Types of Defects
Inspection Technique, Including : Visual, Penetrant, Radiographic, Eddy Current, and Ultrasonic
method
General Repair Method
Structural Repair Method
Aging, Fatigue and Corrosion Control Programmed
Abnormal Events : Lightning Strikes, Heavy Landings, and Flight Through Turbulence
I. Types of defects :
1. Brinelling, defect yang terjadi pada permukaan part dengan Radius Kecil akibat mendapatkan
beban yang tinggi (berat)
2. Burnishing, yaitu defect akibat gesekan terhadap permukaan dengan lembut oleh permukaan
yang keras
3. Burr, defect ini diwujudkan dengan perubahan dimensi (perpanjangan/pembesaran) permukaan
pada logam tipis, kecil/ringan yang biasanya dapat dilihat pada area lubang atau bagian sisi ujung
daripada part
4. Corrosion, hilangnya sebagian dari part akibat proses kimia atau elektro kimia, contoh : Karat Besi
merupakan produk daripada korosi
5. Crack, pemisahan menjadi dua bagian terhadap fisik permukaan logam yang biasanya ditunjukkan
dengan bentuk garis tipis/halus membentang atau memotong permukaan logam akibat stress yang
berlebih pada titik tertentu
6. Cut, kehilangan/terkikisnya sebagian dari pada logam yang biasanya terjadi pada pipa/bushing
dan sejenisnya akibat dari proses mekanikal, contoh yang sederhana adalah : mata gergaji, lambat
laun akan tumpul (menumpulnya mata gergaji tersebut berarti sebagian daripada part terkikis
akibat barang lain)
7. Dent, permukaan logam yang tertekuk/terlipat akibat benturan atau tabrakan dengan benda lain
yang keras
8. Erosion, berkurangnya permukaan logam akibat aksi atau pengaruh mekanikal lingkungan, seperti
gesekan terjadi dengan kotoran (debu,chip, dsb.) yang lambat laun akan mengikis terhadap
permukaan logam daripada part tersebut
9. Chattering, kerusakan logam akibat adanya vibrasi lingkungan
10. Galling, kerusakan terhadap permukaan logam yang lunak akibat gesekan/gerakan dengan barang
yang lebih keras, sehingga sebagian permukaan barang yang lebih lunak tadi akan
menempel/merapat pada barang yang lebih keras
11. Gauge, kerusakan yang berupa lekukan pada permukaan logam akibat terkena tekanan berat yang
langsung pada permukaan tersebut
12. Inclusion, kelebihan dari hasil proses pembuatan (manufacturing), seperti yang terjadi pada Raw
Material seperti : Rod, Bar, Pipa, baik akibat proses Rolling atau Forging/Casting
13. Nick, Retak/Pecah lokal (di area tertentu) yang biasanya di bagian sisi pinggir atau ujung barang
14. Pitting, kerusakan yang sifatnya lokal yang berupa lubang-lubang kecil yang terdapat dipermukaan
logam
15. Scratch, permukaan barang yang terkoyak/tergores yang biasanya dari akibat tekanan dari benda
lain secara langsung
16. Score, permukaan barang yang tergores relative lebih dalam daripada scratch akibat tekanan benda
lain secara langsung
17. Stain, perubahan warna akibat faktor lingkungan, sehingga barang tersebut apabila diperhatikan
akan terjadi perbedaan warna
18. Upsetting, pergeseran sisi/ujung material yang melewati contour atau permukaan awal
(originalnya)
Summary
Dari hasil pantauan tentang types of defect dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu :
Defect : Kerusakan yang telah berpengaruh terhadap 3 F (fit, form, and Function) atau kerusakan yang sangat
serius terhadap fungsinya suatu produk
defect : Suatu kerusakan/cacat tetapi apabila dilakukan pengerjaaan ulang masih dapat dikembalikan
terhadap original design (drawing)
Pemeriksaan yang biasa dilakukan di dunia Penerbangan secara garis besarnya ada 2 (dua), yaitu :
Pemeriksaan dengan cara merusak (destructive), dan pemeriksaan dengan cara tidak merusak (non
destructrive)
Pemeriksaan dengan metoda Non Destructive harus dilakukan oleh operator yang certified
(bersertifikat), hal ini sesuai dengan "Air Transport Association/ATA, Specification 105 ("Guidlines
For Training and Qualifying Personel In Non Destructive Testing Methods") Adapun Sertifikat yang
dikeluarkan oleh Otoritas (Badan yang berwenang) ada tiga jenis sertifikat, yaitu untuk Level I, II,
dan III
Level I (khusus)
Pendidikan dilakukan di dalam kelas, harus lulus tingkatan dasar dalam melihat/evaluasi visual
(seperti warna) dari hasil pengujian/ pemeriksaan non destructive yang telah
dilakukan/didemonstrasikan. Dasar pengujian harus dilakukan sesuai dengan Prosedur Non
Destuctive Inspection, dan dilakukan oleh Operator Level II atau Level III
Level II
Harus secara penuh mengikuti Class Room. dan bersertifikat "Airframe dan Power Plant Mechanic"
(untuk operator yang akan berhubungan Pesawat Terbang), dan melakukan pengujian secara
lengkap
Level III
Harus berpengalaman paling tidak 4 tahun di bidang Non Destructive Inspection atau berpendidikan
di Universitas dengan disiplin ilmu Engineering, ditambah 1 (satu) tahun berpengalaman di bidang
NDT yang serupa dengan Level II, atau :
Individu yang telah duduk di bangku Perguruan Tinggi dengan disiplin Ilmu Engineering paling tidak
2 (dua) tahun, ditambah 2 (dua) tahun berpengalaman sebagai Level II dalam mengoperasikan NDT,
atau :
Individu yang telah berpengalaman 4 (empat) tahun sebagai Level II dan sedang/masih aktif
melakukan kegiatan ini secara rutin
Sedangkan Jenis Non Destructive Inspection (NDI) yang akan dijelaskan di bawah ini adalah
menyesuaikan dengan Silabus Universitas seperti yang telah diuraikan pada bab awal, yaitu sebagai
berikut :
a. Ada pemeriksaan yang sifatnya tidak merusak part (benda kerja) yang biasa atau bahkan selalu
dilakukan, yaitu : “Visual Inspection”. Pemeriksaan ini biasanya meliputi : Dimensi, Quantity,
Identifikasi (Biasanya meliputi : Serial Number bila ada, Batch/Heat Number bila ada, Lot Number
bila ada, Spesifikasi, dsb.), dan kondisi permukaan barang. Disamping itu peralatan sederhana
yang biasa dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan visual yaitu dengan : Alat-alat ukur yang
sesuai dengan bidang/jenis/permukaan yang akan diukur seperti : Vernier Caliper, Steel Rule,
Multimeter, Micrometer, Radius Gauge, Roll Meter, Kaca Pembesar (Magnifying Glass), Bores cope,
dsb..
b. Non Destructive Inspection, dipergunakan untuk mengetahui jenis defect dipermukaan ataupun
didalam yang tidak bisa terlihat langsung secara visual kasat mata, dan pemilihan pemeriksaan
dengan metoda ini biasanya dengan tujuan dan maksud bahwa barang yang diuji masih akan
dipergunakan lagi, atau dalam rangka sertifikasi personel. Metoda yang dimaksud yaitu sebagai
berikut :
Penetrant Inspection,
Radiographic ( X-Ray)
Eddy Current Inspection, dan
Ultrasonic Inspection,
Diperkenalkan pada saat Perang Dunia II, yaitu 1942 , Pemeriksaan dengan metoda Penetrant
dapat dipergunakan untuk mendeteksi cacat pada permukaan atau cacat yang dari dalam tetapi
muncul sampai dengan permukaan untuk barang logam, Keramik, Plastik, Glas, dan yang sejenis.
Pada saat ini yang biasa mempergunakan dengan cara ini adalah : Kebocoran pada Tanki, Hasil
Pengelasan, Crack (discontinuity) pada permukaan barang, seam pada tube, hasil heatreatment,
untuk mendeteksi part-part setelah lama dipergunakan (sesuai jadwal periodic pemeriksaan yang
ditentukan oleh prosedur) yang biasa diakibatkan karena : Stress, Fatigue, Korosi, dsb.
Catatan : 1. Pemeriksaan ini biasa dipergunakan untuk permukaan barang yang rata/, sedangkan untuk permukaan
yang berbentuk poros agak sulit dilakukan
2. Lama menunggu untuk mengetahui terjadinya defect atau tidak tergantung dari barang yang
diperiksa, contoh : untuk barang sejak awal sudah dicurigai lebih cepat diketahui (antara 1-5
menit), sedangkan untuk mengetahui hasil forging, bisa memerlukan waktu sampai dengan 30
menit
Proses Kerja Pelaksanaan Pemeriksaan dengan Metoda Penetrant yaitu sebagai berikut :
Eddy Current dipergunakan untuk mendeteksi Crack pada permukaan material, Pit, Subsurface
Crack, Korosi, baik dipermukaan atau di dalam permukaan (subsurface).
Prinsip kerjanya, yaitu : mendeteksi area (generating), menerima data hasil pendeteksian, dan
memperlihatkan hasil pendeteksian (pemeriksaan). Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut
:
a. Memposisikan Probe (untuk mendeteksi defect) dipermukaan barang uji yang sifatnya Konduktor,
menghubungkan dengan arus listrik (alternating current). Dari Probe akan menimbulkan
lapang/medan magnet yang bolak balik sehingga timbul aliran/aktifitas “eddy current” di benda
kerja (barang uji) tersebut.
b. Apabila pendeteksian dilakukan untuk defect jenis crack yang terjadi pada permukaan, maka
respons yang akan diberikan sangat cepat dan tidak memerlukan persiapan yang rumit, frekuensi
yang dipergunakan 100 Hz dan 200 kHz; sedangkan apabila akan mendeteksi untuk subsurface
(permukaan layer dalam) , respons yang diberikan akan lebih lambat dibanding dengan pengujian
dipermukaan, disamping itu akan mempergunakan frekuensi yang lebih rendah, yaitu antara 100 Hz
dan 500 MHz. Penggunaan alat ini efektif untuk area pemeriksaan yang dimensinya relative kecil,
dan lapisan atau pelindung part/barang uji perlu dilakukan pembersihan seperti cat, film coating,
dan yang sejenis
d. Mendeteksi Korosi
1. Hilangkan dulu korosi yang terlihat di permukaan (surface corrosion)
2. Pergunakan frekuensi instrument antara 100 Hz dan 40 kHz
3. Pergunakan Shielded Probe dengan diameter coil antara 0.15 dan 0.5 inch yang telah didesain
untuk frekuensi rendah
4. Pergunakan Standard untuk Kalibrasi yang disamakan dengan benda kerja yang akan diuji, contoh :
Kalau Alluminum harus sama Alloy-nya, Heatreatment-nya,.
Pemeriksaan dengan metoda Ultrasonic, prinsipnya yaitu mempergunakan Energi Suara untuk
mendeteksi Benda Kerja/Uji yang defect. Apabila ada benda uji yang kedapatan cacat (defect),
maka akan terdengar suara (biiip) dan langsung dikoneksikan dengan Layar Monitor LCD Computer
data program untuk memperlihatkan indikasi cacat yang ditemukan
Pada dasarnya teknik pemeriksaan dengan metoda Ultrasonic ada dua cara yaitu : Pulse – Echo,
dan Through Transmission
1. Metoda Pulse – Echo, lebih sering dipergunakan, alat ini akan mengukur waktu antara bagian
permukaan/muka dan belakang permukaan dengan refleksi signal, proses ini mempergunakan
Tranducer untuk memberikan trnasmisi/mengirimkan dan menerima Pulsa Ultrasonic. Penerimaan
Pulsa Ultrasonic dipisahkan oleh waktu yang dipergunakan oleh suara untuk mencapai perbedaan
permukaan yang diuji. Ukuran Amplitudo yang diperlihatkan merupakan ukuran atau merefleksikan
daripada ukuran permukaan. Oleh karena itu, Pola/Bentuk Pulsa ini akan direspon dan dianalisa
dengan data daripada Signal Amplitudo dan pelepasannya
Alat ini bisa dipergunakan untuk memeriksa adanya defect/cacat pada Permukaan dan dalam
permukaan (subsurface), seperti defect berupa : Cracks, Shrinkage Cavities (rongga/lubang yang
mengkerut), Burst (pecah/terbuka), Flaks (mengelupas), Pores (lubang), De-laminasi. Disamping
itu bisa dipergunakan untuk mengukur ketebalan material, atau mutu daripada pengelasan. Oleh
karena itu, alat ini biasa dipergunakan untuk menguji/memeriksa : Raw Material, Billets, Finished,
Semi Finished, Hasil Pengelasan, Barang-barang yang sedang dalam proses maintenance.
Untuk Alat Jenis Portable, frekuensi yang biasa dipergunakan antara 0.5 MHz dan 15 MHz;
dilengkapi dengan Tranducer (Longitudinal dan Shear Wave), Positioner, Reference Standard, dan
Couplant (couplant bisa dipergunakan : Air, Glycerin, Motor Oils, dan Grease
Pemilihan atau penentuan pemeriksaan dengan metoda NDT, dapat dilakukan seperti pada kriteria
di bawah ini, yaitu :
Catatan : Semua Metoda di atas harus dilakukan oleh Operator yang berpengalaman atau Certified Person
B. Destructive Test
Pemeriksaan dengan cara merusak barang yang diperiksa, metoda ini dimaksudkan untuk
mengetahui karakteristik, kandungan, sifat, dan kemampuan barang, karena dengan cara visual
tidak mendapatkan data yang dikehendaki. Metoda ini biasa dipergunakan untuk barang dengan
jenis Logam maupun Non Logam, beberapa contoh jenis pemeriksaan/pengujian dengan cara ini
yaitu antara lain sebagai berikut :
Pengujian Tarik (Tensile Strength), logam maupun non logam dapat dilakukan untuk jenis
pemeriksan ini. Contoh Bahan Baku Pesawat yang dibuat dari logam, yaitu Aluminium, Magnesium,
Steel, dsb., sedangkan untuk non logam seperti bahan dari composite, plexyglass, dsb.
Pengujian Kekerasan (Hardness Test), logam maupun non logam dapat dilakukan dengan metoda
ini, semua bahan baku logam untuk keperluan pesawat terbang dapat dilakukan dengan cara ini,
sedangkan untuk non logam yang biasa dilakukan dengan cara ini adalah jenis Rubber
Pengujian Pengelupasan (Peel Test), dilakukan untuk mengetahui kekuatan daripada pengeleman,
bisa logam dengan non logam, logam dengan logam, dan non logam dengan non logam
Pengujian Tekan (Compression Test), biasa dilakukan untuk barang-barang non logam yaitu barang-
barang bonding composite
Pengujian Tabrak/lempar/Ayun (Impact Test), ini biasa dilakukan untuk non logam maupun logam,
yaitu untuk mengetahui kekuatan barang terhadap kejadian lemparan, tabrakan dari factor luar
secara langsung
Pengujian Bakar (Flame Test), biasa dilakukan untuk non logam dan biasanya untuk daerah interior
(Cover Seat, Foam untuk Seat, dan sebagainya)
Sebagai kelengkapan dokumen yang terkait dengan approval tersebut diatas ada dokumen-
dokumen yang dikeluarkan oleh Approved Shop sendiri, yaitu : Capability List Document, dan
Quality System Manual (berikut dengan Operating Procedure-nya), dokumen ini jauh sebelum
dikeluarkannya Approval terlebih dahulu dievaluasi dan diverifikasi oleh DGCA, bahkan atas dasar
dari dokumen ini dan hasil kajian aktual di lapangan (Workshop), maka Approval dapat dikeluarkan
Teknik/metoda untuk melakukan perbaikan pada Struktur Pesawat Terbang, sampai saat ini belum
ada yang sudah ditetapkan secara pasti dan bisa dipergunakan untuk semua jenis pesawat, atau
dapat dipergunakan semua kasus yang terjadi pada Struktur Pesawat. Dari hasil pantauan sampai
saat ini biasa yang dilakukan untuk melakukan repair/perbaikan pada struktur pesawat yaitu
dengan cara : menduplikasi dari part yang asli baik dari segi bahan bakunya (Raw Material), Bentuk
(desainnya), dimensi, maupun kekuatannya. Pada umumnya apabila diketemukan adanya defect,
yang pertama-tama dilakukan adalah mendiskusikan langkah-langkah yang harus diambil untuk
melakukan perbaikan tersebut berdasarkan dari Buku Pedoman Perawatan Pesawat (Aircraft
Maintenance Manual), sedangkan apabila ada hal yang sifatnya kritis dan spesifik seharusnya
dikonsultasikan dengan Pabrik Pembuatnya c.q Bagian Maintenance atau pada Service Manual yang
tekait
Secara garis besarnya struktur pesawat terbang (Fixed Wing), dibagi menjadi 5 (lima) kelompok
utama, yaitu :
Fuselage
Wings
Stabilizer
Flight Control Surfaces, dan
Landing Gear
Sedangkan untuk jenis Helicopter, yaitu : Fuselage, Main Rotor berikut Gear Box-nya, Tail Rotor,
dan Landing Gear (Apabila ada)
Apabila akan melakukan perbaikan (repair) untuk Struktur Utama yang disebutkan di atas harus
terlebih dahulu dilakukan pengkajian yang teliti oleh Engineering, pelbagai pertimbangan harus
dikaji yaitu terhadap Stress. Atas dasar ini maka pemilihan Material yang tepat yang akan dipilih.
Karena apabila memilih material yang lebih kuat dari yang orisinilnya, maka pada suatu saat akan
terjadi stress ditempat lain yang kondisi lebih lemah yaitu berupa crack (Fatigue Cracking), dan
apabila memilih material yang lebih lemah, maka usia perbaikan akan lebih pendek Dengan
demikian pemilihan material yang sederhana adalah menyamakan dengan material orisinilnya (baik
alloy-nya, maupun heatreatmennya)
Stress yang biasa ditemukan dilapangan ada 6 (enam) katagori utama, yaitu akibat daripada :
(Ref. Chapt 1, page 2, dan Chap 5, page 132)
1. Tension (tarikan/rentangan)
2. Compression (penekanan)
3. Bending (tekukan/bengkokan)
4. Torsion (puntiran)
5. Shear (sobekan/semacam guntingan)
6. Bearing (menyangga beban)
Catatan : Apabila sudah menemukan adanya crack/gauge pada permukaan part, maka segera dilakukan
tindakan untuk pencegahan, karena apabila tidak dilakukan kerusakan yang lebih fatal akan terjadi
akibat perambatan crack tadi
elepasan Rivet :
Apabila pelaksanaan repair ada kegiatan harus melepaskan rivet, maka jaga kondisi lubang rivet
tetap aman, yaitu dengan cara melakukan pengeboran yang lurus pada posisi rivet dengan dimensi
mata bor yang berdiameter lebih kecil atau paling tidak sama dengan dimensi daripada diameter
rivet yang akan dilepas. Apabila kerusakan lubang tetap terjadi dengan tidak bisa dihindarkan lagi,
maka lakukan pelubangan dengan dimensi 1 (satu) tingkat lebih besar dari ukuran rivet yang ada.
Bersihkan kondisi lubang bekas pengeboran dengan cara "deburr" , dan apabila akan merivet
kembali, perhatikan dengan cara yang benar antara lain posisi pemasangan rivet harus lurus,
kencang, tetapi tidak boleh terlalu kencang/kuat, karena bisa mengakibatkan "crack", ingat kondisi
skin biasanya lunak
rack
Apbila ditemukan crack, maka lakukan pelubangan pada ujung-ujung bagian yang crack dengan
diameter yang kecil, hal ini dimaksudkan untuk menghentikan penjalaran/perambatan crack
berikutnya, dan pasang dengan reinforcement (koordinasikan dengan engineering sebelum
melaksanakan pengerjaan perbaikan ini)
V. Aging, Fatigue, and Corrosion Control Programmed
(Program/Rencana Pemeriksaan terhadap Penuaan, Kelelahan, dan Korosi pada Part/Komponen
Pesawat Terbang)
Aging, Fatigue Cracking, dan Corrosion merupakan permasalahan terhadap Struktur Pesawat
Terbang, oleh karena itu untuk mencegah/melindungi/menghambat terjadinya proses tersebut
perlu dilakukan Pemeriksaan/Perawatan Berkala yang terprogram yang biasanya dihitung
berdasarkan Kalender Waktu, Jam Terbang (Flight Hours), atau Kombinasi Yaitu Mana Yang
Terlebih Dahulu Terlampaui. Tindakan yang biasa dilakukan adalah dengan melakukan
Pemeriksaan Non Destructive, Repair, Modifikasi, Prevention, dan Analysis
Pemeriksaan berdasarkan Waktu Kalender biasanya diberlakukan untuk Pesawat yang sedang
tidak aktif , sedangkan untuk Pesawat yang aktif (dalam kondisi dioperasikan) biasanya
diberlakukan dengan mempergunakan kriteria Flight Hours
Pencegahan korosi dan evaluasi, merupakan program kegiatan yang dilakukan rutin tahunan, yaitu
untuk mengevaluasi Struktur daripada pesawat. Data hasil perawatan dikoleksi dan dipergunakan
untuk melakukan evaluasi /analisa oleh engineering sebagai bahan untuk perbaikan. Kelainan-
kelainan yang terjadi didokumentasikan dibikin 3D dengan maksud sebagai Pedoman untuk
mengembangkan atau analisa kecenderungan korosi/penyimpangan ditempat lain, dengan demikian
sebelum terjadi harus dilakukan pencegahan/preservasi lebih awal
Pemeriksaan terhadap korosi dilakukan dengan cara visual dengan bantuan alat-alat seperti kaca
pembesar, mirrors, borescopes, dan alat bantu lain yang menunjang pemeriksaan ini
Area yang biasa terkena korosi lebih awal yaitu disekitar sambungan-sambungan yang
mempergunakan Bolt, di area sekitar Antena
Untuk pencegahan/preservasi di daerah Bolt/sambungan perlu diberikan compound dengan
maksud untuk memisahkan beda potensial antara Bolt dan Skin/Frame yang disambung
Untuk pencegahan korosi disekitar antena, maka bersihkan permukaan struktur/skin yang akan
dipasang antenna dan berikan/pergunakan "Conductive Gel Gasket" untuk memasang antenna
Untuk bahan material dari jenis Magnesium, berikan lapisan (coating), karena sifat material ini
sangat sensitif terhadap korosi. Lapisan yang biasa dipergunakan adalah jenis "Baked Epoxy
Coating" (P/N 750-450-004) atau yang sejenis, dan bisa pula dikombinasi dengan BT-C-E12-12,
dengan cara ini sangat efektif untuk melindungi dari pengaruh korosi
Untuk Helicopter, area yang sensitif terhadap korosi adalah sambungan-sambungan di area Tail
Cone (yang biasa disambung dengan Bolt)
Area yang harus dilakukan pemeriksaan, perawatan dan/atau preservasi untuk pesawat NC 212-
100/200, yaitu :
Seluruh Permukaan Luar Kondisi perivetan, korosi, dan kondisi secara umum
Sambungan antar Skin Kondisi perivetan, korosi, dan kondisi secara umum
Landing Gear terhadap Fuselage Kondisi penyambungan (bolt), perivetan, korosi, dan kondisi
secara umum
Horizontal dan Vertical Stabilizer, Kondisi perivetan, korosi, distorsi (penyimpangan terhadap
termasuk fitting2 nya bentuk/posisi), dan kondisi secara umum
Internal Fuselage Kondisi perivetan, korosi, distorsi, dan kondisi secara umum,
dengan membuka Floor pada Main Cabin dan Flight Deck
Rail untuk Kursi yang ada di Main Kondisi korosi, distorsi, dan kondisi secara umum
Cabin dan Flight Deck
Center Wing terhadap Fuselage, yaitu Kondisi korosi, distorsi, dan kondisi secara umum
Fitting2nya
100 Flight Hours Inspection Ref. Appendix D of 14 CFR Part 43, Apabila 100 jam terbang
see continuation sheet untuk Jenis sudah tercapai dan
Pemeriksaan yang harus dilakukan pemeriksaan tidak
memungkinkan untuk
dilaksanakan, maka waktu
limitasi yang
diperkenankan hanya 10 jam
terbang
A-Check Inspection Biasanya dilakukan malam hari Ref. B737-400, Worldwide
dan dilaksanakan di Inc. Airlease, 10 Oct 2008, A-
Airport Gate (setelah usai Check = 30-50 hari = 300
penerbangan), untuk Jenis Flight Cycles = 500
Pemeriksaan yang harus dilakukan Jam Terbang, maka mana
(terkecuali ada khusus yang mencapai terlebih
rekomendasi dari Manufacturer) dahulu harus dilakukan
bisa dilihat dalam halaman berikut
B- Check Inspection Jenis Pemeriksaan sama dengan Pemeriksaan dilakukan
A-Check ditambah dengan setelah mencapai sekitar 3
Rekomendasi dari bulan
Manufacturer/Authority. Biasanya
dilakukan malam hari dan
dilaksanakan di Airport Gate
(setelah usai penerbangan)
C- Check Inspection Sama dengan 100 Flight Hours Pemeriksaan dilakukan di
ditambah dengan rekomendasi dalam Hanggar atau di
yang dikeluarkan oleh Maintenance Base.
manufacturer, yang biasanya Pemeriksaan ini biasanya
dicover di dalam Aircraft antara 12 dan 18 bulan
Maintenance Manual
D- Check Inspection Jenis Pemeriksaan adalah Major, Pemeriksaan dilakukan
yaitu melakukan : Disassembly; setelah mencapai antara
Removal; Overhaul; Inspection of 4 dan 5 tahun, dan dilakukan
Systems and Components antara 3 sampai dengan
6 kali dari usia pemakaian
pesawat
Disamping Pemeriksaan yang telah terencana seperti tersebut di atas, ada pemeriksaan khusus
yang harus/wajib dilakukan atas penemuan oleh Pilot baik sebelum pesawat diterbangkan
(preflight) dan setelah pesawat diterbangkan (postflight)
a. Aircraft Log , yaitu keberadaan A/C log, Kelengkapan Penulisan tentang aktifitas dan
part/komponen yang harus dibukukan dalam Log Book ini
b. Equipment List, harus sama dengan Equipment yang terpasang
c. Instruments Requirements , kondisi aktual yang terbaru (usia pemakaian/kondisi fisik) harus
dicantumkan dalam Log Book, seperti : Altimeter System, Pitot Static System, Transponder, ELT
(Emergency Locator Transmission) Battery, dsb.
d. Aircraft Interior, pemeriksaan ini menyangkut kondisi fisik secara visual terhadap interior seperti
bila terjadi adanya defect, leaks, Corrosion, Cleanless, dsb.
Papan peringatan/identifikasi yang harus selalu terpasang dan harus selalu dalam kondisi mudah
terbaca/dikenali, seperti : Not For Hirc, Max Crosswind, Operating Limits, Life time daripada Fire
Extinguisher, Botol Oksigen, dsb.
Kondisi Seat Rails, pemeriksaan terhadap crack, corrosion, dan defect lainnya
Dokumen yang harus menyertai pesawat, yaitu : Airworthiness Certificate, Aircraft Registration,
Operating Handbook)
Kelengkapan Survival Kit
e. Aircraft Exterior, pemeriksaan terhadapan kelengkapan dan kondisi Penambat Pesawat ( Ropes,
Ganjal, Pengait)
Kondisi Cat , Kebocoran, kotoran, korosi, dan jenis defect lainnya
Kondisi Propeller, pemeriksaan terhadap Nicks, dents, leaks, corrosions, dan jenis defect lainnya
Kondisi daripada Aircraft Identification Plate
Kondisi daripada Vertical Stabilizer, Brake (kebocoran), Kondisi Ban (tekanan angin, kondisi
permukaan)
Engine Cowling, pemeriksaan terhadap kondisi fisik, terhadap proper, fit, dan visual lainnya bahwa
part tersebut masih layak terbang
Kondisi Pin-pin pada Hings, masih terpasang dan tidak rusak
f. Exterior dan Interior Lighting Operation : Interior Overhead, Landing and Taxi light, Anti Collision
Strobe, Navigation Position, Flashing Beacon, Instruments
1. Fabric and Skin (Pola/bentuk atau susunan permukaan pesawat), terbebas dari kondisi yang tidak
baik/jelek (deteroration) , berbeda/menyimpang dari yang sebenarnya (distortion), dan defect lain
termasuk untuk kelengkapan (part-part pendukungnya)
2. System and Components, pemasangannya harus baik dan aman, terbebas dari pelbagai defects yang
bisa terlihat langsung (apparent defect), berfungsi dengan baik
3. Penutup (envelops) untuk Gas Buang (Exhaust), Ballast Tank, kondisi visualnya harus baik
1. Harus dalam kondisi bersih secara keseluruhan, dan terbebas dari pelbagai peralatan yang
dipergunakan saat pemeriksaan/perawatan (apabila masih ditemukan harus segera diambil dan
disimpan pada tempat yang aman)
2. Seat and Safety Belt, fungsi dan faktor keamanannya masih baik
3. Windows and Windshields, Kondisi visual baik, tidak tergores, pecah, ataupun retak
4. Instruments, pemasangannya baik/aman, dan markingnya masih terbaca dengan jelas
5. Flight and Engine Controls, fungsi pemakaian dan pemasangannya masih dalam kondisi baik,/aman
6. Batteries, kondisi pemasangan baik dan aman, tidak bocor, full charge
7. All Systems, kondisi pemasangan baik/aman, tidak ada kelainan yang dapat dilihat secara langsung,
termasuk part-part pendukungnya
1. Engine section, tidak ada kebocoran dari oli, fuel, hydraulic oil
2. Stud and Nut (Kancing dan Mur), masih terpasang dengan benar dan baik/aman
3. Internal Engine, terbebas dari partikel-partikel lain yang bisa mengakibatkan kerusakan Silinder
Engine, pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melakukan pengurasan Oli (drain) dan diperiksa
dengan teliti apakah ada kotoran atau partikel yang terkandung
4. Engine Mount, harus terbebas dari crack, tidak ada baut (Bolts) yang lepas dan masih terpasang
dengan baik dan aman
5. Flexible Vibration Dampeners, terbebas dari pelbagai kerusakan yang bisa dilihat langsung
6. Engine Controls, terbebas dari pelbagai defect apapun, terkoneksi dengan baik (travel), terpasang
dengan aman
7. Lines, hoses, and clamps, harus terbebas dari pelbagai kebocoran, terpasang dengan baik, benar,
dan aman
8. Exhaust Stacks (cerobong exhaust), harus terbebas dari cracks, defects, dan part-part pelengkapnya
harus terpasang dengan baik dan aman
9. Accessories, harus terpasang dengan baik dan aman, dan terbebas dari pelbagai defect apapun
10. All systems, masih terpasang dengan lengkap, aman termasuk part pendukungnya
11. Cowling, harus terbebas dari crack dan defect apapun
12. Ground Run Up dan Functional Check, semua Power Plant controls dan system-nya harus berfungsi
dengan baik, merespon dengan cepat, dan semua dapat dioperasikan dengan baik
1. Semua unit yang terkait harus lengkap dan terpasang dengan benar dan aman (termasuk part
pendukungnya)
2. Shock Absorbing Device, harus terbebas dari goresan, dan kebocoran
3. Linkage, trusses and member (Alat untuk mengkoneksikan antara Landing Gear dengan Control
System yang dihubungkan ke Cockpit), harus terbebas dari pelbagai defect apapun akibat
terjadinya stress/fatigue
4. Retracting and Locking Mechanism, harus berfungsi dengan baik
5. Hydraulic Lines, harus terbebas dari kebocoran
6. Electrical systems, harus berfungsi dengan baik yang didemonstrasikan melalui switch-switch- nya,
tidak kedapatan panas yang berlebihan
7. Wheels, harus terbebas dari cracks, defects, dan kondisi bearings-nya harus bagus
8. Tyres, tidak boleh gundul (licin) dan tidak sobek, retak, atau pecah-pecah, atau defect lain yang
biasa terjadi pada Ban
9. Brakes, harus mudah dioperasikan dan berfungsi dengan baik
10. Floats and Skids (Pelampung dan pasangannya), harus berfungsi dengan bagus dan terbebas dari
defect apapun
f. Empennage group
1. Fix Surfaces, terbebas dari pelbagai defect apapun, tidak ada part yang lepas, aman dioperasikan
2. Moveables Control Surfaces, harus terbebas dari pelbagai defect apapun
3. Fabric and Skin (struktur/susunan permukaan) terbebas dari abrasi, sobek, potong, atau defect
lainnya yang bisa terlihat secara langsung
g. Proppeller group
1. Proppeller Assembly, harus terbebas dari crack, nicks (takikan), bend (bengkok), dan kebocoran
2. Bolts, dalam kondisi lengkap, kencang dan aman
3. Anti Icing Devices (Perlengkapan Anti Ice), harus berfungsi dengan baikdan tidak ada defect apapun
4. Control Mechanism, harus berfungsi dengan baik, terpasang lengkap dan aman, dan terkoneksi
dengan benar
1. Radio and Electronic Equipments, harus terpasang dengan baik dan aman dioperasikan
2. Wiring and Conduits, kondisi routing-nya benar, terpasang dengan aman, dan bebas dari defect
apapun
3. Bonding and Shielding (Pelindung), kondisi pemasangannya harus rapih dan benar
4. Antennas, harus befungsi dengan baik, terpasang dengan aman
i. Miscellaneous group
1. Emergency and First Aid Equipments (Tabung Oksigen, Tabung Pemadam Kebakaran, dan Obat-
obatan), harus dalam kondisi lengkap, masih siap pakai, dan tersimpan dengan baik dan
benar. Apabila ada obat-obatan yang diketemukan sudah Kadaluarsa (Expired) maka wajib diganti
dengan yang baru
2. Parachutes, Life Raft, Flares (Tanda yang mengeluarkan cahaya/sinar), harus diperiksa sesuai
dengan prosedur yang dikeluarkan oleh Manufacturer-nya
3. Autopilot Systems, secara keseluruhan harus dapat dioperasikan dengan baik, terpasang dengan
baik dan aman
3) CORROSION (KOROSI)
Ref. FAA-8083-30-Ch.06Type of
Korosi adalah kerusakan/degradasi logam akibat reaksi “Redoks”antara suatu logam dengan
berbagai zat dilingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari disebut perkaratan, sebagai contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan
besi
Korosi merupakan proses elektrokimia, pada korosi besi bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai “Anode” sedangkan besi mengalami “Oksidasi”. Elektron yang dibebaskan di anode
mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai Katode dan Oksigen tereduksi
Ion besi (I) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi yang kemudian
membentuk senyawa oksidasi terhidrasi, yaitu Karat Besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang
bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode tergantung daripada
berbagai faktor, misal Zat Pengotor, atau perbedaan Rapatan Logam
Korosi dapat diartikan sebagai serangan yang merusak logam, karena logam bereaksi secara kimia
atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang menyatakan bahwa korosi
adalah “Kebalikan dari Proses Ekstraksi Logam dari Bijih Mineralnya”. Kecepatan korosi sangat
tergantung pada banyak faktor, seperti ada/tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat
menghalangi beda “Potensial” terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih
bersih dari oksida. Faktor yang berpengaruh antara lain : Kelembaban Udara, Elektrolit, Zat
Terlarut Pembentuk Asam (CO2, SO2), Adanya O2, Lapisan pada Permukaan, Letak Logam
dalam deret Potensial Reduksi
Types of Corrosion
Ada 2 (dua) type corrosion yang diklasifikasikan secara umum, yaitu :
B. Electrochemical Attack
Reaksi ini terjadi karena adanya media yang menghantarkan proses terjadinya Elektrokimia. Media
ini biasa disebut dengan :”Corrosive Agent”, antara lain : Cairan atau Gas yang akan
menghantarkan Elektron terhadap proses Oksidasi terhadap logam, Perbedaan Potensial antara dua
(2) logam/lebih bisa mengakibatkan terjadi proses elektrokimia ini (Contoh : Besi disimpan dengan
logam lain)
Bentuk/jenis Korosi
5. Fretting Corrosion
Akibat dua permukaan part yang kerjanya selalu bersinggungan (kontak langsung) terjadilah suatu
gugusan, akibat gugusan-gugusan ini dengan lingkungan yang korosif maka akan terjadi korosi yang
biasanya berbentuk lobang-lobang kecil (pitting), hal ini terjadi biasanya pada Bearing, Bushing
dan sejenisnya
VI. Beberapa penyebab tak wajar terhadap kerusakan struktur (abnormal event) : Lightning strike,
heavy landing, flight through turbulence
Berdasarkan kejadian yang tidak wajar tersebut maka Pesawat harus dilakukan Pemeriksaan Spesial
(Special Inspection), antara lain :
Alat-alat komunikasi
Instrument
Alat-alat listrik
Radar, antenna, dsb.
4. Di samping 3 (tiga) hal utama untuk kejadian yang tidak wajar, masih ada yang lain
seperti : Kebakaran, Tumpahan Barang Cair