LAPORAN Askep Galnop

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA OMPHALOCELE

Dosen Pembimbing : Susi TRT S.Kep.Ns.M.Kes

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh:

1. Annisa Aulia Rakhmah (P1337420517062)

2. Muhammad Yusuf (P1337420517079)

3. Fania Galuh Fukirasih (P1337420517082)

4. Novia Putri M.A (P1337420517092)

Kelas: Antasena 2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

D3 KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN AJARAN 2018/2019

BAB I

PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
1. Omfalokel adalah adanya protusi (keadaan menonjol kedepan) pada

waktu lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding

abdomen di umbilikus dan usus yang menonjol hanya di tutupi oleh

membrane tipis transparan yang terdiri dari amnion dan peritoneum. (W.

A. Newman Dorland, 2002).

2. Omphalocele adalah protrusi visera intra abdominal ke dasar korda

umbilical kantong tertutup peritoneum tanpa kulit (Donna L. Wong,

2004)

3. Omfalokel adalah kelainan yang disebaban oleh kegagalan alat dalam

kembali kerongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu

hingga menyebabkan timbulnya omfalokel. (Ngastiyah, 2005).

4. Omphalocele adalah kondisi bayi waktu dilahirkan perut bagian

depannya berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat tipis

(dr. Irawan Eko, Spesialis Bedah RSU Kardinah, 2008).

5. Omphalocele terjadi saat bayi masih dalam kandungan, karena

gangguan fisiologis pada sang ibu, dinding dan otot – otot perut janin

tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya organ pencernaan seperti

usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh diluar tubuh. Jenis

gastroschizis terjadi seperti omphalocele. Bedanya tali pusar tetap ada

pada tempatnya (dr. Redmal Sitorus, 2008).


B. ETIOLOGI

Terputusnya secara prematur arteri omphalomesentrik kanan, yang

mengakibatkan injuri iskemik pada dinding depan abdomen dimana

herniasi menembus dan terdiri dari isi abdomen. Pada kondisi normal,

arteri ini tetap ada (Imam Sudrajat& Haryo Sutoto). Factor resiko tinggi

yang berhubungan dengan omphalocel atau gastroschizis adalah resiko

tinggi kehamilan seperti:

1. Infeksi dan penyakit pada ibu

2. Penggunaan obat – obatan berbahaya, merokok

3. Kelainan genetic

4. Defisiensi gizi seperti asam folat, protein dan vitamin B. Complex

5. Hipoksia

6. Salisilat dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen

7. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk kedalam

tubuh ibu hamil.

Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:

a. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan

terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik.

Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta

dan lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur,


diantaranya bayi dengan gastroschizis dan omfalokel paling sering

dijumpai.

b. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek

dinding abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya

secara klinis masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan

MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan

ultrasonografi memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan

struktural pada fetus. Bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan

adanya omfalokel, layak untuk dilakukan amniosintesis guna

melacak kelainan genetik.

c. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan

kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.

C. TANDA DAN GEJALA

Defek biasanya hampir sama bentuk dan ukuran dan tempatnya, 5cm

vertikal, dan pada 95% kasus ditemukan defek disebelah kanan

umbilicus. Adanya inflamasi yang luas dari usus yang menjadikan

pembengkakan usus dan kekakuan sangat mengganggu masuknya usus

dan penutupan dinding abdomen.Inflamasi juga mengubah bentuk dari

usus yang menjadikan kesulitan dalam menentukan apakah ada atresia

dari usus. Bila usus bisa masuk ke cavum abdomen, inflamasi akan

menurun, usus melunak, dan bentuk kembali ke normal. Koreksi untuk

atresia usus sampai saat ini masih lebih baik dengan penundaan,
biasanya 3 minggu setelah operasi pertama. Kelainan fungsi dari usus

membutuhkan waktu lama sampai normal, dari 6 minggu sampai

beberapa bulan

D. MANISFESTASI KLINIS

Menurut A.H. Markum, manifestasi dari omphalokel adalah :

a. Organ visera / internal abdomen keluar

b. Penonjolan pada isi usus

c. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound

Sedang tanda yang lain :

a. Apabila berukuran kecil di dalam korda umbilicus terdapat

sembuhan yang berisi usus

b. Apabila ukuran besaar di dalam korda berisi hati dan usus

c. Tali pusat tampak terletak di daerah apeckantong dengan pembuluh

darah umbilicus meluncur sepanjang kantong masuk kedalam

rongga perut

d. Sering ditemukan pada bayi premature

e. Umbilicus menonjol keluar.

E. PATOFISIOLOGI
Menurut Suriadi & Yuliani.R patofisiologi dari gastroschizis atau

omphalocele yaitu selama perkembangan embrio ada suatu kelemahan

yang terjadi didalam dinding abdomen semasa embrio yang mana

menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu samping umbilicus

(yang biasanya pada samping kanan), ini menyebabkan organ visera

abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong.

Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap

sebagai anomaly.

Gastroschizis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam

pembentukan dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian

terbuka. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang

berbentuk normal. Usus sebagian besar berkembang diluar rongga

abdomen janin, akibatnya usus menjadi tebal dan kaku karena

pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam kehidupan intra uterin,

usus juga tampak pendek, rongga abdomen janin sempit.

Usus – usus, visera, dan seluruh rongga abdomen berhubungan

dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari

tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi,

kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan

sepsis, aerologi menyebabkan usus – usus distensi sehingga

mempersulit koreksi pemasukan kerongga abdomen sewaktu

pembedahan.
Embryogenesis, pada janin usia 5-6 minggu isi abdomen terletak

diluar embrio dirongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi

pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari ekstra peritonium

akan masuk kerongga perut.

Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong dipangkal

umbilicus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis

terdiri dari lapisan peritonium dan lapisan amnion yang keduanya

bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut

omfhalocele, bila usus keluar dari titik terlemah dikanan umbilicus usus

akan berada diluar rongga perut tanpa dibungkus peritonium dan amnion

keadaan ini disebut gastroschizis (Retno Setiowati, 2008)


PATHWAY

Kelainan bawaan

Alat dalam gagal kembali ke rongga dalam


abdomen

Isi abdomen masuk ke dalam umbilikus

Korda terobek

Agen cidera biologis

Omfalokel

Nyeri

Ileus obstruksi Usus keluar


Keterbatasan
koognitif

Kekurangan cairan Pertahanan tubuh


(dehidrasi) primer tidak Defisiensi
adekuat pengetahuan
orangtua
Kenaikan suhu tubuh (hipertemi)
Resiko infeksi
Ansietas

F. KOMPLIKASI

Menurut Marshall Klaus (1998) komplikasinya adalah:


1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi

pada permukaan yang telanjang

2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balance cairan dan

nutrisi yang adekuat misalnya: dengan nutrisi parenteral

3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan

ventilator yang lama

4. Nekrosis, Kelainan congenital dinding perut ini mungkin disertai

kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis (Retno Setiowati,

2008)

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Terapeutik menurut Suriadi & Yuliani R (2001) adalah :

1. Perawatan pra-bedah

a. Terpeliharanya suhu tubuh

b. Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang

mengalami prolaps sangat meningkatkan area permukaan.

c. Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk

mencegah distensi usus-usus yang mempersulit pembedahan.

d. Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang

tidak melengket seperti xeroform, kemudian dengan kerlix dan

pembungkus Saran untuk menutup usus atau menutup dengan

kasa steril lembab dengan cairan NaCl steril untuk mencegah

kontaminasi
e. Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang

berlebihan pada mesenterium.

f. Terapi intravena untuk hidrasi

g. Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena: Besarnya

kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar

di dalam kantong, akan menentukan cara pengelolaan. Bila

kantong omphalocele kecil, dapat dilakukan operasi satu

tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke

dalam rongga perut, kemudian lubang ditutup dengan

peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi biasanya omphalocele

terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi

kantong tidak dapat dimasukkan ke dalam perut.

Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut,

diafragma akan terdorong ke atas sehingga terjadi gangguan

pernapasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga terjadi karena

tekanan tersebut.

Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong

omphalocele dengan cairan antiseptik, misalnya betadin dan

menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar. Dengan

demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi dari tepi,

sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia

ventralis yang besar. Epitelisasi ini membutuhkan waktu 3-4


bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis tersebut dapat

dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan.

h. Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan

b) Pembedahan

Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya

lubang pada dinding abdomen. Tujuan pebedahan adalah untuk

mengembalikan visera kedalam kavum abdomen dan menutup diding

abdomen.

Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan

saja, namun jika lubangnya besar maka akan dicangkok dengan

mengambil kulit dari bokong atau paha bayi. Operasi koreksi ini untuk

menempatkan usus ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Harus

dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada perlindungan infeksi.

Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus akan

udem.

c) Paska Bedah

i. Perawatan paska bedah neonatus rutin

j. Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan

diperlukan

k. Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik

l. Pemberian antibiotika

m. Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan


Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali

lagi mengalami pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat.

Namun ini tergantung dari kondisi si bayi (lemah atau tidak).

1) Bayi post bedah omphalokel yang masih dalam perawatan

2) Bayi post operasi omphalokel dengan dinding abdomen yang

sudah rapi seperti orang normal lainnya.

H. DIAGNOSA MEDIS

1. Tidak efektif termoregulator berhubungan dengan imatur

mekanisme termoregulator dan hilangnya panas karena intestin

yang keluar.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar.

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungna dengan meningkatnya

tekanan intra abdomen karena isi usus kembali ke kapasitas

peritoneal.

4. Risiko kurangnya volume airan berhubungan dengan status

dipuasakan sekunder pre op operasi dan adnaya ileus.

5. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan kondisi

neonates dan prosedur pembedahan.

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Menurut A.H Markum (1991) pemeriksaan diagnostiknya adalah:

1. Pemeriksaan fisik, pada gastroschizis usus berada diluar rongga

perut tanpa adanya kantong


2. Pemeriksaan laboratorium

3. Prenatal ultrasound, Pemeriksaan radiologi, fetal sonography

dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan marker

struktural dari kelainan kariotipik. Echocardiography fetal membantu

mengidentifikasi kelainan jantung (Retno Setiowati, 2008).

J. INTERVENSI

1. Bayi akan menunjukan suhu tubuh dalam batas normal

 Kaji temperature tubuh secara konstan dengan

menggunakan alat khusus jika ada (probe-skin yang

langsung menempel kulit)

 Tempatkan bayi di ruangan yang hangat segera setelah lahir

 Hindari udara yang masuk ke ruang keperawatan

 Kaji adanya bercak-bercak atau bintik-bintik pada kulit

 Kaji status pernafasan

2. Bayi tidak mengalami infeksi

 Gunakan teknik steril saat memegang defek

 Tuutp segera dengan lata yang hangat lembab (normal

saline kasa steril dan tutup dengan plastic untuk menjaga

kelembapan dan kehangatan)

 Monitor suhu tubuh secara ketat

 Minimalkan gerakan bayi dan pegangan pada intestine

 Gunakan teknik steril saat mengganti IV dan cairan


 Gunakan teknik steril untuk menggati balutan dan mengkaji

insisi pembedahan dan kaji tanda-tanda infeksi

3. Bayi akan menunjukkan status pernafasan dalam batas normal

 Kaji status pernafasan secara continue

 Gunakan onitor kardiorespirator dengan pulse oximentry

 Monitor sirkulasi dengan memantau suhu tubuh, nadi,

pengisian kembali kapiler, warna kulit, dan perubahan HR

dan pola nafas.

 Kaji adanya distress pernafasan

 Support ventilasi jika diperlukan

4. Bayi akan menunjukkan status hidrasi dan nutrisi dalam batas

normal

 Kaji membrane mukosa dan adekuat turgor kulit

 Monitor intake dan output

 Timbang berat badan

 Monitor elektrolit

 Pertahankan IV terapi bila masih dipuasakan

 Pertahankan NGT untuk dokompresi

 Monitor tanda-tanda ileus dengan memeriksa bising usus,

biasa ada 2 sampai 4 minggu setelah oprasi

5. Orang tua atau keluarga akan mengekspresikan perasaan dan aktif

 Kaji mekanisme koping keluarga


 Ajarkan keluarga untuk mengekspresikan perasaan tentang

kondisi bayi dan rasa bersalah dan dengarkan.

 Kaji bonding keluarga dengan bayi dan anjurkan untuk

interaksi dengan sering

 Gunakan gambar-gambar untuk membantu pemahaman

keluarga tentang defek.

 Instruksikan kepada keluarga pentingnya sentuhan,

bercakap dan pegangan pada bayi (bukan pada defek)

6. berpartisipasi dalam perawatan bayi.

 Ajarkan orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan maternal serum alfa fetoprotein (MSAFP). Diagnosis

prenatal defek pada dinding abdome dapat di deteksi dengan

peningkatan serum MSAFP

2. USG

3. Radiologi

 Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan

memperlihatkan marker struktural.

 Echocardiography fetus untuk membantu melihat kelainan jantung.


ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal masuk : 1 September 2018


Jam masuk : 08.00
Tanggal pengkajian : 2 September 2018
Ruang : Kamboja
No Rm : 12345
Diagnosa : Gastroskisis

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. G
Umur : 2 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Magelang
Agama : Islam
Pendidikan :-
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.P
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Polisi
Alamat : Magelang
Agama : Islam
Hubungan dengan Klien : ayah

B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

Ibu mengatakan ada kelainan apa yang ada diperut anaknya dan ibu

mengatakan anaknya rewel.

b. Riwayat Persalinan Sekarang

Ibu klien melahirkan dengan cara SC di RSU Temanggung

Pada pukul 08.00.


c. Riwayat Keluarga

Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada yang mengalami penyakit

seperti klien, maupun penyakit serius lainnya.

C.Pola Pengkajian Gordon


1. Pola Manajemen Kesehatan Dan Persepsi Kesehatan
Orang tua klien bila anaknya sakit selalu memeriksakan kesehatan
di puskesmas atau rumah sakit.
2. Pola Metabolic Nutrisi

3. Pola Aktivitas
4. Pola Istirahat Tidur
5. Pola Eliminasi
-
6. Pola Hubungan Peran
7. Pola Toleransi Stress Kopping
8. Pola Konsep Diri
9. Pola Seksualitas
Anak berjenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan genetalia.
10. Pola Keyakinan Dan Nilai
Anak dilahirkan pada lingkungan keluarga yang beragama islam

Anda mungkin juga menyukai