Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran kencing atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup
serius bagi jutaan orang di setiap tahun.Infeksi Saluran Kemih merupakan penyakit
infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia di muka bumi.Umumnya
penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki-laki yang
menderita Infeksi Saluran Kemih (Milagros. 2012).
Sakit sewaktu buang air kecil merupakan keluhan yang sesekali terjadi dalam
hidup kita.Sebagian besar tidak berbahaya karena hanya disebabkan menahan
kencing atau minum air terlalu sedikit, sehingga kencing berwarna pekat dan
merangsang.Namun, bila sakit terjadi karena infeksi oleh kuman, maka harus diobati
karena dapat menimbulkan komplikasi seperti pendarahan.Selain itu, infeksi juga
dapat menjalar ke ginjal atau organ lainnya (Valentina L. 2008).
Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup
serius bagi jutaan orang di setiap tahun.Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan
penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia di muka
bumi.Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan
laki-laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) (Valentina L. 2008).
Infeksi kandung kemih terjadi ketika ada bakteri atau Mikroorganisme lainnya,
melekat pada pembukaan uretra dan berkembang biak. Uretra adalah saluran yang
menghubungkan kandung kemih ke saluran luar pembuangan air seni.Dan karena
pria memiliki uretra lebih panjang daripada wanita, bakteri dan mikroorganisme
lainnya lebih sulit menjangkau kandung kemih dan menyebabkan Infeksi Kandung
Kemih (Valentina L. 2008).
Infeksi ini umumnya memang terjadi pada wanita.Namun bukan berarti pria
tidak pernah terjadi gejala penyakit ini.Hal ini dikarenakan, berdasarkan fakta infeksi
saluran kemih terjadi pada pria.Gejala awal Infeksi Saluran Kemih adalah urin yang
dikeluarkan tampak lebih keruh dan berbau, ingin selalu buang air kecil namun

1
hanya sedikit urin yang keluar dan menyebabkan rasa terbakar atau sakit pada
saluran urin saat buang air kecil (Valentina L. 2008).
Gejala infeksi saluran kemih akut dan gejala infeksi saluran kemih kronis
memiliki persamaan pada proses timbul yang lambat dan radang yang ringan. Pada
umumnya gejala infeksi saluran kemih kronis akan terjadi dalam kurun waktu jangka
panjang dan juga akan terjadi penanahan berulang kali pada urine atau eritrosit. Pada
pasien-pasien ini umumnya memiliki catatan riwayat infeksi saluran kemih akut, batu
ginjal serta pertumbuhan yang abnormal atau faktor lainnya. Oleh karena itu,harus
dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut (Depkes RI, 2014).
Infeksi saluran kemih juga merupakan salah satu penyakit akut terbesar dari
anak-anak atau remaja dan kira-kira berpengaruh pada 6,5% perempuan dan 3,3%
laki-laki pada satu tahun pertama kehidupannya. Serta biasanya terjadi refluks vesika
urinari yang mana memperlihatkan 30% sampai 40% dari anak - anak dengan infeksi
saluran kemih yang dapat menjelaskan resiko untuk infeksi berulang dan
pembentukan jaringan parut pada ginjal (Depkes RI, 2014).
Prevalensi bakteriuria asimptomatik lebih sering ditemukan pada penderita
infeksi saluran kemih.Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1% meningkat
menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimptomatik
meningkat mencapai 30% baik laki-laki ataupun perempuan bila disertai faktor
predisposisi seperti litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik,
nekrosis papiler, Diabetes mellitus paska transplantasi ginjal, nefropati analgesik,
sickle cell desease, hubungan seksual, kateterisasi, dan lain (Depkes RI, 2014).
Kondisi penyakit infeksi, salah satunya Infeksi Saluran Kemih, menyebabkan
seseorang bergantung kepada keluarganya.Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk
merawat sesorang dengan penyakit infeksi tidak lah sedikit sehingga menimbulkan
masalah ekonomi pada keluarga.Keluarga menjadi merasa bersalah, frustasi, cemas
dan depresi terhadap penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya. Bagi anggota
keluarga yang lain, waktu kebersamaan dengan anggota keluarga akan berkurang
sehingga mengakibatkan masalah defisit interaksi pada setiap anggota keluarga
(Depkes RI, 2014).

2
Infeksi saluran kemih di masyarakat makin meningkat seiring meningkatnya
usia. Berdasarkan survey dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang timbul dari
Infeksi Saluran Kemih diperkirakan lebih dari 13000 ( 2,3 % angka kematian). Pada
usia muda kurang dari 40 tahun mempunyai prevalensi 3,2% sedangkan diatas 65
tahun angka infeksi saluran kemih sebesar 20%. (Depkes RI, 2014).
Menurut WHO dalam Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi
yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak
8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada
wanita dari pada laki-laki.Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat
terbesar dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.Sementara itu Penduduk
Indonesia yang menderita Infeksi Saluran Kemih diperkirakan sebanyak 222 juta
jiwa.(Depkes RI, 2014).
Infeksi saluran kemih di Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi,
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK
di Indonesia adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar
180.000 kasus baru pertahun (Depkes RI, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ISK?
2. Apa etiologi atau penyebab ISK?
3. Apa saja manifestasi klinis ISK?
4. Bagaimana jalannya penyakit atau patofisiologi ISK
5. Apa saja klasifikasi ISK?
6. Bagaimana cara pemeriksaan atau tes diagnostik pada pasien ISK?
7. Bagaimana cara penatalaksanaan pada pasien ISK?
8. Bagaimana cara pendokumentasian pada pasien ISK?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi ISK
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi ISK

3
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi ISK
4. Mahasiswa dapat mengetahui jalannya penyakit atau etiologi ISK
5. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi ISK
6. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan atau tes diagnostik pada pasien
ISK
7. Mahasiswa dapat mengetahui cara penatalaksanaan pada pasien ISK
8. Mahasiswa dapat mengetahui cara pendokumentasian pada pasien ISK

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada
mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari bakteri (M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal. 217).
Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel – sel urotelium
melapisi saluran kemih (Sibuea, W. Heidin, 2005 hal. 16).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
2001 hal. 112).

2. Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi
kandung kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :
1. Infeksi saluran kemih Uncomplicated ( simple )
Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran
kencing baik, anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih ini
pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya
mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. Infeksi saluran kemih Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas , kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam

5
antibiotika , sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih
ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap
dan prostatitis.
2) Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
3) Gangguan daya tahan tubuh.
4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang
memproduksi urease.

3. Anatomi fisiologi
Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra.
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua sisi
kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri
karena tertekan ke bawah oleh hati katup terletak di kosta ke-12, sedangkan ginjal
kiri terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125 gram.
Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika
urinaria, panjang ureter 10 – 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika
urinaria. Kandung kemih adalah suatu organ yang berongga yang terletak di
sebelah anterior tepat di belakang os pubis, yang tersusun dari otot polos, yang
berkontraksi dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine sementara dan
menyalurkan urine ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat
mengembang dan berjalan dari kandung kemih keluar tubuh. Panjang uretra pada
wanita 1,5 inci dan pada pria 8 inci.
Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah :
1. Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang
cairan yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
2. Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan
mensekresi ion H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.

6
4. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi
urine.
5. Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh
kalsium fosfat ginjal.
6. Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan
merangsang sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
7. Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat
pada filtrasi glomerulus.
Pembentukan Urine
Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk
urine. Ginjal ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan
sebuah tubulus. Dinding kapiler glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan
membran basalis, Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terdiri
atas 3 bagian yaitu :
Tubulus proximal :
Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke
dalam nefron dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air,
elektrolit dan molekul kecil lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di proses
hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap kembali ke dalam darah, kecuali glukosa
100 % di serap yang disebut dengan “Reabsorbsi Obligat” (mutlak).
Ansa Henle
Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa
henle desenden, ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan
meningkat, ketika naik lewat ansa henle asenden ada transportasi aktif H2O
(dikeluarkan)
Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :
1) Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon
Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic
hormon sehingga penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit.

7
Begitu sebaliknya bila air berlebih jumlah anti diuretik hormon sedikit dan
filtrat dapat lolos yang akhirnya jadi urine banyak.
2) Bekerjanya anti diuretik hormon
Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk
melakukan transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.
3) Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.
Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses
reabsorbsi air oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus
kolligentes maka disebut dengan “urine” yang dilanjutkan ke kalix minor menuju
kalix mayor dan melewati pelvis ginjal mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika
urinaria dengan gerakan peristaltik yang membuka sfingter ureter, kemudian urine
masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat penampungan sementara.
Vesika Urinaria
Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi
sedikit urine, mulai dari volume 0 – 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit
bertambah. Dari volume 100 – 400 cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena
Musculus Detrusor mengembang mengikuti jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas
tekanan meningkat dan meregangkan Musculus Detrusor.
Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan
susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke Musculus Detrusor
(mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra internal untuk membuka
sehingga timbul keinginan untuk BAK, dengan mengalirkan urine keluar tubuh
melalui sfingter urethra eksterna.
Komposisi Urine
Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak
terdapat glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit pesing,
berat jenis 1010 – 1030.

8
Urine terdiri dari :
1. Air
2. Elektrolit
3. Zat asam sisa metabolism

4. Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :
1. Bakteri gram negatif : E. Coli, Entherobacter, Pseudomonas, Serrativa.
2. Bakteri gram positif ; Staphylococcus Saprophyt, streptococcus.
3. Virus : jarang ditemukan
4. Jamur : jarang ditemukan
Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :
 Intake minum yang kurang setiap harinya
a. Hygiene yang kurang
1) Jarang mengganti pakaian dalam
2) Pakaian dalam pada wanita yang terbuat dari bahan sintetis, bukan dari katun
3) Penggunaan jeans yang terlalu ketat.
b. Personal hygiene yang salah
Membersihkan perineum saat selesai berkemih dan defekasi dengan gerakan
belakang ke depan dan di bolak-balik
1. Hubungan sex yang berlebihan
2. Urine Reflux
3. Trauma Urethra
4. Penggunaan instrumen yang tidak steril : pemasangan kateter.
5. Sabun dengan pH yang tidak seimbang dan cenderung ke peningkatan pH
6. Spray hygiene wanita yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi
7. Usia di atas 65 tahun
8. Penyakit Diabetes Melitus
9. Batu ginjal, yang dapat menyebabkan obstruksi urine.

9
5. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh
mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai
kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri
gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut
terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi pada saluran intestinal
maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul demam, anoreksia, mual,
muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang
dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara asenden.
Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara
vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria
melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak
dapat membunuh kuman yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu
tidak mengosongkan kandung kemih maka mikroorganisme akan berkolonisasi di
dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan
sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat
membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan
alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan
mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria dan menyebar
ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan urine sedikit
keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa metabolisme
adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada
vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine
mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan
Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung
glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah berkembang.

10
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke
seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan infeksi
sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan suprapubik,
urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke
ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung
kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana
dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada
urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat
selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses
fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra)
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila
saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri terutama
pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218).

6. Tanda dan Gejala


Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri
yang mungkin dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak menyadari
adanya infeksi. Pada keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala biasanya :
1. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).
2. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
3. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung kemih
yang tidak tuntas.
4. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low
back pain.
5. Spasme kandung kemih.

11
6. Warna urine yang keruh.
7. Hematuri pada keadaan lanjut.
8. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa
atau pengobatan antara lain adalah :
Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat.
2) Urine kultur :
a) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya :
streptococcus, E. Coli, dll
b) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
1) Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal,
panggul.
2) Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung
kemih

8. Penatalaksanaan medis
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan
infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang,
sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut
dapat dicapai dengan dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
2) Perubahan pola hidup diantaranya :

12
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam dari bahan katun
c) Menghindari kopi, alkohol
1. Obat-obatan
1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti )
dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
c) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur
dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila
ada komplikasi lebih lanjut.
2) Analgetik dan Anti spasmodik
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih

9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena
adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu
menyebabkan :
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan
intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati
dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan
kronik.

10. Pencegahan
1. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari

13
2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung
kemih
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas
2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk
membersihkan perineum dari depan ke belakang
3) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat
4) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat
4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu
biasakan mengosongkan kandung kemih.

B. Konsep Dasar Keperawatan


Pengkajian 11 Pola Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih, trauma kandung
kemih, infeksi saluran kemih berulang
2) Personal hygiene yang salah
3) Kebiasaan menahan BAK
4) Riwayat penyakit DM
b. Pola Nutrisi Metabolik
1) Intake minum yang kurang
2) Mual, Muntah
3) Anoreksia
4) Demam, peningkatan suhu
c. Pola Eliminasi
1) Sering berkemih
2) Warna urine keruh
3) Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
4) Hematuri (urine bercampur darah)
5) Diare

14
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Bekerja di ruang ber AC
2) Banyak duduk
3) Kurang beraktivitas
4) Malaise
e. Pola Tidur dan Istirahat
1) Tidur terganggu karena nocturia
f. Pola Persepsi dan Kognitif
1) Nyeri Supra pubik
2) Dysuria
3) Rasa terbakar saat berkemih
4) Spasme kandung kemih
5) Low back pain
Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Merasa rendah diri
Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama.
1) Perasaan terasing
2) Gangguan interaksi sosial
Pola Reproduksi dan Seksualitas
1) Menopause
Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress.
1) Stress tergantung individu
Pola Sistem Kepercayaan.
1) Keyakinan yang dianut oleh pasien

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau
masalah kesehatan actual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi :
pertama adanya masalah actual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau

15
penyakit. Kedua factor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah.
Ketiga kemampuan klien untuk mencegah atau menghilangkan masalah.
Menurut Doengoes ( 1999), diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
pasien infeksi saluran kemih adalah :
1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh
adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan
yang dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang,
nyeri supra pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, dan anoreksia.
5. Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyebab, pencegahan kekambuhan dan perawatan.

3. Rencana Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh adanya
peningkatan suhu, tachicardia, menggigil dan malaise.
Tujuan : menurunkan suhu tubuh.
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal : 36 – 37 oC
perabaan tidak hangat , tidak menggigil.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam terutama suhu dan nadi.
Rasional : Untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan.
2) Kaji keadekuatan hidrasi baik mukosa mulut dan kulit
Rasional : Demam dapat meningkatkan pengeluaran cairan terutama keringat.
3) Beri kompres hangat, biasa atau dingin pada dahi, axila dan lipatan paha.

16
Rasional : Kompres yang diberikan pada kulit dapat mengurangi atau
menurunkan suhu secara evaporasi.
4) Anjurkan klien untuk banyak minum 2 – 2,5 liter per hari
Rasional : Menurunkan suhu melalui pengeluaran urine yang banyak.
5) Monitor intake dan out put cairan
Rasional : Memastikan hidrasi tetap adekuat dan memonitor fungsi renal.
6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik
Rasional : Antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh.

2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan yang
dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra
pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
Dapat mengontrol rasa nyeri, nyeri berkurang bahkan hilang, ekspresi wajah rileks
Rencana Tindakan :
1) Kaji adanya rasa nyeri baik lokasi, intensitas, frekuensi dan lamanya nyeri
Rasional : Perubahan lokasi atau intensitas nyeri merupakan indikasi proses
infeksi dan memberikan intervensi berdasarkan tingkat nyeri yang dirasakan.
2) Beri posisi yang nyaman menurut klien
Rasional : Posisi pilihan klien dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi
rasa nyeri.
3) Palpasi kandung kemih setiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi
Rasional : Distensi yang terlalu lama pada kandung kemih mengakibatkan nyeri
kandung kemih.
4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : Nafas dalam dapat menurunkan rasa nyeri
5) Beri kompres hangat pada daerah yang nyeri
Rasional : Rasa hangat dapat memvasodilatasi pembuluh darah sekitar sehingga
nyeri dapat berkurang

17
6) Anjurkan klien minum 8 – 10 gelas per hari sesuai indikasi
Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa urethra
7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti spasmodik dan penozopyridine (untuk
meredakan iritasi saluran kemih)
Rasional : Golongan obat di atas dapat mengurangi nyeri dan iritasi saluran
kemih.

3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang
dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
Tujuan : Perubahan pola eliminasi teratasi
Kriteria Hasil : Pola urine kembali normal 6 – 7 kali setiap hari, produksi
urine > 30 cc / menit, urine normal ; warna jernih, tidak ada darah, tidak ada tekanan
saat mengeluarkan urine
Rencana Tindakan :
1) Observasi perubahan urine : warna, jumlah, bau
Rasional : Untuk mendeteksi adanya infeksi lebih awal
2) Kaji keluhan tidak bisa berkemih, berkemih berdarah, tidak bisa menahan urine tiba-
tiba, berkemih pada malam hari
Rasional : Untuk mengetahui adanya peradangan pada kandung kemih
3) Beri intake minum 2 – 2,5 liter per hari
Rasional : Untuk membantu pengeluaran kuman dari kandung kemih melalui
berkemih atau menurunkan konsentrasi bakteri
4) Anjurkan klien berkemih tiap 3 – 4 jam
Rasional : Mencegah urine statis dan mencegah bertambahnya kuman pada kandung
kemih akibat urine yang terlalu lama tertahan.
5) Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman saat berkemih
Rasional : Mengurangi rasa nyeri saat berkemih dan proses berkemih terasa lampias.
6) Ajarkan klien untuk perawatan perineal yang benar dari depan ke belakang setiap
kali selesai berkemih dan defekasi
Rasional : Mencegah masuknya kuman pada urethra.

18
7) Kolaborasi dalam pemberian obat anti bakteri dengan tim medik
Rasional : Mengurangi pertumbuhan bakteri.
8) Pantau atau periksa urine kultur dan sensitifitasnya
Rasional : Menentukan penyebab infeksi saluran kemih dan mengevaluasi efektifitas
pengobatan.

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan anorexia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh, keluhan mual
tidak ada, muntah tidak ada, porsi yang disediakan habis.
Rencana Tindakan :
1) Kaji pola makan klien sebelum sakit dan sesudah sakit
Rasional : Mengetahui kebiasaan dan jenis makanan serta masukan makanan klien
2) Kaji adanya keluhan mual, muntah dan anorexia
Rasional : Untuk merencanakan tindakan selanjutnya
3) Pertahankan kebersihan mulut sebelum makan
Rasional : Mukosa mulut yang bersih meningkatkan selera makan
4) Beri makan dalam porsi kecil dan sering
Rasional : Meningkatkan asupan makanan
5) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan sajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional : Mengurangi rasa mual
6) Anjurkan untuk makan biskuit atau roti atau makanan kesukaan sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan sekresi asam lambung dan mencegah rasa mual serta
meningkatkan asupan makanan
7) Kolaborasi dalam pemberian Antasida
Rasional : Antasida dapat menurunkan asam lambung dan mencegah rasa mual.

5. Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


penyebab, pencegahan kekambuhan dan perawatan.

19
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil : Pasien mengetahui penyebab, pencegahan dan perawatan yang
benar tentang infeksi saluran kemih.
Rencana Tindakan :
1) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih 2 – 2,5 liter air dan hindari
konsumsi kopi dan alkohol
Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa kandung kemih
2) Jelaskan untuk tidak menahan keinginan berkemih, kosongkan kandung kemih
secara sempurna setiap kali berkemih
Rasional : Mencegah distensi kandung kemih
3) Ajarkan perawatan perineal yang benar terutama setelah berkemih dan defekasi,
bersihkan dari depan ke belakang
Rasional : Mencegah perpindahan mikroorganisme yang ada di anus
4) Jaga kebersihan perineal agar tetap kering dan bersih keringkan depan sampai ke
belakang
Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme
5) Gunakan celana dalam dari bahan katun
Rasional : Menyerap cairan dan keringat
6) Gunakan celana yang longgar dan jangan terlalu ketat
Rasional : Memperlancar aliran darah
7) Anjurkan untuk segera berkemih setelah melakukan hubungan sexual
Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme di dalam kandung kemih
dan melalui berkemih dapat mengeluarkan kuman
8) Jelaskan pentingnya mengkonsumsi antibiotik sesuai dengan resep atau sampai
habis
Rasional : Antibiotik mengatasi infeksi dan mencegah resistensi.

4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian
kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang

20
optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah
menjelaskan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam
pelaksanaan, perawatan melakukan fungsinya sebagai independent, interdependent
dan dependent. Pada fungsi independent perawat melakukan tindakan atas dasar
inisiatif sendiri. Contohnya memberikan latihan pernapasan perut dalam posisi duduk
dan berbaring. Pada fungsi interdependent, perawat melakukan fungsi kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya. Dan fungsi independent perawat melakukan fungsi
tambahan untuk menjalankan program dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.
Di samping itu perawat harus memperhatikan keadaan umum dan respon
pasien selama pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya dalam
tahap pelaksanaan ini adalah sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan dan
dokumentasi. Pada fase persiapan, perawat dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan. Selain itu perawat juga harus mampu menganalisa situasi dan kondiri
pasien baik fisik maupun mentalnya sehingga dalam merencanakan, memvalidasi
rencana serta dalam pelaksanaannya perawat akan terhindar dari kesalahan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai
alat pengukur keberhasilan suatu rencana keperawatan yamg telah dibuat. Meskipun
evaluasi dianggap sebagai tahap akhir dari proses keperawatan proses ini tidak
berhenti, yang telah terpecahkan dan masalah yang perlu dikaji ulang, direncanakan
kembali, dilaksanakan dan dievaluasikan kembali.

6. Discharge Planning
Penyuluhan yang diberikan kepada klien bertujuan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan sehingga klien dapat bebas dari penyakit infeksi saluran kemih ini.
Penyuluhan yang diberikan antara lain ;
1. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari
2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung
kemih

21
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas
2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk
membersihkan perineum dari depan ke belakang
3) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat
4) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat
4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.
5. Minum obat dengan teratur sesuai dengan resep terutama golongan antibiotik untuk
mengatasi infeksi dengan tuntas. Dan walaupun tanda dan gejala sudah hilang
teruskan minum antibiotik sampai habis untuk mengatasi infeksi dengan tuntas dan
menghindari resistensi kuman terhadap antibiotik.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih atau ISK adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih Infeksi saluran
kencing merupakan masalah kesehatan yang cukup serius bagi jutaan orang di setiap
tahun. Infeksi Saluran Kemih merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang paling
banyak menyerang manusia di muka bumi.Umumnya penyakit ini menyerang kaum
wanita tapi sering juga ditemukan laki-laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih.
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme penginfeksi,
biasanya suatu bakteri gram negatif seperti E.coli, masuk ke saluran kencing.Radang
area lokal terjadi, diikuti dengan infeksi ketika organisme bereproduksi.Bakteri
radang muncul di kulit area genital dan memasuki saluran perkemihan melalui
pembukaan uretra.Ada dua jalur utama terjadi isk, yaitu ansending dan
hematogen.Dalam penyakit ISK ini terdapat beberapa klasifikasi yaitu Infeksi
Saluran Kemih Bawah dan Infeksi Saluran Kemih Atas.Pemeriksaan diagnostik
penyakit ISK ada beberapa macam pemeriksaan seperti, tes kultur dan sensitivitas,
cystoscopy, studi sinar x ginjal, ureter, kandung kemih (KUB), prostate spesific
antigen (PSA) test, pengumpulan urin 24 jam, urinalysis, urine flow studies, voiding
cystogram.

B. Saran
Untuk perawat atau teman sejawat agar dapat memprioritaskan masalah sesuai
kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, dan rencana tindakan
dapat dilakukan dengan baik. Untuk perawat agar dapat mendokumentasikan semua
data pada klien baik subjektif maupun obyektif dengan benar sehingga dapat
membuat evaluasi dengan baik. Untuk menunjang pendokumentasian pihak rumah
sakit harus menyediakan lembaran renpra untuk perawat ruangan.

23
Dan saran untuk penderita penyakit ISK agar lebih menjaga kebersihan alat
genital supaya tidak terjadi atau menderita penyakit yang sama, dan juga seperti
memperhatikan kelembaban daerah kelamin ketika cebok atau membersihkan alat
kelamin harus benar-benar bersih dan dikeringkan dengan handuk.

24
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC;
Jakarta.

Doenges, Marylinn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Penerbit Buku


Kedokteran EGC; Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 3.


Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Nuha Medika.

Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta

Sibuea, W. Heidin. (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta: Jakarta

Syaifudin, H. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Perawat Edisi


3. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Tambayong, Jan. (2006). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran


EGC: Jakarta

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

25

Anda mungkin juga menyukai