sejak awal masa Reformasi, ada upaya nyata untuk
menghapus eksistensi MPR ini, dan diubah menjadi sistem pemerintahan model
Amerika Serikat. Pada ini muncul lembaga negara yang samasekali baru, yaitu Dewan
Perwakilan Daerah. Secara politis, lembaga ini merupakan akomodasi dari hilangnya
Fraksi Daerah dalam susunan MPR. Akan tetapi dari sudut kelembagaan itu sendiri,
lembaga baru ini menjadi semacam lembaga Senate dalam susunan Congress di
Amerika Serikat. Dengan demikian susunan MPR itu sendiri terdiri atas DPR dan DPD,
mirip dengan susunan Congress, yang terdiri atas Senate dan House of
Representatives itu. Bedanya, DPD di Indonesia itu tidak diberi kewenangan apapun,
kecuali hanya memberi usulan dan pertimbangan. Sesuatu yang sangat tidak efisien
dan efektif. Masalahnya mengapa Indonesia harus mengacu pada sistem Amerika
Serikat? Entahlah. Seringkali muncul pertanyaan ironik: mengapa sistem pemerintahan
Indonesia tersebut tidak mengacu saja pada Uganda atau Nepal misalnya, sebagai
sesama negara yang berdaulat?

5. Eksistensi Penasehat Presiden


Reformasi sistem pemerintahan Indonesia di Masa Refomasi seperti terurai di atas
ditandai pula dengan sebuah dagelan konstitutif. Melalui Amandemen Keempat pada
tanggal 10 Agustus 2002 Dewan Pertimbangan Agung (DPA) sebagai lembaga
pemasehat Presiden dihapus. Namun pada saat yang sama dibentuklah Dewan
Pertimbangan Presiden (DPP). Masalahnya, perbedaan antara kedua lembaga ini
hanya pada istilah ‘Agung’ dan istilah ‘Presiden’ semata. Tidak lebih, tidak kurang. Hal
ini menunjukkan bahwa perancang perubahan ini samasekali tidak mengacu pada
sejarah lembaga prestisius ini, dan rupanya juga tidak pernah mempelajari Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1967, tentang Dewan Pertimbangan Agung itu sendiri.
Perlu diketahui bahwa lembaga pemasehat Kepala Negara semacam ini merupakan
suatu lembaga kenegaraan purba yang telah ada sejak masa Romawi dahulu. Para
kaisar Romawi itu senantiasa didampingi oleh sekelompok penasehat yang tergabung
dalam Curia Regis. Lembaga pendamping Kepala Negara ini tetap bertahan hingga
dewasa ini di pelbagai negara. Di Inggris terdapat Privy Council yang merupakan
pendamping Kepala Negara Inggris (King/Queen). Pada masa sebelum Revolusi
Perancis dikenal lembaga conseil du roy, yang pada masa Napoleon diganti menjadi
conseil d’etat. Di Belanda terdapat Raad van State, dan di Malaysia serta di Brunai
dikenal lembaga Dewan Raja.
Pada hakekatnya bersama dengan kepala negara, lembaga penasehat ini merupakan
sistem pemerintahan purba. Sistem pemerintahan ini baru memiliki sistem pemerintahan
pembanding sejak munculnya teori Trias Politika, yang diterapkan di Amerika Serikat
atas dasar Konstitusi Amerika Serikat itu sendiri. Pada saat membentuk sistem
organisasi dagangnya VOC-pun juga mengikuti pola ini. Gouverneur Generaal
mengendalikan reksa dagangnya di seberang lautan (overzee) bersama dengan Raad
van Indie (Kleintjes, Ph., 1932 & Schrieke, J.J., 1938-1939). Pada masa pemerintahan
jajahan Hindia Belanda lembaga ini berubah nama menjadi Raad van Nederlandsch-
Indie. Sedemikian prestisius dan terhormatnya kedudukan lembaga pendamping
Gubernur Jenderal ini, sehingga Kleintjes (1932) menempatkan Raad van
Nederlandsch-Indie ini sejajar dengan jabatan Gubernur Jenderal itu sendiri.
Inilah rupanya yang mendasari Ketetapan MPRS nomor XX/MPRS/1966, tentang
Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata
Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia, menempatkan DPA sejajar dengan
Presiden sebagai sesama lembaga tinggi negara. Akan tetapi apapun posisinya, baik
DPA maupun DPP merupakan lembaga pendamping Presiden. Tidak ada perubahan
fungsi sedikitpun antara keduanya. Hal ini tampak jelas dalam pengaturan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1963 tersebut di atas. Jadi, tidak ada dasar akademik yang
signifikan sedikitpun untuk menghapus DPA dan mengubahnya menjadi DPP itu. Tidak
lebih daripada sekedar dagelan konstitusional itu tadi.

6. Sistem Keuangan Negara


Adapun mengenai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) jelas lembaga kenegaraan ini
mengambil alih fungsi Algemeene Rekenkamer. Bahkan Indische Comptabilietswet
(ICW) dan Indische Bedrijvenswet (IBW) tetap lestari menjadi acuan kerja BPK sampai
munculnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara. Bahkan
Soepomo sendiri secara eksplisit mengatakan bahwa badan ini '... dulu dinamakan
Rekenkamer, ...' (Muhammad Yamin, 1971:311).
Selanjutnya, kedudukan BPK ini terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah.
Akan tetapi tidak berdiri di atas Pemerintah. Lebih jauh hasil pemeriksaan BPK itu
diberitahukan kepada DPR (Bonar Sidjabat, 1968:9-10; Muhammad Yamin, 1971:308-
311). Artinya, BPK hanya wajib melaporkan hasil pemeriksaannya kepada DPR. Dengan
demikian BPK merupakan badan yang mandiri, serta bukan bawahan DPR. Hal yang
sama dijumpai pula pada hubungan kerja antara Algemeene Rekenkamer dengan
Volksraad.

7. Kekuasaan Kehakiman
Sama halnya dengan BPK, Mahkamah Agung juga mengambil alih fungsi
Hooggerechtshof van Nederlandsch-Indie. Ketentuan-ketentuan tentang kekuasaan
kehakiman warisan Hindia Belanda diambil alih pula ke dalam sistem hukum tentang
kekuasaan kehakiman Indonesia beberapa waktu lamanya sampai terbentuk ketentuan
yang baru. Bedanya, pada masa penjajahan Belanda dahulu, terdapat dualisme
susunan kekuasaan kehakiman ini. Ada Europeesche Rechtsspraak yang menangani
pelbagai perkara golongan Eropa, dan ada pula Indische Rechtssspraak yang
menangani perkara-perkara golongan inlanders (pribumi). Kelak pada masa penjajahan
Jepang, dualisme ini dihapus.
Selain itu, pada masa penjajahan Belanda, badan peradilan agama merupakan badan
peradilan khusus yang tidak berdiri sendiri. Artinya, pada Pengadilan Landraad ada
jabatan Penghoeloe yang menangani perkara-perkara agama Islam, atas nama Ketua
Landraad setempat. Hal ini tetap berlangsung di Pengadilan Negeri di masa
Kemerdekaan. Perkara-perkara agama itu masih memerlukan fiat eksekusi dari Ketua
Pengadilan Negeri manakala hendak dilakukan eksekusi. Hal ini baru berakhir tahun
1989 dengan munculnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, tentang Peradilan
Agama. Sejak itu Badan Peradilan Agama menjadi badan peradilan khusus yang berdiri
sendiri, sejajar dengan badan peradilan Umum.
Pada masa Reformasi, muncul dua lembaga kehakiman yang baru. Kedua lembaga
kehakiman tersebut adalah Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, yang muncul
pada Amandemen Ketiga pada tanggal 9 November 2001. Komisi Yudisial tersebut
diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang menyangkut mafia peradilan, sesuatu
yang keberadaannya antara ada dan tiada itu. Sementara itu Mahkamah Konstitusi
merupakan suatu lembaga antitesa atas buruknya kinerja lembaga peradilan itu sendiri
yang berpuncak pada Mahkamah Agung itu.

Kategori: Lainnya
Menurut UUD 1945, bahwa sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia tidak
menganut sistem pemisahan kekuasaan atau separation of power (Trias Politica)
murni sebagaimana yang diajarkan Montesquieu, akan tetapi menganut sistem
pembagian kekuasaan (distribution of power). Hal-hal yang mendukung argumentasi
tersebut, karena Undang-Undang Dasar 1945 :

a. Tidak membatasi secara tajam, bahwa tiap kekuasaan itu harus dilakukan oleh
suatu organisasi/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan.

b. Tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas 3 bagian saja dan juga tidak membatasi
kekuasaan dilakukan oleh 3 organ saja

c. Tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan MPR, pasal 1 ayat 2,
kepada lembaga-lembaga negara lainnya.

a. Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Republik Indonesia

1) Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah negara terbagi
dalam beberapa provinsi. Provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Bali,
Banten, Bengkulu, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Lampung, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Sumatra
Selatan.

2) Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan adalah


presidensial.
3) Pemegang kekuasaan eksekutif adalah Presiden yang merangkap sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan. Presiden dan wakilnya dipilih dan diangkat oleh
MPR untuk masa jabatan 5 tahun. Namun pada pemilu tahun 2004, Presiden dan
Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket untuk masa
jabatan 2004 – 2009.

4) Kabinet atau menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden, serta bertanggung
jawab kepada presiden.

5) Parlemen terdiri atas 2 bagian (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota DPR dan DPD merupakan
anggota MPR. DPR terdiri atas para wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu dengan
sistem proporsional terbuka. Anggota DPD adalah para wakil dari masing-masing
provinsi yang berjumlah 4 orang dari tiap provinsi. Anggota DPD dipilih oleh rakyat
melalui pemilu dengan sistem distrik perwakilan banyak. Selain lembaga DPR dan
DPD, terdapat DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota yang anggotanya juga
dipilih melaui pemilu. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi
jalannya pemerintahan.
6) Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di
bawahnya, yaitu pengadilan tinggi dan pengadilan negeri serta sebuah Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial.

7) Sistem pemerintahan negara Indonesia setelah amandemen UUD 1945, masih


tetap menganut Sistem Pemerintahan Presidensial, karena Presiden tetap sebagai
kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden juga berada di luar
pengawasan langsung DPR dan tidak bertanggung jawab pada parlemen. Namun
sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem parlementer &
melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalm
sistem presidensial.

b. Beberapa variasi dari Sistem Pemerintahan Presidensial RI

1) Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR. Jadi, DPR
tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.

2) Presiden dalam mengangkat pejabat negara perlu pertimbangan dan/atau


persetujuan DPR. Contohnya dalam pengangkatan Duta untuk negara asing,
Gubernur Bank Indonesia, Panglima TNI dan kepala kepolisian.

3) Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan dan/atau


persetujuan DPR. Contohnya pembuatan perjanjian internasional, pemberian gelar,
tanda jasa, tanda kehormatan, pemberian amnesti dan abolisi.

4) Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang
dan hak budget (anggaran).

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, dapat difahami bahwa dalam


perkembangan sistem pemerintahan presidensial di negara Indonesia (terutama
setelah amandemen UUD 1945) terdapat perubahan-perubahan sesuai dengan
dinamika politik bangsa Indonesia. Hal itu diperuntukkan dalam memperbaiki sistem
presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut antara lain, adanya pemilihan
presiden langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and balance dan pemberian
kekuasaan yang lebih besar pada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi
anggaran.
Secara umum dengan dilaksanakannya amandemen Undang-Undang Dasar 1945
pada era reformasi, telah banyak membawa perubahan yang mendasar baik terhadap
ketatanegaraan (kedudukan lembaga-lembaga negara), sistem politik, hukum, hak
asasi manusia, pertahanan keamanan dan sebagainya. Berikut ini dapat dilihat
perbandingan model sistem pemerintahan negara republik Indonesia sebelum dan
setelah dilaksanakan amandemen Undang-Undang Dasar 1945 :

Masa Orde Baru (Sebelum amandemen UUD 1945)

Di dalam Penjelasan UUD 1945, dicantumkan pokok-pokok Sistem Pemerintahan


Negara Republik Indonesia sebagai berikut :

a. Indonesia adalah negara hukum (rechtssaat)

Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekua-
saan belaka (machtsaat). Ini mengandung arti bahwa negara, termasuk di dalamnya
pemerintah dan lembaga-lembaga negara lain, dalam melaksanakan tugasnya/
tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum.

b. Sistem Konstitusional

Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar). Sistem ini memberikan
ketegasan cara pengendalian pemerintahan negara yang dibatasi oleh ketentuan
konstitusi, dengan sendirinya juga ketentuan dalam hukum lain yang merupakan
produk konstitusional, seperti Ketetapan-Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, dan sebagainya.

c. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan yang bernama MPR sebagai
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia Tugas Majelis adalah:
1) Menetapkan Undang-Undang Dasar,
2) Menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara,
3) Mengangkat kepala negara (Presiden) dan wakil kepala negara (wakil presiden).

Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara tertinggi, sedang Presiden harus
menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh
Majelis. Presiden yang diangkat oleh Majelis, tunduk dan bertanggungjawab kepada
Majelis. Presiden adalah “manda-taris” dari Majelis yang berkewajiban menjalankan
ketetapan-ketetapan Majelis.

d. Presiden ialah penyelenggara peme-rintah Negara yang tertinggi menurut UUD.

Dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan negara, tanggung jawab penuh ada di


tangan Presiden. Hal itu karena Presiden bukan saja dilantik oleh Majelis, tetapi juga
dipercaya dan diberi tugas untuk melaksanakan kebijaksanaan rakyat yang berupa
Garis-garis Besar Haluan Negara ataupun ketetapan MPR lainnya.

e. Presiden tidak bertanggungjawab ke-pada Dewan Perwakilan Rakyat.

Kedudukan Presiden dengan DPR adalah neben atau sejajar. Dalam hal pembentukan
undang-undang dan menetapkan APBN, Presiden harus mendapat persetujuan dari
DPR. Oleh karena itu, Presiden harus bekerja sama dengan DPR. Presiden tidak
bertanggungjawab kepada Dewan, artinya kedudukan Presiden tidak tergantung dari
Dewan. Presiden tidak dapat membu-barkan DPR seperti dalam kabinet parlementer,
dan DPR pun tidak dapat menjatuhkan Presiden.

f. Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak ber-tanggungjawab


kepada Dewan Perwa-kilan Rakyat.

Presiden memilih, mengangkat dan memberhentikan mentri-mentri negara. Menteri-


mentri itu tidak bertanggungjawab kapada DPR dan kedudukannya tidak tergantung
dari Dewan., tetapi tergantung pada Presiden. Menteri-menteri merupakan pembantu
presiden.

g. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi bukan berarti
ia “diktator” atau tidak terbatas. Presiden, selain harus bertanggung jawab kepada
MPR, juga harus memperhatikan sungguh-sungguh suara-suara dari DPR karena
DPR berhak mengadakan pengawasan terhadap Presiden (DPR adalah anggota
MPR). DPR juga mempunyai wewenang mengajukan usul kepada MPR untuk
mengadakan sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban Presiden, apabila
dianggap sungguh-sungguh melanggar hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tarcela.

Masa Reformasi (Setelah Amandemen UUD 1945)

Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan Pasal II Aturan Tambahan terdiri atas


Pembukaan dan pasal-pasal. Tentang sistem pemerintahan negara republik Indonesia
dapat dilihat di dalam pasal-pasal sebagai berikut :

a. Negara Indonesia adalah negara Hukum.

Tercantum di dalam Pasal 1 ayat (3), tanpa ada penjelasan.

b. Sistem Konstitusional

Secara eksplisit tidak tertulis, namun secara substantif dapat dilihat pada pasal-pasal
sebagai berikut :
- Pasal 2 ayat (1)
- Pasal 3 ayat (3)
- Pasal 4 ayat (1)
- Pasal 5 ayat (1) dan (2)
- Dan lain-lain

c. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) bahwa MPR terdiri dari anggota DPR dan anggota
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). MPR berdasarkan Pasal 3, mempunyai wewenang
dan tugas sebagai berikut :
- Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
- Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
- Dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut UUD.

d. Presiden ialah penyelenggara peme-rintah Negara yang tertinggi menurut UUD.

Masih relevan dengan jiwa Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2).

e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Dengan memperhatikan pasal-pasal tentang kekuasaan pemerintahan negara


(Presiden) dari Pasal 4 s.d. 16, dan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 19 s.d. 22B),
maka ketentuan bahwa Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR masih
relevan. Sistem pemerintahan negara republik Indonesia masih tetap menerapkan
sistem presidensial.

f. Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak ber-tanggungjawab


kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. Menteri-menteri diangkat dan
diberhentikan oleh presiden yang pembentukan, pengubahan dan pembubarannya
diatur dalam undang-undang Pasal 17).

g. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.


Presiden sebagai kepala negara, kekua-saannya dibatasi oleh undang-undang. MPR
berwenang memberhentikan Presiden dalam masa jabatanya (Pasal 3 ayat 3).
Demikian juga DPR, selain mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan menyatakan
pendapat, juga hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta
hak imunitas (Pasal 20 A ayat 2 dan 3).

Amandemen

Dengan segala kerendahan hati diunggah oleh Fernandes Raja Saor, S.H. di 00.06

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945 sebelum Diamandemen.

Sistem pemerintahan ini tertuang dalam penjelasan UUD 1945 tentang 7 kunci pokok
sistem pemerintahan. Yaitu :

• Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)


• Sistem Konstitusional.
• Kekuasaan tertinggi di tangan MPR
• Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di bawah MPR.
• Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
• Menteri Negara adalah pembantu presiden, dan tidak bertanggung jawab terhadap
DPR.
• Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

Berdasarkan tujuh kunci pokok tersebut, sistem pemerintahan Indonesia menurut


UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial.
Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa Orde Baru dibawah kepemimpinan
Presiden Suharto.
Ciri dari sistem pemerintahan presidensial ini adalah adanya kekuasaan yang amat
besar pada lembaga kepresidenan.

Pada saat sistem pemerintahan ini, kekuasaan presiden berdasar UUD 1945 adalah
sebagai berikut :

• Pemegang kekuasaan legislative.


• Pemegang kekuasaan sebagai kepala pemerintahan.
• Pemegang kekuasaan sebagai kepala Negara.
• Panglima tertinggi dalam kemiliteran.
• Berhak mengangkat & melantik para anggota MPR dari utusan daerah atau
golongan.
• Berhak mengangkat para menteri dan pejabat Negara.
• Berhak menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan Negara
lain.
• Berhak mengangkat duta dan menerima duta dari Negara lain.
• Berhak memberi gelaran, tanda jasa, dan lain – lain tanda kehormatan.
• Berhak memberi grasi, amnesty, abolisi, dan rehabilitasi.

Dampak negative yang terjadi dari sistem pemerintahan yang bersifat presidensial ini
adalah sebagai berikut :

• Terjadi pemusatan kekuasaan Negara pada satu lembaga, yaitu presiden.


• Peran pengawasan & perwakilan DPR semakin lemah.
• Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan
mendukung kelangsungan kekuasaan presiden.
• Kebijakan yang dibuat cenderung menguntungkan orang – orang yang dekat
presiden.
• Menciptakan perilaku KKN.
• Terjadi personifikasi bahwa presiden dianggap Negara.
• Rakyat dibuat makin tidak berdaya, dan tunduk pada presiden.

Dampak positif yang terjadi dari sistem pemerintahan yang bersifat presidensial ini
adalah sebagai berikut :

• Presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan.


• Presiden mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid.
• Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti.
• Konflik dan pertentangan antar pejabat Negara dapat dihindari.

Indonesia memasuki era reformasi. Dimana bangsa Indonesia ingin dan bertekad
untuk menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis. Oleh karena itu perlu
disusun pemerintahan berdasarkan konstitusi (konstitusional). Yang bercirikan
sebagai berikut :
• Adanya pembatasan kekuasaan ekskutif.
• Jaminan atas hak – hak asasi manusia dan warga Negara.

II. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945 setelah


Diamandemen.

Pokok – pokok sistem pemerintahan ini adalah sebagai berikut :


• Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah Negara terbagi
menjadi beberapa provinsi.
• Bentuk pemerintahan adalah Republik.
• Sistem pemerintahan adalah presidensial.
• Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.
• Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
• Parlemen terdiri atas dua (bikameral), yaitu DPR dan DPD.
• Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan badan peradilan di
bawahnya.

Sistem pemerintahan ini pada dasarnya masih menganut sitem presidensial. Hal ini
terbukti dengan presiden sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan. Presiden
juga berada di luar pengawasan langsung DPR dan tidak bertanggung jawab terhadap
parlemen.

Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai


berikut :

• Presiden sewaktu – waktu dapat diberhentikan MPR atas usul dan pertimbangan
dari DPR.
• Presiden dalam mengangkat pejabat Negara perlu pertimbangan dan/atau
persetujuan DPR.
• Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan dan/atau
persetujuan DPR.
• Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang –
undang dan hak budget (anggaran).

Dengan demikian, ada perubahan – perubahan baru dalam sistem pemerintahan


Indonesia. Hal itu diperuntukkan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama.
Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan presiden secara langsung,
sistem bicameral, mekanisme check and balance, dan pemberian kekuasaan yang
lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.

Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945

Menurut UUD 1945, bahwa sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia tidak
menganut sistem pemisahan kekuasaan atau separation of power (Trias Politica)
murni sebagaimana yang diajarkan Montesquieu, akan tetapi menganut sistem
pembagian kekuasaan (distribution of power). Hal-hal yang mendukung argumentasi
tersebut, karena Undang-Undang Dasar 1945 :

a. Tidak membatasi secara tajam, bahwa tiap kekuasaan itu harus dilakukan oleh
suatu organisasi/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan.

b. Tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas 3 bagian saja dan juga tidak membatasi
kekuasaan dilakukan oleh 3 organ saja
c. Tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan MPR, pasal 1 ayat 2,
kepada lembaga-lembaga negara lainnya.

a. Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Republik Indonesia

1) Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah negara terbagi
dalam beberapa provinsi. Provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Bali,
Banten, Bengkulu, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Lampung, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Sumatra
Selatan.

2) Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan adalah


presidensial.
3) Pemegang kekuasaan eksekutif adalah Presiden yang merangkap sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan. Presiden dan wakilnya dipilih dan diangkat oleh
MPR untuk masa jabatan 5 tahun. Namun pada pemilu tahun 2004, Presiden dan
Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket untuk masa
jabatan 2004 – 2009.

4) Kabinet atau menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden, serta bertanggung
jawab kepada presiden.

5) Parlemen terdiri atas 2 bagian (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota DPR dan DPD merupakan
anggota MPR. DPR terdiri atas para wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu dengan
sistem proporsional terbuka. Anggota DPD adalah para wakil dari masing-masing
provinsi yang berjumlah 4 orang dari tiap provinsi. Anggota DPD dipilih oleh rakyat
melalui pemilu dengan sistem distrik perwakilan banyak. Selain lembaga DPR dan
DPD, terdapat DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota yang anggotanya juga
dipilih melaui pemilu. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi
jalannya pemerintahan.

6) Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di


bawahnya, yaitu pengadilan tinggi dan pengadilan negeri serta sebuah Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial.

7) Sistem pemerintahan negara Indonesia setelah amandemen UUD 1945, masih


tetap menganut Sistem Pemerintahan Presidensial, karena Presiden tetap sebagai
kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden juga berada di luar
pengawasan langsung DPR dan tidak bertanggung jawab pada parlemen. Namun
sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem parlementer dan
melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada
dalam sistem presidensial.

b. Beberapa variasi dari Sistem Pemerintahan Presidensial RI

1) Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR. Jadi, DPR
tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
2) Presiden dalam mengangkat pejabat negara perlu pertimbangan dan/atau
persetujuan DPR. Contohnya dalam pengangkatan Duta untuk negara asing,
Gubernur Bank Indonesia, Panglima TNI dan kepala kepolisian.

3) Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan dan/atau


persetujuan DPR. Contohnya pembuatan perjanjian internasional, pemberian gelar,
tanda jasa, tanda kehormatan, pemberian amnesti dan abolisi.

4) Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang
dan hak budget (anggaran).

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, dapat difahami bahwa dalam


perkembangan sistem pemerintahan presidensial di negara Indonesia (terutama
setelah amandemen UUD 1945) terdapat perubahan-perubahan sesuai dengan
dinamika politik bangsa Indonesia. Hal itu diperuntukkan dalam memperbaiki sistem
presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut antara lain, adanya pemilihan
presiden langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and balance dan pemberian
kekuasaan yang lebih besar pada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi
anggaran.
Secara umum dengan dilaksanakannya amandemen Undang-Undang Dasar 1945
pada era reformasi, telah banyak membawa perubahan yang mendasar baik terhadap
ketatanegaraan (kedudukan lembaga-lembaga negara), sistem politik, hukum, hak
asasi manusia, pertahanan keamanan dan sebagainya. Berikut ini dapat dilihat
perbandingan model sistem pemerintahan negara republik Indonesia sebelum dan
setelah dilaksanakan amandemen Undang-Undang Dasar 1945 :

Masa Orde Baru (Sebelum amandemen UUD 1945)

Di dalam Penjelasan UUD 1945, dicantumkan pokok-pokok Sistem Pemerintahan


Negara Republik Indonesia sebagai berikut :

a. Indonesia adalah negara hukum (rechtssaat)

Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekua-
saan belaka (machtsaat). Ini mengandung arti bahwa negara, termasuk di dalamnya
pemerintah dan lembaga-lembaga negara lain, dalam melaksanakan tugasnya/
tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum.

b. Sistem Konstitusional

Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar). Sistem ini memberikan
ketegasan cara pengendalian pemerintahan negara yang dibatasi oleh ketentuan
konstitusi, dengan sendirinya juga ketentuan dalam hukum lain yang merupakan
produk konstitusional, seperti Ketetapan-Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, dan sebagainya.

c. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan yang bernama MPR sebagai
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia Tugas Majelis adalah:
1) Menetapkan Undang-Undang Dasar,
2) Menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara,
3) Mengangkat kepala negara (Presiden) dan wakil kepala negara (wakil presiden).

Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara tertinggi, sedang Presiden harus
menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh
Majelis. Presiden yang diangkat oleh Majelis, tunduk dan bertanggungjawab kepada
Majelis. Presiden adalah “manda-taris” dari Majelis yang berkewajiban menjalankan
ketetapan-ketetapan Majelis.

d. Presiden ialah penyelenggara peme-rintah Negara yang tertinggi menurut UUD.

Dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan negara, tanggung jawab penuh ada di


tangan Presiden. Hal itu karena Presiden bukan saja dilantik oleh Majelis, tetapi juga
dipercaya dan diberi tugas untuk melaksanakan kebijaksanaan rakyat yang berupa
Garis-garis Besar Haluan Negara ataupun ketetapan MPR lainnya.

e. Presiden tidak bertanggungjawab ke-pada Dewan Perwakilan Rakyat.

Kedudukan Presiden dengan DPR adalah neben atau sejajar. Dalam hal pembentukan
undang-undang dan menetapkan APBN, Presiden harus mendapat persetujuan dari
DPR. Oleh karena itu, Presiden harus bekerja sama dengan DPR. Presiden tidak
bertanggungjawab kepada Dewan, artinya kedudukan Presiden tidak tergantung dari
Dewan. Presiden tidak dapat membu-barkan DPR seperti dalam kabinet parlementer,
dan DPR pun tidak dapat menjatuhkan Presiden.

f. Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak ber-tanggungjawab


kepada Dewan Perwa-kilan Rakyat.

Presiden memilih, mengangkat dan memberhentikan mentri-mentri negara. Menteri-


mentri itu tidak bertanggungjawab kapada DPR dan kedudukannya tidak tergantung
dari Dewan., tetapi tergantung pada Presiden. Menteri-menteri merupakan pembantu
presiden.

g. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi bukan berarti
ia “diktator” atau tidak terbatas. Presiden, selain harus bertanggung jawab kepada
MPR, juga harus memperhatikan sungguh-sungguh suara-suara dari DPR karena
DPR berhak mengadakan pengawasan terhadap Presiden (DPR adalah anggota
MPR). DPR juga mempunyai wewenang mengajukan usul kepada MPR untuk
mengadakan sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban Presiden, apabila
dianggap sungguh-sungguh melanggar hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tarcela.

Masa Reformasi (Setelah Amandemen UUD 1945)

Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan Pasal II Aturan Tambahan terdiri atas


Pembukaan dan pasal-pasal. Tentang sistem pemerintahan negara republik Indonesia
dapat dilihat di dalam pasal-pasal sebagai berikut :

a. Negara Indonesia adalah negara Hukum.

Tercantum di dalam Pasal 1 ayat (3), tanpa ada penjelasan.


b. Sistem Konstitusional

Secara eksplisit tidak tertulis, namun secara substantif dapat dilihat pada pasal-pasal
sebagai berikut :
- Pasal 2 ayat (1)
- Pasal 3 ayat (3)
- Pasal 4 ayat (1)
- Pasal 5 ayat (1) dan (2)
- Dan lain-lain

c. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) bahwa MPR terdiri dari anggota DPR dan anggota
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). MPR berdasarkan Pasal 3, mempunyai wewenang
dan tugas sebagai berikut :
- Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
- Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
- Dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut UUD.

d. Presiden ialah penyelenggara peme-rintah Negara yang tertinggi menurut UUD.

Masih relevan dengan jiwa Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2).

e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Dengan memperhatikan pasal-pasal tentang kekuasaan pemerintahan negara


(Presiden) dari Pasal 4 s.d. 16, dan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 19 s.d. 22B),
maka ketentuan bahwa Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR masih
relevan. Sistem pemerintahan negara republik Indonesia masih tetap menerapkan
sistem presidensial.

f. Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak ber-tanggungjawab


kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. Menteri-menteri diangkat dan


diberhentikan oleh presiden yang pembentukan, pengubahan dan pembubarannya
diatur dalam undang-undang Pasal 17).

g. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.


Presiden sebagai kepala negara, kekua-saannya dibatasi oleh undang-undang. MPR
berwenang memberhentikan Presiden dalam masa jabatanya (Pasal 3 ayat 3).
Demikian juga DPR, selain mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan menyatakan
pendapat, juga hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta
hak imunitas (Pasal 20 A ayat 2 dan 3).

Anda mungkin juga menyukai