Anda di halaman 1dari 15

TL5260-PERENCANAAN LINGKUNGAN

UJI HIPOTESIS PERENCANAAN LINGKUNGAN


“FILIPINA”

OLEH:
RANI ANNISA ROYANI 25319016

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
Hipotesis 1 : Tingkat ekonomi suatu negara (GDP per kapita) dipengaruhi proporsi usia
produktif

1. Data Total Populasi


Tabel 1. 1 Data Total Populasi Filipina
Jumlah Penduduk
Tahun 120,000,000
(Jiwa)
2000 77.932.247
100,000,000
2001 79.604.541
2002 81.294.378
2003 82.971.734 80,000,000

2004 84.596.249
2005 86.141.373 60,000,000

2006 87.592.899
2007 88.965.508 40,000,000
2008 90.297.115
2009 91.641.881 20,000,000
2010 93.038.902
2011 94.501.233 0
1995 2000 2005 2010 2015 2020
2012 96.017.322
2013 97.571.676
2014 99.138.690 Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Populasi
2015 100.699.395
2016 103.663.927 Filipina Tahun 2000-2018
2017 105.173.264
2018 106.651.922
Sumber: The World Bank

Penduduk negara Filipina dari tahun 2000 hingga tahun 2018 terus meningkat dari angka
77.932.247 penduduk pada tahun 2000 hingga mencapai 106.651.922 penduduk pada tahun
2018. Pertumbuhan penduduk negara Filipina rata-rata meningkat 1,7% setiap tahunnya.

2. Data jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun)


Dari rasio usia ketergantungan terhadap 100 penduduk usia produktif dapat dihitung
jumlah penduduk usia produktif dari total populasi negara Filipina didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 1.2 Hasil Perhitungan Jumlah
Penduduk Usia Produktif di Filipina
Penduduk Usia 80,000,000
Tahun
Produktif (Jiwa)
2000 45.414.280 70,000,000

2001 46.549.893 60,000,000


2002 47.715.438 50,000,000
2003 48.889.867
40,000,000
2004 50.058.927
2005 51.235.111 30,000,000

2006 52.466.236 20,000,000


2007 53.719.403 10,000,000
2008 55.050.075
0
2009 56.461.696 1995 2000 2005 2010 2015 2020
2010 57.903.647
2011 59.094.349
2012 60.317.209 Gambar 1.2 Grafik Jumlah Penduduk Usia
2013 61.536.249
Produktif di Filipina
2014 62.734.852
2015 63.915.738
2016 65.635.238
2017 66.884.827
2018 68.168.926
Sumber: The World Bank

Grafik diatas menunjukkan peningkatan jumlah penduduk untuk proporsi usia produktif
di negara Filipina, terus meningkat dari tahun 2000 dalam angka 45.414.280 jiwa penduduk
hingga 68.168.926 jiwa penduduk pada tahun 2018.

3. Tingkat pendapatan (Gross Domestic Product) GDP per kapita (dalam US$)
GDP pada harga pembeli adalah jumlah dari nilai tambah pendapatan oleh semua
penduduk produsen dalam perekonomian ditambah pajak produk dan dikurangi subsidi yang
tidak termasuk dalam nilai produk. Hal ini dihitung tanpa membuat potongan untuk penyusutan
aset buatan atau untuk penipisan dan degradasi sumber daya alam. Data dalam dolar AS saat
ini. Angka dolar untuk GDP dikonversi dari mata uang domestik menggunakan satu tahun nilai
tukar resmi. Untuk beberapa negara di mana nilai tukar resmi tidak mencerminkan tingkat
efektif diterapkan untuk transaksi valuta asing yang sebenarnya, faktor konversi alternatif
digunakan.
Tabel 1.3 Gross Domestic Product (GDP)
Per Kapita (Dalam US$) Filipina
350,000,000,000
Tahun GDP per Kapita (US$)
300,000,000,000
2000 81.026.297.144
2001 76.262.072.022 250,000,000,000
2002 81.357.602.950

GDP (US$)
2003 83.908.206.456 200,000,000,000
2004 91.371.239.765
150,000,000,000
2005 103.072.000.000
2006 122.211.000.000 100,000,000,000
2007 149.360.000.000
2008 174.195.000.000 50,000,000,000

2009 168.335.000.000
0
2010 199.591.000.000 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
2011 224.143.000.000 Tahun
2012 250.092.000.000
2013 271.836.000.000
2014 284.834.000.000
Gambar 1.3 Grafik Jumlah Penduduk Usia
2015 292.451.000.000
Produktif di Filipina
Sumber: The World Bank
Dari grafik dapat dilihat tingkat pertumbuhan GDP negara Filipina rata-rata meningkat
dari tahun 2000 hingga tahun 2015. Pada tahun 2000 tercatat sekitar GDP 81M US$ dan
meningkat hingga stabil antara tahun 2008-2009 dalam angka sekitar 171M US$ dan
selanjutnya terus meningkat hingga mencapai sekitar 292M US$ pada tahun 2015.

4. Hubungan GDP perkapita dengan jumlah penduduk usia produktif


Dari data-data yang telah dipaparkan dapat ditarik hubungan antara tingkat ekonomi
(GDP per kapita) dengan jumlah penduduk usia produktif di negara Filipina, digambarkan pada
grafik Gambar 1.4.
Berdasrkan Gambar 1.4 grafik menggambarkan tingkat ekonomi (GDP per kapita)
dengan jumlah penduduk usia produktitf di negara Filipina memiliki korelasi yang besar
dengan nilai 96,27%.
350,000,000,000

300,000,000,000
y = 12997x - 5E+11
GDP per kapita (US$) 250,000,000,000
R² = 0.9627

200,000,000,000

150,000,000,000

100,000,000,000

50,000,000,000

0
45000000 50000000 55000000 60000000 65000000
Jumlah Penduduk Usia Produktif (Jiwa)

Gambar 1.4 Grafik Hubungan GDP Perkapita Dengan Jumlah Penduduk Proporsi
Usia Produktif di Negara Filipina

5. Kesimpulan
Data populasi total Filipina terus meningkat dari tahun 2000-2018, adapun jumlah
penduduk usia produktif juga terus meningkat dari tahun 2000-2018. Data GDP perkapita
Filipina menunjukkan tren yang sama dengan tren yang terus meningkat dari tahun 2000-2015.
Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 1 diterima yang berarti tingkat ekonomi suatu negara
(GDP per kapita) dipengaruhi proporsi usia produktif. Hal ini juga dibuktikan oleh grafik
hubungan GDP perkapita dengan jumlah penduduk proporsi usia produktif di negara Filipina
dengan nilai korelasi 96,27%.
Hipotesis 2 : Emisi CO2 perkapita dipengaruhi oleh tingkat ekonomi suatu negara
Data dan Pembahasan

1. Data emisi CO2 per kapita


Tabel 2.1 Emisi CO2 per Kapita
di Filipina
1.05
Emisi CO2
Tahun
(Ton/Kapita) 1

Emisi CO2 (ton/kapita)


2000 0.94065
0.95
2001 0.89256
0.9
2002 0.877525
2003 0.862127 0.85
2004 0.875524 0.8
2005 0.868717
0.75
2006 0.772812
2007 0.811216 0.7
2008 0.873326
2009 0.846426 Tahun
2010 0.912741
2011 0.90564
2012 0.951071 Gambar 2.1 Grafik Data emisi CO2 Per Kapita
2013 1.006839 Di Filipina
Sumber: The World Bank

Data emisi CO2 di negara Filipina cukup fluktuatif. Ditunjukkan data emisi CO2 di negara
Filipina dari tahun 2000 sebesar 0,94065 ton/kapita turun hingga 0,72812 ton/ kapita pada
tahun 2006, dan mencapai 1 ton/kapita pada tahun 2015.

2. Emisi CO2 dari pengunaan bahan bakar


Emisi CO2 di negara Filipina 90% dihasilkan dari penggunaan bahan bakar, baik dari
penggunaan bahan bakar gas, cair maupun padan, adapun data emisi CO2 dari penggunaan
bahan bakar di Filipina sebagai berikut:
Tabel 2.2 Emisi CO2 dari penggunaan bahan bakar di Filipina
Gaseous Fuel Liquid Fuel Solid Fuel Total
Tahun
(kt) (kt) (kt) (kt)
2000 18.335 51007.97 16314.483 67340.79
2001 260.357 50094.887 16376.822 66732.07
2002 3267.297 47076.946 14308.634 64652.88
2003 4979.786 45170.106 14869.685 65019.58
2004 4763.433 46537.897 16112.798 67414.13
2005 6307.24 42009.152 18789.708 67106.1
Gaseous Fuel Liquid Fuel Solid Fuel Total
Tahun
(kt) (kt) (kt) (kt)
2006 5214.474 38683.183 17795.951 61693.61
2007 7084.644 36670 21906.658 65661.3
2008 7455.011 39258.902 25474.649 72188.56
2009 7510.016 38257.811 24385.55 70153.38
2010 7073.643 41642.452 28276.237 76992.33
2011 7634.694 38804.194 31132.83 77571.72
2012 7319.332 41983.483 32584.962 81887.78
2013 6743.613 41279.419 40168.318 88191.35
Sumber: The World Bank

90000

85000

80000
Emisi CO2 (kt)

75000

70000

65000

60000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Gambar 2.2 Grafik emisi CO2 dari Penggunaan Bahan Bakar

Serupa dengan tingkat emisi CO2 perkapita, Total emisi CO2 yang dihasilkan dari
pengunaan bahan bakar baik bahan bakar berupa gas, cair, maupun padat di negara Filipina
juga cukup fluktuatif. Emisi CO2 dari penggunaan bahan bakar terendah tercatat pada tahun
2006 dengan nilai total 61693,61 kt, dan meningkat hingga 88191,35 kt pada tahun 2013.

3. Kontribusi Sektor dalam menghasilkan Emisi CO2


Gambar diatas menunjukkan kontribusi sektor dalam menghasilkan Emisi CO2 dari
penggunaan bahan bakar. Adapun sektor penghasil CO2 berasal dari perusahaan pembangkit
listrik dan panas dengan rata-rata 42,33%, disusul oleh sektor transportasi dengan 34,08, lalu
industri manufaktur dan konstruksi 15,49%, lalu dari sektor bangunan perumahan 7%, dan
1,1% dari sektor lainnya.
100%
90%
80%
70%

% of total fuel combustion


60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
electricity and heat production 37.45 37.22 36.91 38.97 39.29 42.99 40.47 42.00 44.48 43.86 45.17 46.13 47.93 49.74
transport 36.10 39.24 40.13 37.33 37.82 35.18 35.65 31.84 31.18 32.60 30.79 30.25 30.46 28.52
manufacturing industries and
16.86 13.91 13.06 14.42 14.38 14.58 16.34 18.94 17.62 15.62 16.24 15.89 14.28 14.66
construction
residential buildings, commercial,and
8.30 8.44 8.59 7.93 7.28 6.04 6.36 5.48 5.61 7.04 6.94 6.97 6.64 6.43
public services
other sectors 1.29 1.18 1.30 1.35 1.22 1.22 1.16 1.72 1.11 0.88 0.87 0.76 0.70 0.66

Gambar 2.3 Kontribusi Sektor dalam Menghasilkan Emisi CO2 dari Penggunaan
Bahan Bakar

4. Hubungan emisi CO2 perkapita dengan tingkat ekonomi di Filipina


Hubungan emisi CO2 perkapita dengan tingkat ekonomi di Filipina dapat dilihat dari
kolerasi antara data sektor penghasil emisi CO2 terbesar yaitu perusahaan pembangkit listrik
dan panas, dan sektor jasa sebagai penyumbang GDP terbesar, adapun hasil dapat dilihat pada
gambar berikut:

58.0
57.0
56.0
55.0
%GDP

54.0
53.0 y = 0.4191x + 36.446
52.0 R² = 0.904
51.0
35.00 40.00 45.00 50.00
%Emisi CO2

Gambar 2.4 Grafik Hubungan Sektor Pembangkit Listrik Penghasil Emisi CO2
dengan Sektor Jasa Penyumbang GDP di Filipina
Grafik hubungan sektor pembangkit listrik penghasil emisi CO2 dengan sektor jasa
penyumbang GDP di Filipina menunjukkan nilai korelasi sebesar 90,4%.
5. Kesimpulan
Data emisi CO2 perkapita negara Filipina menunjukkan tren yang fluktuatif. 90% emisi
CO2 dihasilkan dari pengunaan bahan bakar, dengan kontribusi sektor pembangkit listrik dan
panas yang paling besar. Melihat hubungan antara emisi CO2 dengan tingkat ekonomi negara
Filipina dilakukan dengan melihat grafik korelasi antara data dari sektor penyumbang emisi
CO2 terbesar dengan data sektor penyumbang GDP terbesar yaitu sektor jasa, didapatkan nilai
kolerasi sebesar 90,4%. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis 2 diterima yang berarti Emisi
CO2 perkapita dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di negara Filipina.

Hipotesis 3: Pengembangan renewable energy lebih banyak didorong oleh faktor


keterbatasan fossil fuel di suatu negara, selain faktor kebijakan dan lain-lain.

1. Kondisi dan Jumlah bahan bakar di Filipina


Berikut adalah tabel dan grafik dari cadangan minyak mentah yang tersedia di Filipina.

Tabel 3.1 Cadangan Minyak


Mentah di Filipina
Cadangan
Tahun minyak mentah
0.155
(milyar barrels)
2005 0,152 0.15
2006 0,1385
milyar barrels

2007 0,1385 0.145


2008 0,1385
0.14
2009 0,1385
2010 0,1385 0.135
2011 0,1385
2012 0,1385 0.13
2013 0,1385
2014 0,1385
Tahun
2015 0,1385
Sumber: www.eia.gov
Gambar 3.1 Grafik Cadangan Minyak
Mentah di Filipina

Cadangan minyak mentah di Filipina pada tahun 2005 berjumlah 0,152 milyar barel.
Pada tahun selanjutnya, 2006 hingga 2015, cadangan minyak mentah cenderung stabil berada
0,1385 milyar barel.
Minyak mentah diolah dan diproduksi menjadi minyak tanah dan jenis minyak lainnya.
Sehingga, hasil produksi minyak mentah ini dapat digunakan oleh masyarakat Filipina untuk
memenuhi kebutuhan. Berikut adalah total produksi minyak tanah dan minyak lainnya yang
dilakukan oleh Filipina. Selain minyak mentah, Filipina juga memproduksi batu bara sebagai
sumber energi untuk kebutuhan. Batu bara tersebut diproduksi untuk dapat digunakan oleh
masyarakat Filipina sebagai bahan dasar untuk kebutuhan sehari-hari. Berikut adalah grafik
produksi beserta ekspor dan impor dari batu bara.

Gambar 3.2 Grafik Produksi, Ekspor dan Impor Batu Bara


Sumber : knoema.com/EIAIES2015

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa Filipina masih menggunakan bahan
bakar batu bara sebagai sumber energi. Data yang didapatkan mulai dari tahun 2000 hingga
tahun 2013. Bahkan, batu bara diimpor ke Filipina dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sebagai bahan bakar. Total impor batu bara lebih besar daripada produksi batu bara oleh
Filipina. Sedangkan ekspor yang dilakukan masih sedikit.
Dari produksi yang dilakukan, hasil produksi tersebut digunakan oleh masyarakat
maupun industri untuk dikonsumsi sebagai salah satu kebutuhan. Berikut adalah konsumsi
energi bahan bakar fosil di Filipina dari tahun 1971-2013.

Gambar 3.3 Konsumsi Energi Bahan Bakar Fosil


Sumber : data.worldbank.org
Dari Gambar 3.3, dapat dilihat grafik konsumsi energi energi bahan bakar fosil yang
naik dan turun. Pada tahun 1980-an, terjadi ketidakstabilan ekonomi dunia. Hal ini
berujung pada tahun 1985 dimana terjadi penurunan perdagangan komoditas internasional
dan ketidakstabilan harga minyak dunia. Hal ini mengakibatkan konsumsi energi bahan
bakar fosil menurun. Setelah itu, harga minyak mulai stabil dan konsumsi energi bahan
bakar fosil meningkat. Pada tahun 1998 terjadi penurunan kembali yang diakibatkan
ekonomi di Filipina sedang merosot. Setelah tahun 1998, konsumsi energi bahan bakar
fosil di filipina stabil dengan masih terdapat tren naik-turun. Konsumsi paling tinggi
dimulai pada tahun 2013.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa cadangan minyak mentah cenderung stabil hingga
tahun 2015. Akan tetapi produksi batu bara, minyak mentah, dan minyak lainnya terus
meningkat. Hal ini didukung pula dengan adanya impor bahan bakar ke Filipina untuk
membantu kebutuhan akan bahan bakar di Filipina. Tentunya hasil dari produksi bahan
bakar tersebut digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan. Kebutuhan akan bahan bakar
fosil cenderung meningkat setiap tahun. Hal ini perlu menjadi perhatian karena tingkat
konsumsi yang semakin meningkat dengan cadangan minyak mentah yang cenderung
stabil, atau bahkan pada tahun-tahun berikutnya akan menipis jumlahnya.

2. Identifikasi Energi Terbarukan


Berikut adalah rata-rata distribusi energi terbarukan di Filipina pada tahun 2000-2012.

Gambar 3.4 Persentase Rata-rata Distribusi Energi Terbarukan di Filipina


Tahun 2000-2012

Berdasarkan Gambar 3.4, dapat dilihat bahwa energi terbarukan di Filipina berasal dari
solar, angin, air, biomassa, dan geotermal. Geotermal merupakan sumber energi yang paling
banyak di Filipina dengan 53,89%.
Dari sumber energi terbaru, akan diolah menjadi pembangkit listrik. Pembangkit listrik
batu bara merupakan sumber pembangkit listrik terbesar yang digunakan oleh Filipina dengan
persentase 39%. Lalu diikuti dengan energi terbarukan dengan 28%, gas bumi sebesar 27%,
dan minyak sebesar 6%. Berikut adalah grafik persentase sumber pembangkit listrik di Filipina
pada tahun 2012.
Gambar 3.5 Sumber Pembangkit Listrik di Filipina Tahun 2012

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Filipina mempunyai sumber energi terbarukan


yang bermacam-macam, namun penggunaan energi terbarukan ini belum maksimal,
terutama pada geotermal yang merupakan sumber energi terbarukan terbesar di Filipina.

3. Kebijakan Terkait Pengembangan Dan Penggunaan Energi Terbarukan


Pada 14 Juni 2011, pemerintah Filipina melalui DOE mengumumkan program energi
terbarukan dengan nama National Renewable Energy Program (NREP). NREP
menargetkan untuk setiap sumber energi terbarukan seperti teknologi solar, angin,
geotermal, air, dan laut dalam kurun waktu 2011-2030.
Selain itu, terdapat kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah Filipina pada energi
terbarukan. Berikut adalah lingkup waktu beserta kebijakan yang telah dibuat oleh
pemerintah Filipina.

Gambar 3.6 Statistik Kebijakan Energi Terbarukan

Berdasarkan lingkup waktu pada gambar diatas, berikut penjelasan dari kebijakan,
tahun dibuat, status, serta target kebijakan yang dibuat.
Tabel 3.2 Kebijakan Energi Terbarukan

Status
Judul Tahun Target Kebijakan
Kebijakan
Rules Enabling Net Metering Sumber energi
1 2013 Diintensifkan
Program for Renewable Energy terbarukan>sumber daya
Feed-In Tariff for Electricity
Sumber energi
Generated from Biomass,
terbarukan>sumber daya,
2 Ocean, Run-of-River 2012 Diintensifkan
sumber tenaga air, angin,
Hydropower, Solar and Wind
bioenergi, dan solar
Energy Resources

Ensuring the adequacy and


readiness of the National
Transmission System to
3 2011 (July) Diintensifkan Sumber energi terbarukan
accomodate new generating
capacities from Renewable
Energy (RE) Technologies

Bionergi>bioenergi untuk
Utilization of locally produced
2011 transportasi
4 bioethanol in the production of Diintensifkan
(December) Bioenergi>Co-firing with fossil
e-gasoline
fuels
Bioenergy>Pembakaran dengan
bahan bakar fosil
5 Mandatory use of biofuel blend 2011 Diintensifkan
Bioenergi>Bio-bahan bakar
untuk transportasi
6 Feed-in Tariff Rules 2010 Diintensifkan Sumber energi terbarukan
Guidelines for issuing
7 renewable energy service & 2009 (July) Diintensifkan Sumber energi terbarukan
operating contracts
Diintensifkan Sumber energi
8 Renewable Energy Act 2008
terbarukan>sumber daya
Diintensifkan Bioenergi>Bio-bahan bakar
9 Biofuels Act 2007
untuk transportasi
Angin
Diintensifkan Sumber energi
10 Investment Priorities Plan (IPP) 2002
terbarukan>sumber daya, laut,
dan solar
Act Ordaining Reforms In The
Electric Power Industry,
Diintensifkan Sumber energi
11 Amending For The Purpose 2001
terbarukan>sumber daya
Certain Laws And For Other
Purposes
New and renewable energy Diintensifkan
12 1997 Angin, laut, dan solar
programme (Exec. Order 462)
Status
Judul Tahun Target Kebijakan
Kebijakan

Act Creating the Department of


Energys Rationale for the
Organization and Functions of Tidak
13 1992 Sumber energi terbarukan
Government Agencies Related diketahui
to Energy and Other Related
Purposes

Tidak
14 Mini-Hydro Law 1991 Sumber daya air
diketahui
Act to Promote the Exploration
Tidak
15 and Development of 1978 Geotermal
diketahui
Geothermal Resources
Accreditation guidelines for
16 renewable energy equipment Diintensifkan Sumber energi terbarukan
suppliers

Prospek pengembangan energi terbarukan di Filipina telah diatur dalam undang-


undang dan dukungan dari pemerintah. Namun, terdapat tantangan yang dihadapi dan
perlu ditangani, diantaranya adalah :
 Tingginya biaya pengembangan energi terbarukan karena terbatasnya jumlah produsen
lokal, perakit, dan pemasok peralatan energi terbarukan dan komponen yang diimpor ke
Filipina
 Pilihan yang terbatas dalam mengoptimalkan pengembangan sumber data karena kurang
data yang terkini pada sumber energi terbarukan
 Kurangnya kapasitas dan pelatihan dalam meningkatkan kemampuan teknis pada
stakeholder dan developer
 Kebutuhan yang kuat dalam penelitian dan pengembangan pada energi terbarukan
 Dukungan infrastruktur yang terbatas (contoh: jalur transmisi dan kabel laut)
 Informasi yang terbatas dan pendidikan tentang kegiatan energi terbarukan.
Sektor energi terbarukan ini tidak akan bisa bergerak tanpa adanya kekuatan
lingkungan hukum dan kebijakan, dana, teknologi, dan sumber daya yang dapat
menjalankan program-program yang dirancang dengan baik.
4. Kesimpulan

Pengembangan energi terbarukan lebih banyak digunakan karena ketersediaan sumber


energi terbarukan di Filipina yang lebih besar daripada sumber energi bahan bakar fosil.
Kebijakan pemerintah turut membantu dalam mengembangkan energi terbarukan ini.
Sehingga, dalam hipotesis 3 ini ditolak.
DAFTAR PUSTAKA

The World Bank, data diambil dari internet: http://data.worldbank.org/country/philippines. Diunduh


pada tanggal 3 Februari 2020.
Philippine Statistic Authority. The Age and Sex Structure of the Philippine Population: (Facts from the
2010 Census ), data diambil dari internet. http://psa.gov.ph/content/age-and-sex-structure-
philippine-population-facts-2010-census. Diunduh pada tanggal 3 Februari 2020
Fossil Fuel Energy Consumption, data diambil dari internet:
http://data.worldbank.org/indicator/EG.USE.COMM.FO.ZS?end=2013&locations=PH&start=1
971&view=chart. Diunduh pada tanggal 3 Februari 2020.
Total Primary Energy Production 2014, data diambil dari internet:
https://www.eia.gov/beta/international/country.cfm?iso=PHL. Diunduh pada tanggal 3 Februari
2020.
Philippines Statistics (Policies and Measures in Renewable Energy), data diambil dari internet:
http://www.iea.org/policiesandmeasures/renewableenergy/?country=Philippines. Diunduh pada
tanggal 3 Februari 2020.
Senate Economic Planning Office. (2014). Renewable Energy At A Glance. Philippines: Senate of The
Philippines.
Energy Statistics, data diambill dari internet: https://knoema.com/EIAIES2015Jun/international-
energy-statistics-january-2016?location=1002240-philippines. Diunduh pada tanggal 3 Februari
2020.

Anda mungkin juga menyukai