RESPIRASI
(Mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah
kacang hijau (Phaseolus radiatus))
Oleh :
Nadya Eka Aristyasari 17030204044
Pedidikan Biologi Unggulan 2017
3. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait
dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat
untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada
masing-masing spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies
tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25°C.
Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35°C, laju respirasi tetap
meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun (Salisbury & Ross,
1995).
4. Jenis dan Umur Tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme,
dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada
masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang
lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ
tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan (Grander, 1991).
E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
1. Variabel kontrol : Ukuran Erlenmeyer, volume larutan NaOH, massa
kecambah, waktu penyimpanan kecambah, volume BaCL2, dan jumlah tetesan PP.
Variabel manipulasi : Suhu
2. Variabel respon : Laju respirasi kecambah
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel manipulasi adalah variabel yang memengaruhi dan yang menyebabkan
timbulnya atau berubahnya variabel respon. Variabel manipulasi yang digunakan
dalam praktikum ini adalah suhu, suhu yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
suhu ruang sebesar 30oC dan suhu inkubator sebesar 37 oC.
2. Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dibuat sama sebagai acuan untuk
perbandingan variabel respon. Variabel ini berfungsi untuk memengaruhi variabel
respon serta memperjelas hubungan antara variabel manipulasi dengan variabel
respon. Variabel kontrol yang digunakan pada praktikum ini adalah ukuran
erlenmeyer yaitu 250 ml, volume NaOh yang digunakan yaitu sebesar 30 ml,
massa kecambah yang digunakan yaitu sebesar 5 gram, waktu penyimpanan
kecambah selama 2 hari, volume BaCL2 yang digunakan yaitu sebesar 2,5 gram,
jumlah tetesan PP yaitu sebanyak 2 tetes.
3. Variabel respon adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel
manipulasi dan merupakan hasil dari variabel manipulasi dan variabel kontrol.
Variabel respon dalam praktikum ini adalah laju respirasi kecambah yang diberi
perlakuan berbeda yaitu pada suhu ruang dan pada suhu inkubator.
G. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kecambah kacang hijau umur 2
hari, larutan NaOH 0,5 M, HCl 0,5 N, larutan BaCl2 0,5 N, larutan Phenolftalin (PP),
kain kasa, dan plastik.
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu erlenmeyer 250 ml 6 buah,
timbangan, Buret (beserta statif dan klem), dan pipet.
H. Rancangan Percobaan
I.
Melakukan titrasi dengan cara mengambil 5 ml larutan NaOH yang ada
pada erlenmeyer kemudian ditetesi 2,5 ml BaCl2 dan 2 tetes PP sampai J.
larutan berwarna merah, lalu titrasi dengan HCl 0,5 M sampai K.
warna merah tepat hilang
L.
I. Langkah Kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Menyiapkan 6 erlenmeyer kemudian mengisi masing – masing dengan 30 ml larutan
NaOH 0,5 M.
3. Menimbang 5 gramkecambah yang disediakan kemudian membungkus dengan kain
kasa dan mengikat dengan seutas tali. Masing – masing 2 sampel untuk suhu
ruangan dan 2 sampel untuk suhu di dalam ruang inkubator.
4. Memasukkan ke dalam erlenmeyer dan menggantungkan bungkusan kecambah
tersebut diatas larutan NaOH dengan bantuan talinya, kemudian menutup rapat –
rapat botol tersebut dengan plastik.
5. Menyimpan 2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa kecambah (kontrol) masing –
masing di dalam ruang dengan suhu ruangan dan yang lain di dalam inkubator
bersuhu 37o C.
6. Setelah 24 jam melakukan titrasi untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang
dilepaskan selama respirasi kecamba.
7. Mengambil 5 ml larutan NaOH dalam botol, memasukkan dalam erlenmeyer.
Kemudian menambahkan 2,5 ml BaCl2 dan menetesi dengan 2 tetes PP sehingga
larutan berwarna merah. Selanjutnya larutan tersebut ditritasi dengan HCl 0,5 N.
Titrasi dihentikan setelah warna merah tepat hilang.
Hasil Pengamatan
1. Menghitung banyaknya CO2 yang dibebaskan pada respirasi kecambah tersebut
pada suhu yang berbeda.
2. Membuat tabel hasil pengamatan untuk merekam hasil pengamatan.
3. Membuat histogram yang menyatakan hubungan antara suhu ruangan terhadap
kecepatan respirasi kecambah.
J. Rancangan Tabel Pengamatan
0.06
0.05 0.05
Laju Respirasi (ml/jam)
0.04
0.03
0.025
0.02
0.01
0
30°C 37°C
Suhu
Grafik 1. Laju respirasi kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) pada suhu yang
berbeda
K. Rencana Analisis Data
Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel diatas tentang pengaruh suhu
terhadap kecepatan respirasi kecambah diperoleh hasil bahwa pada suhu inkubator
laju respirasi lebih cepat daripada pada suhu ruang. Hasil pengamatan kcepatan laju
respirasi tersebut disajikan dalam tabel 1. dimana jumlah CO2 terikat lebih banyak
pada erlenmeyer yang diletakkan di suhu inkubator daripada pada erlenmeyer yang
diletakkan di suhu ruang.
Pada suhu ruang 30oC diperoleh hasil pada erlenmeyer K didapatkan volume
HCl hasil titrasi sebesar 2,2 ml, volume CO2 terikat sebesar 16,8 ml. Pada
erlenmeyer A didapatkan volume HCl hasil titrasi sebesar 1,4 ml, volume CO2
terikat sebesar 21,6 ml. Pada erlenmeyer B didapatkan volume HCl hasil titrasi
sebesar 2,8 ml, volume CO2 terikat sebesar 13,2 ml dan didapatkan jumlah CO2
hasil respirasi sebesar 0,6 ml serta laju respirasi sebesar 0,025 (ml/jam).
Pada suhu inkubator 37oC diperoleh hasil pada erlenmeyer K didapatkan
volume HCl hasil titrasi sebesar 2,2 ml, volume CO2 terikat sebesar 16,8 ml. Pada
erlenmeyer A didapatkan volume HCl hasil titrasi sebesar 2 ml, volume CO2 terikat
sebesar 18 ml. Pada erlenmeyer B didapatkan volume HCl hasil titrasi sebesar 2 ml,
volume CO2 terikat sebesar 18 ml dan didapatkan jumlah CO2 hasil respirasi
sebesar 1,2 ml serta laju respirasi sebesar 0,05 (ml/jam). Hal tersebut menunjukkan
bahwa pada suhu inkubator 37oC memiliki jumlah CO2 hasil respirasi dan laju
respirasi yang lebih besar daripada jumlah CO2 hasil respirasi dan laju respirasi pada
suhu ruang 30oC.
Berdasarkan Grafik.1 diatas dapat dilihat bahwa grafik menunjukkan garis
memuncak ke atas hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu suatu lingkungan
tempat dimana tumbuhan hidup, maka semakin besar pula nilai laju respirasi
tumbuhan.
L. Hasil Analisis Data
Pada praktikum yang berjudul pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi
kecambah diperoleh hasil bahwa pada suhu yag lebih tiggi kecepatan respirasi
meningkat dibanding dengan suhu yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan teori
Salisbury&Ross (1995) yang mengatakan bahwa “ umumnya laju reaksi respirasi
akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung
pada masing-masing spesies, semakin tinggi suhu maka kecepatan reaksi juga akan
semakin meningkat. “
Tidak semua CO2 dapat diikat oleh NaOH, NaOH yang tidak mengikat CO2
tersebut tidak semuanya bereaksi dengan BaCl2 dan menghasilkan Ba(OH)2 yang
berwarna bening. Kemudian Ba(OH)2 tersebut diuji dengan PP, terjadi perubahan
warna menjadi merah. Warna merah menunjukkan bahwa Ba(OH)2 bersifat basa.
Ketika Ba(OH)2 sebanyak 7,5 ml dititrasi dengan HCl maka menghasilkan garam
BaCl2 dengan indikasi perubahan warna Ba(OH)2 yang asalnya merah berubah
menjadi bening (warna merah tepat hilang). Pada saat warna merah tepat hilang itulah
dihitung volume HCl yang dibutuhkan untuk menetrasi Ba(OH)2. Volume HCl
tersebut sebanding dengan volume NaOH yang tidak mengikat CO2, sehingga dari
volume HCl dapat diketahui volume NaOH yang mengikat CO2 (Simbolon, 1989).
Pada suhu ruang (30oC) volume CO2 hasil respirasi kecambah lebih rendah
daripada suhu inkubator (37oC). Hal ini disebabkan karena pada suhu yang lebih
rendah, kerja enzim tidak optimal sehingga mengakibatkan reaksi pengubahan
glukosa menjadi CO2 lebih lambat sehingga volume CO2 yang dilepaskan dari
proses respirasi lebih sedikit. Selain itu, pada suhu yang lebih rendah, volume CO2
akan lebih sedikit diikat oleh NaOH sehingga CO2 yang dilepaskan dari proses
respirasi lebih kecil (D. Dwidjoseputro, 1985).
Erlenmeyer kontrol pada percobaan ini adalah Erlenmeyer yang hanya diisi
NaOH tanpa kecambah, ternyata menunjukkan nilai respirasi yang lebih tinggi. Pada
Erlenmeyer tanpa kecambah diduga terdapat mikroorganisme yang melakukan
respirasi, karena pada saat melakukan praktikum semua alat yang digunakan kurang
disterilkan.
M. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah.
2. Semakin tinggi suhu suatu lingkungan maka semakin besar pula nilai kecepatan
laju respirasi kecambah.
N. Daftar Pustaka
Achmad, D Sediaoetama. (2010). Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat
D. Dseputro.1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia
Gardner, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Indonesia University Press
Kamariyani.1984. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik.
Jakarta: PT Gramedia.
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tanaman Jilid 2 terjemahan
Perhitungan laju respirasi yang terdapat pada erlenemyer di suhu inkubator dan suhu ruangan.
Menimbang 5 gram
kecambah kacang hijau
1 yang telah direndam
selama 2 hari
Setelah ditimbang,
kecambah dibungkus
3 Erlenmeyer K, A, dan B
Pengambilan NaOH
4 sebanyak 5ml dari
erlenmeyer untuk dititrasi
Kemudian ditambakan
5
BaCl2 sebanyak 2,5 ml