OLEH:
RANI ANNISA ROYANI 25319016
2004 84.596.249
2005 86.141.373 60,000,000
2006 87.592.899
2007 88.965.508 40,000,000
2008 90.297.115
2009 91.641.881 20,000,000
2010 93.038.902
2011 94.501.233 0
1995 2000 2005 2010 2015 2020
2012 96.017.322
2013 97.571.676
2014 99.138.690 Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Populasi
2015 100.699.395
2016 103.663.927 Filipina Tahun 2000-2018
2017 105.173.264
2018 106.651.922
Sumber: The World Bank
Penduduk negara Filipina dari tahun 2000 hingga tahun 2018 terus meningkat dari angka
77.932.247 penduduk pada tahun 2000 hingga mencapai 106.651.922 penduduk pada tahun
2018. Pertumbuhan penduduk negara Filipina rata-rata meningkat 1,7% setiap tahunnya.
Grafik diatas menunjukkan peningkatan jumlah penduduk untuk proporsi usia produktif
di negara Filipina, terus meningkat dari tahun 2000 dalam angka 45.414.280 jiwa penduduk
hingga 68.168.926 jiwa penduduk pada tahun 2018.
3. Tingkat pendapatan (Gross Domestic Product) GDP per kapita (dalam US$)
GDP pada harga pembeli adalah jumlah dari nilai tambah pendapatan oleh semua
penduduk produsen dalam perekonomian ditambah pajak produk dan dikurangi subsidi yang
tidak termasuk dalam nilai produk. Hal ini dihitung tanpa membuat potongan untuk penyusutan
aset buatan atau untuk penipisan dan degradasi sumber daya alam. Data dalam dolar AS saat
ini. Angka dolar untuk GDP dikonversi dari mata uang domestik menggunakan satu tahun nilai
tukar resmi. Untuk beberapa negara di mana nilai tukar resmi tidak mencerminkan tingkat
efektif diterapkan untuk transaksi valuta asing yang sebenarnya, faktor konversi alternatif
digunakan.
Tabel 1.3 Gross Domestic Product (GDP)
Per Kapita (Dalam US$) Filipina
350,000,000,000
Tahun GDP per Kapita (US$)
300,000,000,000
2000 81.026.297.144
2001 76.262.072.022 250,000,000,000
2002 81.357.602.950
GDP (US$)
2003 83.908.206.456 200,000,000,000
2004 91.371.239.765
150,000,000,000
2005 103.072.000.000
2006 122.211.000.000 100,000,000,000
2007 149.360.000.000
2008 174.195.000.000 50,000,000,000
2009 168.335.000.000
0
2010 199.591.000.000 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
2011 224.143.000.000 Tahun
2012 250.092.000.000
2013 271.836.000.000
2014 284.834.000.000
Gambar 1.3 Grafik Jumlah Penduduk Usia
2015 292.451.000.000
Produktif di Filipina
Sumber: The World Bank
Dari grafik dapat dilihat tingkat pertumbuhan GDP negara Filipina rata-rata meningkat
dari tahun 2000 hingga tahun 2015. Pada tahun 2000 tercatat sekitar GDP 81M US$ dan
meningkat hingga stabil antara tahun 2008-2009 dalam angka sekitar 171M US$ dan
selanjutnya terus meningkat hingga mencapai sekitar 292M US$ pada tahun 2015.
300,000,000,000
y = 12997x - 5E+11
GDP per kapita (US$) 250,000,000,000
R² = 0.9627
200,000,000,000
150,000,000,000
100,000,000,000
50,000,000,000
0
45000000 50000000 55000000 60000000 65000000
Jumlah Penduduk Usia Produktif (Jiwa)
Gambar 1.4 Grafik Hubungan GDP Perkapita Dengan Jumlah Penduduk Proporsi
Usia Produktif di Negara Filipina
5. Kesimpulan
Data populasi total Filipina terus meningkat dari tahun 2000-2018, adapun jumlah
penduduk usia produktif juga terus meningkat dari tahun 2000-2018. Data GDP perkapita
Filipina menunjukkan tren yang sama dengan tren yang terus meningkat dari tahun 2000-2015.
Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 1 diterima yang berarti tingkat ekonomi suatu negara
(GDP per kapita) dipengaruhi proporsi usia produktif. Hal ini juga dibuktikan oleh grafik
hubungan GDP perkapita dengan jumlah penduduk proporsi usia produktif di negara Filipina
dengan nilai korelasi 96,27%.
Hipotesis 2 : Emisi CO2 perkapita dipengaruhi oleh tingkat ekonomi suatu negara
Data dan Pembahasan
Data emisi CO2 di negara Filipina cukup fluktuatif. Ditunjukkan data emisi CO2 di negara
Filipina dari tahun 2000 sebesar 0,94065 ton/kapita turun hingga 0,72812 ton/ kapita pada
tahun 2006, dan mencapai 1 ton/kapita pada tahun 2015.
90000
85000
80000
Emisi CO2 (kt)
75000
70000
65000
60000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
Serupa dengan tingkat emisi CO2 perkapita, Total emisi CO2 yang dihasilkan dari
pengunaan bahan bakar baik bahan bakar berupa gas, cair, maupun padat di negara Filipina
juga cukup fluktuatif. Emisi CO2 dari penggunaan bahan bakar terendah tercatat pada tahun
2006 dengan nilai total 61693,61 kt, dan meningkat hingga 88191,35 kt pada tahun 2013.
Gambar 2.3 Kontribusi Sektor dalam Menghasilkan Emisi CO2 dari Penggunaan
Bahan Bakar
58.0
57.0
56.0
55.0
%GDP
54.0
53.0 y = 0.4191x + 36.446
52.0 R² = 0.904
51.0
35.00 40.00 45.00 50.00
%Emisi CO2
Gambar 2.4 Grafik Hubungan Sektor Pembangkit Listrik Penghasil Emisi CO2
dengan Sektor Jasa Penyumbang GDP di Filipina
Grafik hubungan sektor pembangkit listrik penghasil emisi CO2 dengan sektor jasa
penyumbang GDP di Filipina menunjukkan nilai korelasi sebesar 90,4%.
5. Kesimpulan
Data emisi CO2 perkapita negara Filipina menunjukkan tren yang fluktuatif. 90% emisi
CO2 dihasilkan dari pengunaan bahan bakar, dengan kontribusi sektor pembangkit listrik dan
panas yang paling besar. Melihat hubungan antara emisi CO2 dengan tingkat ekonomi negara
Filipina dilakukan dengan melihat grafik korelasi antara data dari sektor penyumbang emisi
CO2 terbesar dengan data sektor penyumbang GDP terbesar yaitu sektor jasa, didapatkan nilai
kolerasi sebesar 90,4%. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 2 diterima yang berarti Emisi
CO2 perkapita dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di negara Filipina.
Cadangan minyak mentah di Filipina pada tahun 2005 berjumlah 0,152 milyar barel.
Pada tahun selanjutnya, 2006 hingga 2015, cadangan minyak mentah cenderung stabil berada
0,1385 milyar barel.
Minyak mentah diolah dan diproduksi menjadi minyak tanah dan jenis minyak lainnya.
Sehingga, hasil produksi minyak mentah ini dapat digunakan oleh masyarakat Filipina untuk
memenuhi kebutuhan. Berikut adalah total produksi minyak tanah dan minyak lainnya yang
dilakukan oleh Filipina. Selain minyak mentah, Filipina juga memproduksi batu bara sebagai
sumber energi untuk kebutuhan. Batu bara tersebut diproduksi untuk dapat digunakan oleh
masyarakat Filipina sebagai bahan dasar untuk kebutuhan sehari-hari. Berikut adalah grafik
produksi beserta ekspor dan impor dari batu bara.
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa Filipina masih menggunakan bahan
bakar batu bara sebagai sumber energi. Data yang didapatkan mulai dari tahun 2000 hingga
tahun 2013. Bahkan, batu bara diimpor ke Filipina dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sebagai bahan bakar. Total impor batu bara lebih besar daripada produksi batu bara oleh
Filipina. Sedangkan ekspor yang dilakukan masih sedikit.
Dari produksi yang dilakukan, hasil produksi tersebut digunakan oleh masyarakat
maupun industri untuk dikonsumsi sebagai salah satu kebutuhan. Berikut adalah konsumsi
energi bahan bakar fosil di Filipina dari tahun 1971-2013.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa cadangan minyak mentah cenderung stabil hingga
tahun 2015. Akan tetapi produksi batu bara, minyak mentah, dan minyak lainnya terus
meningkat. Hal ini didukung pula dengan adanya impor bahan bakar ke Filipina untuk
membantu kebutuhan akan bahan bakar di Filipina. Tentunya hasil dari produksi bahan
bakar tersebut digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan. Kebutuhan akan bahan bakar
fosil cenderung meningkat setiap tahun. Hal ini perlu menjadi perhatian karena tingkat
konsumsi yang semakin meningkat dengan cadangan minyak mentah yang cenderung
stabil, atau bahkan pada tahun-tahun berikutnya akan menipis jumlahnya.
Berdasarkan Gambar 3.4, dapat dilihat bahwa energi terbarukan di Filipina berasal dari
solar, angin, air, biomassa, dan geotermal. Geotermal merupakan sumber energi yang paling
banyak di Filipina dengan 53,89%.
Dari sumber energi terbaru, akan diolah menjadi pembangkit listrik. Pembangkit listrik
batu bara merupakan sumber pembangkit listrik terbesar yang digunakan oleh Filipina dengan
persentase 39%. Lalu diikuti dengan energi terbarukan dengan 28%, gas bumi sebesar 27%,
dan minyak sebesar 6%. Berikut adalah grafik persentase sumber pembangkit listrik di Filipina
pada tahun 2012.
Gambar 3.5 Sumber Pembangkit Listrik di Filipina Tahun 2012
Berdasarkan lingkup waktu pada gambar diatas, berikut penjelasan dari kebijakan,
tahun dibuat, status, serta target kebijakan yang dibuat.
Tabel 3.2 Kebijakan Energi Terbarukan
Status
Judul Tahun Target Kebijakan
Kebijakan
Rules Enabling Net Metering Sumber energi
1 2013 Diintensifkan
Program for Renewable Energy terbarukan>sumber daya
Feed-In Tariff for Electricity
Sumber energi
Generated from Biomass,
terbarukan>sumber daya,
2 Ocean, Run-of-River 2012 Diintensifkan
sumber tenaga air, angin,
Hydropower, Solar and Wind
bioenergi, dan solar
Energy Resources
Bionergi>bioenergi untuk
Utilization of locally produced
2011 transportasi
4 bioethanol in the production of Diintensifkan
(December) Bioenergi>Co-firing with fossil
e-gasoline
fuels
Bioenergy>Pembakaran dengan
bahan bakar fosil
5 Mandatory use of biofuel blend 2011 Diintensifkan
Bioenergi>Bio-bahan bakar
untuk transportasi
6 Feed-in Tariff Rules 2010 Diintensifkan Sumber energi terbarukan
Guidelines for issuing
7 renewable energy service & 2009 (July) Diintensifkan Sumber energi terbarukan
operating contracts
Diintensifkan Sumber energi
8 Renewable Energy Act 2008
terbarukan>sumber daya
Diintensifkan Bioenergi>Bio-bahan bakar
9 Biofuels Act 2007
untuk transportasi
Angin
Diintensifkan Sumber energi
10 Investment Priorities Plan (IPP) 2002
terbarukan>sumber daya, laut,
dan solar
Act Ordaining Reforms In The
Electric Power Industry,
Diintensifkan Sumber energi
11 Amending For The Purpose 2001
terbarukan>sumber daya
Certain Laws And For Other
Purposes
New and renewable energy Diintensifkan
12 1997 Angin, laut, dan solar
programme (Exec. Order 462)
Status
Judul Tahun Target Kebijakan
Kebijakan
Tidak
14 Mini-Hydro Law 1991 Sumber daya air
diketahui
Act to Promote the Exploration
Tidak
15 and Development of 1978 Geotermal
diketahui
Geothermal Resources
Accreditation guidelines for
16 renewable energy equipment Diintensifkan Sumber energi terbarukan
suppliers