Anda di halaman 1dari 22

BAB III

TEORI DASAR

Kemampuan untuk menganalisis kinerja, meramalkan produktivitas sumur


gas dan memahami perilaku reservoir gas dengan tingkat akurasi yang tepat sangat
diperlukan dalam industri gas alam. Salah satu alat bantu yang paling berguna
dalam menganalisis kinerja gas adalah pengujian sumur (well testing).
3.1. Aliran Fluida dalam Media Berpori
Aliran fluida dalam media berpori merupakan bagian yang penting dalam
ilmu perminyakan, karena hidrokarbon mengalir dari reservoir ke lubang sumur.
Pada saat suatu sumur dibuka dimana dihubungkan permukaan dengan reservoir
maka akan menimbulkan ketidakseimbangan tekanan pada reservoir. Perbedaan
tekanan antara reservoir dengan dasar sumur akan menyebabkan fluida dalam
media batuan berpori mengalir kearah lubang sumur. Aliran ini akan terjadi jika
batuan reservoir ini porous dan memiliki permeabilitas yang searah dengan aliran
serta tenaga pendorongnya.
Pola aliran radial paling lazim digunakan untuk menggambarkan aliran
fluida di media berpori. Ini diawali oleh solusi Van Everdingen & Hurst. Pada
reservoir dengan aliran radial ini persamaannya diturunkan berdasarkan hal – hal
sebagai berikut:
1. Persamaan Diffusivitas
Persamaan difusivitas digunakan untuk memodelkan kinerja sistem aliran
yang bergantung pada waktu. Nama difusivitas berasal dari persamaan yang
digunakan untuk menggambarkan proses difusi panas (diffusion of heat).
Kenyataannya, aliran fluida dalam media permeabel dapat dimodelkan oleh
persamaan yang bentuknya sama dengan persamaan difusivitas untuk aliran panas
(dan juga aliran listrik).
Hukum Kekekalan Massa biasa disebut juga dengan Persamaan Difusivitas
Radial. Maka persamaannya adalah:
∂2 P 1 ∂P ∅μC ∂P
+ = ............................................................(3.1)
∂r2 r ∂r 0.000264k ∂t

16
Keterangan:
P = tekanan reservoir, psia
r = jari – jari atau jarak dari lubang bor, ft
∅ = porositas, fraksi
μ = viskositas fluida, cp
k = permeabilitas, md
t = waktu, jam
C = kompressibilitas, psi−1
Sedangkan asumsi – asumsi yang digunakan untuk memperoleh persamaan
tersebut adalah:
a. Aliran radial dan horizontal
b. Aliran laminar
c. Ketebalan formasi konstan
d. Aliran isothermal
e. Aliran satu fasa kompressibilitas fluida kecil dan konstan
f. Viskositas fluida konstan
g. Permeabilitas konstan
h. Gaya gravitasi diabaikan
i. Porositas kecil
j. Gradien tekanan kecil atau diabaikan
2. Persamaan Kontinuitas
Untuk aliran dalam media berpori hukum konservasi massa, yang dikenal
pula sebagai persamaan kesinambungan (continuity equation), menyatakan bahwa
untuk sistem berlaku:
Laju aliran massa Laju aliran massa Laju dari akumulasi
yang masuk kedalam yang keluar dari
[ ]−[ ] = [ massa dalam ]
selama interval elemen selama selama interval
waktu ∆t interval waktu ∆t waktu ∆t
Persamaan dibawah ini disebut sebagai persamaan kontinuitas atau
persamaan kekekalan massa dari pola radial

1 ∂ ∂
(rρμr ) = − (∅ρ).....................................................................(3.2)
r ∂r ∂t

17
Keterangan:
ρ = massa jenis, psi/ft
r = jari – jari atau jarak dari lubang bor, ft
μ = viskositas fluida, cp
t = jam
3. Persamaan Darcy
Hukum Darcy menyatakan bahwa kecepatan aliran fluida di dalam media
berpori adalah sebanding dengan gradien potensial dalam arah aliran pada titik
tersebut. Secara sistematis sebagai berikut:

u=− ∇∅.........................................................................................(3.3)
μ

Keterangan:
u = kecepatan volumetrik
ρ = berat jenis fluida
∇∅ = gradien potensial
μ = viscositas
k = permeabilitas
Persamaan tersebut hanya berlaku untuk aliran yang laminar dan tanda
negatif di dalam persaman ini menyatakan bahwa aliran yang terjadi berlawanan
arah dengan penurunan potensial. Dalam satuan lapangan Persamaan diatas
menjadi:
0.00708kh(Ps −Pwf )
Q= ........................................................................(3.4)
μo Bo ln re⁄rw+S

Keterangan:
k = permeabilitas, md
h = ketebalan reservoir, ft
Ps = tekanan reservoir, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
μo = viskositas minyak, cp
Bo = factor volume formasi minyak, bbl/stb
re = jari – jari pengurasan, ft

18
rw = jari – jari sumur, ft
s = skin factor
4. Persamaan Keadaan
Hukum persamaan keadaan menyatakan hubungan antara massa jenis fluida
dengan tekanan dan temperatur, atau hubungan antara viskositas fluida dengan
tekanan dan temperatur yang secara sistematis dinyatakan sebagai berikut:
1 ∂ρ
c = ( ) ..........................................................................................(3.4)
ρ ∂p T
Keterangan
p = tekanan reservoir, psia
ρ = massa jenis, psi/ft
T = suhu
C = kompressibilitas, psi−1
3.2. Pressure Buildup
3.2.1. Prinsip Superposisi
Salah satu persyaratan dalam menyatakan persoalan aliran dalam suatu
reservoir adalah dengan anggapan laju produksi yang konstan. Tetapi dalam
kenyataannya laju produksi tersebut dapat berubah-ubah. Maka untuk mengatasi
keadaan ini pada teknik analisa ulah tekanan digunakan prinsip superposisi. Metode
nya sebagai berikut:

q1 dianggap berproduksi selama t n

q 2 dianggap berproduksi selama t n − t1

q 3 dianggap berproduksi selama t n − t 2

q 4 dianggap berproduksi selama t n − t 3

q n dianggap berproduksi selama t n − t n−1

19
Gambar 3.1. Prinsip Superposisi1
3.2.2. Teori Pressure Buildup
Pressure Buildup adalah suatu teknik pengujian tekanan transient yang
paling dikenal dan banyak dilakukan orang, pada dasarnya pengujian ini dilakukan
pertama – tama dengan memproduksikan sumur selama suatu selang waktu tertentu
dengan laju aliran yang tetap (konstan), kemudian menutup sumur tersebut.
Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi
waktu (tekanan yang dicatat ini biasanya adalah tekanan dasar sumur).
Tujuan utama analisis ini adalah menentukan tekanan statis reservoir (Pws)
tanpa menunggu minggu, bulan bahkan tahun untuk menstabilkan tekanan di
reservoir Dari data tekanan yang didapat kemudian dapat ditentukan permeabilitas
formasi, daerah pengurasan saat itu, adanya kerusakan atau perbaikan formasi.
Dasar analisa ini diajukan oleh Horner (1951), yang pada dasarnya adalah memplot
tekanan terhadap suatu fungsi waktu.
Keuntungan Pressure Buildup Test adalah hal control karena menjaga
produksi dengan laju produksi konstan sama dengan nol (yaitu menutup sumur)
relative mudah. Kerugiannya adalah tidak ada produksi selama testing berlangsung.

20
Dalam menganalisis Pressure Buildup (PBU) asumsi – asumsi yang
dilakukan adalah:
1. Reservoir: Homogen, isotropic dan ketebalan nya secara horizontal seragam
2. Fluida: Single Phase dan slightly compressible
3. Aliran: Laminar dan tidak adan efek gravitasi
3.2.3. Metode Horner
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa Pressure
Buildup Test (PBU) yaitu Horner Plot, Miller-Dyes-Hutchinson Plot dan Muskat
Plot.
Horner (1951) menggambarkan plot tekanan pada saat shut-in, 𝑃𝑤𝑠 vs
log(𝑡 + ∆𝑡/∆𝑡) akan menghasilkan garis lurus dengan kondisi infinite-acting
reservoir. Dalam konteks Pressure Buildup Test, t mengacu pada periode sebelum
penutupan sumur (shut-in) dan ∆t mengacu pada waktu ketika shut-in. Matthews
Brons and Hazebroek (1954) disingkat MBH menjabarkan lebih luas Horner Plot
sampai kondisi finite reservoir.
Miller, Dyes dan Hutchinson (1950) disingkat MDH mengungkapkan jika
sumur telah diproduksi sampai kondisi pseudosteady state dan kemudian shut-in.
Plot tekanan pada shut-in yaitu 𝑃𝑤𝑠 vs log ∆t akan membentuk garis lurus. Muskat
(1936) menyatakan bahwa plot log (𝑃̅𝑟 − 𝑃𝑤𝑠 ) vs ∆t dalam keadaan tertentu akan
menghasilkan garis lurus.
Al – Hussany, Ramey dan Crawford (1966) melakukan pendekatan secara
linear persamaan alir menggunakan integral Kirchoff. Persamaan nya yaitu berikut:
𝑝 𝑝 𝑑𝑝
𝑚(𝑝) = 2 ∫𝑝𝑏 ..............................................................................(3.5)
𝜇𝑧

Dikenal dengan persamaan “the real gas pseudopressure” dengan symbol m(p) atau
Ψ.
Berikut prosedur Horner plot analysis:
a. Plot pws vs log t p + ∆t⁄∆t pada kertas semilog
b. Tentukan kemiringan garis,

21
∆Pws
m= .........................................................................................(3.6)
logte ⁄tg

Keterangan:
m = slope
log t e ⁄t g = perubahan fungsi waktu
∆Pws = perubahan tekanan statik, psi
c. Hitung permeabilitas dengan
1.632 x 106 qsc T
kh = ..........................................................................(3.7)
m
kh
k= ..................................................................................................(3.8)
h
Keterangan:
kh = ketebalan permeabilitas, md.ft
k = permeabilitas, md
m = slope
q sc = laju alir, MSCF/D
d. Ekstrapolasi yaitu pada t p + ∆t⁄∆t = 1. Maka diperoleh tekanan awal (Ψi ).

Gambar 3.2. Plot Semilog – Pressure Build Up


e. Hitung Skin Factor
Ψpws1−ΨPwf0 k
S = 1.151 [ − log + 3.23].......................(3.9)
m ∅ μ cf rw 2

Keterangan:
Ψws1 = tekanan shut-in setelah 1 jam, psia

22
Ψwf0 = tekanan awal setelah shut-in
∅ = porositas, fraksi
μ = viskositas fluida, cp
k = permeabilitas, md
cf = kompressibilitas, psi−1
Selanjutnya menurut Horner (1951) dalam metode Horner ini dapat dibuat
suatu klasifikasi nilai Skin, yaitu:
S = + (positif), terindikasi adanya kerusakan formasi
S = 0 (nol) menyatakan dalam kondisi normal
S = - (negatif), terindikasi adanya perbaikan formasi
3.2.4. `Karakteristik Kurva Pressure Buildup Test
Kurva perilaku tekanan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
1. Segmen Data Waktu Awal (Early Times)
Pada segmen data waktu awal ini bentuk kurva yang dihasilkan biasanya
berupa garis yang melengkung pada kertas grafik semi-log, menyimpang dari garis
lurus. Adanya penyimpangan ini dapat disebabkan oleh wellbore storage dan skin
factor.
2. Segmen Waktu Tengah (Middle Times)
Dengan bertambahnya waktu, radius pengamatan akan semakin jauh
menembus formasi. Setelah pengaruh data awal terlampui maka tekanan akan
masuk ke segmen waktu tengah. Pada saat inilah reservoir bersifat infinite acting
dimana garis lurus semi-log terjadi. Garis lurus semi-log ini akan berlangsung terus
hingga radius investigasi merasakan adanya batas reservoir dari sumur yang diuji.
Pada hasil garis lurus semi-log yang terjadi dapat ditentukan beberapa parameter
reservoir yang penting seperti permeabilitas efektif (k), slope (m), skin factor (s),
dan tekanan reservoir mula-mula (Pi).
3. Segmen Waktu Lanjut (Late Times)
Segmen akhir dari suatu kurva tekanan adalah segmen waktu lanjut yang
mencerminkan bahwa kelangsungan garis lurus semi-log mencapai batas akhir
sumur yang diuji dengan terjadinya penyimpangan kurva garis lurusnya, ataupun
pengaruh dari sumur-sumur produksi atau sumur injeksi yang berada disekitarnya.

23
Gambar 3.3. Perilaku Tekanan pada saat Shut-in11
Pemakaian type curve untuk analisa uji sumur. Prinsip dasarnya adalah, jika
suatu plot dari data uji memberikan bentuk yang sama seperti pada type curve di
seluruh daerah waktu, maka reservoir tersebut bertipe sama dengan yang
dikarakterisasikan oleh type curve tersebut. Sayangnya, prinsip ini tidak mutlak.
Tipe reservoir yang berbeda kadang memberikan bentuk dasar yang serupa
pada plot type curve. Sebagai tambahan, baik plot semilog maupun log-log dari data
tekanan/waktu seringkali tidak sensitive terhadap karakteristik perubahan tekanan
dari suatu model reservoir yang spesifik. Sebagai alternatif dari plot tekanan/waktu,
derivative tekanan seringkali digunakan secara spesifik untuk mengidentifikasi
tipe-tipe reservoir.
Bahkan, type curve derivative adalah type curve yang paling tepat untuk
mengidentifikasi tipe reservoir. Dengan menggunakan log – log plot dari perbedaan
tekanan (∆P) dan derivative tekanan (∆P’) vs perubahan waktu (t). Ketika wellbore
storage lebih mendominasi akan menghasilkan garis lurus dengan sudut 45° pada
log plot nya bisa dilihat pada Gambar 3.5.
Suatu type curve mencakup seluruh daerah waktu, sedangkan pada plot
semilog kita biasanya hanya memeriksa garis lurus semilog (daerah waktu-
pertengahan). Lebih jauh lagi, analisa semilog umumnya mengasumsikan suatu
reservoir yang homogen, sedangkan type curve menggambarkan tipe reservoir yang
umum.
Pendekatan terbaik untuk mengidentifikasikan model reservoir yang tepat
melibatkan tiga teknik plotting yang utama: type curve yang biasa, type curve
derivative dan "grafik khusus" untuk suatu uji. Sifat-sifat dapat diperoleh dari suatu
"grafik khusus" ketika garis lurus terbentuk selama daerah waktu tertentu. Grafik

24
ini meliputi plot Horner untuk reservoir homogen, plot akar pangkat dua dari waktu
untuk sumur dengan rekahan berkonduktivitas tinggi dan plot akar pangkat empat
dari waktu untuk sumur dengan rekahan berkonduktivitas rendah. Ketika reservoir
sudah teridentifikasi dengan benar, ketiga plot tersebut akan mengkonfirmasikan
atau setidaknya konsisten dengan tipe reservoir hipotesis.

Gambar 3.4. Interpretasi Kualitatif dari Kurva Pressure Buildup2

25
Kini kita mempertimbangkan karakteristik spesifik dari type curve
derivative yang berguna untuk mengidentifikasi tipe reservoir dari uji transien
tekanan di sumur gas.
1. Nilai maksimum pada kurva pada waktu awal menunjukkan wellbore
storage dan skin. Makin besar nilai maksimumnya, makin luas kerusakan
sumur. Sebaliknya, ketidakhadiran dari nilai maksimum menyarankan
sumur yang sudah terstimulasi (misalnya diasamkan atau direkahkan).
2. Nilai minimum pada kurva pada waktu pertengahan menunjukkan
penyimpangan dari sifat reservoir homogen (misal heterogenitas reservoir).
Contoh-contoh meliputi dual-porosity (rekah alami) atau layered reservoir.
3. Stabilisasi atau kelandaian pada waktu akhir menunjukkan aliran radial dan
berhubungan dengan garis lurus semilog pada grafik semilog. Setelah kita
bisa mengidentifikasikan daerah ini pada plot derivative, kita dapat
memperkirakan permeabilitas dan faktor skin menggunakan analisa
semilog.
4. Kecenderungan ke arah atas atau bawah dari data pada akhir uji
menunjukkan kehadiran batas reservoir. Kecenderungan ke arah atas adalah
karakteristik dari satu atau lebih batas yang bersimpangan dengan reservoir
masih terbuka setidaknya pada satu arah. Contoh dari situasi ini adalah satu
sumur terletak di tengah-tengah reservoir rectangular. Hampir serupa
dengan ini, kecenderungan ke arah bawah pada uji buildup menunjukkan
reservoir tertutup ; semua batas, baik tidak ada aliran maupun tekanan
konstan mempengaruhi transien tekanan.
3.3. Saphire 3.20. Simulator
Software Saphire digunakan untuk menganalisis data shut-in dengan
resolusi tinggi. Data tersebut ditangkap selama operasi uji sumur yang disengaja
seperti uji coba DST atau produksi atau selama penutupan operasional rutin.
Respon tekanan dari penutupan ini dapat digunakan untuk memberikan
informasi tentang reservoir di dalam radius penyelidikan untuk aliran radial atau
area penyelidikan untuk geometri yang lebih kompleks. Plot pilihan diagnostik

26
adalah log plot. Operasi spesifik memerlukan pemrosesan khusus, seperti uji gas
multirate, uji interferensi, uji multilayer, dll.
Cara Kerja Saphir 3.20 simulator adalah:
1. Inisialisasi
Inisialisasi merupakan tahap awal dalam langkah kerja analisis dengan
perangkat lunak Saphir 3.20. Tahap ini terdiri dan empat bagian, yaitu:
a. Main Options
Input data yang dilakukan adalah jenis uji sumur, jari-jari lubang sumur
(rw), ketebalan lapisan produktif (h), porositas, reference time dan reference
phase yang diperoleh dari welltesting data sheet.

Gambar 3.5. Tampilan Main Option


b. Information
Berisi keterangan tentang uji sumur yang akan dianalisis, nama perusahaan
yang melaksanakan, nama lapangan, nama sumur, jenis test yang dilakukan,
waktu pelaksanaan test, interval formasi, interval perforasi, jenis pressure
gauge yang digunakan, dan pada kedalaman berapa pressure gauge nya.

27
Gambar 3.6. Tampilan Information
c. Units
Tampilan unit berfungsi untuk memilih satuan yang ingin digunakan.

Gambar 3.7. Tampilan Unit


d. Comments
Comment digunakan untuk memberi catatan atau note di print out hasil
interpretasi.

28
Gambar 3.8. Tampilan Comments
e. PVT Parameters
Merupakan penginputan data mengenai kondisi tipe fluida yang terdapat
pada sumur yang kita teliti, parameter reservoir (nilai tekanan dan
temperature) dan range tekanan yang diinginkan.

Gambar 3.9. Tampilan PVT Parameters

29
f. PVT Definition
Merupakan penginputan specific gravity, jumlah presentase/fraksi dari
material non hydrocarbon serta pemilihan korelasi yang ingin kita
pergunakan dalam beberapa parameter seperti Z Factor, Mug, Cg, dan Bg.

Gambar 3.10. Tampilan PVT Definition


g. Pseudo Properties
Merupakan penginputan data tentang nilai kompressibilitas formasi.

Gambar 3.11. Tampilan Pseudo Properties

30
2. Interpretasi Tahap Pertama
Setelah tahap inisialisasi langkah kerja selanjutnya adalah interpretasi tahap
pertama. Pada gambar berikut dapat dilihat tampilan layar interpretasi, sedangkan
penjelasan lebih lengkap mengenai interpretasi tahap pertama akan dijelaskan pada
tahapan berikut.

Gambar 3.12. Layar Interpretasi Main Screen


a. Input Parameter Laju Alir (Q) dan Tekanan (P)
Data tekanan didapat dari hasil pembacaan memory gauge selama Pressure
Build-Up dan disimpan dalam format Ascii, sedangkan harga laju alir (Q) didapat
dari kegiatan swabing dan di-input-kan secara manual.

Gambar 3.13. Penginputan Parameter Laju Alir dan Durasi Waktu

31
b. Ekstrak DeltaP
Setelah data tekanan dan laju alir di-input-kan. Kemudian dilakukan Ekstrak
delta P. Langkah kerja yang dilakukan yaitu memilih active gauge yang ada, dan
memilih active group seandainya buildup yang ingin kita teliti lebih dari 1 (Lihat
Gambar 3.14). Kemudian menginputkan harga smoothing, jumlah Filtration dan
harga dari Pwf pada saat sumur ditutup dt =0 (Lihat Gambar 3.15).

Gambar 3.14. Tampilan Extra Dp - Gauge and Group Selection

Gambar 3.15. Tampilan Extra Dp – Extraction Parameters

Gambar 3.16. Tampilan Hasil Ekstrak Delta P

32
Dari Ekstrak delta P tersebut, dihasilkan log-log plot, history plot dan semi-
log plot (superposision plot) Gambar 3.16 merupakan contoh tampilan layer hasil
Ekstrak Delta P.
c. Pemilihan Model
Plot derivative yang dihasilkan dari Ekstrak delta P merupakan kurva yang
menggambarkan kondisi reservoir tersebut. Oleh karena itu, model yang dipilih
harus sesuai (match). Pemilihan model dilakukan dengan mernbandingkan plot
derivative data lapangan dan hasil ekstraksi. Kemudian input data yang
berhubungan dengan model tersebut, diantaranya:
1. Model sumur (well models)
- Storage and Skin
- Uniform flux
- Infinite Conductivity
- Finite Conductivity
- Horizontal
- Limited Entry
- Changing Wellbore Storage. dapat diterapkan untuk seluruh model.
2. Model reservoir (reservoir models)
- Homogeneous
- Two Porosity PSS
- Two Porosity Slab
- Two Porosity Sphere
- Two Layers
- Radial Composite
- Linear Composite
3. Model Batas Reservoir (boundary models)
- Infinite
- One Fault
- Leaky Fault
- Circle
- Parallel Faults

33
- Intersecting Faults (angle)
- Intersecting Faults
- Rectangle
4. Input Parameter dan Value dari data yang kita punya, serta sesuaikan dengan
satuan yang kita inginkan

Gambar 3.17. Tampilan Model


Setelah semua data di inputkan, kemudian model yang dipilih dapat
ditampilkan. Langkah kerja selanjutnya adalah menyelaraskan model kurva
derivative dengan plot derivative data lapangan.

Gambar 3.18. Tampilan Proses Matching

34
Bila plot data derivative dan data lapangan belum selaras dengan model
kurva derivative, maka dapat digunakan fasilitas KIWI (Kappa Intelligent Well Test
Interpretation) yang berfungsi untuk mempercepat proses penyelarasan.
d. Improvement
Improvement dilakukan untuk memperbaiki hasil match antara derivative
dan data lapangan dengan model derivative yang kita pilih, dengan metode regresi
non-linier. Prinsip metode ini adalah memperbaiki match point dan/atau parameter
lainnya yang bertujuan untuk meminimalkan standar deviasi. Kurva dapat
dikatakan selaras apabila kurva derivative memiliki bentuk yang sama dengan plot
derivative dan data lapangannya, dimana kedua kurva tersebut saling berhimpit.
Kondisi itu menunjukkan bahwa model kurva derivative reservoir yang kita pilih
sudah mendekati gambaran reservoir yang sesungguhnya.

Gambar 3.19. Layar Proses Improvement


5. Interpretasi Tahap Kedua
Menu ini merupakan tambahan dalam proses analisis, yang berfungsi untuk
menunjang plot derivative dan memperkuat dasar dalam pemilihan model. Salah
satunya adalah fleksibel plot yang digunakan untuk analisis khusus dengan
pemilihan skala dan fasililas menggambar segmen ganis lurus (straight line) yang
fleksibel. Pilihan dalam menu ini digunakan untuk menentukan jenis plot yang akan
ditampilkan.

35
Tipe dari flexible plot dijabarkan dan kategori-kategori di bawah ini:
a. Fungsi waktu
4
∆t, Log (∆t), √∆t, √∆t dan 1/√∆t
b. Fungsi tekanan
P, P2, m(P) dan P/Z
c. Waktu superposisi
Drawdown
𝑞𝐵𝜇
𝑃𝑖 − 𝑃(𝑡) = 𝑃 ....................................................................(3.10)
2𝜋𝑘ℎ 𝐷(𝑡)
Buildup:
𝑞𝐵𝜇
𝑃𝑖 − 𝑃(𝑡) = [𝑃𝐷 (𝑡𝑝 + ∆𝑡]....................................................(3.11)
2𝜋𝑘ℎ
Multirate
𝑞𝐵𝜇
𝑃𝑖 − 𝑃(𝑡) = ∑𝑛𝑖=1( 𝑞𝑖 − 𝑞𝑖−1 )𝑃𝐷 (𝑡𝑖 − 𝑡𝑖−1 )....................(3.12)
2𝜋𝑘ℎ
Agarwal

Gambar 3.20. Tampilan Flexible Type


d. Skala Tekanan
Linier. log
sedangkan untuk analisis aliran dapat dipilih jenis plot antara lain:

36
- Wellbore storage : P vs Δt
- Pseudo-steady state : P vs Δt
- Radial flow : P vs log Δt
- Linear flow : P vs Δt
- Bi-linear flow : P vs ¼ Δt
- Spherical flow : P vs 1/ Δt
Tipe dari plot fleksibel yang digunakan disini adalah Horner Plot yang
digunakan sebagai pembanding terhadap metode pressure derivative. Homer Plot
dibuat dengan memilih time function dalam log (Δt) dan Superposition dalam
build-up seperti diperlihatkan pada tampilan layar fleksibel plot berikut ini.
Kemudian Horner plot terbentuk dan dapat dianalisis untuk mengetahui kondisi
reservoirnya. Contoh hasil fleksibel Plot dengan metode Horner dapat dilihat pada
gambar berikut

Gambar 3.21. Tampilan Fleksibel Plot

37

Anda mungkin juga menyukai