Anda di halaman 1dari 102

LAPORAN AKTUALISASI

NILAI-NILAI DASAR ANEKA DALAM PROFESI PNS


OPTIMALISASI PENANGANAN HOSPITALISASI PADA PASIEN ANAK
DENGAN TERAPI BERMAIN DI RUANG GAMBIR
RSAB HARAPAN KITA JAKARTA

Oleh:

PESERTA DIKLATSAR PRAJAB GOL. III

Nama : Ns. Devi Kurnia Sofia, S. Kep


NDH :9
NIP : 199311052019022001
Golongan : III/a
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Unit Kerja : RSAB Harapan Kita
Dinas/Inst : Intsalasi Rawat Inap

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN (BBPK) CILOTO
CILOTO

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah dipresentasikan dalam Seminar Laporan Aktualisasi Nilai-nilai Dasar


ANEKA dalam profesi PNS yang dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 28 Agustus 2019

Ciloto, 28 Agustus 2019

Mengetahui dan menyetujui,

Mentor,

Sarvita Dewi, S.Kp., MM


NIP.196910231995032001

Coach,

Wawan Saeful Anwar, SKM. MM


NIP. 196911031998031002

Penguji

Dr. Cucu Suptiyatna, S. Pd., M.Pd


NIP. 196602021989030101

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan laporan aktualisasi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa pula sholawat serta salam untuk junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah mengantarkan dari jalan yang gelap menuju jalan
yang terang benderang.

Pada kesempatan ini penulis sebagai peserta Pelatihan Dasar CPNS


Golongan III Kemenkes RI tahun 2019 mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan aktualisasi diantaranya:

1. Direktur Utama RSAB Harapan Kita sekaligus Direktur Medik Dan


Keperawatan, Dr. Didi Danukusumo, dr.,Sp.OG.(K) yang telah memberikan
dukungan untuk mengikuti Latsar CPNS 2018 Kemenkes RI
2. Kepala Bidang Keperawatan RSAB Harapan Kita, Sarvita Dewi, S.Kp., MM
sekaligus Mentor saya yang telah memberikan dukungan untuk mengikuti
Latsar CPNS 2019 Kemenkes RI
3. Kepala BBPK Ciloto Kemenkes RI, dr. Tri Nugroho, MQIH yang telah
memberikan dukungan untuk mengikuti Latsar CPNS 2019 Kemenkes RI
4. Coach penulisan laporan aktualisasi, Wawan Saeful Anwar, SKM. MM yang
telah memberikan dukungan, semangat, arahan, dan bimbingan dalam
penulisan laporann aktualisasi.
5. Orang tua dan suami tercinta Sendy Ramdani yang telah memberikan doa dan
semangat untuk mengikuti Latsar CPNS 2019 Kemenkes RI.
6. Kepala Ruang Gambir, Ni Made Werti S.Kep., Ns. beserta rekan-rekan di
Ruang Gambir yang telah memberikan dukungan untuk mengikuti Latsar
CPNS 2019 Kemenkes RI.
7. Peserta Latsar CPNS golongan III angkatan 2 Kemenkes RI di BBPK Ciloto
yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan aktualisasi.

Penulis mengharapkan pula kritik dan saran yang bisa membangun dan
memperbaiki penulisan rancangan aktualisasi untuk Latsar CPNS Kemenkes RI
tahun 2019.

Ciloto, 28 Agustus 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER .......................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ............................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN KEGIATAN AKTUALISASI ............................... vii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan Aktualisasi Nilai-nilai Dasar ASN ............................................. 3
C. Manfaat .................................................................................................. 4
D. Ruang Lingkup Kegiatan ....................................................................... 4
BAB II PROFIL ORGANISASI .................................................................. 5
A. Profil RSAB Harapan Kita .................................................................... 5
1. Visi dan Misi RSAB Harapan Kita ..................................................... 6
2. Tujuan RSAB Harapan Kita ............................................................... 7
3. Nilai-nilai dan Budaya Organisasi RSAB Harapan Kita .................... 7
4. Motto RSAB Harapan Kita ................................................................. 7
5. Struktur Organisasi RSAB Harapan Kita ........................................... 7
B. Tinjauan Teori ........................................................................................ 8
1. Nilai-nilai dasar PNS (ANEKA) ........................................................ 8
2. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI ........................................... 11
C. Profil Peserta ........................................................................................... 13
BAB III RANCANGAN AKTUALISASI ................................................... 16
A. Deskripsi Isu .......................................................................................... 16
B. Core Penetapan Isu ................................................................................ 16
C. Analisis Isu ............................................................................................ 16
D. Gagasan Pemecah Isu ............................................................................ 18
E. Matriks Rancangan Aktualisasi ............................................................. 19

iv
F. Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi ............................................................. 26
BAB IV AKTUALISASI DAN ANALISA DAMPAK ................................ 27
A. Pelaksanaan Aktualisasi ........................................................................ 27
B. Hasil Kegiatan dan Pembahasan ............................................................. 28
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 37
A. Kesimpulan ............................................................................................ 37
B. Core Penetapan Isu ................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 38

v
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 2.1 Rumah Sakit Anak Dan Bunda Harapan Kita Jakarta ............. 5
Gambar 2.2 Logo RSAB Harapan Kita ...................................................... 5
Gambar 2.3 Struktur Organisasi RSAB Harapan Kita ............................... 8
Gambar 3.1 Diagram Analisis Fishbone .................................................... 17
Tabel 3.1 Kegiatan Pemecahan Isu ............................................................. 18
Tabel 3.2 Rancangan Kegiatan Aktualisasi ................................................ 19
Tabel 3.3 Matriks Rancangan Aktualisasi .................................................. 20
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Aktualisasi ....................................................... 26
Tabel 4.1 Daftar Kegiatan Aktualisasi ........................................................ 27

vi
DAFTAR LAMPIRAN KEGIATAN AKTUALISASI

Lampiran 1 : Standar Prosedur Operasional Kegiatan Bermain


Lampiran 2 : Proposal Terapi Aktifitas Bermain Pada Anak Prasekolah
Lampiran 3 : Analisis Kekurangan dan Kelebihan Jenis Permainan
Lampiran 4 : Petunjuk Teknis Kegiatan Bermain Puzzle Stik Kayu
Lampiran 5 : Undangan Sosialisasi
Lampiran 6 : Surat Izin Sosialisasi Rencana Kegiatan Terapi Bermain
Lampiran 7 : Surat Izin Sosialisasi Komitmen Pelaksanaan Kegiatan Terapi
Bermain
Lampiran 8 : Daftar Hadir Sosialisasi Standar Prosedur Operasional Kegiatan
Bermain
Lampiran 9 : Daftar Hadir Sosialisasi Komitmen Kegiatan Bermain
Lampiran 10 : Daftar Hadir Sosialisasi Rencana Kegiatan Bermain
Lampiran 11 : Daftar Hadir Sosialisasi Jadwal Kegiatan Bermain
Lampiran 12 : Sosialisasi Kegiatan Terapi Bermain dalam Bentuk Slideshow
Power Point
Lampiran 13 : Design Media Fakta Komitmen
Lampiran 14 : Media Fakta Komitmen
Lampiran 15 : Tahapan Pembuatan Media Terapi Bermain
Lampiran 16 : Laporan Evaluasi Kegiatan Bermain
Lampiran 17 : Usulan Jadwal Kegiatan Terapi Bermain
Lampiran 18 : Jadwal Kegiatan Terapi Bermain
Lampiran 19 : Lembar Konsultasi Mentor
Lampiran 20 : Lembar Konsultasi Coach
Lampiran 21 : Dokumentasi Foto Kegiatan

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASN khususnya hal ini PNS merupakan perangkat Negara yang memiliki
peranan penting dalam memperteguh NKRI, mengelola sumber daya yang
melimpah, dan menentukan kebijakan untuk mencapai visi Indonesia yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu negara yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan ASN
yang profesional dan berintegritas tinggi. ASN yang profesional didapatkan
dengan cara melakukan seleksi tunas bangsa yang berjiwa berani membangun
bangsa yang kemudian tunas terpilih tersebut harus dididik dan dilatih dalam
Pelatihan Dasar (Latsar) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Hal ini telah diatur
dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) dan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Aparatur
Sipil Negara. Merujuk UU ASN pasal 63 ayat (3) dan ayat (4) CPNS wajib
menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui proses Latsar terintegrasi
untuk membangun ASN yang berintegritas moral, jujur, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang
masing-masing.

ASN khususnya di Kementerian Kesehatan RI mempunyai peran penting dalam


membangun Indonesia yang berkarakter kepribadian luhur yang diwujudkan
dalam nilai-nilai ASN. Nilai-nilai tersebut adalah Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti-korupsi, yang biasa disebut sebagai
ANEKA. Dengan ANEKA tersebut diharapkan ASN memahami dan akan
menjalankan peran mereka yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, serta pemersatu dan perekat bangsa. Penanaman nilai-nilai ANEKA
untuk CPNS wajib diberikan saat Latsar. Latsar yang berkualitas adalah Latsar
yang memadukan metode klasikal dengan metode kekinian. Diharapkan dengan
Latsar metode tersebut CPNS dapat mengaktualisasi dan menjadi kebiasaan
dalam menjalankan perannya sebagai seorang ASN nantinya.
1
Berdasarkan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018
Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, konsep Latsar tidak hanya
diisi dengan ceramah dan pembelajaran di kelas (on campus), tetapi perlu konsep
pembelajaran aktualisasi dan habituasi di tempat kerja (off campus). Dalam
aktualisasi di tempat kerja, ASN akan menemukan berbagai masalah yang
menghambat perkembangan bangsa Indonesia, dalam hal ini di Kementerian
Kesehatan RI unit RSAB Harapan Kita Jakarta khususnya Ruang Gambir. Di
Ruang Gambir terdapat beberapa isu yang bisa diangkat untuk dilakukan
perubahan kearah yang lebih baik, salah satunya adalah efek hospitalisasi pada
pasien anak.

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan menuju
kematangan (Hidayat, 205). Berbagai peristiwa yang dialami anak, seperti sakit
atau hospitalisasi dapat menimbulkan stres psikologis seperti cemas, takut,
marah bahkan trauma yang mendalam. Kondisi tersebut jika tidak ditangani
dengan baik, akan menimbulkan masalah psikologis yang akan mengganggu
perkembangan anak (Bergman, 2001).

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat
di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi
dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut
menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan
keluarga (Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Kline, 2003). Hospitalisasi juga
dapat diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab
anak dirawat di rumah sakit (Whaley&Wong, 2001).

Perubahan psikis terjadi dikarenakan adanya suatu tekanan atau krisis pada anak.
Jika seorang anak di rawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah
mengalami krisis yang disebabkan anak mengalami stres akibat perubahan baik
terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-
hari. Selain itu, anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme
koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang sifatnya
menekan (Hurlock, 2004).

2
Perawat sebagai ASN memiliki peran dalam upaya mencegah dan mengurangi
dampak hospitalisai pada pasien anak dengan memberikan asuhan keperawatan
salah satunya melalui terapi bermain. Menurut Nursalam (2005) terapi bermain
adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang
efektif bagi anak untuk menurunkan dan mencegah kecemasan. Terapi bermain
juga merupakan suatu kegiatan di dalam melakukan asuhan keperawatan yang
sangat penting untuk mengurangi efek hospitalilasi bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya.

Setelah mengetahui isu yang ada diperlukan analisis yang akurat untuk
menemukan solusi yang efektif. Selanjutnya tindak lanjut dari solusi tersebut
dievaluasi dan dimonitoring secara terus menerus. Diharapkan dengan
pembelajaran yang didapatkan aktualisasi di tempat kerja, ASN dapat mengingat
dan menjalankan peran ASN dengan baik dan menjunjung nilai-nilai ANEKA.
Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ANEKA dan menjalankan peran ASN
secara profesional, diharapkan tunas bangsa yang terpilih sebagai abdi Negara
di bidang kesehatan dapat mewujudkan Indonesia Sehat yang mendukung cita-
cita bangsa Indonesia yaitu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur serta untuk kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. Tujuan
Tujuan penulisan rancangan aktualisasi adalah sebagai berikut:
1. Mampu menerapkan nilai-nilai Akuntabilitas sehingga memiliki tanggung
jawab dan integritas terhadap apa yang dikerjakan
2. Mampu menerapkan nilai-nilai Nasionalisme sehingga bekerja atas dasar
semangat nilai-nilai Pancasila
3. Mampu menerapkan nilai-nilai Etika Publik sehingga menciptakan
lingkungan pelayanan yang harmonis
4. Mampu menerapkan nilai-nilai Komitmen Mutu sehingga mewujudkan
pelayanan yang prima terhadap pasien/klien yang datang ke Rumah sakit
5. Mampu menerapkan nilai-nilai Anti Korupsi sehingga bisa mewujudkan
sikap disiplin maupun menjaga kedisiplinan.

3
6. Mampu menerapkan kedudukan, peran, hak dan kewajiban, kode etik dan
kode perilaku ASN di lingkungan kerja
7. Mampu menerapakan system merit dalam pengelolaan ASN di lingkungan
kerja
8. Mampu menerapkan whole of government serta best practices dalam
pemberian pelayanan yang terintegrasi
9. Mampu menerapkan pelayanan publik yang berkualitas sesuai jabatannya
kepada stake holder/masyarakat

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya tentang nilai-nilai
ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan
Anti Korupsi), manajemen ASN, Whole of Government, pelayanan publik
serta dapat mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut dalam pekerjaan sehari-
hari di RSAB Harapan Kita Jakarta.

2. Bagi BBPK Ciloto


Membantu kegiatan pembelajaran kepada CPNS guna meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta dapat menambah bahan kepustakaan
BBPK Ciloto untuk meningkatkan mutu program pendidikan CPNS
angkatan selanjutnya.

3. Bagi Instansi Kerja


Sebagai bahan masukan untuk melakukan perbaikan, khususnya aktualisasi
nilai-nilai ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu dan Anti korupsi), manajemen ASN, WoG, pelayanan publik, dan
diharapkan adanya peningkatan kompetensi serta mampu memahami
problematika di tempat kerja.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan aktualisasi ini adalah kegiatan pelayanan di Ruang
Gambir RSAB Harapan Kita dengan menerapkan ANEKA, Manajemen ASN,
WoG, dan Pelayanan Publik

4
BAB II
PROFIL ORGANISASI, TINJAUAN TEORI
DAN PROFIL PESERTA

A. Profil RS Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta

Gambar 2.1 Rumah Sakit Anak Dan Bunda Harapan Kita Jakarta

Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita adalah badan layanan
umum dibawah Kementerian Kesehatan yang merupakan Rumah Sakit tipe A
sebagai rujukan nasional untuk kesehatan ibu dan anak. Rumah sakit ini berdiri
pada tanggal 22 Desember 1979 bertepatan dengan hari ibu nasional. Pendirian
RSABHK merupakan gagasan Ibu Tien Soeharto selaku Ibu Negara RI saat itu,
dimana Ibu Tien Soeharto mengatakan bahwa “Ibu yang sehat akan melahirkan
anak yang sehat, cerdas, dan luhur budi pekertinya, serta akan menjadi generasi
penerus yang dapat mengangkat derajat Bangsa Indonesia di masa yang akan
datang ke tingkat yang lebih baik”.

Gambar 2.2 Logo RSAB Harapan Kita

5
Sampai dengan tanggal 22 Desember 2000, status RSAB Harapan Kita berubah
dari awalnya berstatus Satuan Kerja Instansi Pemerintah menjadi Perusahaan
Jawatan Rumah sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita (Perjan RSAB Harapan
Kita). Kemudian pada tanggal 23 Februari 2005 diubah lagi menjadi Rumah
Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita dengan perubahan status menjadi Rumah
Sakit Pelaksanaan Teknis (UPT) Departemen Kesehatan, sejak tanggal 16 Juni
2005 hingga sekarang (2018) menjadi Badan Layanan Umum (BLU) di bawah
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dengan status BLU ini RSABHK
sebagai instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

1. Visi dan Misi RSAB Harapan Kita Jakarta


a. Visi RSAB Harapan Kita adalah terdepan dalam pelayanan kesehatan
perempuan, perinatal, dan anak.
b. Misi RSAB Harapan Kita adalah :
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan perempuan, perinatal, dan
anak yang aman dan berkualitas.
2) Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan di bidang kesehatan
perempuan, perinatal, dan anak.
3) Menyelenggarakan pelatihan di bidang kesehatan perempuan, perinatal,
dan anak.
4) Menyelenggarakan penelitian di bidang kesehatan perempuan,
perinatal, dan anak.
5) Meningkatkan jejaring dan sistem rujukan di bidang kesehatan
perempuan, perinatal, dan anak.

6
2. Tujuan RSAB Harapan Kita Jakarta
a. Terwujudnya pelayanan kesehatan yang lengkap, terpadu, unggul dan
mutakhir di bidang kesehatan anak dan bunda melalui kerjasama tim dan
system jejaring.
b. Terselenggaranya pendidikan, pelatihan dan penelitian yang terintegrasi
dengan aktivitas pelayanan.

3. Nilai-Nilai dan Budaya Organisasi RSAB Harapan Kita


RSAB Harapan Kita memiliki nilai-nilai CANTIK yang berarti C (Cepat), A
(Akurat), N (Nyaman dan aman), T (Transparan dan Akuntabel), I (Integritas)
K (Kerjasama Tim).

4. Motto RSAB Harapan Kita, We Serve with “FACT”


Fast (cepat dalam memberikan pelayanan), Accurate (tepat waktu, tepat
sasaran, sesuai dengan prosedur, taat aturan), Convenient and safe (nyaman
dan aman dalam mendapatkan pelayanan kesehatan), Team Work (pelayanan
diberikan secara terpadu antar profesi untuk mencapai total quality
management)

5. Struktur Organisasi
Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita dipimpin oleh Direktur Utama
dan empat Direktur, yaitu (1) Direktur Medik dan Keperawatan, (2) Direktur
Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pendidikan, (3) Direktur Keuangan, (4)
Direktur Umum dan Operasional. Kemudian dibantu oleh SPI, 4 Komite
Profesi, dan dilengkapi dengan 9 bagian dan 22 instalasi. Berdasarkan
Peraturan Menkes RI Nomor :1683/Menkes/Per/XII/2005 telah ditetapkan
organisasi dan tata kerja RSAB Harapan Kita.

7
Gambar 2.3. Struktur Organisasi RS Anak dan Bunda Harapan Kita

E. Tinjauan Teori
1. Nilai Nilai dasar PNS (ANEKA)
a. Akuntablitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas hubungan antara dua pihak antara individu/ kelompok
institusi dengan Negara dan masyarakat. Akuntabilitas berorientasi pada
hasil. Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Akuntabilitas
membutuhkan adanya laporan. Laporan kinerja adalah perwujudan dari
akuntabilitas. Selain itu, aspek akuntabilitas lain adalah akuntabilitas
memerlukan konsekuensi. Akuntabilitas adalah kewajiban, kewajiban
menunjukkan tanggung jawab dan tanggung jawab menghasilkan
konsekuensi. Akuntabilitas memperbaiki kinerja. Tujuan utama dari
akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.

8
Akuntabilitas memiliki tingkatan yaitu : Akuntabilitas Personal.
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri
seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika. Akuntabilitas
Individu. Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu
dengan lingkungan kerjanya. Akuntabilitas Kelompok. Kerjasama yang
tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam sebuah institusi
merupakan hal penting dalam tercapainya organisasi yang diharapkan.
Akuntabilitas Organisasi. Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil
pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh
individu terhadap organisasi maupun kinerja organisasi terhadap
stakeholder lainnya. Akuntabilitas Stakeholder. Akuntabilitas Stakeholder
adalah tanggung jawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan
pelayanan dan kinerja yang adil, responsive dan bermatabat. Dalam
menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel ada beberapa aspek yang
harus diperhatikan yaitu kepemimpinan, transparansi, integritas,
tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan dan
konsistensi.

b. Nasionalisme
Nasionalisme adalah salah satu paham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu
konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai
tujuan dan cita – cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional
dan rasa ingin mempertahankan negara baik internal maupun eksternal.
Dalam penerapannya, nilai nasionalisme sangat terinspirasi dari butir butir
pancasila.

c. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik
atau buruk, benar atau salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik.

9
Etika publik memiliki nilai dasar yaitu:
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

d. Komitmen Mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan (customer) sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan
bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur pencapaian hasil kerja. Aspek dalam mutu
adanya efektivitas, efisiensi, dan inovasi. Selain itu terdapat ukuran mutu
yaitu :
1) Tangible (nyata/berwujud),
2) Reliability (kehandalan),
3) Responsiveness (Cepat tanggap),
4) Competence (kompetensi),
5) Access (kemudahan),
6) Courtesy (keramahan),
10
7) Communication (komunikasi),
8) Credibility (kepercayaan),
9) Security (keamanan),
10) Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan).

e. Anti Korupsi
Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu
alasannya adalah karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam
kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak
pidana korupsi yang terdiri dari :
1) Kerugian keuangan negara,
2) Suap-menyuap,
3) Pemerasan,
4) Perbuatan Curang,
5) Penggelapan dalam Jabatan,
6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan, dan
7) Gratifikasi.

2. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


a. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Selain Hak dan Kewajiban ASN sebagai profesi berlandaskan kode Etik
dan Kode Prilaku yang bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi peraturan perilaku agar Pegawai
ASN :
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

11
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peratuan perundang –
undangan;
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan dan etika pemerintah;
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informaasi terkait kepentingan kedinasan;
10) Tidak menyalahgunakan informasi interen negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi sendiri atau untuk orang lain;
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN dan;
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan mengenai
disiplin pegawai.

b. Whole of Government
Whole of Government (WoG) didefinisikan sebagai “suatu model
pendekatan integratif fungsional satu atap” yang digunakan untuk
mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan diatasi karena
berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas
sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan perilaku. Sesuai dengan
karakteristik wicked problems, maka model pendekatan WoG mempunyai
perspektif tertentu. Hambatan WoG terutama disebabkan oleh tujuan,
prioritas dan akuntabilitas yang tidak jelas, benturan agenda dan
kepentingan sehingga tidak dapat tercipta kolaborasi, ego sektoral antar
instansi dan insentif yang rendah. Pada sektor pelayanan publik, masalah
akuntabilitas yang tidak jelas atau minim ini menjadi faktor kunci
12
timbulnya korupsi di sektor publik. Pemerintah sebagai pelayan warga
negara memiliki unsur-unsur utama yang menunjang timbulnya korupsi
yaitu: monopoli, diskresi dan akuntabilitas yang tidak jelas.

c. Pelayanan Publik
Pengertian Pelayanan Publik Dalam kamus Bahasa Indonesia, pelayanan
publik dirumuskan sebagai berikut :
1) Pelayanan adalah perihal atau cara melayani.
2) Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual
beli barang dan jasa.
3) Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang dalam
hubungannya dengan pensegahan, diagnosa dan pengobatan suatu
gangguan kesehatan tertentu.
4) Publik berarti orang banyak (umum).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk
jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik
yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh
Instansi pemerintah di Pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha
Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan.

C. Profil Peserta
Peserta merupakan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Golongan III Angkatan
II Kementerian Kesehatan RI. Adapun profil lengkap adalah sebagai berikut :
Nama : Devi Kurnia Sofia, Ners
NIP : 199311052019022001
Golongan : III/a
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Unit Kerja/Instalasi : RSAB Harapan Kita Jakarta

13
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dari peserta adalah:
1. Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap evaluasi
keperawatan
2. Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap perencanaan
keperawatan
3. Menjadi anggota Organisasi Profesi, sebagai anggota aktif
4. Melakukan perawatan paliatif pada klien menjelang ajal sampai meninggal
5. Mengikuti seminar/lokakarya internasional/nasional sebagai peserta
6. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu
7. Melaksanakan tugas dari atasan
8. Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap pelaksanaan
tindakan keperawatan
9. Menyusun rencana tindakan keperawatan dan merumuskan tujuan
keperawatan pada individu
10. Melakukan perawatan paliatif memberikan dukungan dalam proses
kehilangan berduka dan kematian
11. Membuat prioritas diagnose keperawatan
12. Menyusun rencana tindakan keperawatan dan merumuskan tujuan
keperawatan pada individu
13. Merumuskan diagnosis keperawatan pada individu
14. Melakukan intervensi keperawatan (acute & chronic care) dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang berkaitan dengan komunikasi
terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
15. Melakukan upaya preventif pada keluarga promosi kesehatan pada klien dan
keluarga dengan mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan
penyakit menular.
16. Melakukan intervensi keperawatan (acute & chronic care) dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang berkaitan dengan istrihat dan
tidur dan melakukan upaya untuk membuat pasien tidur
17. Melaksanakan pengakajian lanjutan kepada individu

14
18. Melakukan intervensi keperawatan (acute & chronic care) dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang berkaitan dengan rekreasi,
memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dana man.
19. Melakukan implementasi khusus / spesifik terkait kasus dan kondisi pasien
seperti memantau pemberian elektrolit konsentasi tinggi
20. Melakukan intervensi keperawatan (acute & chronic care) dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang berkaitan dengan ibadah,
melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal.

15
BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Deskripsi Isu
RSAB Harapan Kita merupakan rumah sakit tersier khusus ibu dan anak yang
menjadi rujukan nasional untuk perawatan perinatal, anak dan perempuan.
Ruang Gambir merupakan salah satu unit rawat inap kelas III di RSAB Harapan
Kita yang memiliki pasien dengan berbagai macam diagnosa, mulai dari yang
sederhana sampai diagnosa yang kompleks dan membutuhkan waktu perawatan
yang cukup lama.

Berdasarkan hasil observasi ditemukan salah satu isu yang umum dan sering
terjadi pada pasien anak yaitu stres psikologis seperti cemas, takut dan marah.
Stres psikologis ini muncul karena adanya efek hospitalisasi, kondisi tersebut
jika tidak ditangani dengan baik, akan menimbulkan masalah psikologis yang
akan mengganggu perkembangan anak.

B. Core Penetapan Isu


Hospitalisasi pada pasien anak yang dirawat di Ruang Gambir RSAB Harapan
Kita

C. Analisis Isu

Untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah Hospitalisasi pada


pasien anak yang dirawat di Ruang Gambir RSAB Harapan Kita, penulis
menggunakan teknik fishbone untuk analisis akar masalah. Diagram fishbone
akan mengidentifikasi masalah berdasarkan environment, man, material, method
yang disesuaikan berdasarkan kondisi ruangan dan isu tersebut.

16
Diagram Analisis Fishbone : Hospitalisasi pada pasien anak yang dirawat
di Ruang Gambir RSAB Harapan Kita

Belum ada
Method kesepakatan Man Kurangnya
dilakukannya pendekatan perawat
terapi bermain terhadap pasien anak
maupun orangtua

Perawatan perawat tidak


hanya melakukan
berfokus terapi bermain
pada Keluarga klien
kurang terlibat
masalah fisik
Metode pendekatan pada dan trust pada
pasien perawat
pasien anak yang selama
ini digunakan belum
efektif Hospitalisai pada
pasien anak di
Ruang Gambir
RSAB Harkit
Perubahan
lingkungan
Per
fisik selama di
rumah sakit Kurangnya media
Belum
pendukung seperti vidio atau
adanya
permainan yang digunakan
ruangan dalam upaya untuk
khusus mengurangi efek hospitalisasi
untuk terapi
Environment bermain Material
anak

Gambar 3.1 Diagram Analisis Fishbone

Berdasarkan hasil analisis diatas didapatkan beberapa akar masalah yaitu :


1. Perawatan hanya berfokus pada masalah fisik pasien
2. Metode pendekatan pada pasien anak yang selama ini digunakan belum
efektif
3. Kurangnya pendekatan perawat terhadap pasien anak maupun orangtua
4. Belum ada kesepakatan dilakukan terapi bermain
5. Perubahan lingkungan fisik selama di rumah sakit
6. Belum adanya ruangan khusus untuk terapi bermain anak
7. Kurangnya media pendukung seperti vidio atau permainan yang digunakan
dalam upaya untuk mengurangi efek hospitalisasi

17
D. Gagasan Pemecahan Isu
Dalam rangka menyelesaikan isu tersebut maka perlu dilakukan upaya untuk
mengurangi efek hospitalisasi pada pasien anak yang dirawat di Ruang Gambir
RSAB Harapan Kita melalui kegiatan “terapi bermain”, adapun rincian
mengenai kegiatan penyelesaian isu sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kegiatan Pemecahan Isu


No Kegiatan Pemecahan Isu Sumber
1. Menyusun draft material terkait terapi bermain anak SKP dan tugas
tambahan
2. Menyiapkan media yang akan digunakan dalam Inovasi
terapi bermain
3. Sosialisai terapi bermain kepada perawat di Ruang SKP dan
Gambir RSAB Harapan Kita Inovasi
4. Melakukan terapi bermain anak di Ruang Gambir SKP dan
RSAB Harapan Kita Inovasi
5. Membuat kebijakan komitmen pelaksanaan terapi Inovasi
bermain

6. Membuat jadwal kegiatan terapi bermain Inovasi

18
E. Matriks Pelaksanaan Aktualisasi
Rancangan kegiatan aktualisasi merupakan rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta untuk mengatasi isu yang terdapat
di unit kerja dengan menginternalisasikan nilai-nilai dasar PNS (ANEKA). Rancangan kegiatan aktualisasi dapat dilihat pada matriks
sebagai berikut :
Pelaksanan Kegiatan Aktualisasi

Tabel 3.2 Rancangan Kegiatan Aktualisasi


Unit Kerja : Ruang Gambir Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta
Isu yang diangkat : Hospitalisasi pada pasien anak yang dirawat di Ruang Gambir RSAB Harapan Kita
Gagasan pemecahan isu : Terapi bermain pada pasien anak yang dirawat di Ruang Gambir RSAB Harapan Kita

19
Tabel 3.3 Matriks Pelaksanaan Aktualisasi

Kontribusi
Penguatan
Output/Hasil Keterkaitan Substansi Nilai - Terhadap Visi
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai-Nilai
Kerja Nilai Dasar Dan Misi
Organisasi
Organisasi
1. Menyusun draft 1. Menyampaikan Rencana Menyampaikan rencana kegiatan Kegiatan ini Kegiatan ini
material terkait rencana kegiatan yang Kegiatan dengan musyawarah secara jujur merupakan langkah diharapkan dapat
terapi bermain akan dilakukan kepada dan transparan (Nasionalisme, awal dalam upaya memberikan
anak Kepala Ruangan dan Akuntabilitas, Etika Publik, peningkatan mutu penguatan
Clinical Instructure WoG) yang sesuai dengan terhadap nilai
(CI) Misi RSAB organisasi yaitu
2. Berkonsultasi dengan Catatan hasil Berkonsultasi dengan Mentor, Harapan Kita yaitu transparan dan
Mentor Kepala konsultasi Kepala Ruangan dan Clinical “Menyelenggarakan akuntabel
Ruangan dan Clinical Instructure (CI) dengan pelayan kesehatan
Instructure (CI) dalam musyawarah secara sopan dan perempuan,
penyusunan draft santun (Nasionalisme, Etika perinatal, dan anak
material terkait terapi Publik, WoG) yang aman dan
bermain anak berkualitas.
3. Melakukan revisi Draft material Melakukan revisi dalam
dalam penyusunan terapi bermain penyusunan draft material terkait
draft material terkait anak hasil revisi terapi bermain anak dengan benar,
terapi bermain anak teliti dan bertanggung jawab
(Akuntabilitas, Komitmen Mutu,
Manajemen ASN)

20
2. Menyiapkan 1. Mencari literatur Terkumpulnya Mengumpulkan literatur dengan Kegiatan ini Kegiatan ini
media yang terkait media dan literatur konten terpercaya secara jujur merupakan upaya diharapkan dapat
akan digunakan konsep tentang terapi mengenai terapi (Akuntabilitas, Komitmen Mutu, peningkatan mutu memberikan
dalam terapi bermain bermain Manajemen ASN) yang sesuai dengan penguatan
bermain 2. Menganalisis Draft analisis Menganalisis media yang Misi RSAB terhadap nilai
kekurangan dan kekurangan dan digunakan sesuai dengan kelompok Harapan Kita yaitu organisasi yaitu
kelebihan konten kelebihan usia dan manfaat bagi pasien anak “Menyelenggarakan inovasi, berpikir
media yang akan konten media (Akuntabilitas, Komitmen Mutu, pelayan kesehatan kreatif, ,
digunakan untuk terapi yang digunakan Pelayanan Publik) perempuan, koordinasi,
bermain perinatal, dan anak transparansi dan
3. Berkonsultasi dengan Hasil konsultasi Berkonsultasi dengan Mentor, yang aman dan professional
Mentor, Kepala dan media yang Kepala Ruangan dan Clinical berkualitas
Ruangan dan Clinical siap digunakan Instructure (CI) dalam menentukan
Instructure (CI) dalam media dengan dengan musyawarah
menentukan media secara sopan dan santun
yang akan digunakan (Nasionalisme, Etika Publik,
dalam terapi bermain WoG)
4. Membuat konten Media bermain Membuat konten media yang
media yang akan yang siap menarik sesuai dengan usia anak
digunakan untuk terapi digunakan dan bersumber dari dana pribadi
bermain (Komitmen Mutu, Anti Korupsi,
Akuntabilitas)

21
3. Sosialisai terapi 1. Mengajukan Mendapatkan Mengajukan izin pertemuan Peningkatan Peningkatan
bermain kepada permohonan izin izin dari kepala dengan musyawarah secara sopan motivasi dan motivasi dan
perawat di kepada kepala ruang ruang dan santun (Nasionalisme, Etika sosialisai tentang pengetahuan
Ruang Gambir Publik, WoG) terapi bermain adalah
RSAB Harapan 2. Menyiapkan materi Materi dan Mempersiapkan media dan materi merupakan upaya perwujudan
Kita dan media untuk media siap kegiatan dengan jujur, bertanggung peningkatan mutu profesionalitas
kegiatan sosialisasi digunakan jawab, dan berintegritas tinggi yang sesuai dengan staf dalam
tentang terapi bermain (Akuntabilitas, Komitmen Mutu, visi RSAB yaitu memberikan
Manajemen ASN) “Terdepan Dalam pelayan publik
3. Melakukan sosialisasi Kehadiran Melakukan sosialisasi SOP terapi Pelayanan yang
SOP terapi bermain perawat bermain dengan sopan dan santun, Kesehatan berintegritas
mengikuti (Etika Publik, Akuntabilitas, Perempuan, tinggi dan sesuai
kegiatan Komitmen Mutu, WoG) Perinatal, Dan dengan nilai-nilai
dibuktikan Anak budaya CANTIK
dengan daftar
hadir
4. Menyampaikan Perawat Ruang Menyampaikan rencana kegiatan
rencana kegiatan terapi Gambir terapi bermain dengan jujur,
bermain mengetahui transparan, sopan dan santun,
tentang rencana (Etika Publik, WoG)
kegiatan terapi
bermain yang
akan
dilaksanakan

22
4. Melakukan 1. Menyiapkan tempat Kegiatan siap Menyiapkan tempat, dan pasien Melakukan terapi Kegiatan ini
terapi bermain dan pasien anak dilakukan anak (Akuntabilitas, Komitmen bermain merupakan diharapkan dapat
anak di Ruang Mutu) peningkatan mutu memberikan
Gambir RSAB 2. Melakukan terapi Kegiatan Melakukan kegiatan terapi bermain yang sesuai dengan penguatan
Harapan Kita bermain berjalan dengan dengan interaktif dan Misi RSAB terhadap nilai
lancar menyenangkan Harapan Kita yaitu organisasi berupa
(Pelayanan Publik) “Menyelenggarakan kebersamaan,
3. Mengevaluasi kegiatan Respon dari Mengevaluasi interaksi antara pelayan kesehatan kerja sama
terapi bermain yang pasien anak / pasien anak / orangtua dan kegiatan perempuan, tanggungjawab,
telah dilakukan orangtua yang telah dilakukan secara sopan, perinatal, dan anak inovasi,
merupakan bukti jujur dan tanpa membedakan status yang aman dan profesionalitas,
keterlibatan (Nasionalisme, Etika Publik, berkualitas dan berpikir
dalam sebuah Pelayanan Publik) kreatif.
kegiatan
5. Membuat 1. Mengajukan Mendapatkan Mengajukan izin pertemuan Membuat Kegiatan
kebijakan permohonan izin ke izin dari kepala dengan musyawarah secara sopan komitmen bersama komitmen
komitmen kepala ruang untuk ruang dan santun (Nasionalisme, Etika untuk selalu bersama
pelaksanaan mengadakan Publik, WoG) melakukan terapi merupakan
terapi bermain pertemuan bermain di RS wujud dari kerja
untuk sama tim dan

23
2. Membuat media fakta Media fakta Membuat media fakta komitmen meningkatkan integritas yang
komitmen berupa komitmen berupa poster pohon komitmen kenyamanan anak dijunjung
poster pohon berupa poster yang bersumber dari dana pribadi selama masa sebagai seorang
komitmen pohon (Komitmen Mutu, Anti Korupsi, perawatan sesuai perawat dalam
komitmen yang Akuntabilitas) dengan Misi RSAB peningkatan
sudah jadi dan Harapan Kita yaitu kenyamanan
siap digunakan “Menyelenggarakan anak selama
3. Mengundang para staf Kehadiran Mengundang staf Ruang Gambir pelayan kesehatan masa perawatan.
Ruang Gambir untuk perawat turut serta kegiatan secara sopan perempuan, Hal ini
menghadiri pertemuan mengikuti dan santun (Etika Publik, perinatal, dan anak mewujudkan
kegiatan Akuntabilitas) yang aman dan nilai budaya
dibuktikan berkualitas CANTIK yang
dengan daftar digagas di RSAB
hadir Harapan Kita
4. Membuat fakta Ada tanda Menyepakati komitmen yang telah
komitmen untuk tangan di media dibuat dengan jujur dan konsisten
melakukan terapi fakta komitmen (Nasionalisme, Akuntabilitas)
bermain satu kali sebagai wujud
dalam sebulan komitmen
5. Melakukan komitmen Ada kegiatan Melaksakan kegiatan bermain yang
yang telah disepakati. bermain satu telah disepakati secara bertanggung
kali dalam jawab dan konsisten
sebulan (Nasionalisme, Akuntabilitas,
Pelayanan Publik)

24
6. Membuat jadwal 1. Merancang jadwal Rancangan Merancang jadwal kegiatan terapi Membuat jadwal Kegiatan ini
kegiatan terapi kegiatan terapi jadwal awal bermain secara adil kegiatan terapi diharapkan dapat
bermain bermain (Akuntabilitas, Nasionalisme) bermain merupakan memberikan
2. Mengajukan usulan Jadwal kegiatan Mengajukan usulan jadwal salah satu upaya penguatan
jadwal kegiatan terapi terapi bermain kegiatan terapi bermain kepada peningkatan mutu terhadap nilai
bermain kepada yang telah kepala ruangan dengan yang sesuai dengan organisasi berupa
kepala ruangan disetujui musyawarah secara sopan dan Misi RSAB kebersamaan,
santun (Nasionalisme, Etika Harapan Kita yaitu kerja sama
Publik, WoG) “Menyelenggarakan tanggungjawab.
3. Melakukan sosialisasi Kehadiran Melakukan sosialisasi jadwal pelayan kesehatan
jadwal kegiatan terapi perawat kegiatan terapi bermain dengan perempuan,
bermain mengikuti sopan dan santun, (Etika Publik, perinatal, dan anak
kegiatan Akuntabilitas, WoG) yang aman dan
dibuktikan berkualitas”
dengan daftar
hadir

25
F. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Aktualisasi
Juli Agustus
No. Kegiatan
I II III IV I II III IV
1. Menyusun draft material terkait terapi bermain anak
2. Menyiapkan media yang akan digunakan dalam terapi bermain
3. Sosialisai terapi bermain kepada perawat di Ruang Gambir
RSAB Harapan Kita
4. Melakukan terapi bermain anak di Ruang Gambir RSAB
Harapan Kita
5. Membuat kebijakan komitmen pelaksanaan terapi bermain

6. Membuat jadwal kegiatan terapi bermain

26
BAB IV
AKTUALISASI DAN ANALISA DAMPAK

A. Pelaksanaan Aktualisasi
Kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN dilaksanakan di Ruang
Gambir Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita. Periode pelaksanaan
aktualisasi dilakukan pada bulan Juni-Agustus tahun 2019. Kegiatan yang
dilakukan selama periode aktualisasi dan habituasi terlaksana 6 kegiatan,
dalam laporan ini bukti pendukung dilampirkan untuk menunjukan bahwa
rancangan aktualisasi sudah dilakukan.

Tabel 4.1 Daftar Kegiatan Aktualisasi


No Kegiatan Pemecahan Isu Tanggal Pelaksanaan
1 Menyusun draft material terkait terapi bermain 15 Juli-21 Juli 2019
anak
2 Menyiapkan media yang akan digunakan dalam 22 Juli-4 Agustus 2019
terapi bermain
3 Sosialisai terapi bermain kepada perawat di Ruang 5 Agustus-11 Agustus 2019
Gambir RSAB Harapan Kita
4 Melakukan terapi bermain anak di Ruang Gambir 12 Agustus-25 Agustus 2019
RSAB Harapan Kita
5 Membuat kebijakan komitmen pelaksanaan terapi 5 Agustus-11 Agustus 2019
bermain

6 Membuat jadwal kegiatan terapi bermain 5 Agustus-11 Agustus 2019

27
B. Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1. Kegiatan 1
Kegiatan Menyusun draft material terkait terapi bermain anak
Tanggal 15 Juli-21 Juli 2019
Capaian Kegiatan Tersusunnya draft material terapi bermain anak
Tahapan Kegiatan 1. Menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan
kepada Kepala Ruangan dan Clinical Instructure (CI)
2. Berkonsultasi dengan Mentor Kepala Ruangan dan Clinical
Instructure (CI) dalam penyusunan draft material terkait
terapi bermain anak
3. Melakukan revisi dalam penyusunan draft material terkait
terapi bermain anak
Pembahasan :
Penyusunan draft material terkait terapi bermain anak merupakan langkah awal penulis
dalam penerapan aktualisasi di unit kerja, kegiatan ini berfungsi untuk memperoleh
draft material yang digunakan dalam kegiatan terapi beramain, yang berisi SOP terapi
bermain anak, Proposal dan SAP kegiatan terapi bermain. Kegiatan penyusunan draft
material ini dimulai dari penyampaian rencana kegiatan dan dilanjutkan dengan
konsultasi secara rutin kepada Mentor, Kepala Ruangan, dan Clinical Instructure (CI)
di Ruang Gambir RSAB Harapan Kita, secara transaparan, jujur, musyawarah, sopan
dan santun. Proses kegiatan ini menggambarkan penerapan nilai Akuntabilitas, Etika
Publik, Nasionalisme dan Whole of Government. Selain itu dari hasil konsultasi
penulis juga melakukan revisi dalam penyusunan draft material sampai draft material
terapi bermain anak siap untuk digunakan. Proses kegiatan ini menggambarkan
penerapan nilai Akuntabilitas, Komitmen Mutu dan Manajemen ASN.
Analisa Dampak :
Positif :
Dalam melakukan kegiatan penyusunan draft material terapi bermain penulis
menerapkan nilai Akuntabilitas, Etika Publik dan Whole of Government dengan tujuan
untuk membangun hubungan yang baik antara penulis dengan Mentor, Kepala Ruangan

28
maupun Clinical Instructure (CI), sehingga kegiatan berjalan dengan lancar. Selain itu
dengan menerapkan nilai Komitmen Mutu dan Manajemen ASN, penulis memperoleh
draft material terapi bermain yang berkualitas yang akan dijadikan sebagai panduan
untuk kegiatan terapi bermain selanjutnya.

Negatif :
Jika pada kegiatan ini penulis tidak menerapkan nilai Akuntabilitas, Etika Publik dan
Whole of Government, Komitmen Mutu dan Manajemen ASN, maka penulis bisa
mengalami kesulitan akibat komunikasi yang tidak terjalin dengan baik, kurangnya
saran dan masukan dari Mentor, Kepala Ruangan maupun Clinical Instructure (CI),
serta draft material yang dihasilkan kurang berkualitas sehingga dapat mempengaruhi
keoptimalan terapi bermain yang dilakukan.

2. Kegiatan 2
Kegiatan Menyiapkan media yang akan digunakan dalam terapi bermain
Tanggal 22 Juli-4 Agustus 2019
Capaian Kegiatan Diperolehnya media terapi bermain yang siap digunakan
Tahapan Kegiatan 1. Mencari literatur terkait media dan konsep tentang terapi
bermain
2. Menganalisis kekurangan dan kelebihan konten media yang
akan digunakan untuk terapi bermain
3. Berkonsultasi dengan Mentor, Kepala Ruangan dan Clinical
Instructure (CI) dalam menentukan media yang akan
digunakan dalam terapi bermain
4. Membuat konten media yang akan digunakan untuk terapi
bermain
Pembahasan :
Setelah penulis menyusun draft material selanjutnya penulis menyiapkan media yang
digunakan dalam terapi bermain. Media atau permaian yang digunakan merupakan
hasil dari konsultasi terhadap Mentor, Kepala Ruangan maupun Clinical Instructure
(CI) dan diambil dari sumber terpercaya yang memiliki manfaat dan nilai edukasi untuk
pasien-pasien anak yang berusia 3-6 tahun, kegiatan ini menggambarkan penerapan
nilai Akuntabilitas, Manajemen ASN, Etika Publik, dan Whole of Government.

29
Adapun jenis media atau permaian yang digunakan adalah menyusun gambar dari stik
kayu. Permainan ini berfungsi untuk melatih motorik kasar dan motorik halus anak,
serta melatih anak untuk mengenal warna, bentuk, dan melatih kordinasi. Dalam
menyiapkan media atau permainan penulis juga memperhatikan dari segi keamanan
dan keselamatan pasien, media yang digunakan terbuat dari kayu yang tidak tajam yang
relatif aman untuk digunakan, kegiatan bermain dilakukan ditempat tidur untuk
mencegah infeksi silang dan melibatkan orangtua pasien, kegiatan ini menggambarkan
nilai Komitmen Mutu, Nasionalisme dan Pelayanan Publik. Selain itu dalam
pembuatan media permaian penulis menggunakan dana pribadi dan tidak meminta dari
pihak lain atau pasien, kegiatan ini menggambarkan nilai Anti Korupsi.
Analisa Dampak :
Positif :
Dengan menerapkan nilai Akuntabilitas, Komitmen Mutu, Manajemen ASN,
Nasionalisme, Etika Publik, dan Whole of Government, mempermudah penulis dalam
menyiapkan media permaian yang digunakan. Dimulai dengan terbangunnya hubungan
yang baik antara penulis dengan Mentor, Kepala Ruangan, maupun Clinical Instructure
(CI), hingga pemilihan media permaian yang bermanfaat sesuai dengan kebutuhan
perkembangan pasien sesuai literatur yang ada dan terpercaya.

Negatif :
Jika penulis tidak memperhatikan nilai Akuntabilitas, Komitmen Mutu, dan Pelayanan
Publik, maka media permainan yang digunakan dan penyampaian penulis terhadap
pasien menjadi kurang menarik, pasien-pasien anak bisa mengalami kesulitan dalam
bermain karena jenis permainan tidak sesuai dengan usia perkembangan mereka, serta
timbulanya resiko cedera akibat permainan yang tidak aman pada pasien anak.

30
3. Kegiatan 3
Kegiatan Sosialisai terapi bermain kepada perawat di Ruang Gambir RSAB
Harapan Kita
Tanggal 5 Agustus-11 Agustus 2019
Capaian Kegiatan Perawat Ruang Gambir ikut serta dalam upaya penanganan
hospitalisasi pada anak dengan melakukan kegiatan terapi bermain
Tahapan Kegiatan 1. Mengajukan permohonan izin kepada kepala ruang
2. Menyiapkan materi dan media untuk kegiatan sosialisasi
tentang terapi bermain
3. Melakukan sosialisasi SOP terapi bermain
4. Menyampaikan rencana kegiatan terapi bermain
Pembahasan :
Sosialisasi terapi bermain merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam
pelaksanaan aktualisasi di unit kerja. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran perawat Ruang Gambir dalam upaya mengurangi efek
hospitalisasi pada pasien anak. Kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh Mentor, Kepala
Ruangan, Clinical Instructure (CI), dan rekan-rekan perawat Ruang Gambir. Kegiatan
sosialisasi dimulai dari mengajukan permohonan izin kepala ruangan, menyiapkan
materi dan media tentang terapi bermain, melakukan sosialisai SOP terapi bermain dan
menyampaikan rencana kegiatan terapi bermain yang akan dilakukan. Selama kegiatan
sosialisasi berlangsung banyak masukan dan saran yang diterima, secara keseluruhan
kegiatan ini berjalan dengan baik dan lancar. Sosialisasi dalam kegiatan ini dilakukan
secara transaparan, jujur, musyawarah, sopan dan santun. Proses kegiatan ini
menggambarkan penerapan nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, Manajemen ASN dan Whole of Government.
Analisa Dampak :
Positif :
Melakukan sosialisai terapi bermain dengan menerapkan nilai Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik dan Whole of Government akan mempermudah proses
penyampaian isi kegiatan kepada para peserta karena komunikasi terjalin dengan baik.

31
Selain itu dengan menerapkan nilai Komitmen Mutu, materi dan media yang digunakan
dalam kegiatan sosialisasi menjadi menarik, berkualitas dan terpercaya, sehingga para
peserta menjadi antusias, banyak saran serta masukan yang akan didapat, hal ini penting
karena membantu penulis untuk mengoptimalkan kegiatan terapi bermain yang
dilakukan.

Negatif :
Jika nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik dan Whole of Government tidak
diterapkan dalam kegiatan sosialisasi maka hubungan dan kolaborasi terhadap para
peserta tidak terjalin dengan baik, peserta hanya akan sekedar ikut kegiatan sosialisasi
tanpa adanya komitmen untuk berperan dalam kegiatan terapi bermain selanjutnya.

4. Kegiatan 4
Kegiatan Melakukan terapi bermain anak di Ruang Gambir RSAB Harapan
Kita
Tanggal 12 Agustus-25 Agustus 2019
Capaian Kegiatan Hospitalisasi pada anak berkurang
Tahapan Kegiatan 1. Menyiapkan tempat dan pasien anak
2. Melakukan terapi bermain
3. Mengevaluasi kegiatan terapi bermain yang telah dilakukan
Pembahasan :
Terapi bermain pada anak merupakan bentuk perawatan terapeutik yang diberikan
perawat melalui penggunaan tindakan bermain yang dapat mengurangi distres fisik
maupun psikologis yang dialami anak akibat hospitalisasi. Kegiatan ini dimulai dari
menyiapkan media permainan, tempat dan pasien. Media permainan yang digunakan
disesuaikan dengan usia anak dan memperhatikan aspek keamanan serta keselamatan
pasien, hal ini mencerminkan nilai. Setelah persiapan selesai dilanjutkan dengan
melakukan kegiatan terapi bermain yaitu menyusun gambar dari stik kayu. Selanjutnya
pada tahap akhir kegiatan dilakukan evaluasi dimana diperoleh hasil bahwa beberapa
pasien anak mampu mengikuti terapi bermain dengan baik, dan tampak senang, selain
itu orangtua pasien memberikan pendapat yang positif terhadap kegiatan yang

32
dilakukan yang didokumentasikan kedalam bentuk vidio. Proses ini mencerminkan
nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Pelayanan
Publik.
Analisa Dampak
Positif :
Terapi bermain pada anak dengan didasari nilai-nilai ANEKA bermanfaat untuk
memberikan pengalihan, membantu anak merasa lebih nyaman, menimbulkan
relaksasi, meningkatkan interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang
lain, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan terapeutik. Dalam kasus ini stres pada
pasien anak akibat hospitalisasi akan berkurang.

Negatif :
Jika kegiatan terapi bermain tidak didasari nilai-nilai ANEKA maka tujuan kegiatan
terapi bermain tidak efektif untuk mengurangi efek hospitalisasi, kegiatan menjadi
tidak menyenangkan dan pasien anak akan bertambah stres.

5. Kegiatan 5
Kegiatan Membuat kebijakan komitmen pelaksanaan terapi bermain
Tanggal 5 Agustus-11 Agustus 2019
Capaian Kegiatan Terbentuknya kebijakan komitmen pelaksanaan terapi bermain di
Ruang Gambir
Tahapan Kegiatan 1. Mengajukan permohonan izin ke kepala ruangan untuk
mengadakan pertemuan
2. Membuat media fakta komitmen berupa poster pohon komitmen
3. Mengundang para staf Ruang Gambir untuk menghadiri
pertemuan
4. Membuat fakta komitmen untuk melakukan terapi bermain satu
kali dalam sebulan
5. Melakukan komitmen yang telah disepakati.

33
Pembahasan :
Pembuatan fakta komitmen merupakan wujud nyata dalam pelaksanaan aktualisasi di
unit kerja, yang tidak hanya dilaksanakan oleh penulis tetapi dilaksanakan juga oleh
rekan perawat ruang gambir lainnya secara berkelanjutan yang dibuktikan dengan
menandatangani media fakta komitmen yang telah disepakati dan melakukan kegiatan
bermain. Adapun tahapan kegiatannya adalah mengajukan permohonan izin ke kepala
ruang untuk mengadakan pertemuan dengan musyawarah secara sopan dan santun yang
mencerminkan nilai Nasionalisme, Etika Publik, WoG, membuat media fakta
komitmen berupa poster pohon komitmen yang bersumber dari dana pribadi yang
mencerminkan nilai Komitmen Mutu, Anti Korupsi, Akuntabilitas mengundang
para staf Ruang Gambir untuk menghadiri pertemuan secara sopan dan santun yang
mencerminkan nilai Etika Publik dan Akuntabilitas , membuat fakta komitmen untuk
melakukan terapi bermain satu kali dalam sebulan dengan menandatangani poster
pohon komitmen secara jujur dan bertanggung jawab yang mencerminkan nilai
Nasionalisme dan Akuntabilitas, dan melakukan komitmen yang telah disepakati
secara bertanggung jawab dan konsisten yang mencerminkan nilai Nasionalisme,
Akuntabilitas, Pelayanan Publik.
Analisa Dampak :
Positif :
Dengan menerapkan nilai-nilai ANEKA pada kegiatan pembuatan kebijakan komitmen
pelaksanaan terapi bermain penulis mampu berperan sebagai role model yang
memotivasi rekan perawat ruang gambir untuk melakukan komitmen yang telah
disepakati, membangun komunikasi yang baik serta menumbuhkan sikap saling
percaya dalam menjalankan komitmen dalam kegiatan terapi bermain, sehingga tujuan
kegiatan aktualisasi dapat tercapai secara optimal.
Negatif :
Jika dalam kegiatan pembuatan kebijakan komitmen tidak menerapkan nilai-nilai
ANEKA, maka bisa mengakibatkan tidak adanya keberlanjutan kegiatan bermain pada
pasien anak di unit kerja, kegiatan bermain hanya dilakukan oleh penulis sendiri tanpa
adanya partisipasi dari rekan perawat lain untuk menjalankan kegiatan tersebut
komitmen yang telah dibuat dan disepakati.

34
6. Kegiatan 6
Kegiatan Membuat jadwal kegiatan terapi bermain
Tanggal 5 Agustus-11 Agustus 2019
Capaian Kegiatan Terbentuknya jadwal kegiatan terapi bermain
Tahapan Kegiatan 1. Merancang jadwal kegiatan terapi bermain
2. Mengajukan usulan jadwal kegiatan terapi bermain kepada
kepala ruangan
3. Melakukan sosialisasi jadwal kegiatan terapi bermain
Pembahasan :
Pembuatan jadwal kegiatan terapi bermain merupakan tindak lanjut dari kegiatan
sebelumnya yaitu pembuatan komitmen yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu
merancang jadwal kegiatan terapi bermain secara adil, mengajukan usulan jadwal
kegiatan terapi bermain kepada kepala ruangan dengan musyawarah, serta melakukan
sosialisasi jadwal kegiatan terapi bermain secara sopan dan santun. Proses kegiatan ini
mencerminkan nilai Nasionalisme, Etika Publik, Akuntabilitas, WoG. Dalam
pembuatan jadwal, penulis membagi rekan perawat menjadi ke dalam beberapa
kelompok yang terdiri dari 3 orang dengan peran masing sebagai Leader, Fasilitator,
dan Observer. Pelaksanaan jadwal yang telah dibuat berlaku untuk satu kali dalam
sebulan.
Analisa Dampak :
Positif :
Pembuatan jadwal yang menerapkan nilai Nasionalisme dan Akuntabilitas menjadikan
semua rekan perawat ikut terlibat dalam kegiatan terapi bermain tanpa terkecuali.
Selain itu dengan adanya jadwal setiap rekan perawat akan mempersiapkan dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan bermain. Pengajuan usulan jadwal
kegiatan terapi bermain kepada kepala ruangan yang menerapkan nilai Etika Publik dan
WoG mempermudah penulis untuk mendapatkan persetujuan terbentuknya jadwal
kegiatan.

35
Negatif :
Jika dalam kegiatan pembuatan jadwal kegiatan terapi bermain tidak menerapkan nilai-
nilai ANEKA maka kegiatan tidak akan berjalan secara teratur dan berlanjut. Selain
itu, penulis akan kesulitan untuk mendapatkan persetujuan jadwal kegiatan akibat
komunikasi yang tidak terjalin dengan baik.

36
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aktualisasi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh penulis merupakan
tindakan nyata dalam upaya mencapai visi dan misi Rumah Sakit Anak
dan Bunda Harapan Kita yaitu terdepan dalam pelayanan kesehatan
perempuan, perinatal, dan anak. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini
sesuai dengan nilai-nilai dasar ANEKA serta memperkuat nilai-nilai dasar
RSAB Harapan Kita yaitu Cepat, Akurat, Nyaman dan aman, Transparan
dan Akuntabel, Integritas dan Kerjasama Tim (CANTIK). Berdasarkan
hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan aktualisasi berupa penanganan
hospitalisasi pada pasien anak dengan terapi bermain mempunyai dampak
yang positif dalam menurunkan dan mencegah kecemasan pada anak
selama masa perawatan.

B. Saran
Selama melaksanakan kegiatan aktualisai penulis menemukan beberapa
hambatan yang mempengaruhi kelancaran kegiatan seperti kondisi
ruangan yang selalu sibuk dan pasien yang banyak, meskipun begitu
diharapakan kegiatan aktualisasi yang telah dilaksanakan mampu
diteruskan baik oleh penulis maupun perawat-perawat lain sebagai upaya
peningkatan kualitas pelayanan.

Bagi penyelenggara Pelatihan Dasar hendaknya memberikan format


pembuatan laporan aktualisasi yang baku sehingga dapat dijadikan
panduan dan meminimalisir perbedaan pendapat baik antar peserta, coach
maupun mentor.

37
DAFTAR PUSTAKA

Bergman, A. B. (2001). Twenty common problems in pediatrics. Singapore:


McGraw Hill Companies.

Hidayat, A. A. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba


Medika.

Hockenberry., Wilson, Winkelstein, & Kline. (2003). Wong's nursing care of


infants and children (7th Edition ed.). St. Louis: Mosby.

Hurlock, E. (2004). Psikologi perkembangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Akuntabilitas: Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Nasionalisme: Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Etika Publik: Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Komitmen Mutu: Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Anti Korupsi: Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Whole of government: Modul Pendidikan dan


Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Manajemen ASN: Modul Pendidikan dan


Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Pelayanan Publik: Modul Pendidikan dan


Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Habituasi: Modul Pendidikan dan Pelatihan


Latihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

38
Nursalam (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika

Whaley., Wong. (2001). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung :


Remaja Rosdakarya

39
Lampiran 1

KEGIATAN BERMAIN PADA KLIEN ANAK


SELAMA PERAWATAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

HK.02.09/I/BIDWAT/225/2014 0 1/3

Tanggal terbit Ditetapkan

Direktur Utama
STANDAR
RSAB Harapan Kita
PROSEDUR

OPERASIONAL

dr. Achmad Soebagjo Tancarino, MARS

NIP: 19600731 198903 1 003

Pengertian Kegiatan/aktivitas bermain sebagai terapi yang dilakukan pada


klien selama perawatan di rumah sakit.

1. Mengurangi stress pada klien sebagai dampak perawatan di


Tujuan rumah sakit
2. Memfasilitasi tumbuh kembang anak
3. Sebagai tindakan atraumatic care

Kebijakan 1. SK Direktur Utama Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan


Kita no: HK.00.06.150 tentang Kebijakan Pelayanan Rumah
Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita.
2. SK Dirut nomor: HK.00.06.323 tahun 2013 tentang
Pemberlakuan Pedoman Pengelolaan Dokumen Kebijakan,
Standar Prosedur Operasional (SPO), Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) dan Panduan Pelayanan Klinik (PPK)
RSAB Harapan Kita.
3. SK Dirut nomor: HK.00.06.155. tahun 2014 tentang
Kebijakan Bidang Keperawatan di Rumah Sakit Anak dan
Bunda Harapan Kita.
4. SK Dirut nomor: HK.00.06.156. tahun 2014 tentang
Pedoman Pelayanan keperawatan dan Asuhan Keperawatan
di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita.

A. Persiapan alat
Prosedur
1. Alat permainan sesuai kebutuhan yang direncanakan
menurut umur anak dan kondisi klien.
2. Alat permainan yang akan digunakan aman untuk klien.

Dibuat oleh: Paraf :

Kepala Bidang Keperawatan Lilis Komariah, SKp., MKes., Sp.Mat.


KEGIATAN BERMAIN PADA KLIEN ANAK
SELAMA PERAWATAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

HK.02.09/I/BIDWAT/225/2014 0 2/3

Prosedur B. Persiapan klien


1. Keadaan umum klien baik
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal

C. Tempat bermain
1. Di atas tempat tidur klien.
2. Di Ruang Bermain (hanya untuk klien anak non infeksi)

D. Waktu bermain
1. Pada hari kerja.
2. 30-60 menit.
3. Disesuaikan dengan kondisi klien.

E. Pelaksanaan tindakan
1. Pembimbing Klinik (CI)/Perawat Primer/Ka.Tim
membuat perencanaan bermain sesuai dengan umur,
kondisi dan penyakit klien, pilih permainan yang tidak
melelahkan.
2. Pembimbing Klinik (CI)/Perawat Primer/Ka. Tim
melakukan koordinasi dengan DPJP untuk pemilihan
klien yang dapat diikut sertakan dalam kegiatan bermain
terutama jika kegiatan bermain dilakukan berkelompok
di Ruang Bermain.
3. Pembimbing Klinik (CI)/Perawat Primer/Ka.Tim
mengidentifikasi/memilih klien yang akan
diikutsertakan dalam kegiatan bermain meliputi:
a. Umur klien
b. Keadaan Umum (KU)
c. Tanda-tanda vital
d. Jenis penyakit klien (infeksi dan non infeksi)
4. Perawat/relawan menyiapkan alat-alat yang digunakan
untuk terapi bermain sesuai perencanaan.
5. Perawat mencuci tangan atau melakukan handrub
dengan formula berbasis alkohol.
6. Perawat/relawan memastikan identitas klien yang telah
dipilih untuk mengikuti kegiatan bermain.
7. Perawat/relawan melakukan kegiatan bermain dapat di
tempat tidur klien atau di Ruang Bermain.
8. Jika kegiatan bermain dilakukan berkelompok di Ruang
Bermain, perawat/relawan membawa klien ke Ruang
Bermain.

KEGIATAN BERMAIN PADA KLIEN ANAK


SELAMA PERAWATAN

No. dokumen No. Revisi Halaman

HK.02.09/I/BIDWAT/225/2014 0 3/3

Prosedur 9. Perawat/relawan mengucapkan salam dan


memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga.
10. Perawat/relawan menjelaskan tujuan bermain pada
klien dan keluarga klien.
11. Perawat/relawan melakukan kegiatan bermain sesuai
perencanaan.
12. Ikutsertakan orangtua/pengasuh untuk mendam-
pingi/menjaga keamanan anak selama terapi bermain
berlangsung.
13. Perawat/relawan mengawasi keadaan umum klien
selama kegiatan bermain berlangsung, hentikan
permainan jika klien tampak lelah/membahayakan
klien.
14. Setelah selesai kegiatan bermain, klien dianjurkan
istirahat dan diantarkan kembali ke ruang perawatan
jika bermain dilakukan di Ruang Bermain.
15. Perawat/relawan merapihkan kembali alat-alat yang
telah digunakan selama kegiatan bermain.
16. Perawat/relawan mencuci dan melakukan desinfeksi
untuk alat-alat permainan yang dapat dicuci.
17. Perawat/relawan mencuci tangan atau melakukan
handrub dengan formula berbasis alkohol
18. Petugas kebersihan membersihkan dan mengelap meja
dan kursi yang sudah digunakan dengan cairan
desifektan.
19. Dokumentasikan dalam formulir Catatan Perkembangan
Klien Terintegrasi/Catatan Tindakan Keperawatan

Unit Terkait Instalasi Rawat Inap dan Ruang Perawatan Anak


Lampiran 2

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS BERMAIN PADA ANAK


PRASEKOLAH
DI RUANG GAMBIR RSAB HARPAN KITA

Oleh :

PESERTA DIKLATSAR PRAJAB GOL. III

Nama : Ns. Devi Kurnia Sofia, S. Kep


NDH :9
NIP : 199311052019022001
Golongan : III/a
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Unit Kerja : RSAB Harapan Kita Jakarta
Dinas/Inst : Intsalasi Rawat Inap

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN (BBPK) CILOTO
CILOTO

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan
atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya
perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol, dan akibat dari tindakan invasif
yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti
menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif atau
menolak tindakan keperawatan yang diberikan.

Hospitalisasi adalah masuknya seorang penderita ke dalam rumah sakit atau


masa selama di rumah sakit itu (Dorland, 1996). Hospitalisasi merupakan
pengalaman yang mengancam bagi setiap orang. Khususnya hospitalisasi pada anak
merupakan stressor baik terhadap anak itu sendiri maupun terhadap keluarga. Stress
pada anak disebabkan karena mereka tidak mengerti mengapa mereka dirawat atau
mengapa mereka terluka. Lingkungan yang asing kebiasaan-kebiasaan yang
berbeda, perpisahan dengan keluarga merupakan pengalaman yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh


hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain
merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik
untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi,
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah
satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan
sebelum dan sesudah tindakan operatif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
didalam merawat pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam
melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek
hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam,
2005).

Bermain terapeutik merupakan salah satu intervensi keperawatan yang


diberikan pada anak yang di rawat di rumah sakit (Hospitalisasi). Hospitalisasi
menimbulkan stress bagi anak yang merupakan gangguan terhadap terpenuhinya
kebutuhan emosional anak, yang perlu penanganan sedini mungkin karena akan
berdampak pada tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Perawat dibutuhkan
peranannya dalam mengatasi reson hospitalisasi ini melalui bermain.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain serta
beradaptasi efektif terhadap stress akibat penyakit dan proses perawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikir
b. Mengekspresikan perasaan selama menjalani perawatan
c. Beradaptasi dengan lingkungan
d. Memberikan kesenangan dan kepuasan
e. Mepererat hubungan antara perawat, anak dan orangtua
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bermain
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir
(Suhendi, 2001). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan
atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadari (Wholey and Wong, 2009). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock,
2007) Jadi dapat disimpulkan bahwa bermain adalah cara untuk memperoleh
kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.

B. Kategori Bermain
1. Bermain aktif
Dalam bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa yang dilakukannya.
a. Bermain mengamati / menyelidiki (exploratory play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadnag membongkar.
b. Bermain musik
Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku
sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman sebaya dalam memproduksi
musik, menyanyi atau memainkan alat musik.
c. Bermain drama (dramatic play)
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter
yang di kagumi dalam kehidupan yang nyata. Misalnya main sandiwara boneka,
main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
d. Mengumpulkan / mengoleksi sesuatu.
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi
lebih banyak dari pada teman-temannya. Di samping itu mengumpulkan benda-
benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak
terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama dan bersaing.
e. Permainan olah raga
Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya,
sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Kegiatan ini mendorong
sosialisasi anak dengan belajar bergaul dan bekerja sama.

2. Bermain pasif
Kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain egosentris. Sedikit demi sedikit
anak akan dilatih untuk mempertimbangkan perasaan orang lain, bekerja sama,
saling membagi dan menghargai. Melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu
giliran dan terkadang bisa kecewa, karena ini pasif berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh orang lain. Misalnya menikmati temannya bermain, melihat hewan.
Bermain jenis ini membutuhkan sedikit energi dibandingkan bermain aktif.
Contohnya : Melihat gambar-gambar dibuku-buku / majalah, mendengarkan cerita
atau musik, menonton televisi, dll.

C. Tujuan dan Fungsi Bermain


1. Tujuan Bermain
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat
sakit, pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
c. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di rumah
sakit.
2. Fungsi Bermain
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan
merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi bermain adalah
merangsang perkembangan sensorik-motorik, perkembangan intelektual, sosial,
kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain sebagai terapi.
a. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak
dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan
rangsangan taktil, audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan
sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir
anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian
hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal
sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi
dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di
kemudian hari anak lebih cepat berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi
sejak dini.
b. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat
terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan
komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti
dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu
belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang
digunakan dalam permainan, sehingga fungsi bermain pada model demikian
akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.

c. Meningkatkan Sosialisasi Anak


Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada
usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan
merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah
mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu
dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura
menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi
seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai
menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu
melakukan sosialisasi dengan teman dan orang
d. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi
objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif
melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
e. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi
tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian
dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku,
membandingkan dengan perilaku orang lain.
f. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya
stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur
diri anak terhadap dunianya.
g. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di
sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa
permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh
dilanggar.

D. Klasifikasi Permainan
Menurut Wong (2009), bahwa permainan dapat diklasifikasikan:
1. Berdasarkan Isinya
a. Bermain afektif sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara
anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapat kesenangan dan kepuasann
dari hubungan yang menyenangkan dengan orangtua atau orang lain. Permainan
yang biasa dilakukan adalah ”cilukba”, berbicara sambil tersenyum/tertawa atau
sekedar memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya tetapi dengan
diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa.
b. Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa senang pada anak
dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan
membuat gunung-gunung atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuk
dengan pasir. Bisa juga dengan menggunakan air anak akan melakukan
bermacam-macam permainan seperti memindahkan air kebotol, bak atau tempat
lain.
c. Permainan ketrampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar
dan halu. Misalnya, bayi akan terampil akan memegang benda-benda kecil,
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain dan anak akan terampil naik
sepeda. Jadi keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang dilakukan.
d. Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play role)
Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain melalui permainannya.
Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa. Misalnya, ibu guru,
ibunya, ayahnya, kakaknya yang sebagai yang ia ingin ditiru. Apabila anak
bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang
peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk memproses
/mengidentifikasi anak terhadap peran tertentu.

2. Berdasarkan Jenis Permainan


Berdasarkan jenis permainan (Supatini, 2004) :
a. Permainan (Games)
Yaitu jenis permainan dengan alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau
skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya.
Banyak sekali jenis permainan ini yang dimulai dari sifat tradisional maupun
moderen seperti ular tangga, congklak, puzzle dan lain-lain.
b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di
sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi
sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau objek
yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak
memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya.

3. Berdasarkan Karakteristik Sosial


a. Solitary play. Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan
sendiri atau independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena
keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif.
b. Pararel play. Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau pra sekolah yang
masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu sama lainnya tidak
ada interaksi dan tidak saling tergantung. Dan karakteristik khusus pada usia
toddler.
c. Associative play. Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang
mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan
permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama tetapi
belum terorganisir secara formal.
d. Cooperative play. Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada
tujuan kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia pra sekolah.
Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
e. Onlooker play. Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi
tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan
biasanya dimulai pada usia toddler.
f. Therapeutic play. Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi.
Dapat membantu mengurangi stres, memberikan instruksi dan perbaikan
kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini, 2004).
Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan
dan untuk pengajaran perawatan diri. Pengajaran dengan melalui permainan dan
harus diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk
melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-
gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.

E. Prinsip dalam Aktivitas Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
1. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
2. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal.
3. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu,
halaman, bahkan di tempat tidur.
5. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih
terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
6. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak
dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan
bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.

F. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam
bermain yaitu:
1. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus
sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya
permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
3. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau
anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan
kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk
membantu anak mengenal identitas diri.
4. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas
anak dalam bermain.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak.

G. Karakteristik Usia Prasekolah


Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2000),
anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi
penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg. Penambahan TB berkisar
antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm. Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat
hampir sama dengan tahun sebelumnya. BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm
sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir. Frekuensi nadi dan
pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir
masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm,yang mulai ada
perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent sudah dapat
terjadi. Sementara tidak jauh beda dalam segi perkembangan, kemampuan beberapa
aspek vital anak mengalami peningkatan-peningkatan signifikan dari tahun-ketahun,
diantaranya adalah :
1. Aspek Motorik.
a. Tahun ketiga
Anak mampu berdiri diatas satu kaki untuk beberapa detik, menaiki tangga
dengan kaki bergantian, dan turun dengan dua kaki untuk melangkah, melompat
panjang. Anak mampu menyusun balok menara 9-10 kotak, membangun
jembatan dengan 3 kotak, mampu memasukkan biji-bijian kedalam kotak
berleher sempit dengan benar dan dalam menggambar anak dapat meniru
lingkaran dana silangan serta menyebutkannya.
b. Tahun keempat
Anak sudah dapat melompat dan meloncat dengan satu kaki, menangkap bola
dengan tepat, berjalan menuruni tangga dengan kaki bergantian, anak sudah
mampu menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti
garis, dapat memasang sepatu tetapi belum dapat mengikat talinya.
c. Tahun kelima
Pada tahun kelima sampai ke enam anak sudah mampu melompat dan meloncat
pada kaki bergantian serta melempar dan menangkap bola dengan baik. Anak
sudah mampu menggunakan gunting dan alat sederhana seperti pensil dengan
sangat baik, mampu mengikat tali sepatu, anak juga sudah mampu mencetak
beberapa huruf, angka atau kata seperti nama panggilan.

2. Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900 kata,
menginjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun
kelima sampai keenam mencapai 2100 kata, mengunakan 6 sampai 8 kata,
menyebut 4 warna atau lebih, dapat menggambar dengan banyak komentar serta
menyebutkan bagiannya, mengetahui waktu seperti hari, minggu dan bulan, anak
juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.

3. Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hampir mampu berpakaian dan makan sendiri,
rentang perhatian meningkat, mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam
permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.
Tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak sabar,
agresif secara fisik dan verbal, mendapat kebanggaan dalam pencapaian, masih
mempunyai banyak rasa takut. Pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang
memberontak, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab,
mencoba untuk hidup berdasarkan aturan, bersikap lebih baik, dalam permainan
sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
4. Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase perseptual, anak cenderung egosentrik dalam berfikir
dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep tentang
ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun
keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai
sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan persepsi, egosentris
mulai berkurang, kesadaran sosial lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua
karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada
akhir masa prasekolah anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain dan
mentoleransinya tetapi belum memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang
faktual dunia.

H. Hal-Hal yang Harus di Perhatikan


Adapun prinsip-prinsip dalam bermain dengan anak prasekolah adalah sebagai
berikut :
1. Tidak membutuhkan banyak energy, waktunya singkat, mudah dilakukan, aman.
2. Kelompok umur, tidak bertentangan dengan terapi.
3. Melibatkan keluarga.
4. Komunikasi verbal belum efektif, karena memang belum fasih dalam berbicara.
5. Gunakan kata-kata simple, singkat, yang dikenal oleh anak karena anak hanya dapat
menerima informasi secara harfiah.
6. Beri pujian untuk hal-hal yang dicapai
7. Sangat egosentris. Hanya melihat sesuatu berpusat pada dirinya (komunikasi
berpusat pada dirinya).
8. Sering berperilaku mendorong tangan pemeriksa dan menangis pada saat pemeriksa
mendekatinya.
9. Anak belum mampu memahami abstraksi, maka gunakanlah istilah-istilah yang
pendek dan konkrit.
10. Kenalkan alat-alat yang akan digunakan, termasuk juga dengan cara kerjanya.
Akan tetapi untuk memegangkan alat kepada anak perlu diperhatikan lingkungan
dan kondisi anak. (Kalau perlu alat diperkenalkan saja, karena kalau memegang
langsung, kemungkinan alat akan dibanting oleh anak. Maka perlu diwaspadai
kemungkinan tersebut, hal ini lebih spesifik ke anak usia toddler).
11. Gunakan obyek yang menyenangkan
12. Lakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga, kapan tindakan akan
dilaksanakan
13. Beri kesempatan untuk memegang alat khususnya untuk anak prasekolah (dengan
melihat keadaan anak, sampai bagaimana alat tersebut akan digunakan).
14. Beri kesempatan untuk bertanya.

I. Alat Permainan Menurut Usia Pra sekolah


Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah
mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari pada anak
usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan
berbicara dan berhubungan social dengan temannya semakin meningkat., Oleh karena
itu jenis permainan yang sesuai adalah “associative play, dramatic play dan skill play”.
Anak melakukan permainan Bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi
yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan
peran orang tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu
gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill play) banyak
dipilih anak usia prasekolah. Untuk itu, jenis alat permainan yang tepat diberikan pada
anak misalnya, sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan balok-
balok besar. Pada usia pra sekolah, saat mereka mengalami sakit ringan, alat mainan
yang dapat diberikan berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku gambar, teka-
teki, menyusun potongan gambar, kertas untuk melipat-lipat, crayon, alat mainan
bermusik dan majalah anak-anak. Dan saat anak pra sekolah mengalami sakit sedang,
mainan yang diberikan dapat berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku
bergambar, dan alat mainan musik (Wong, et al, 2008).

J. Bermain di Rumah Sakit


1. Tujuan Bermain di Rumah Sakit
a. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
b. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
d. Memberi informasi.
e. Memicu normalisasi.
f. Menggunakan sistem pendukung yang dikenal.
g. Mengidentifikasi teknik koping.

2. Fungsi Bermain di rumah sakit


Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan
di suatu rumah sakit, antara lain:
a. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar,
b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
c. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
d. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
e. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan
peralatan dan prosedur medis
f. Memberi peralihan dan relaksasi
g. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
h. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan
i. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif
terhadap orang lain
j. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
k. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong, 2009).

3. Prinsip Bermain di Rumah Sakit


Menurut Thompson ED. (1992) prinsip bermain di rumah sakit adalah :
a. Kelompok umur yang sama.
b. Permainan akan lebih efektif apabila dilaksanakan dalam kelompok umur yang
sama agar jenis permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia dan
tingkat perkembangan anak.
c. Pertimbangan keamanan dan infeksi silang.
d. Permainan yang digunakan hendaknya yang mudah dicuci agar infeksi silang
dapat dihindari.
e. Tidak banyak energi serta permainan singkat.
f. Anak yang sakit biasanya tidak memiliki energi yang cukup untuk bermain
sehingga permainan yang diberikan harus merupakan permainan yang tidak
menguras tenaga energi yang besar.
g. Waktu bermain perlu melibatkan orang tua.
h. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tua, maka hubungan orang tua
dengan anak akan lebih akrab dan kelainan atau perkembangan penyakit dapat
segera diketahui secara dini.
BAB III
RENCANA KEGIATAN TERAPI BERMAIN

A. Jenis Kegiatan Bermain


Menyusun gambar dari stik kayu

B. Karakteristik Bermain
1. Melatih motorik kasar
2. Melatih motorik halus

C. Karaketristik Peserta
1. Usia 3-6 tahun
2. Peserta didampingi oleh orang tua
3. Keadaan umum mulai membaik
4. Peserta kooperatif

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari/Tanggal : Minggu II & III Agustus 2019
Waktu : Pukul 10.00 WIB s/d selesai
Tempat : RSAB Harapan Kita Ruang Gambir

E. Metode
Menyusun gambar dari stik kayu

F. Alat-alat yang digunakan (Media)


Stik kayu bergambar

G. Orientasi dan Uraian Tugas


1. Struktur organisasi
a. Leader : Ns. Devi Kurnia Sofia, S.Kep
b. Fasilitator : Ns. Putri Benelti, S. Kep
c. Observer : Ns. Ika Puspitasari, S. Kep
2. Uraian Tugas
a. Leader
 Menjelaskan tujuan bermain
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
 Menjelaskan aturan bermain pada anak
 Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
b. Fasilitator
 Menyiapkan alat-alat permainan
 Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang sedang
dijelaskan.
 Mempertahankan kehadiran anak
 Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun dalam.
c. Observer
 Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal.
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku,
 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain

H. Antisipasi Masalah
1. Bertengkar dengan anak yang lain
a. Lerai anak dari perselisihan. Libatkan fasilitator dalam melerai perselisihan
b. Menanyakan alasan mengapa bertengkar dan memberikan pengertian pada
anak bahwa bertengkar itu tidak baik.
c. Biarkan anak tenang dahulu, jangan memaksa anak untuk melanjutkan
permainan
d. Jika anak sudah tenang, bujuk anak untuk saling memaafkan dan melanjutkan
permainan
2. Menangis
a. Tanyakan pada anak alasan ia menangis
b. Lakukan pendekatan yang baik untuk menenangkan anak
c. Setelah anak tenang, motivasi untuk melanjutkan permainan
3. Ingin BAK/BAB
a. Sebelum permainan dimulai, anak dipersilahkan untuk BAK/BAB
b. Jika saat permainan berlangsung, anak ingin BAK/BAB maka ditemani oleh
fasilitator
4. Anak tiba-tiba tidak mau bermain
a. Tanyakan pada anak mengapa ia tidak mau bermain
b. Jika memungkinkan, bujuk anak untuk bermain lagi
c. Jika anak mengatakan capai atau lelah, anjurkan anak untuk istirahat dan
bermain dapat dilakukan lain waktu
5. Bosan
a. Berikan permainan selingan, seperti ice breaking dan relaksasi ringan

I. STRATEGI PELAKSANAAN
No Terapis Waktu Subjek Terapi
1 Persiapan (Pra interaksi) 5 menit Ruangan, alat-alat, anak
o Menyiapkan ruangan dan keluarga sudah siap
o Menyiapkan alat-alat
o Menyiapkan anak dan keluarga
2 Pembukaan (Orientasi) 5 menit Anak dan keluarga
o Mengucapkan salam menjawab salam, anak
o Memperkenalkan diri dan keluarga
o Menjelaskan kepada anak dan keluarga maksud dan memperhatikan terapis
tujuan terapi bermain
3 Kegiatan (Kerja) 30 menit Anak dan keluarga
o Menjelaskan kepada anak dan keluarga cara memperhatikan
permainan yang akan dilakukan penjelasan terapis, anak
o Mengajak anak untuk mengikuti kegiatan bermain melakukan kegiatan yang
o Anak melakukan kegiatan menyusun gambar dari diberikan oleh terapis,
stik kayu dan memasukan benda sesuai bentuk. anak dan keluarga
memberikan respon yang
baik
4 Penutup (Terminasi) 5 menit Anak dan keluarga
o Memberikan reward pada anak atas kemauan tampak senang,
mengikuti kegiatan bermain sampai selesai, serta menjawab salam
memberikan reward pada anak yang turut aktif
dalam bermain
o Mengucapkan terimakasih
o Mengucapkan salam
J. EVALUASI YANG DIHARAPKAN
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan
klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat di lantai menggunakan tikar
c. Adik-adik sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, Observer berperan sebagaimana mestinya

2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi adik-adik dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir

3. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan anak dan keluarga mampu menjelaskan dan mempraktikkan apa
yang sudah diajarkan.
b. Menyampaikan perasaan setelah melakukan kegiatan
c. Anak menyatakan rasa senangnya
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh


hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain
merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik untuk
belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat
mengenal waktu, jarak serta suara. Kegiatan terapi bermain ini bertujuan untuk
melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal, mengekspresikan dan
mengalihkan keinginan fantasi. Serta mengembangkan ide kreatifitas dan kemampuan
memecahkan masalah yang dapat membantu anak untuk beradaptasi secara efektif
terhadap stress karena sakit dan di rawat di Rumah Sakit. Saat pelaksanaan kegiatan
terapi bermain penulis tidak menemukan kendala yang berarti, kegiatan berjalan lancar
dan menyenangkan, dari hasil evaluasi baik anak maupun keluarga nampak antusias
dan mampu mengikuti kegiatan sampai selesai, sehingga penulis berharap tujuan dari
kegiatan terapi bermain dapat tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K., et al. (2010). Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah.
Diakses Pada Tanggal 25 Desember 2014. www.nursingbegin.com

Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada :
http://info.balitacerdas.com Diakses pada tanggal Juli 2019

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. (2009). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC


Lampiran 3

ANALISIS KEKURANGAN DAN KELEBIHAN

JENIS PERMAINAN UNTUK KEGIATAN TERAPI BERMAIN

Menyusun Puzzle Memasukan Benda Sesuai


dari Stik Kayu Bentuk dari steroform

Jenis
Permainan

1. Terbuat dari bahan yang 1. Dapat dilakukan secara


tidak mudah rusak berkelompok
2. Dapat dilakukan di 2. Permainan leih mudah
Kelebihan
tempat tidur pasien dilakukan
3. Gambar dapat dibuat
semenarik mungkin

1. Tidak dapat dilakukan 1. Terbuat dari bahan yang


secara berkelompok mudah rusak
Kekurangan 2. Permainan akan menjadi 2. Dapat dilakukan di tempat
sulit apabila gambar tidur pasien
terlalu kompleks 3. Gambar kurang menarik
Lampiran 4

PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN BERMAIN PUZZLE STIK KAYU

Selamat pagi adik-adik, apa kabar ini?

Pagi ini suster akan mengajak kalian untuk bermain puzzle yang tebuat dari stik
kayu.

Di tangan kanan suster, ada kertas bergambar dan di tangan kiri suster ada puzzle
stik kayu bergambar yang telah disesuai dengan gambar yang ada pada kertas.

Pertama, bongkar puzzle stik kayu tersebut menjadi bagian yang terpisah antara
gambar dan bingkainya.

Kemudian pasang kembali stik kayu sesuai dengan gambar yang terdapat pada
kertas

Dianjurkan lebih baik memasukan stik kayu yang bagian paling atas terlebih
dahulu, setelah itu bagian bawah sesuai pasangannya

Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelum puzzle stik
kayu dibongkar

Selamat mengerjakan 😊
Lampiran 5

UNDANGAN SOSIALISASI
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13

DESIGN MEDIA FAKTA KOMITMEN


Lampiran 14

MEDIA FAKTA KOMITMEN


Lampiran 15

TAHAPAN PEMBUATAN MEDIA TERAPI BERMAIN


Lampiran 16

LAPORAN EVALUASI KEGIATAN BERMAIN PADA USIA PRASEKOLAH


DI RUANG GAMBIR RUMAH SAKIT ANAK DAN BUNDA HARAPAN KITA

A. EVALUASI PELAKSANAAN
1. Evaluasi struktur
a. Kegiatan bermain dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2019 sesuai
yang disepakati oleh perawat dan orang tua pasien.
b. Media yang digunakan untuk usia toddler adalah puzzle yang terbuat
dari stik kayu.
c. Sebelum pelaksanaan, perawat telah melewati berbagai proses, yaitu
:
1) Proses pembuatan proposal yang telah mendapatkan persetujuan
dari mentor, kepala ruangan dan clinical instruktur (CI) pada 13
Agustus 2019.
2) Pengorganisasian sesuai dengan pembuatan proposal
3) Persiapan fasilitas yang akan digunakan dalam kegiatan bermain,
yaitu puzzle yang terbuat dari stik kayu untuk peserta usia 3-6
tahun.
d. Melakukan setting dan alur acara, yaitu memilih peserta sesuai
usianya dan memiliki keadaan umum yang sudah membaik.
2. Evaluasi proses
a. Perawat yang mengikuti berjumlah 3 orang, sesuai dengan tugasnya
masing-masing
b. Saat kegiatan bermain, peserta mengikuti dengan gembira sampai
acara kegiatan bermain selesai
c. Kegiatan bermain berlangsung ± 30 menit
3. Evaluasi akhir (video evaluasi)
Setelah acara berakhir, orang tua dari peserta kegiatan bermain diberikan
beberapa pertanyaan mengenai tanggapannya tentang acara kegiatan
bermain. Semua orang tua dari peserta kegiatan bermain mengatakan
puas dengan adanya kegiatan bermain.
B. KESIMPULAN
1. Peserta sudah dapat membedakan warna
2. Peserta sudah dapat membedakan bentuk
3. Peserta dapat mengikuti ajakan dengan baik
4. Orang tua peserta antusias sebelum, saat, dan setelah acara berlangsung
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19

Lembar Konsultasi Mentor


Lampiran 20
Lembar Konsultasi Coach
Lampiran 21
Dokumentasi Foto Kegiatan

Konsultasi dengan Kepala Ruangan Gambir


Konsultasi dengan Clinical Instructure (CI) Ruang Gambir

Sosialisasi Kegiatan Terapi Bermain (1)


Sosialisasi Kegiatan Terapi Bermain (2)
Penandatanganan Fakta Komitmen (1)
Penandatanganan Fakta Komitmen (2)
Kegiatan Terapi Bermain
Konsultasi dengan Mentor

Anda mungkin juga menyukai