Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah berisi pokok-pokok bahasan :

 Types of Defects
 Inspection Technique, Including : Visual, Penetrant, Radiographic, Eddy Current, and Ultrasonic
method
 General Repair Method
 Structural Repair Method
 Aging, Fatigue and Corrosion Control Programmed
 Abnormal Events : Lightning Strikes, Heavy Landings, and Flight Through Turbulence

I. Types of defects :

Beberapa defect yang biasa dujumpai di lapangan yaitu seperti berikut :

1. Brinelling, defect yang terjadi pada permukaan part dengan Radius Kecil akibat mendapatkan
beban yang tinggi (berat)
2. Burnishing, yaitu defect akibat gesekan terhadap permukaan dengan lembut oleh permukaan
yang keras
3. Burr, defect ini diwujudkan dengan perubahan dimensi (perpanjangan/pembesaran) permukaan
pada logam tipis, kecil/ringan yang biasanya dapat dilihat pada area lubang atau bagian sisi ujung
daripada part
4. Corrosion, hilangnya sebagian dari part akibat proses kimia atau elektro kimia, contoh : Karat Besi
merupakan produk daripada korosi
5. Crack, pemisahan menjadi dua bagian terhadap fisik permukaan logam yang biasanya ditunjukkan
dengan bentuk garis tipis/halus membentang atau memotong permukaan logam akibat stress yang
berlebih pada titik tertentu
6. Cut, kehilangan/terkikisnya sebagian dari pada logam yang biasanya terjadi pada pipa/bushing
dan sejenisnya akibat dari proses mekanikal, contoh yang sederhana adalah : mata gergaji, lambat
laun akan tumpul (menumpulnya mata gergaji tersebut berarti sebagian daripada part terkikis
akibat barang lain)
7. Dent, permukaan logam yang tertekuk/terlipat akibat benturan atau tabrakan dengan benda lain
yang keras
8. Erosion, berkurangnya permukaan logam akibat aksi atau pengaruh mekanikal lingkungan, seperti
gesekan terjadi dengan kotoran (debu,chip, dsb.) yang lambat laun akan mengikis terhadap
permukaan logam daripada part tersebut
9. Chattering, kerusakan logam akibat adanya vibrasi lingkungan
10. Galling, kerusakan terhadap permukaan logam yang lunak akibat gesekan/gerakan dengan barang
yang lebih keras, sehingga sebagian permukaan barang yang lebih lunak tadi akan
menempel/merapat pada barang yang lebih keras
11. Gauge, kerusakan yang berupa lekukan pada permukaan logam akibat terkena tekanan berat yang
langsung pada permukaan tersebut
12. Inclusion, kelebihan dari hasil proses pembuatan (manufacturing), seperti yang terjadi pada Raw
Material seperti : Rod, Bar, Pipa, baik akibat proses Rolling atau Forging/Casting
13. Nick, Retak/Pecah lokal (di area tertentu) yang biasanya di bagian sisi pinggir atau ujung barang
14. Pitting, kerusakan yang sifatnya lokal yang berupa lubang-lubang kecil yang terdapat dipermukaan
logam
15. Scratch, permukaan barang yang terkoyak/tergores yang biasanya dari akibat tekanan dari benda
lain secara langsung
16. Score, permukaan barang yang tergores relative lebih dalam daripada scratch akibat tekanan benda
lain secara langsung
17. Stain, perubahan warna akibat faktor lingkungan, sehingga barang tersebut apabila diperhatikan
akan terjadi perbedaan warna
18. Upsetting, pergeseran sisi/ujung material yang melewati contour atau permukaan awal
(originalnya)
Summary

Dari hasil pantauan tentang types of defect dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu :
Defect : Kerusakan yang telah berpengaruh terhadap 3 F (fit, form, and Function) atau kerusakan yang sangat
serius terhadap fungsinya suatu produk

defect : Suatu kerusakan/cacat tetapi apabila dilakukan pengerjaaan ulang masih dapat dikembalikan
terhadap original design (drawing)

Untuk memprkecil terjadinya defect maka perlu perlakuan/penanganan/pencegahan khusus yaitu


dengan mengadakan Pemeriksaan dan Perawatan (Maintenance) yang terprogram

II. Inspection Technique (Teknik Inspeksi) :

Pemeriksaan yang biasa dilakukan di dunia Penerbangan secara garis besarnya ada 2 (dua), yaitu :
Pemeriksaan dengan cara merusak (destructive), dan pemeriksaan dengan cara tidak merusak (non
destructrive)

A. Pemeriksaan dengan tidak merusak (Non Destructive Inspection)

Pemeriksaan dengan metoda Non Destructive harus dilakukan oleh operator yang certified
(bersertifikat), hal ini sesuai dengan "Air Transport Association/ATA, Specification 105 ("Guidlines
For Training and Qualifying Personel In Non Destructive Testing Methods") Adapun Sertifikat yang
dikeluarkan oleh Otoritas (Badan yang berwenang) ada tiga jenis sertifikat, yaitu untuk Level I, II,
dan III

Level I (khusus)

Pendidikan dilakukan di dalam kelas, harus lulus tingkatan dasar dalam melihat/evaluasi visual
(seperti warna) dari hasil pengujian/ pemeriksaan non destructive yang telah
dilakukan/didemonstrasikan. Dasar pengujian harus dilakukan sesuai dengan Prosedur Non
Destuctive Inspection, dan dilakukan oleh Operator Level II atau Level III

Level II

Harus secara penuh mengikuti Class Room. dan bersertifikat "Airframe dan Power Plant Mechanic"
(untuk operator yang akan berhubungan Pesawat Terbang), dan melakukan pengujian secara
lengkap

Level III

Harus berpengalaman paling tidak 4 tahun di bidang Non Destructive Inspection atau berpendidikan
di Universitas dengan disiplin ilmu Engineering, ditambah 1 (satu) tahun berpengalaman di bidang
NDT yang serupa dengan Level II, atau :

Individu yang telah duduk di bangku Perguruan Tinggi dengan disiplin Ilmu Engineering paling tidak
2 (dua) tahun, ditambah 2 (dua) tahun berpengalaman sebagai Level II dalam mengoperasikan NDT,
atau :

Individu yang telah berpengalaman 4 (empat) tahun sebagai Level II dan sedang/masih aktif
melakukan kegiatan ini secara rutin

Sedangkan Jenis Non Destructive Inspection (NDI) yang akan dijelaskan di bawah ini adalah
menyesuaikan dengan Silabus Universitas seperti yang telah diuraikan pada bab awal, yaitu sebagai
berikut :
a. Ada pemeriksaan yang sifatnya tidak merusak part (benda kerja) yang biasa atau bahkan selalu
dilakukan, yaitu : “Visual Inspection”. Pemeriksaan ini biasanya meliputi : Dimensi, Quantity,
Identifikasi (Biasanya meliputi : Serial Number bila ada, Batch/Heat Number bila ada, Lot Number
bila ada, Spesifikasi, dsb.), dan kondisi permukaan barang. Disamping itu peralatan sederhana
yang biasa dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan visual yaitu dengan : Alat-alat ukur yang
sesuai dengan bidang/jenis/permukaan yang akan diukur seperti : Vernier Caliper, Steel Rule,
Multimeter, Micrometer, Radius Gauge, Roll Meter, Kaca Pembesar (Magnifying Glass), Bores cope,
dsb..

b. Non Destructive Inspection, dipergunakan untuk mengetahui jenis defect dipermukaan ataupun
didalam yang tidak bisa terlihat langsung secara visual kasat mata, dan pemilihan pemeriksaan
dengan metoda ini biasanya dengan tujuan dan maksud bahwa barang yang diuji masih akan
dipergunakan lagi, atau dalam rangka sertifikasi personel. Metoda yang dimaksud yaitu sebagai
berikut :

Penetrant Inspection,
Radiographic ( X-Ray)
Eddy Current Inspection, dan
Ultrasonic Inspection,

1) Pengetahuan singkat tentang Penetrant Inspection

Diperkenalkan pada saat Perang Dunia II, yaitu 1942 , Pemeriksaan dengan metoda Penetrant
dapat dipergunakan untuk mendeteksi cacat pada permukaan atau cacat yang dari dalam tetapi
muncul sampai dengan permukaan untuk barang logam, Keramik, Plastik, Glas, dan yang sejenis.
Pada saat ini yang biasa mempergunakan dengan cara ini adalah : Kebocoran pada Tanki, Hasil
Pengelasan, Crack (discontinuity) pada permukaan barang, seam pada tube, hasil heatreatment,
untuk mendeteksi part-part setelah lama dipergunakan (sesuai jadwal periodic pemeriksaan yang
ditentukan oleh prosedur) yang biasa diakibatkan karena : Stress, Fatigue, Korosi, dsb.

Catatan : 1. Pemeriksaan ini biasa dipergunakan untuk permukaan barang yang rata/, sedangkan untuk permukaan
yang berbentuk poros agak sulit dilakukan
2. Lama menunggu untuk mengetahui terjadinya defect atau tidak tergantung dari barang yang
diperiksa, contoh : untuk barang sejak awal sudah dicurigai lebih cepat diketahui (antara 1-5
menit), sedangkan untuk mengetahui hasil forging, bisa memerlukan waktu sampai dengan 30
menit

Proses Kerja Pelaksanaan Pemeriksaan dengan Metoda Penetrant yaitu sebagai berikut :

Cleaning dan keringkan pada permukaan barang yang akan diperiksa


Proses Penetrant bisa dengan cara : dicelup, dikuas, atau disemprotkan, tergantung type penetrant
yang akan dipergunakan agar bisa masuk/merembes/ merasuk pada area defect sesuai dengan
hukum capilar
Bersihkan area yang diberi penetrant
Berikan Developer, dengan cara disemprotkan, atau diteteskan /dioleskan (developer ini berbentuk
serbuk yang sangat lembut/halus dan biasanya berwarna putih)
Lakukan pemeriksaan dengan lampu yang kontras (biasanya mempergunakan jenis Ultra Violet,
Black Light) lakukan pemeriksaan di tempat yang gelap. Apabila terjadi defect, maka akan timbul
warna putih (developer tadi) muncul di permukaan sekalipun dilap akan keluar lagi, sedangkan yang
tidak defect setelah dilap tidak ada rembesan yang muncul di permukaan barang
Tandai area yang terkena defect tersebut sebagai laporan dari hasil pemeriksaan

2) Pengetahuan singkat tentang Radiographic (X-ray) Inspection

Metoda ini mempergunakan konsep perbedaan dalam penyerapan penajaman/ketajaman radiasi


yang direfleksikan pada layar film, atau dengan monitor/tipe lain. Indikasi yang ada pada
permukaan luar dan dalam akan ditunjukkan dengan warna hitam/putih/atau abu-abu yang kontras
dengan dilihatkan pada film (negatip)
Pemakaian dengan metoda ini terbilang mahal, hal ini diawali sejak persiapan, pengadaan film,
pelaksanaan pemeriksaannya sendiri memerlukan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan cara
non destructive inspection lainnya

3) Pengetahuan singkat tentang Eddy Current Inspection

Eddy Current dipergunakan untuk mendeteksi Crack pada permukaan material, Pit, Subsurface
Crack, Korosi, baik dipermukaan atau di dalam permukaan (subsurface).
Prinsip kerjanya, yaitu : mendeteksi area (generating), menerima data hasil pendeteksian, dan
memperlihatkan hasil pendeteksian (pemeriksaan). Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut
:

a. Memposisikan Probe (untuk mendeteksi defect) dipermukaan barang uji yang sifatnya Konduktor,
menghubungkan dengan arus listrik (alternating current). Dari Probe akan menimbulkan
lapang/medan magnet yang bolak balik sehingga timbul aliran/aktifitas “eddy current” di benda
kerja (barang uji) tersebut.

b. Apabila pendeteksian dilakukan untuk defect jenis crack yang terjadi pada permukaan, maka
respons yang akan diberikan sangat cepat dan tidak memerlukan persiapan yang rumit, frekuensi
yang dipergunakan 100 Hz dan 200 kHz; sedangkan apabila akan mendeteksi untuk subsurface
(permukaan layer dalam) , respons yang diberikan akan lebih lambat dibanding dengan pengujian
dipermukaan, disamping itu akan mempergunakan frekuensi yang lebih rendah, yaitu antara 100 Hz
dan 500 MHz. Penggunaan alat ini efektif untuk area pemeriksaan yang dimensinya relative kecil,
dan lapisan atau pelindung part/barang uji perlu dilakukan pembersihan seperti cat, film coating,
dan yang sejenis

c. Alat/Perlengkapan yang dipergunakan :


1. Instrument yang mempunyai frekuensi antara 100Hz sampai dengan 200 kHz, hal ini memenuhi
persyaratan yang diwajibkan dalam Prosedur NDI
2. Bentuk Probe disesuaikan dengan permukaan Benda Uji (bentuk yang biasa dipergunakan yaitu : Flat
Surface, Pencil, Spring Loaded, dsb.
3. Referensi sebagai Standard Kalibrasi Alat

d. Mendeteksi Korosi
1. Hilangkan dulu korosi yang terlihat di permukaan (surface corrosion)
2. Pergunakan frekuensi instrument antara 100 Hz dan 40 kHz
3. Pergunakan Shielded Probe dengan diameter coil antara 0.15 dan 0.5 inch yang telah didesain
untuk frekuensi rendah
4. Pergunakan Standard untuk Kalibrasi yang disamakan dengan benda kerja yang akan diuji, contoh :
Kalau Alluminum harus sama Alloy-nya, Heatreatment-nya,.

4) Pengetahuan singkat tentang Ultrasonic Inspection

 Pemeriksaan dengan metoda Ultrasonic, prinsipnya yaitu mempergunakan Energi Suara untuk
mendeteksi Benda Kerja/Uji yang defect. Apabila ada benda uji yang kedapatan cacat (defect),
maka akan terdengar suara (biiip) dan langsung dikoneksikan dengan Layar Monitor LCD Computer
data program untuk memperlihatkan indikasi cacat yang ditemukan

 Pada dasarnya teknik pemeriksaan dengan metoda Ultrasonic ada dua cara yaitu : Pulse – Echo,
dan Through Transmission

1. Metoda Pulse – Echo, lebih sering dipergunakan, alat ini akan mengukur waktu antara bagian
permukaan/muka dan belakang permukaan dengan refleksi signal, proses ini mempergunakan
Tranducer untuk memberikan trnasmisi/mengirimkan dan menerima Pulsa Ultrasonic. Penerimaan
Pulsa Ultrasonic dipisahkan oleh waktu yang dipergunakan oleh suara untuk mencapai perbedaan
permukaan yang diuji. Ukuran Amplitudo yang diperlihatkan merupakan ukuran atau merefleksikan
daripada ukuran permukaan. Oleh karena itu, Pola/Bentuk Pulsa ini akan direspon dan dianalisa
dengan data daripada Signal Amplitudo dan pelepasannya

2. Metoda Through Transmission Inspection, yaitu mempergunakan 2 (dua) Transducer, satu


Transducer untuk menghasilkan/memberikan suara, sedangkan Tranducer yang kedua berfungsi
sebagai penerima Bunyi/Suara. Perbedaan/Perubahan Pulsa Suara Amplitudo yang akan
dipergunakan untuk mengevaluasi hasil pemeriksaan. Alat ini agak kurang sensitive bila
dibandingkan dengan metoda Pulse-Echo

 Penggunaan Ultra Sonic

Alat ini bisa dipergunakan untuk memeriksa adanya defect/cacat pada Permukaan dan dalam
permukaan (subsurface), seperti defect berupa : Cracks, Shrinkage Cavities (rongga/lubang yang
mengkerut), Burst (pecah/terbuka), Flaks (mengelupas), Pores (lubang), De-laminasi. Disamping
itu bisa dipergunakan untuk mengukur ketebalan material, atau mutu daripada pengelasan. Oleh
karena itu, alat ini biasa dipergunakan untuk menguji/memeriksa : Raw Material, Billets, Finished,
Semi Finished, Hasil Pengelasan, Barang-barang yang sedang dalam proses maintenance.

 Alat Utama/Alat dasar Perlengkapan Ultrasonic

Untuk Alat Jenis Portable, frekuensi yang biasa dipergunakan antara 0.5 MHz dan 15 MHz;
dilengkapi dengan Tranducer (Longitudinal dan Shear Wave), Positioner, Reference Standard, dan
Couplant (couplant bisa dipergunakan : Air, Glycerin, Motor Oils, dan Grease

Pemilihan atau penentuan pemeriksaan dengan metoda NDT, dapat dilakukan seperti pada kriteria
di bawah ini, yaitu :

Obyek Jenis Barang Sifat Laporan Biaya Dampak


Alat Uji Uji Kesehatan
Eddy Current Permukaan/Bagian Conductor Portable Langsung Tidak Pasif
dalam (Sub terlalu
Permukaan) mahal
Ultrasonic Permukaan/Bagian Semua Portable Langsung Tidak Pasif
dalam (Sub Material terlalu
Permukaan) mahal
Magnetic Permukaan/Bagian Ferromagnetic Portable Langsung Tidak Perlu hati-
Particle dalam (Sub dan Mahal hati
Permukaan) Tidak
Portable
Penetrant Hanya Permukaan Semua Portable Menunggu Tidak Perlu hati-
saja Material dan (Tidak Mahal hati
Tidak Langsung)
Portable
Readiographic Permukaan/Bagian Semua Portable Menunggu Mahal Perlu hati-
(X-ray) dalam (Sub Material dan (Tidak hati
Permukaan) Tidak Langsung)
Portable

Catatan : Semua Metoda di atas harus dilakukan oleh Operator yang berpengalaman atau Certified Person

B. Destructive Test
Pemeriksaan dengan cara merusak barang yang diperiksa, metoda ini dimaksudkan untuk
mengetahui karakteristik, kandungan, sifat, dan kemampuan barang, karena dengan cara visual
tidak mendapatkan data yang dikehendaki. Metoda ini biasa dipergunakan untuk barang dengan
jenis Logam maupun Non Logam, beberapa contoh jenis pemeriksaan/pengujian dengan cara ini
yaitu antara lain sebagai berikut :
 Pengujian Tarik (Tensile Strength), logam maupun non logam dapat dilakukan untuk jenis
pemeriksan ini. Contoh Bahan Baku Pesawat yang dibuat dari logam, yaitu Aluminium, Magnesium,
Steel, dsb., sedangkan untuk non logam seperti bahan dari composite, plexyglass, dsb.
 Pengujian Kekerasan (Hardness Test), logam maupun non logam dapat dilakukan dengan metoda
ini, semua bahan baku logam untuk keperluan pesawat terbang dapat dilakukan dengan cara ini,
sedangkan untuk non logam yang biasa dilakukan dengan cara ini adalah jenis Rubber
 Pengujian Pengelupasan (Peel Test), dilakukan untuk mengetahui kekuatan daripada pengeleman,
bisa logam dengan non logam, logam dengan logam, dan non logam dengan non logam
 Pengujian Tekan (Compression Test), biasa dilakukan untuk barang-barang non logam yaitu barang-
barang bonding composite
 Pengujian Tabrak/lempar/Ayun (Impact Test), ini biasa dilakukan untuk non logam maupun logam,
yaitu untuk mengetahui kekuatan barang terhadap kejadian lemparan, tabrakan dari factor luar
secara langsung
 Pengujian Bakar (Flame Test), biasa dilakukan untuk non logam dan biasanya untuk daerah interior
(Cover Seat, Foam untuk Seat, dan sebagainya)

III. General Repair Method

Tujuan utama untuk melakukan repair/perbaikan adalah memperbaiki kerusakan/defect dan


mengembalikan pada posisi/kondisi semula (original). Bahkan seringkali penggantian dengan Part
yang baru dengan alasan efektivitas. Apabila melakukan perbaikan terhadap part yang defect yang
harus diperhatikan pertama-tama adalah fungsi daripada Part tersebut, dan prinsip utama yang
harus diperhatikan pula adalah kekuatan, perbedaan part yang baru dengan yang lama. Pada
dasarnya setiap perbaikan harus memperhatikan persyaratan-persyaratan engineering-nya.
Pada dasarnya secara umum pelaksanaan repair yang terkait dengan Aviation Part atau istilah
lainnya Product Aeronautical untuk Pesawat Sipil harus dilakukan oleh Approved Shop dan
Authorized/Certified Person yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan, untuk di wilayah
Indonesia Badan yang ditunjuk untuk memberikan approval adalah DGCA (Directorate General of
Civil Aviation) dengan memberikan AMO (Approved Maintenance Organization) Cetificated
berdasarkan hasil kajian yang dilakukan sesuai dengan CASR (Civil Aviation Safety Regulation) Part
145. Secara garis besarnya approval yang diberikan telah mengkaitkan personel yang berwenang
untuk melakukan kegiatannya sesuai dengan Job yang telah ditetapkan diantaranya
Operator/Mechanics dan Inspector, serta Jenis-jenis Part yang diijinkan untuk dilakukan
pemeriksaan/perbaikan, Tanggal Pengeluaran Approval, dan Masa berlaku Sertipikat. Oleh karena
itu, approval yang biasa diberikan dituangkan pada dokumen atau Form :

 Certificate of Approval, Form 145-2, dan


 Operation Specifications, Form 145-3

Sebagai kelengkapan dokumen yang terkait dengan approval tersebut diatas ada dokumen-
dokumen yang dikeluarkan oleh Approved Shop sendiri, yaitu : Capability List Document, dan
Quality System Manual (berikut dengan Operating Procedure-nya), dokumen ini jauh sebelum
dikeluarkannya Approval terlebih dahulu dievaluasi dan diverifikasi oleh DGCA, bahkan atas dasar
dari dokumen ini dan hasil kajian aktual di lapangan (Workshop), maka Approval dapat dikeluarkan

IV. Structural Repair Method

Teknik/metoda untuk melakukan perbaikan pada Struktur Pesawat Terbang, sampai saat ini belum
ada yang sudah ditetapkan secara pasti dan bisa dipergunakan untuk semua jenis pesawat, atau
dapat dipergunakan semua kasus yang terjadi pada Struktur Pesawat. Dari hasil pantauan sampai
saat ini biasa yang dilakukan untuk melakukan repair/perbaikan pada struktur pesawat yaitu
dengan cara : menduplikasi dari part yang asli baik dari segi bahan bakunya (Raw Material), Bentuk
(desainnya), dimensi, maupun kekuatannya. Pada umumnya apabila diketemukan adanya defect,
yang pertama-tama dilakukan adalah mendiskusikan langkah-langkah yang harus diambil untuk
melakukan perbaikan tersebut berdasarkan dari Buku Pedoman Perawatan Pesawat (Aircraft
Maintenance Manual), sedangkan apabila ada hal yang sifatnya kritis dan spesifik seharusnya
dikonsultasikan dengan Pabrik Pembuatnya c.q Bagian Maintenance atau pada Service Manual yang
tekait

Struktur Utama Pesawat Terbang

Secara garis besarnya struktur pesawat terbang (Fixed Wing), dibagi menjadi 5 (lima) kelompok
utama, yaitu :
Fuselage
Wings
Stabilizer
Flight Control Surfaces, dan
Landing Gear

Sedangkan untuk jenis Helicopter, yaitu : Fuselage, Main Rotor berikut Gear Box-nya, Tail Rotor,
dan Landing Gear (Apabila ada)

Apabila akan melakukan perbaikan (repair) untuk Struktur Utama yang disebutkan di atas harus
terlebih dahulu dilakukan pengkajian yang teliti oleh Engineering, pelbagai pertimbangan harus
dikaji yaitu terhadap Stress. Atas dasar ini maka pemilihan Material yang tepat yang akan dipilih.
Karena apabila memilih material yang lebih kuat dari yang orisinilnya, maka pada suatu saat akan
terjadi stress ditempat lain yang kondisi lebih lemah yaitu berupa crack (Fatigue Cracking), dan
apabila memilih material yang lebih lemah, maka usia perbaikan akan lebih pendek Dengan
demikian pemilihan material yang sederhana adalah menyamakan dengan material orisinilnya (baik
alloy-nya, maupun heatreatmennya)

Stress yang biasa ditemukan dilapangan ada 6 (enam) katagori utama, yaitu akibat daripada :
(Ref. Chapt 1, page 2, dan Chap 5, page 132)

1. Tension (tarikan/rentangan)
2. Compression (penekanan)
3. Bending (tekukan/bengkokan)
4. Torsion (puntiran)
5. Shear (sobekan/semacam guntingan)
6. Bearing (menyangga beban)
Catatan : Apabila sudah menemukan adanya crack/gauge pada permukaan part, maka segera dilakukan
tindakan untuk pencegahan, karena apabila tidak dilakukan kerusakan yang lebih fatal akan terjadi
akibat perambatan crack tadi

elepasan Rivet :

Apabila pelaksanaan repair ada kegiatan harus melepaskan rivet, maka jaga kondisi lubang rivet
tetap aman, yaitu dengan cara melakukan pengeboran yang lurus pada posisi rivet dengan dimensi
mata bor yang berdiameter lebih kecil atau paling tidak sama dengan dimensi daripada diameter
rivet yang akan dilepas. Apabila kerusakan lubang tetap terjadi dengan tidak bisa dihindarkan lagi,
maka lakukan pelubangan dengan dimensi 1 (satu) tingkat lebih besar dari ukuran rivet yang ada.
Bersihkan kondisi lubang bekas pengeboran dengan cara "deburr" , dan apabila akan merivet
kembali, perhatikan dengan cara yang benar antara lain posisi pemasangan rivet harus lurus,
kencang, tetapi tidak boleh terlalu kencang/kuat, karena bisa mengakibatkan "crack", ingat kondisi
skin biasanya lunak

rack

Apbila ditemukan crack, maka lakukan pelubangan pada ujung-ujung bagian yang crack dengan
diameter yang kecil, hal ini dimaksudkan untuk menghentikan penjalaran/perambatan crack
berikutnya, dan pasang dengan reinforcement (koordinasikan dengan engineering sebelum
melaksanakan pengerjaan perbaikan ini)
V. Aging, Fatigue, and Corrosion Control Programmed
(Program/Rencana Pemeriksaan terhadap Penuaan, Kelelahan, dan Korosi pada Part/Komponen
Pesawat Terbang)

Aging, Fatigue Cracking, dan Corrosion merupakan permasalahan terhadap Struktur Pesawat
Terbang, oleh karena itu untuk mencegah/melindungi/menghambat terjadinya proses tersebut
perlu dilakukan Pemeriksaan/Perawatan Berkala yang terprogram yang biasanya dihitung
berdasarkan Kalender Waktu, Jam Terbang (Flight Hours), atau Kombinasi Yaitu Mana Yang
Terlebih Dahulu Terlampaui. Tindakan yang biasa dilakukan adalah dengan melakukan
Pemeriksaan Non Destructive, Repair, Modifikasi, Prevention, dan Analysis
Pemeriksaan berdasarkan Waktu Kalender biasanya diberlakukan untuk Pesawat yang sedang
tidak aktif , sedangkan untuk Pesawat yang aktif (dalam kondisi dioperasikan) biasanya
diberlakukan dengan mempergunakan kriteria Flight Hours

1) Program/Perencanaan Pemeriksaan Stuktur Pesawat Terbang untuk mencegah, melindungi, dan


memperbaiki akibat Aging (Penuaan), Fatigue (Kelelahan), dan Korosi

Reference : 1. Pesawat NC 212 Series 100/200 Maintenance Program


2. 2009 DOD (Department of Defence), Corrosion Conference Airframe Condition Evaluation (ACE), and
Corrosion Prevention and Control Evaluation (CPCE)

Pencegahan korosi dan evaluasi, merupakan program kegiatan yang dilakukan rutin tahunan, yaitu
untuk mengevaluasi Struktur daripada pesawat. Data hasil perawatan dikoleksi dan dipergunakan
untuk melakukan evaluasi /analisa oleh engineering sebagai bahan untuk perbaikan. Kelainan-
kelainan yang terjadi didokumentasikan dibikin 3D dengan maksud sebagai Pedoman untuk
mengembangkan atau analisa kecenderungan korosi/penyimpangan ditempat lain, dengan demikian
sebelum terjadi harus dilakukan pencegahan/preservasi lebih awal

Pemeriksaan terhadap korosi dilakukan dengan cara visual dengan bantuan alat-alat seperti kaca
pembesar, mirrors, borescopes, dan alat bantu lain yang menunjang pemeriksaan ini
Area yang biasa terkena korosi lebih awal yaitu disekitar sambungan-sambungan yang
mempergunakan Bolt, di area sekitar Antena
Untuk pencegahan/preservasi di daerah Bolt/sambungan perlu diberikan compound dengan
maksud untuk memisahkan beda potensial antara Bolt dan Skin/Frame yang disambung
Untuk pencegahan korosi disekitar antena, maka bersihkan permukaan struktur/skin yang akan
dipasang antenna dan berikan/pergunakan "Conductive Gel Gasket" untuk memasang antenna

Untuk bahan material dari jenis Magnesium, berikan lapisan (coating), karena sifat material ini
sangat sensitif terhadap korosi. Lapisan yang biasa dipergunakan adalah jenis "Baked Epoxy
Coating" (P/N 750-450-004) atau yang sejenis, dan bisa pula dikombinasi dengan BT-C-E12-12,
dengan cara ini sangat efektif untuk melindungi dari pengaruh korosi

Untuk Helicopter, area yang sensitif terhadap korosi adalah sambungan-sambungan di area Tail
Cone (yang biasa disambung dengan Bolt)

Area yang harus dilakukan pemeriksaan, perawatan dan/atau preservasi untuk pesawat NC 212-
100/200, yaitu :

Lokasi/Area Pemeriksaan yang harus dilakukan

Seluruh Permukaan Luar Kondisi perivetan, korosi, dan kondisi secara umum
Sambungan antar Skin Kondisi perivetan, korosi, dan kondisi secara umum
Landing Gear terhadap Fuselage Kondisi penyambungan (bolt), perivetan, korosi, dan kondisi
secara umum
Horizontal dan Vertical Stabilizer, Kondisi perivetan, korosi, distorsi (penyimpangan terhadap
termasuk fitting2 nya bentuk/posisi), dan kondisi secara umum
Internal Fuselage Kondisi perivetan, korosi, distorsi, dan kondisi secara umum,
dengan membuka Floor pada Main Cabin dan Flight Deck
Rail untuk Kursi yang ada di Main Kondisi korosi, distorsi, dan kondisi secara umum
Cabin dan Flight Deck
Center Wing terhadap Fuselage, yaitu Kondisi korosi, distorsi, dan kondisi secara umum
Fitting2nya

2) Aircraft Maintenance Inspection Types :

Description/Types Inspection Taken Remarks

100 Flight Hours Inspection Ref. Appendix D of 14 CFR Part 43, Apabila 100 jam terbang
see continuation sheet untuk Jenis sudah tercapai dan
Pemeriksaan yang harus dilakukan pemeriksaan tidak
memungkinkan untuk
dilaksanakan, maka waktu
limitasi yang
diperkenankan hanya 10 jam
terbang
A-Check Inspection Biasanya dilakukan malam hari Ref. B737-400, Worldwide
dan dilaksanakan di Inc. Airlease, 10 Oct 2008, A-
Airport Gate (setelah usai Check = 30-50 hari = 300
penerbangan), untuk Jenis Flight Cycles = 500
Pemeriksaan yang harus dilakukan Jam Terbang, maka mana
(terkecuali ada khusus yang mencapai terlebih
rekomendasi dari Manufacturer) dahulu harus dilakukan
bisa dilihat dalam halaman berikut
B- Check Inspection Jenis Pemeriksaan sama dengan Pemeriksaan dilakukan
A-Check ditambah dengan setelah mencapai sekitar 3
Rekomendasi dari bulan
Manufacturer/Authority. Biasanya
dilakukan malam hari dan
dilaksanakan di Airport Gate
(setelah usai penerbangan)
C- Check Inspection Sama dengan 100 Flight Hours Pemeriksaan dilakukan di
ditambah dengan rekomendasi dalam Hanggar atau di
yang dikeluarkan oleh Maintenance Base.
manufacturer, yang biasanya Pemeriksaan ini biasanya
dicover di dalam Aircraft antara 12 dan 18 bulan
Maintenance Manual
D- Check Inspection Jenis Pemeriksaan adalah Major, Pemeriksaan dilakukan
yaitu melakukan : Disassembly; setelah mencapai antara
Removal; Overhaul; Inspection of 4 dan 5 tahun, dan dilakukan
Systems and Components antara 3 sampai dengan
6 kali dari usia pemakaian
pesawat

Disamping Pemeriksaan yang telah terencana seperti tersebut di atas, ada pemeriksaan khusus
yang harus/wajib dilakukan atas penemuan oleh Pilot baik sebelum pesawat diterbangkan
(preflight) dan setelah pesawat diterbangkan (postflight)

Itemize of 100 FH Inspection

a. Aircraft Log , yaitu keberadaan A/C log, Kelengkapan Penulisan tentang aktifitas dan
part/komponen yang harus dibukukan dalam Log Book ini
b. Equipment List, harus sama dengan Equipment yang terpasang

c. Instruments Requirements , kondisi aktual yang terbaru (usia pemakaian/kondisi fisik) harus
dicantumkan dalam Log Book, seperti : Altimeter System, Pitot Static System, Transponder, ELT
(Emergency Locator Transmission) Battery, dsb.
d. Aircraft Interior, pemeriksaan ini menyangkut kondisi fisik secara visual terhadap interior seperti
bila terjadi adanya defect, leaks, Corrosion, Cleanless, dsb.
Papan peringatan/identifikasi yang harus selalu terpasang dan harus selalu dalam kondisi mudah
terbaca/dikenali, seperti : Not For Hirc, Max Crosswind, Operating Limits, Life time daripada Fire
Extinguisher, Botol Oksigen, dsb.
Kondisi Seat Rails, pemeriksaan terhadap crack, corrosion, dan defect lainnya
Dokumen yang harus menyertai pesawat, yaitu : Airworthiness Certificate, Aircraft Registration,
Operating Handbook)
Kelengkapan Survival Kit

e. Aircraft Exterior, pemeriksaan terhadapan kelengkapan dan kondisi Penambat Pesawat ( Ropes,
Ganjal, Pengait)
Kondisi Cat , Kebocoran, kotoran, korosi, dan jenis defect lainnya
Kondisi Propeller, pemeriksaan terhadap Nicks, dents, leaks, corrosions, dan jenis defect lainnya
Kondisi daripada Aircraft Identification Plate
Kondisi daripada Vertical Stabilizer, Brake (kebocoran), Kondisi Ban (tekanan angin, kondisi
permukaan)
Engine Cowling, pemeriksaan terhadap kondisi fisik, terhadap proper, fit, dan visual lainnya bahwa
part tersebut masih layak terbang
Kondisi Pin-pin pada Hings, masih terpasang dan tidak rusak

f. Exterior dan Interior Lighting Operation : Interior Overhead, Landing and Taxi light, Anti Collision
Strobe, Navigation Position, Flashing Beacon, Instruments

Itemize of A- Check Inspection

a. Fuselage and Hull (Badan Pesawat)-group :

1. Fabric and Skin (Pola/bentuk atau susunan permukaan pesawat), terbebas dari kondisi yang tidak
baik/jelek (deteroration) , berbeda/menyimpang dari yang sebenarnya (distortion), dan defect lain
termasuk untuk kelengkapan (part-part pendukungnya)

2. System and Components, pemasangannya harus baik dan aman, terbebas dari pelbagai defects yang
bisa terlihat langsung (apparent defect), berfungsi dengan baik
3. Penutup (envelops) untuk Gas Buang (Exhaust), Ballast Tank, kondisi visualnya harus baik

b. Cabin and Cockpit Group

1. Harus dalam kondisi bersih secara keseluruhan, dan terbebas dari pelbagai peralatan yang
dipergunakan saat pemeriksaan/perawatan (apabila masih ditemukan harus segera diambil dan
disimpan pada tempat yang aman)
2. Seat and Safety Belt, fungsi dan faktor keamanannya masih baik
3. Windows and Windshields, Kondisi visual baik, tidak tergores, pecah, ataupun retak
4. Instruments, pemasangannya baik/aman, dan markingnya masih terbaca dengan jelas
5. Flight and Engine Controls, fungsi pemakaian dan pemasangannya masih dalam kondisi baik,/aman
6. Batteries, kondisi pemasangan baik dan aman, tidak bocor, full charge
7. All Systems, kondisi pemasangan baik/aman, tidak ada kelainan yang dapat dilihat secara langsung,
termasuk part-part pendukungnya

c. Engine and Nacelle group

1. Engine section, tidak ada kebocoran dari oli, fuel, hydraulic oil
2. Stud and Nut (Kancing dan Mur), masih terpasang dengan benar dan baik/aman
3. Internal Engine, terbebas dari partikel-partikel lain yang bisa mengakibatkan kerusakan Silinder
Engine, pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melakukan pengurasan Oli (drain) dan diperiksa
dengan teliti apakah ada kotoran atau partikel yang terkandung
4. Engine Mount, harus terbebas dari crack, tidak ada baut (Bolts) yang lepas dan masih terpasang
dengan baik dan aman
5. Flexible Vibration Dampeners, terbebas dari pelbagai kerusakan yang bisa dilihat langsung
6. Engine Controls, terbebas dari pelbagai defect apapun, terkoneksi dengan baik (travel), terpasang
dengan aman
7. Lines, hoses, and clamps, harus terbebas dari pelbagai kebocoran, terpasang dengan baik, benar,
dan aman
8. Exhaust Stacks (cerobong exhaust), harus terbebas dari cracks, defects, dan part-part pelengkapnya
harus terpasang dengan baik dan aman
9. Accessories, harus terpasang dengan baik dan aman, dan terbebas dari pelbagai defect apapun
10. All systems, masih terpasang dengan lengkap, aman termasuk part pendukungnya
11. Cowling, harus terbebas dari crack dan defect apapun
12. Ground Run Up dan Functional Check, semua Power Plant controls dan system-nya harus berfungsi
dengan baik, merespon dengan cepat, dan semua dapat dioperasikan dengan baik

d. Landing Gear group

1. Semua unit yang terkait harus lengkap dan terpasang dengan benar dan aman (termasuk part
pendukungnya)
2. Shock Absorbing Device, harus terbebas dari goresan, dan kebocoran
3. Linkage, trusses and member (Alat untuk mengkoneksikan antara Landing Gear dengan Control
System yang dihubungkan ke Cockpit), harus terbebas dari pelbagai defect apapun akibat
terjadinya stress/fatigue
4. Retracting and Locking Mechanism, harus berfungsi dengan baik
5. Hydraulic Lines, harus terbebas dari kebocoran
6. Electrical systems, harus berfungsi dengan baik yang didemonstrasikan melalui switch-switch- nya,
tidak kedapatan panas yang berlebihan
7. Wheels, harus terbebas dari cracks, defects, dan kondisi bearings-nya harus bagus
8. Tyres, tidak boleh gundul (licin) dan tidak sobek, retak, atau pecah-pecah, atau defect lain yang
biasa terjadi pada Ban
9. Brakes, harus mudah dioperasikan dan berfungsi dengan baik
10. Floats and Skids (Pelampung dan pasangannya), harus berfungsi dengan bagus dan terbebas dari
defect apapun

e. Wing and Center Section

1. All Components, kondisi bagus dan terpasang aman


2. Fabric and Skin (Susunan Permukaan Wing), harus terpasang dengan baik/aman, dan terbebas dari
pelbagai defect yang bisa dilihat langsung
3. Internal Structure (spares, ribs), harus terbebas dari cracks, bend, dan terpasang dengan baik dan
aman
4. Moveable Surfaces, harus terbebas dari pelbagai defects apapun, harus berfungsi dengan baik, dan
kelengkapan pendukung terpasang dengan baik dan aman
5. Control Mechanism, tidak boleh ada penghalang untuk pergerakannya, berfungsi dengan baik
6. Control Cables, semua dapat dioperasikan dengan mudah dan lancar, terbebas dari pelbagai defect
apapun, terpasang dengan baik dan aman, seperti pulley-pulley-nya dan part pendukung lainnya

f. Empennage group

1. Fix Surfaces, terbebas dari pelbagai defect apapun, tidak ada part yang lepas, aman dioperasikan
2. Moveables Control Surfaces, harus terbebas dari pelbagai defect apapun
3. Fabric and Skin (struktur/susunan permukaan) terbebas dari abrasi, sobek, potong, atau defect
lainnya yang bisa terlihat secara langsung

g. Proppeller group

1. Proppeller Assembly, harus terbebas dari crack, nicks (takikan), bend (bengkok), dan kebocoran
2. Bolts, dalam kondisi lengkap, kencang dan aman
3. Anti Icing Devices (Perlengkapan Anti Ice), harus berfungsi dengan baikdan tidak ada defect apapun
4. Control Mechanism, harus berfungsi dengan baik, terpasang lengkap dan aman, dan terkoneksi
dengan benar

h. Communication and Navigation group

1. Radio and Electronic Equipments, harus terpasang dengan baik dan aman dioperasikan
2. Wiring and Conduits, kondisi routing-nya benar, terpasang dengan aman, dan bebas dari defect
apapun
3. Bonding and Shielding (Pelindung), kondisi pemasangannya harus rapih dan benar
4. Antennas, harus befungsi dengan baik, terpasang dengan aman

i. Miscellaneous group

1. Emergency and First Aid Equipments (Tabung Oksigen, Tabung Pemadam Kebakaran, dan Obat-
obatan), harus dalam kondisi lengkap, masih siap pakai, dan tersimpan dengan baik dan
benar. Apabila ada obat-obatan yang diketemukan sudah Kadaluarsa (Expired) maka wajib diganti
dengan yang baru
2. Parachutes, Life Raft, Flares (Tanda yang mengeluarkan cahaya/sinar), harus diperiksa sesuai
dengan prosedur yang dikeluarkan oleh Manufacturer-nya
3. Autopilot Systems, secara keseluruhan harus dapat dioperasikan dengan baik, terpasang dengan
baik dan aman

3) CORROSION (KOROSI)
Ref. FAA-8083-30-Ch.06Type of

Korosi adalah kerusakan/degradasi logam akibat reaksi “Redoks”antara suatu logam dengan
berbagai zat dilingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari disebut perkaratan, sebagai contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan
besi

Korosi merupakan proses elektrokimia, pada korosi besi bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai “Anode” sedangkan besi mengalami “Oksidasi”. Elektron yang dibebaskan di anode
mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai Katode dan Oksigen tereduksi

Ion besi (I) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi yang kemudian
membentuk senyawa oksidasi terhidrasi, yaitu Karat Besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang
bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode tergantung daripada
berbagai faktor, misal Zat Pengotor, atau perbedaan Rapatan Logam

Korosi dapat diartikan sebagai serangan yang merusak logam, karena logam bereaksi secara kimia
atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang menyatakan bahwa korosi
adalah “Kebalikan dari Proses Ekstraksi Logam dari Bijih Mineralnya”. Kecepatan korosi sangat
tergantung pada banyak faktor, seperti ada/tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat
menghalangi beda “Potensial” terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih
bersih dari oksida. Faktor yang berpengaruh antara lain : Kelembaban Udara, Elektrolit, Zat
Terlarut Pembentuk Asam (CO2, SO2), Adanya O2, Lapisan pada Permukaan, Letak Logam
dalam deret Potensial Reduksi

Mencegah/Menghambat Korosi, bisa dilaksanakan dengan cara :


Pengecatan
Dilapisi Logam yang lebih mulia
Melapisi Logam yang mudah teroksidasi
Dicampur dengan logam lain

Types of Corrosion
Ada 2 (dua) type corrosion yang diklasifikasikan secara umum, yaitu :

Direct Chemical Attack


Electrochemical Attack

A. Direct Chemical Attack


Merupakan murni (pure) corrosion akibat pelbagai zat (faktor lingkungan) yang langsung
bersinggungan dengan logam dan bereaksi secara kimia
Untuk di pesawat terbang yang biasa terjadi proses korosi secara “Direct Chemical Attack”, antara
lain : tumpahan/jamur-jamur dari Battery terhadap logam disekitarnya; Sisa/Endapan kotoran
(cairan) yang tidak segera dibersihkan, Lingkungan (daerah) pengelasan/pensolderan/ yang tidak
dibersihkan dengan baik terhadap fluks-nya.
Solusi untuk Battery, yaitu dengan cara/memilih battery yang sealnya baik, pole battery
mempergunakan nickel-cadmium
Daerah Pengelasan/Pensolderan, yaitu dibersihkan dengan mempergunakan “Non Corrosive
Cleaning Agent”

B. Electrochemical Attack

Reaksi ini terjadi karena adanya media yang menghantarkan proses terjadinya Elektrokimia. Media
ini biasa disebut dengan :”Corrosive Agent”, antara lain : Cairan atau Gas yang akan
menghantarkan Elektron terhadap proses Oksidasi terhadap logam, Perbedaan Potensial antara dua
(2) logam/lebih bisa mengakibatkan terjadi proses elektrokimia ini (Contoh : Besi disimpan dengan
logam lain)

Bentuk/jenis Korosi

1. Surface Corrosion , yaitu korosi yang terjadi dipermukaan logam


2. Dissimilar Metal Corrosion, contoh : Pembersihan Logam Aluminium dengan
mempergunakan Sikat Baja atau Hampelas dan selanjutnya tidak dibersihkan dengan Cairan
Non Corrosive Agent, hal ini akan mengakibatkan “dissimiliar metal corrosion”
3. Intergranullar Corrosion
Terjadi sepanjang batas grain paduan logam karena adanya Lack (ketidakhomogen-an yang terjadi
saat proses produksi). Alluminium dan beberapa type Stainless Steel sangat sering dijumpai terjadi
Intergranular Corrosion. Type korosi ini terjadi didalam dan tidak terdeteksi dari permukaan logam
4. Stress Corrosion
Terjadi akibat Kombinasi antara Tensile Stress dengan lingkungannya yang korosif, contoh Landing
Gear Shock Struts, dan part lain yang diposisikan dengan Stress yang rutin dengan preventive yang
kurang baik

5. Fretting Corrosion
Akibat dua permukaan part yang kerjanya selalu bersinggungan (kontak langsung) terjadilah suatu
gugusan, akibat gugusan-gugusan ini dengan lingkungan yang korosif maka akan terjadi korosi yang
biasanya berbentuk lobang-lobang kecil (pitting), hal ini terjadi biasanya pada Bearing, Bushing
dan sejenisnya

VI. Beberapa penyebab tak wajar terhadap kerusakan struktur (abnormal event) : Lightning strike,
heavy landing, flight through turbulence

Berdasarkan kejadian yang tidak wajar tersebut maka Pesawat harus dilakukan Pemeriksaan Spesial
(Special Inspection), antara lain :

1. Hard or Overweight Landing, yaitu Pendaratan Pesawat yang dilakukan terlalu


kasar/keras atau terlalu berat, dari akibat kejadian ini menyebabkan stress pada struktur
pesawat, maka perlu dilakukuan pemeriksaan yaitu sebagai berikut :

 Wrinkled (pengkerutan) wing skins


 Fuel leakage along riveted seams
 Spar Web
 Bulkheads
 Nacelles Skin and attachments
 Fire wall skin
 Wing and fuselage stringers

2. Hempasan Angin yang Kuat/Keras , pemeriksaan perlu dilakukan yaitu sebagai


berikut :

 Upper/Lower wing surfaces


 Door atau part-part yang biasa dibuka dan ditutup
 Spars web dengan fuselage
 Leading edge
 Nacelles Skin
 Kancing (Studs and Nuts) pada engine
 Pemakaian sealant di daerah Fuel (bisa terkelupas atau retak-retak, sehingga bisa mengakibatkan
kebocoran fuel)

3. Lightning Strike (Sambaran Petir), yang perlu dilakukan pemeriksaan yaitu :

 Alat-alat komunikasi
 Instrument
 Alat-alat listrik
 Radar, antenna, dsb.

4. Di samping 3 (tiga) hal utama untuk kejadian yang tidak wajar, masih ada yang lain
seperti : Kebakaran, Tumpahan Barang Cair

Alat Kontrol Kesiapan Mengajar

No Diskripsi Sources Status

1 Type of defects :  AC 65-15A, Airframe and Power Complete


Plant Mechanics Handbook, Chap
5, Page 130
2 Inspection Technique including Visual, AC.43.13-1B, Chapt. 5, Sect. 3, 5, Complete
Penetrant, Radiographic, eddy 6, dan sect. 7, 9/8/98, Non
Current, and Ultrasonic Destructive Inspection
3 General Repair Method  AC.43.13-1B CHG1, 9/27/01. Complete
Chapter 4, “ Metal Structure,
Welding & Brazing

4 Structural Repair Method  AC.43.13-1B CHG1, 9/27/01. Complete


Chapter 4, Para 4-50
, “ Metal Structure,
Welding & Brazing”
 FAA-8083-30, Ch 08, “Inspection
Fundamental”
5 Aging, Fatigue and Corrosion Control  AC.43.13-1B CHG 1, Chapt. 06 Complete
Programmed , 9/27/01
 FAA-8083-30, Ch 08, “Inspection
Fundamental”
 MP-079 (II)-(SM)-05
6 Abnormal Event : Lightning Strikes  FAA-8083-30, Ch 08, “Inspection Complete
(Sambaran Petir), Heavy Landings, Fundamental”
and Flight Through Turbulence

Anda mungkin juga menyukai