LP TB Paru
LP TB Paru
A. Masalah Kesehatan
Tuberkulosis paru
B. Pengertian
Menurut Syvia A.price (dalam Nurarif & Kusuma : 2016) Tuberculosis adalah
penyakit infeksi menular yang di sebabkan mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya.
Terjadi proses
peradangan
Mempengaruhi sel
point
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mansjoer, dkk (dalam Nurarif & Kusuma : 2016), pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tubeculosis paru, yaitu:
1. Laboratorium darah rutin : LED normal/meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
3. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase), merupakan uji serologi
imunoperoksidase memakai alat histogenstaining untuk menentukan adanya Ig
G spesifik terhadap basil TB.
4. Tes mantaoux / tuberkulin, merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai
alat histogen staining untuk menentukan adanya Ig G spesifik terhadap basil TB.
5. Tehnik polymerase chain reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya
resistensi.
6. Becton Dickinson diagnostic instrument sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh mycobacterium tuberculosis.
7. MYCODOT
Deteksi antibodi memakai antigen liporabinomannan yang di rekatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah
memadai memakai warna sisir akan berubah
8. Pemeriksaan radiology: rontgen thorax PA dan lateral
- Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus
bawah.
- Bayangan berwarna (patchy) / bercak (nodular)
- Adanya kavitas, malik atau ganda
- Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru
- Ada klasifikasi
- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
- Bayangan millie
F. Penatalaksaan Medis
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.
2. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip – prinsip sebagai berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap intensif (awal)
1. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
2. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
3. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan.
Tahap Lanjutan
1. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
2. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
G. Pengkajian Keperawatan
1. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
a) Identitas klien
b) Riwayat penyakit sekarang
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Riwayat penyakit keluarga
e) Riwayat psikososial
f) Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang
berdesak– desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara
dan tinggal dirumah yang sumpek.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu
makan menurun.
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam
miksi maupun defekasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan
menganggu aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB
paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena
penyakit menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi
dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktifitas ibadah klien.
2. Pemeriksaan fisik
a) Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
· inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas
melemah.
· Palpasi : Fremitus suara meningkat.
· Perkusi : Suara ketok redup.
· Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki
basah, kasar dan yang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur
dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
J. Referensi
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi, Ed. 10. Jakarta : EGC
Nurarif, A.H. Kusuma. H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta:
MediAction
Werdani, R.A. 2015. Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klafisikasi Tuberkulosis.
staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material/patodiagklas.pdf. Diakses
tanggal 18 April 2018