BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Salah satu yang tertuang dalam Undang-undang No
36 tahun 2009 tentang kesehatan bertujuan melindungi pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan serta memberi kepastian hukum dalam rangka meningkatkan,
mengarahkan dan memberi dasar bagi pembangunan kesehatan. Dalam
pembangunan kesehatan perlu dilakukan peningkatan pelayanan kesehatan
termasuk peningkatan Pelayanan Radiologi di Rumah Sakit.
Pelayanan radiologi merupakan bagian integral dari pelayanan medik
Rumah sakit yang perlu mendapat perhatian khusus, karena sebagaimana
diketahui bahwa Pelayanan Radiologi selain telah dirasakan besar manfaatnya,
namun oleh karena didalam pengoperasian peralatan radiologi menggunakan zat
radioaktif atau sumber radiasi pengion lainnya sehingga ada resiko bahaya radiasi
baik terhadap pekerja, pasien, maupun lingkungannya, dengan demikian Pelayanan
Radiologi harus dikelola oleh mereka yang benar-benar profesional dalam bidang
radiologi demi keselamatan kerja terhadap radiasi.
Pelayanan Radiologi merupakan pelayanan penunjang medis Rumah Sakit
TK. IV Dr. Bratanata Jambi, yang mempunyai falsafah perwujudan dari disiplin dan
profesionalisme, berlandaskan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
Untuk mencapai hal-hal tersebut diperlukan Standar Pelayanan Instalasi
Radiologi ini disusun dari berbagai buku acuan dan standar yang berlaku, yang
disesuaikan dengan kondisi RS. TK.IV Dr. Bratanata Jambi sehingga dapat
memberikan gambaran Pelayanan Instalasi Radiologi dari sisi landasan hukum.
mekanisme pelayanan, sarana pendukung SDM, logistik dan fasilitas serta
peralatan, sanitasi dan K3, dan tak kalah penting pembiayaan dan pengawasan dan
pengendalian mutu.
Buku standar pelayanan Instalasi Radiologi ini juga merupakan acuan bagi
pelaku pelayanan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
2
B. Ruang Lingkup
Pelayanan Radiologi di Rumah Sakit TK. IV Dr. Bratanata Jambi mempunyai
ruang lingkup Radiodiagnostik Konvensional, CT-Scan, Magnetic Resonance
Imajing (MRI) dan Ultrasonografi (USG).
C. Batasan Operasional
1. Radiologi
Radiologi (Ilmu Sinar) adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi
pengion dan bentuk energi lainnya (nonpengion) dalam bidang diagnostik imejing
dan terapi, yang meliputi energi pengion lain dihasilkan oleh generator dan
bahan radio aktif seperti antara lain Sinar Rontgen (Sinar X), snar gama,
pancaran partikel pengion (elektron, neutron, positron dan proton) serta bukan
energi pengion (nonpengion) seperti antara lain gelombang ultrasonik,
gelombang infrared, gelombang magnetis, gelombang mikro (microwave) dan
radio frekwensi.
2. Radiodiagnostik Imaging
Adalah cabang dari Ilmu Radiologi dalam bidang diagnosik yang menggunakan
alat-alat yang memancarkan energi radiasi pengion maupun bukan pengion
(nonpengion) yang dihasilkan oleh generator dan bahan radio aktif yang
menghasilkan citra (imej) dari morfologi tubuh manusia dan faal tubuh manusia
untuk diagnosis medis yang menggunakan sinar rontgen (sinar x), sinar
inframerah, radio nuklir, gelombang ultrasonik, gelombang magnetis dan emisi
positron.
3. Standar Pelayanan Radiologi
Adalah sumber yang berlaku sesuai dengan tingkat atau kelas rumah sakit dan
sarana pelayanan kesehatan lainnya yang menyelenggarakan pelayanan
radiologi tersebut.
4. Tenaga Profesional / Formal Radiologi adalah tenaga yang mencakup : dokter
spesialis radiologi (Radiologist), Radiografer, Fisikawan Medik.
5. Tenaga Penunjang Radiologi adalah tenaga yang mencakup : Teknisi Pesawat
Rontgen Pesawat Radiologi, paramedis, ditatar dibidang radiologi, petugas
administrasi radiologi
3
19. Lateral yaitu arah sinar dari sisi samping pasin atau sejajar dengan bidang
coronal pasien.
20. Oblique yaitu arah sinar membentuk sudut 45 o dari bidang sagital atau coronal
pasien.
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah No . 11 tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja Terhadap
Radiasi.
3. Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1975, tentang Izin pemakaian zat radioaktif
dan atau sumber radiasi lainnya.
4. Peraturan MENKES No.366.MENKES/PER/V/1997, tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Radiologi
5. Buku Pedoman Pelayanan Radiologi Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan
Kesehatan Lainnya.
6. Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No. 943/Yanmed/RS-Umdik/VII/1985,
tentag Rekomendasi Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber Radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang Penyempurnaan Surat Edaran Dirjen
Yan Medik Depkes RI No. 943/Yanmed/Rs-Umdik/VII/1985
7. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1992 tentang Tenaga Kesehatan
8. Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525/Menkes/VIII/1989-/VIII/1989 - No 01.01/94/DJ/89 tentang Pendelegasian
Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber
Radiasi Lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan R.I
9. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1014/MENKES/
SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiology Diagnostik Di Sarana
Pelayanan Kesehatan
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 780/ MENKES/ PER/
VIII/2008 tentang penyelenggaraan pelayanan Radiologi
5
BAB IX
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PESONIL
Tabel 3.1
Kualifikasi SDM Instalasi Radiologi
NAMA JABATAN URAIAN TUGAS KUALIFIKASI
1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
di Unit Radiologi. 7
2. Menyusun Prosedur Standar
B. Operasional pelayanan di Unit
Radiolgi.
3. Membuat dan mengevaluasi program
kerja Unit Radiologi.
Ka. Instalasi radiologi 4. Membuat laporan kegitan pelayanan Dr. Spesialis Radiologi
di Unit Radiologi
5. Merencanakan kebutuhan sumber
daya di unit radologi.
6. Melaksanakan tugas lain yang
diberikan oleh atasan langsung atau
yang terkait dengan kegiatan unit
radiologi.
3. HITUNGAN
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
4. Pemeriksaan tanpa kontras : 20 pemeriksaan X 25 menit = 500 menit
5. Pemeriksaan dengan kontras : 1 pemeriksaan X 120 menit = 120 menit
6. Pemeriksaan USG : 9 pemeriksaan X 20 menit = 180 menit
7. Pemeriksaan CT-Scan : 3 pemeriksaan X 20 menit = 60 menit
C. HITUNGAN
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
1. Mendaftarkan pasien : 12 pemeriksaan X 5 menit = 60 menit
2. Input tindakan radiologi : 12 pemeriksaan X 5 menit = 60 menit
11
C. HITUNGAN
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
1. Mendaftarkan pasien : 9 pemeriksaan X 5 menit = 45
menit
2. Input data pasien : 9 pemeriksaan X 5 menit = 45 menit
3. Pemeriksaan Radiologi : 3 pemeriksaan X 25 menit = 75 menit
4. Pemeriksaan CT-Scan : 1 pemeriksaan X 20 menit = 20 menit
5. Pemeriksaan USG : 5 pemeriksaan X 20 menit = 100 menit
Jika waktu efektif kerja shift malam adalah 12 jam, maka petugas Radiologi yang
dibutuhkan adalah 5 jam : 12 jam = 1 orang
13
D. Pembinaaan Tenaga
Peningkatan kompetensi tenaga radiologi dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan Pelatihan dilaksanakan sesuai prioritas dan ketersedian
anggaran, dikoordinir oleh Bidang SDM.
Pelatihan untuk peningkatan kompetensi tenaga radiologi bisa melalui inhouse
training dan eksternal course. Inhouse training, yaitu program pelatihan yang
diselenggarakan oleh rumah sakit. Pelatihan yang dapat diikuti oleh SDM radiologi
adalah: pelatihan manajemen meliputi: Membangun team work, manajemen konflik,
Komunikasi organisasi, manajemen perubahan, Problem Solving, manajemen
informasi, manajemen pelapoporan, manajemen arsip, manajemen Pengendalian
infeksi rumah sakit. dan Pengendalian bahaya kebakaran. Pelatihan perilaku berupa
membangun komitmen, service exelent, komunikasi asertif.
Pelatihan tehnis radiologi berupa pelatihan CT Scan, Pemeliharaan peralatan,
penanganan reaksi alergi, penanganan kegawat daruratan bagi petugas rumah sakit,
pelatihan computer billing sistem, Membangun team work.
Eksternal course, yaitu program pelatihan diluar rumah sakit yang diikuti sesuai
dengan kebutuhan diantaranya Operasional CT Scan bagi radiografer, Petugas
proteksi radiasi, USG colour Doppler, trans cranial doppler, Quality insurence.
14
BAB III
STANDAR FASILITAS RADIOLOGI
.
15
B. FASILITAS
Instalasi Radiologi memiliki fasilitas ruang yang terdiri dari :
1. ruang administrasi / ruang ambil hasil
2. ruang baca dokter
3. ruang petugas jaga
4. ruang arsip foto
5. ruang pemeriksaan dan ruang panoramic
6. rruang tunggu pemeriksaan
7. ruang USG dan ruang CT-Scan
8. ruang MRI
d. 1 unit kulkas
e. 1 buah washtafel
f. Kamar mandi petugas
4. Ruang pemeriksaan
Ruang pemeriksaan terbagi menjadi 2 ruang pemeriksaan
a. Ruang pemeriksaan I
Ruang pemeriksaan I berukuran m. Ruang pemeriksaan ini di gunakan
untuk pemeriksaan khusus/kontras. Fasilitas yang ada didalamnya adalah :
1. 1 unit pesawat rontgen konvensional
2. 1 unit pesawat panoramic
3. 1 buah AC
4. 1 unit meja pemeriksaan
5. 1 buah chest stand
6. 1 buah gantungan apron
7. 1 buah apron
8. 1 buah tabung oksigen
9. 1 buah stand infuse
10. 1 buah kamar ganti pasien
11. 1 buah lemari kaca
12. 2 tempat sampah medis dan non medis
13. Ruang control
b. Ruang pemeriksaan II
Ruang pemeriksaan II berukuran m. Ruang pemeriksaan ini di gunakan
untuk pemeriksaan rutin, Fasilitas yang ada di dalamnya :
1. 1 unit pesawat rontgen konvensional
2. 1 kamar ganti pasien
3. 1 buah gantungan apron
4. 1 buah anak tangga
5. 1 unit AC
6. 1 apron
7. Ruang control table
5. Ruang tunggu pasien
Ruang tunggu pasien yang akan dilakukan pemeriksaan rontgen, fasilitas yang ada
didalamnya adalah : 12 buah kursi tunggu
17
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PENDAFTARAN PEMERIKSAAN
1 Petugas pendaftaran menerima formulir permintaan radiologi dari poliklinik,
rawat jalan atau rawat inap serta klinik luar / dokter luar.
2 Memilah / menyeleksi jenis pemeriksaan yang diminta untuk pasien rawat
jalan:
2.1 Pemeriksaan Khusus ( dengan kontras )
2.2 Pemeriksaan Rutin ( tanpa kontras )
3 Bila pemeriksaan khusus yang diminta
Untuk pasien rawat jalan :
1. Dipersiapkan terlebih dahulu ( dipuasakan ).
2. Diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan baik secara lisan
tertulis.
3. Dijanjikan tanggal dan jam pemeriksaan.
4. Menandatangani persetujuan tindak medik ( informed concent ) bila diperlukan.
4. Untuk pasien rawat inap :
Semua persiapan pemeriksaan dilakukan oleh petugas ruangan yang telah
berkoordinasi terlebih dahulu dengan petugas instalasi radiologi
5. Bila pemeriksaan rutin bisa langsung dikerjakan setelah melalui persyaratan
teknis administrasi.
6. Pasien umum tunai / askes wajib diberikan penjelasan tentang biaya / selisih
biaya pemeriksaan yang harus dibayar.
7. Pasien umum tagihan( BPJS Mandiri , BPJS TNI/POLRI , BPJS Askes,
Jamsostek dan Perusahaan yang sudah MOU hanya melengkapi persyaratan yang
berlaku.
8. Bila setuju dikerjakan
Semua pasien rawat jalan : Harus registrasi dahulu di medical record,untuk pasien
rawat inap, petugas ruangannya yang konsul ke radiologi dengan menginput ke
komputer.
19
B. PERSIAPAN PEMERIKSAAN
1. Persiapan pemeriksaan dilakukan untuk pasien pemeriksaan khusus yang meliputi
Oesofagus Maag Duodenum/ OMD (lambung) , Colon In Loop (usus besar),
Apendicogram (usus buntu), BNO-IVP, Uretrocistogram (ginjal dan saluran
kencing ), HSG (saluran peranakan), USG Abdomen, CT-SCAN Kepala dengan
kontras, CT-SCAN Abdomen dengan kontras.
2. Persiapan pemeriksaan lambung (OMD), Appendicogram, yang meliputi:
2.1 Satu hari sebelum pemeriksaan pasien hanya boleh makan bubur kecap,
minum air putih.
2.2 Malam menjelang pemeriksaan pasien harus puasa ( tidak makan / tidak
minum ± 8 – 10 jam ).
2.3 Untuk pasien appendicogram, Barium Sulfat diminum sesudah pengambilan
foto polos abdomen dan dilakukan pemeriksaan lanjutan 10 jam berikutnya ,
kemudian pasien puasa,dan tidak boleh buang air besar sebelum
pemeriksaan.
2.4 10 jam kemudian ( pada hari pemeriksaan ) pasien harus berada di instalasi
radiologi dalam keadaan puasa.
3. Persiapan pemeriksaan ginjal + saluran kencing (BNO-IVP), usus besar ( Colon In
Loop ), uretrocystogram,yang meliputi:
3.1 Cek Ureum dan Creatinin, jika Cr dan Ur pasien normal pemeriksaan BNO-
IVP dapat dilanjutkan, kemudian diberikan resep obat kontras kepada pasien
untuk ditebud ke apotik (untuk pasien rawat jalan) sedangkan untuk pasien
rawat inap, diserahkan kepada perawat ruangan.
3.2 Satu hari sebelum pemeriksaan pasien hanya boleh makan bubur kecap,
minum air putih / teh sekedarnya.
3.3 Malam menjelang pemeriksaan pasien minum obat pencahar, kemudian
puasa
3.4 Keesokan harinya pada hari pemeriksaan pasien harus berada di radiologi
dalam keadaan puasa.
4. Untuk pemeriksaan ginjal( BNO-IVP), jelaskan pasien untuk isi dan tandatangani
surat persetujuan tindak medik ( Inform concent ), Persiapan pemeriksaan USG
Abdomen ( perut ) yang meliputi:
4.1 Satu hari sebelum pemeriksaan pasien sebaiknya makan bubur kecap,minum
air putih.
20
C. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan radiologi rutin ( non kontras ) terdiri dari pemeriksaan
tulang kepala,extremitas atas, thorax ,extremitas bawah, dan tulang belakang.
Adapun ketentuan pelaksanaan pemeriksan sebagai berikut:
a. Membaca formulir permintaan pemeriksaan radiologi(lihat posisi dan klinis ).
b. Mengatur tube dan meja pemeriksaan.
c. Memanggil pasien dan menjelaskan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
d. Mengatur posisi pasien sesuai yang dibutuhkan.
e. Memasang marker R/L pada
f. Mengatur kondisi pemotretan ( KV, mA, Sec ) sesuai dengan tabel kondisi.
g. Memberi aba – aba atau perintah menjelang expose.
21
pagi, maka petugas MRI dipanggil / ONCALL. Kemudian pemeriksaan USG yang
dilakukan langsung oleh Radiolog, jika ada pemeriksaan USG bersifat Cyto diluar jam
dinas Radiolog dan juga expertise hasil roentgen yang bersifat cyto, juga dilakukan
pemanggilan / ONCALL.
E. PELAYANAN RUJUKAN
Pelayanan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Tingkat IV Dr. Bratanata Jambi
yang bersifat rujukan biasanya seperti tindakan yang tidak bisa dikerjakan karena
keterbatasan alat penunjang yang digunakan, misalnya seperti permintaan USG
Doppler, CT-SCAN Bone yang membutuhkan potongan sagital coronal ataupun 3D
karena alat yang tidak memadai. Akan tetapi rumah sakit tidak melakukan kontrak kerja
sama atau MOU dengan rumah sakit luar hanya sebatas merujuk pemeriksaanya saja.
F. PEMBERIAN EXPERTISE
Membuat expertise foto – foto yang telah disiapkan.
G. PENYERAHAN HASIL
1. Melakukan pengetikan hasil pemeriksaan
2. Mengarsipkan hasil pemeriksaan
3. Melayani pengambilan hasil pemeriksaan
23
BAB V
LOGISTIK
Keperluan logistik di Instalasi Radioligi meliputi obat dan bahan medis dipenuhi
melalui Instalasi Farmasi , alat tulis kantor (ATK),Cetakan dan Pembersih dipenuhi melalui
bagian Koperasi rumah sakit. Pengelolaan keduanya meliputi alur, perencanaan,
permintaan, penyimpanan, penggunaan. adalah sebagai berikut:
2. Perencanaan
Pelaksana administrasi radiologi mendata kebutuhan obat – obatan, X-ray film
dan bahan habis pakai setiap bulan dan mengajukan kebutuhan tersebut ke
KARU.Radiologi ,KARU.Radiologi mencek barang dan kebutuhan yang
diperlukan dan menandatangani bon permintaan. Bon permintaan yang telah
ditandatangani diserahkan ke bagian Farmasi.
3. Permintaan
Permintaan obat dan alat medis dilakukan setiap satu bulan sekali sesuai
kebutuhan ke bagian Farmasi, menggunakan formulir Bon Permintaan Barang.
Apabila ada kebutuhan mendesak dan stok barang di radiologi kosong maka
permintaan barang bisa dilakukan sewaktu – waktu pada jam kerja sesuai
kebutuhan.
4. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan di lemari gudang radiologi .
24
5. Penggunaan
Penggunaan obat – obatan dan Bahan Medis dengan memperhatikan waktu
kadaluarsa. Barang yang memiliki waktu kadaluarsa paling pendek digunakan
terlebih dulu.
1. Alur
2. Perencanaan
Petugas radiologi mendata kebutuhan barang barang alat tulis, cetakan dan
pembersih setiap bulan dan mengajukan kebutuhan tersebut ke KARU.Radiologi
,KARU Radiologi mencek barang dan kebutuhan yang diperlukan dan
menandatangani bon permintaan. Bon permintaan yang telah ditandatangani
diserahkan ke bagian gudang persediaan.
3. Permintaan
Permintaan alat tulis, cetakan dan pembersih dilakukan setiap satu bulan sekali
sesuai kebutuhan ke bagian Koperasi rumah sakit. menggunakan formulir Bon
Permintaan Barang.
Apabila ada kebutuhan mendesak dan stok barang di radiologi kosong maka
permintaan barang bisa dilakukan sewaktu – waktu pada jam kerja sesuai
kebutuhan.
4. Penyimpanan dan pemakaian
Penyimpanan dilakukan di lemari gudang radiologi .
25
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien ( patient safety ) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatakan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40/1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular
4. Peraturan Pemerintah Nomor 18/1999 Peraturan Pemerintah Nomor 85 v tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Lembaran Negara Nomor 59 tahun 1999, tambahan Lembaran
Negara Nomor 3838)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahahya dan Beracun
7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negaran tahun 2001 Nomor 153,
tambahan Lembaran Negara Nomor 4161)
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
875/Men.KEs/SK/VIII/2001 tentang Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Kegiatan Bidang Kesehatan)
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 876/Men.Kes/SK/VIII/201
Tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak kesehatan Lingkungan
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58/Men.LH/12/1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
28
B. Pengertian
1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah padat medis dan non
medis.
3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotksis, limbah kimiawi,
limbah radio aktif, limbah kontainer kertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
4. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit diluar medis yang berasal dari dapur, pekantoran, taman dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun dan radio aktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator,
anastesi dan pembuatan obat sitotksik.
7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak
secara rutin ada dilingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah virulanesi yang
cukup utuk menularkan penyakit pada manusia rentan
8. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembikanan dan stock bahan
sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah
diinokulasi terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
29
9. Limbah sitotoksi adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kangker yang mempunyai kemampuan
untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
10. Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun bagi
kesehatan manusia dan lingkungan
11. Minimalisasi limbah dalah upaya yang dilakukan rumah sakit utnuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce),
menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle)
C. Pengolahan Limbah
Jenis dan asal limbah rumah sakit berasal dari rumah sakit berasal dari unit
pelayanan medis rawat inap. Asal limbah antara lain dari Unit Pelayanan Medis
meliputi Rawat Inap, Rawat Jalan / Poli Klinik, Rawat Intensif, Rawat Darurat,
Hemodialisa, Kamar Jenasah dan OK. Unit penunjang medis meliputi Dapur Umum,
Binatu, Laboratorium Klinik, dan Radiologi. sedangkan unit penunjang non medis
meliputi perkantoran dan administrasi, asrama pegawai, rumah dinas, dan kafetaria
Jenis limbah dibedakan limbah rumah (akil adalah limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair yang mengandung mikroorganisme
patogen, bersifat infeksius, bahan kimia beracun dan sebagian bersifat radio aktif.
Limbah tersebut perlu pengumpulan, pemilahan, pewadahan dan pengelolaan,
monitoring dan evaluasi. Penjelasan masing-masing sebagai berikut.
2. Pewadahan Limbah
a. Tempat pewadahan limbah medis padat
1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya misal fiberglas.
2. Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat perwadahan
yang terpisah dengan limbah padat non medis
3. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari 2/3 bagian telah
terisi limbah.
4. Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety
box) seperti botol atau karton yang aman
5. Tempat perwadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksit yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan desinfektan
apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang
telah terpakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh
digunakan kembali.
b. Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi
meliputi pisau badah (scapel), jarum hipodermik, syiring, botol glas, dan kontainer
31
c. Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah
radionuklesida yang telah diatur tahan lama untuk radio terapi seperti pins, nedles
atau seeds.
d. Apabila setrilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene oxide, maka
tangki reaktor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi ethylene oxid. Oleh
karena gas tersebut sangat berbahaya maka sterilisasi harus dilakukan oleh
petugas terlatih, sedangkan sterilisasi dengan glutaraldwhyde lebih aman dalam
pengoperasiannya tetapi kurang efektif secara mikro biologi
e. Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran spongiform
encephalopathies
f. Kantong limbah padat harus aman dari jangkauan manusia atau binatang
g. Petugas yang menangani limbah menggunakan lalat pelindung diri terdiri dari topi/
helem, masker, pelindung mata, pakaian panjang(coverall), apron untuk industri,
pelindung kaki atau sepatu boot, dan sarung tangan khusus (disposible gloves atau
heavy duty gloves.
3. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah padat dan cair diatur dalam prosedur mutu pengelolaan limbah
padat dan pengelolaan limbah cair
a. Prosedur Mutu Pengolahan Limbah Cair
1. Jaringan air limbah dipisahkan dengan saluran air hujan dan menggunakan
sistem tertutup.
2. Kumpulan limbah cair dilakukan pada tempat berikut :
3. Spoelhook untuk limbah cair berupa muntahan, darah, urine,dan pasien, hasil
cucian linen dan kebersihan
4. Kamar mandi untuk limbah cair berupa tinja, urine dan kegiatan mandi.
5. Bak cuci ruang tindakan untuk limbah cair hasil pencucian instrument dan cuci
tangan petugas.
6. Wastafel untuk cuci tangan.
7. Olah sementara limbah tersebut sebagai berikut:
8. Air limbah dari unit perawatan,adminitrasi dimasukan ke dalam septik tank.
9. Air limbah dari laboratorium dimasukan kedalam septic tank untuk stabilisasi
bahan kimia.
32
10. Air limbah dari loundry dimasukan kedalam Pre Treatment Basin (PTB)
11. Air limbah dari dapur dimasukkan kedalam bak penangkap lemak (Greeze Trap)
12. Salurkan hasil pre-treatment ke bak-bak pengumpul yang dilengkapi dengan
pompa pengangkat dan seterusnya berakhir di bak pengumpul air.
a. Monitoring Berkala
Monitor yang dimaksud adalah melakukan pengambilan sample / contoh
limbah cair pada inlet dan outlet IPAL untuk dilakukan pemeriksaan laboraturium
lingkungan (misalnya BTKL, LabKEs dll). Monitoring berkala dilakukan secara
berkala dengan frekuensi minimal 1 kali setiap 3 bulan dengan parameter yang
diperiksa sesuai SK MenLH No.KEP-58/MenLH/101995 tentang Baku mutu
limbah cair bagi kegiatan rumah sakit. Atau mengikuti baku mutu limbah cair
sesuai peraturan dareah yang berlaku.
b. Monitoring Rutin
Monitoring yang dimaksud adalah melakukan pengukuran lapangan(in situ)
setiap hari pada kualitas air limbah dengan parameter pH, Suhu, Dissolved
Oxygen (DO), KMnO4 dan TSS.
B. Evaluasi
1. Limbah Padat
Hasil analisis laboraturium terhadap pemantauan hasil pengolahan limbah
perlu dilakukan evaluasi untuk memberikan penilaian terhadap sistem kinerja.
Jika hasil menunjukkan ketidak sesuaian dengan nilai baku mutu yang telah
disepakati maka perlu dilakukan perubahan atau perbaikan pada sistem
pengolahan limbah sehingga kinerja miningkat sesuai dengan yang diharpkan.
Jika hasil evaluasi menunjukan nilai penyimpangan yang sedemikian besar
mungkin perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti (over haul) terhadap sistem
secara keseluruhan.
2. Limbah Cair
Hasil analisis limbah cair yang diperoleh dari laboraturium lingkungan perlu
dilakukan evaluasi untuk mengetahui kinerja IPAL sekaligus untuk megukur
penataan air limbah hasil olahan terhadap baku mutu yang berlaku. Untuk
mengetahui tingkat penataan terhadap baku mutu, maka setiap parameter air
limbah hasil pemeriksaan laboraturium, kosentrasinya dibandingkan dengan
baku mutu limbah cair yang berlaku. Apabila konsentrasi seluruh parameter
limbah cair berada dibawah baku mutu limbah cair maka IPAL di nilai memiliki
kinerja olah yang baik dan sebaliknya.
Atas hasil analisa pemeriksaan limbah cair rumah sakit ini maka perlu
dilakukannya penyusunan laporan baik secara internal terhadap direksi atau
34
5. Keselamatan Kerja
a. Prinsip-Prinsip
Pengelolaan limbah rumah sakit menyertakan upaya perlindungan dan
pemantauan kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas rumah sakit, baik yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan limbah secara menyeluruh
dan terus menerus. Beberapa aspek yang perlu dicakup dalam upaya ini meliputi :
1. Pelatihan yang tepat untuk petugas (pelatihan K3 dan instrumentasi
penanganan limbah padat dan cair)
2. Penyediaan peralatan dan pakaian untuk perlindungan petugas.
3. Pembuatan program kesehatan
4. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi petugas khusus minimal 1 tahun
sekali (medical check up) yaitu pemeriksaan darah lengkap HBsAg.
5. Pemberian imunisasi Hepatitis bila diperlukan
6. Penanganan pasca pajanan sesuai MSDS (material safety data sheet)
b. Perlindungan Petugas
Pemilihan transpotasi penanganan dan pembuangan limbah rumah sakit
mencakup penanganan terhadap materi yang berpotensi membahayakan manusia.
Oleh sebab itu perlindungan untuk mencegah cedera sangat penting untuk semua
petugas yang beresiko. Petugas harus memakai alat pelindung diri alat tersebut
terdiri dari :
- Helm dengan atau tanpa penutup wajah penggunaan nya tergantung pada
jenis kegiatannya
- Masker wajah yang dilengkapi dengan filter untuk mengabsorsi gas
- Pelingdung mata (safety goggle) penggunaannya tergantung pada jenis
kegiatannya.
- Overall (coveraal, seperti pakaian bengekel) wajib sesuai perundangan)
35
- Sarung tangan sekali pakai (bagi staf medis) atau sarung tangan untuk tugas
berat (bagi tenaga penanganan limbah) wajib sesuai perundangan.
- Celemek kedap air utuk rumah sakit wajib sesuai perundangan
- Pelindung kaki dan atau sepatu boot untuk rumah sakit wajib sesuai
perundangan
c. Higiene Perorangan
Higiene perorangan penting untuk menurunkan resiko yang muncul akibat
penanganan limbah rumah sakit. Fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan
sabun harus disediakan bagi semua petugas yang berhubungan langsung maupun
tidak langsung dengan limbah.
d. Imunisasi
Infeksi oleh virus hepatitis B dilaporkan telah menyerang petugas kesehatan
dan limbah, sehingga perlu dilakukan program imunisasi. Selain itu semua petugas
penanganan limbah perlu diimunisasi tetanus.
e. Tindakan khusus dalam kejadian tumpah zat berbahaya
Bila terjadi tumpahan cairan atau zat berbahaya, khususnya bila terjadi
percikan, petugas yang membersihkan harus menggunakakn alat pelindung mata,
masker, sarung tangan dan overall. Resiptor (gas maker) sangat dibutuhkan jika
kegiatan yang dilakukan sangat berbahaya misalnya kegiatan yang melibatkan
debu toksik pembersihan residu insinerator atau pencucian alat terkontaminasi.
Residu harus dikumpulkan semuanya dengan menggunakan tangan
(misalnya sekop), kemudian dimasukan kedalam wadah yang aman. Tetesan
merkuri metalik yang tumpah harus segera dikumpulkan. Jika bocoran atau
tumpahan mengandung materi infeksius lantai harus dibersihkan dan disinfeksi
setelah semua limbah terkumpul.
Dalam mengantisipasi kejadian, cidera dan pajanan zat yang berbahaya
diperlukan adanya program penanganan dan disosialisasikan kepada seluruh
petugas rumah sakit.
36
BAB VIII
PROTEKSI RADIASI
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
5. Mutu Terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Donadebian, pengukuran mutu pelayan kesehatan dapt diukur dengan
menggunakan 3 variabel, yaitu :
a. Input, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan
mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan
pelayanan kesehatan .
b. Proses, ialah interaksi professional antara pemberi pelayanan dengan
konsumen (pasien/ masyarakat). Proses ini merupakan variable penilaian mutu
yang penting.
c. Output, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi
pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut .
RS. Tingkat IV Dr. Bratanata Jambi adalah satu institut pelayanan kesehatan
yang displin dan profesionalisme. Agar RS. Tingkat IV Dr.Bratanata Jambi mampu
melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, RS. Tingkat IV Dr.Bratanata Jambi
harus memiliki sumber daya manusia yang professional baik di bidang teknis medis
maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, RS.
Tingkat IV Dr.Bratanata Jambi harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin
peningkatan mutu di semua tingkatan.
peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau pelayanan
dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan efisien. Walaupun disadari bahwa
mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik selalu memerlukan
biaya lebih banyak atau mutu yang rendah biayanya lebih rendah. Berdasarkan hal
diatas maka disusunlah definisi dan tujuan dari upaya peningkatan mutu pelayanan
RS. Tingkat IV Dr.Bratanata Jambi.
1. Definisi upaya peningkatan mutu pelayanan RS. Tingkat IV Dr.Bratanata Jambi
adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integrative yang
menyangkut input, proses, dan output secara obyektif, sistematik dan berlanjut
memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan
memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang
diberikan di RS. Tingkat IV Dr.Bratanata Jambi berdaya guna dan berhasil guna.
2. Tujuan peningkatan mutu pelayanan RS. Tingkat IV Dr.Bratanata Jambi Umum :
Peningkatan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayan RS.
Tingkat IV Dr.Bratanata Jambi secara efektif dan efisien agar tercapai derajat
kesehatan yang optimal.
Khusus :Tercapainya peningkatan mutu pelayanan RS. Tingkat IV Dr.Bratanata
Jambi melalui :
a. Optimasi tenaga, sarana dan prasaran
b. Pemberian pelayana sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan
pasien.
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan
pelayanan kesehatan .
3. Strategi
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan RS. Tingkat IV Dr.Bratanata Jambi
maka disusunlah strategi sebagai berikut :
a. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip
mutu pelayanan RS. Tingkat IV Dr.Bratanata Jambi sehingga dapat menerapkan
langkah-langkah upaya peningkatan mutu di masing-masing unit kerjanya.
b. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di RS.
Tingkat IV Dr.Bratanata Jambi, serta upaya peningkatan kesejahteraan
karyawan.
4. Pendekatan pemecahan masalah
Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus (daur)
yang berkesinambungan. Langkah pertama dalam proses siklus ini adalah
identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan bagian sangat penting dari
seluruh proses siklus(daur), karena akan menentukan kegiatan-kegiatan
41
selanjutnya dari pendekatan pemecahan masalah ini. Masalah akan selalu timbul
apabila :
- Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat
penyimpangan .
- Merasa tidak puas akan penyimpangan tersebut.
- Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut
BAB X
PENUTUP