Oleh:
dr. Reski Sofrianda
Pembimbing:
dr. Umi Nofia
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus yang
berjudul “Hernia Inguinal Sinistra Reponible”. Salawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing
umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani
program Internsip di Rumah Sakit Umum Sultan Iskandar Muda, Nagan Raya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas laporan kasus ini tidak terwujud
tanpa ada bimbingan dan dukungan dari pembimbing. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Umi Nofia
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas laporan kasus ini.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Meskipun hernia
dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding
abdomen pada umumnya daerah inguinal. Hernia inguinalis merupakan kasus bedah
digestif terbanyak setelah appendicitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan
dalam peningkatan status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang
diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya
pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis
tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat. Hampir 75%
dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis.1,2,3
Hernia inguinalis lebih banyak ditemukan pada pria dan untuk hernia
femoralis lebih sering pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia
inguinalis 7 : 1. Prevalensi hernia inguinalis pada pria dipengaruhi oleh umur .
Semua hernia inguinalis lateralis terjadi karena adanya patent processus vaginalis,
tapi tidak semua pasien dengan patent processus vaginalis berkembang menjadi
hernia. Pada beberapa penelitian hernia dewasa insidens patent processus vaginalis
12 – 14% dan secara klinis didapatkan hanya 8 – 12 % dari pasien tersebut yang
berkembang menjadi hernia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terbukanya
kanalis interna tidak sertamerta menimbulkan hernia. Mungkin terdapat beberapa
faktor lain yang mempengaruhi timbulnya hernia1,2,4
Pada orang dewasa, hernia terjadi karena adanya kelemahan pada lapisan oto
abdomen di lokus minoris resisten (LMR). Pasien hernia dapat dating ke rumah sakit
dengan spektrum klinis yang beragam, mulai dari tidak ada keluhan sehingga
benjolan ditemukan secara tidak sengaja, sampai nyeri hebat, mual dan muntah pada
beberapa kasus hernia yang sudah mengalami strangulasi vascular. Penatalaksanaan
definitif kasus hernia adalah dengan prosedur operatif, yaitu dengan memotong
1
2
bagian protrusi dan memperbaiki kelemahan/defek yang ada. Namun prosedur ini
tentu saja dilakukan setelah keadaan umum dan hemodinamik pasien stabil dan
teratasi. Oleh karenanya, dibutuhkan peran seorang dokter umum yang menangani
pasien di pintu pertama pelayanan kesehatan untuk mampu mendiagnosis suatu kasus
hernia dan melakukan penanganan awal sebelum merujuk pasien hernia untuk
prosedur operatif. Sebagai referensi kasus tambahan, maka disusunlah laporan kasus
hernia ini dengan harapan dapat menambah input mengenai bagaimana mengenali
suatu hernia dari gejala utama, mendiagnosis dengan tepat dan cepat dan akhirnya
melakukan rujukan yang tepat bagi pasien hernia di layanan primer nantinya.
3
BAB 1I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari muskulo aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui
celah lemah yang potensial pada dinding abdomen (lokus minoris resisten baik
bawaan maupun didapat) yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra abdomen
yang berulang atau berkelanjutan dan kelemahan otot dinding perut.5
2.2 Anatomi
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari
daerah perut ke organ – organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis
pemisah anatomis antara kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum inguinale
(poupart) yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi medialnya dan
3
4
spina illiaka anterior superior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya ligamentum inguinale
ini merupakan tempat pertemuan fascia yang menutupi permukaan perut dan fascia
yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata).5
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak
2-4 cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal
dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster,
pleksus pampiniformis, arteri testicularis, ramus genital nervus genitofemoralis,
ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.5
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal.
Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial,
dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar.
Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis dan
aponeurosis transverses abdominis.5
Terdapat suatu lubang disebut angulus inguinalis, yaitu suatu lubang
berbentuk oval pada fascia transversalis, terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum
inguinalis, pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah medial annulus
interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir annulus merupakan origo fascia
spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian dalam ligamen rotundum
rotundum uteri pada wanita.5
Annulus Inguinalis Eksterna merupakan defek berbentuk segitiga
(Hesselbach’s triangle) pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan
dasarnya dibentuk oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia
spermatica externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial
adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior adalah ligamen
inguinalis. 5
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus,dan
ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari
trigonum adalah hernia indirect.
5
1. Kantong Hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritonium parietalis
2. Isi hernia
Isi dari hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada
abdomen isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan
lainnya termasuk usus besar dan appendiks, vesica urinaria, ovarium (dengan
atau tanpa tuba falopi) dan cairan ascites.
3. Pintu Hernia
Merupakan Locus Minoris Resistance (LMR) yang dilalui oleh kantong
hernia.
2.3 Etiologi6
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang
normal. Pada fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum.
Penurunan testis yang sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal,
akan masuk kedalam skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal
sebagai processus vaginalis peritonei. Pada umumnya, ketika bayi lahir telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut.
Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus, kemudian hilang atau hanya
6
berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup yang hasilnya ialah
terdapatnya hernia didaerah tersebut.
Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut
ialah titik lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita.
Sementara di usia ini seseorang lebih produktif dan melakukan banyak aktivitas.
Sehingga penyebab hernia pada orang dewasa ialah sering mengangkat barang berat,
juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena pola makan yang tinggi lemak dan
rendah serat sehingga sering mengedan pada saat BAB.
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan
semakin lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia medialis
karena kelemahan trigonum Hesselbach. Namun dapat juga disebabkan karena
penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau hipertrofi prostat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya hernia adalah:7
1. Faktor kongenital
Pada pria terdapat suatu processus yang berasal dari peritoneum parietalis, yang
dalam masa intra uterin merupakan guide yang diperlukan dalam desenskus
testikulorm, processus ini seharusnya menutup. Bila testis tidak sampai ke
skrotum, processus ini tetap akan terbuka, atau bila penurunan baru terjadi 1 – 2
hari sebelum kelahiran, processus ini belum sempat menutup dan pada waktu
lahir masih tetap terbuka.
2. Faktor utama
Terjadi setelah operasi sebagai akibat gangguan penyembuhan luka.
3. Faktor umur dan jenis kelamin
Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Untuk hernia inguinalis lateralis, insiden
tertinggi pada anak muda. Insiden tinggi pula terjadi pada orang dengan usia 50–
60 tahun dan berangsur-angsur menurun pada kelompok lansia dan pria lebih
banyak dari pada wanita.
4. Faktor adipositas
Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding ototnya tipis sehingga
mudah terjadi hernia.
5. Faktor kelemahan muskulo aponeurosis
7
2. Hernia Irreponible
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan
tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk
terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.
8
3. Hernia Strangulata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan
terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi
nekrosis. Strangulasi usus yang paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis
yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel
terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana
menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi
(biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung
bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis
dengan gagal sirkulasi dan kematian.8.9
4. Hernia Inkerserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya
gangguan pasase usus. iasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika
obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan terjadi
9
distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik, tetapi lama
kelamaan dapat terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang mengalami
obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata.
2. Hernia Ritcher
Pada hernia tipe ini, hanya sebagian dari usus yang terperangkap (biasanya
usus halus). Isi dari kantung hernia terdiri dari hanya satu sisi dari dinding usus.
Bahayanya hernia ini adalah usus dapat mengalami iskemi tanpa perkembangan
nyata dari gejala obstruksi. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu
karena usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus.
kosong atau berisi omentum. Hernia ini ditutupi oleh kulit, lemak subkutis, lemak
preperitoneal dan peritoneum.
2.5 Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 2-8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.Penurunan
testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayilahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,
karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, makakanalis inguinalis
yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanalyang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan.11,12
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul herniainguinalis
lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi keranausia lanjut,
karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerahini merupakan locus
minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal
meningkat seperti batuk- batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-
barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar
melalui defek tersebut.11,12
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia,akibat
semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi
usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bilat
erjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,konstipasi.
14
Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.11.12
2.6 Diagnosis
Diagnosis hernia dapat ditegakkan berdasarkan atas berbagai pemeriksaan
awal dan pemeriksaan tambahan.13,14,15
2.6.1 Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan,
dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan
kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, adanya
keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan tanda
klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel
keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan
nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para
umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau
muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau srangulasi karena
nekrosis atau gangren. Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah
inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual kedalam kavitas peritonealis.
Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia
muncul lagi.
2.6.2 Pemeriksaan Fisik7,11
1. Inspeksi
Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai labium
majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau
tidak ada pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita disuruh batuk. Kalau
pembengkakan yang kemudian terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal dan
berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial bawah, maka pembengkakan
tersebut adalah hernia inguinalis lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu
kelihatannya langsung muncul ke depan, maka kita berhadapan dengan hernia
inguinalis medialis.
15
2. Palpasi
c. Finger test: Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri
untuk hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari
tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan volar jari
menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord kearah
proksimal maka akan terasa jari tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan
demikian dapat dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila
terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impulse pada ujung jari, bila hernia
inguinalis medialis maka teraba dorongan pada bagian samping jari.
3. Perkusi
Bila isinya gas pada usus akan berbunyi timpani
17
4. Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi hernia
berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi usus.
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Herniografi
Dalam teknik ini, 50—80 ml medium kontras iodin positif di masukkan
dalam wadah peritoneal dengan menggunakan jarum yang lembut. Pasien berbaring
dengan kepala terangkat dan membentuk sudut kira- kira 25 derajat. Tempat yang
kontras di daerah inguinalis yang diam atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain akan
mendorong terwujudnya kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga fossa inguinal
adalah suprapubik, medial dan lateral. Pada umumnya fossa inguinal tidak
mcncapai ke seberang pinggir tulang pinggang agak ke tengah dan dinding inguinal
posterior. Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang menonjol dari fossa
medial atau hernia langsung medial yang menonjol dari fossa suprapubik.
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan operatif merupakan pengobatan satu-satinya yang rasional untuk
kasus hernia. Tujuan utama tatalaksana hernia adalah untuk mereposisi isi hernia,
menutup pintu hernia untuk menghilangkan LMR, mencegah residif dengan cara
memperkuat otot dinding perut. Secara keseluruhan, prosedur operasi pada hernia
adalaha kombinasi dari herniotomi, hernioplasti dan herniorafi.16,17
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari :
1. Herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi.
Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kemudian dipotong.
2. Hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis. Hernioplasti lebih penting
artinya dalam menvegah terjdinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Macam-macam Teknik Hernioplasty
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat
diklompokkan dalam 4 kategori utama :
1. Open Anterior Repair
18
Laparoskopi
Laparosopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan
transabdominal preperitoneal (TAPP)atau total extraperitoneal (TEP) . pendekatan
TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomen dan
memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan
kemudian ditutupi dengan peritoneum. sedangkan pendekatan TAPP adalah
prosedur laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavumperitoneal untuk
diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.
2.8 Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka
kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.17
20
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Keluar benjolan di lipatan paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar benjolan di lipat paha kiri . Benjolan
muncul sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu, awalnya benjolan tersebut kecil. Jika
pasien berdiri dan mengejan benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring dapat masuk
lagi. Benjolan tidak pernah nyeri pada awalnya. Namun dalam 1 minggu terakhir,
benjolan terasa nyeri dan mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Nafsu makan pasien
baik, berat badan tidak pernah menurun. Pasien tidak merasa mual, tidak muntah, tidak
mengalami gangguan BAB (BAB seperti biasanya) dan masih bisa kentut. BAK tidak
ada keluhan.
3.3 Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis Kooperatif
Tekanan darah :160/100 mmHg.
Nadi : 64 x/menit, regular, teraba kuat.
Pernafasan : 18 x/menit.
Suhu : 37,1 ºC.
Saturasi O2 : 99%, tanpa alat bantu napas.
Status Generalisata
Kepala : Normocephali, rambut tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat isokor (3mm/3 mm), reflek cahaya (+/+)
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak
hiperemis, sekret tidak ada, tidak ada deviasi
septum
Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-)
Mulut : Sianosis, perdarahan gusi (-), lidah tidak
kotor, faring tidak hiperemis
Leher : Tidak ada deviasi trakhea, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan getah bening, JVP tidak
meningkat
22
Thorax
Paru:
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Taktil fremitus simetris kanan-kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapangan paru,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V.
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Darm steifung (-), darm contour (-), inflamasi (-), massa (-)
Palpasi : nyeri tekan titik Mc Burney (+), nyeri lepas (+), Rovsing sign
(+), tidak teraba massa, ballotement (-/-)
Perkusi : redup pada kuadran kanan bawah (+), nyeri ketok pada sudut
costovertebrae (-/-)
Auskultasi : Peristaltik (+) 8 kali per menit, metallic sound (-), bruit
abdominal (-)
Ekstremitas
Superior : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)
Inferior : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)
Regio Anal
Inspeksi : Benjolan(-) , laserasi (-)
Rectal Toucher
Anus : Tenang
Sfingter : Menjepit
Mukosa : licin
Ampula : kosong
Nyeri tekan : positif arah jam 7
23
Status Lokalis
Regio inguinalis Sinistra :
Inspeksi: terdapat benjolan di bawah ligamentum inguinale, diameter 8 cm x 4
cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, dapat dimasukkan,
transluminasi (-), tidak nyeri.
Auskultasi : bising usus (+).
Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM 01/01/2020 NILAI
RUJUKAN
Elektrolit
K 3,5-5,0 mmol/L
Na 135-150 mmol/L
Darah Lengkap
Hematokrit 43 37-43%
Kimia Klinik
3.4 Assessment
Pro Hernioraphy +Mesh Graft ai Hernia Inguinal Sinistra Reponible
3.5 Planning
Planning terapi :
Medikamentosa
Infus RL 20 tpm
Injeksi Novalgin 1 ampul per 8 jam
Injeksi Omeprazole 1 vial per 12 jam
Definitif operatif
Pro hernioraphy + mesh graft pada tanggal 01 Januari 2020
AB profilaksis IV Vicilin 1 gram per 12 jam (skintest)
Instruksi Pra Anestesi
Puasa 6 jam
Informed Consent SAB
Premed ondansentron 4 mg iv
3.6 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam :dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
3.9 Follow up
Tanggal Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Instruksi
N: 68 x/menit
RR: 18 x/menit
T: 36,6 ºC
Status lokalis
Ass/
BAB IV
DISKUSI
28
29
didapatkan teraba benjolan, batas atas tidak tegas, konsistensi kenyal, ukuran 8 x 4 x
3 cm, dan tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga abdomen. Pada pemeriksaan
rektal toucher didapatkan adanya prolapse tonus sfingter ani yang menandakan
terjadinya inkarserata. Kemungkinan benjolan adalah suatu hidrokel dapat
disingkirkan dari pemeriksaan fisik, dimana transluminasi benjolan negatif.
Kemungkinan suatu tumor juga disingkirkan karena benjolan teraba kenyal.
Kemungkinan suatu torsio testis dapat disingkirkan dari didapatkan kedua testis ada
di kantong kemaluan dan teraba normal.
Pada hasil pemeriksaan penunjang laboratorium tidak didapatkan kelainan.
Nilai leukosit yang normal dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan
terjadinya peradangan pada regio inguinal dan skrotal. Selain itu, apabila
pemeriksaan kadar elektrolit darah juga didapatkan normal yang menandakan tidak
adanya ketidakseimbangan elektrolit akibat muntah yang dialami pasien (dehidrasi).
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa diagnosis pasien ini adalah hernia inguinalis dekstra inkarserata.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah terapi operatif, yaitu
hernioraphy. Selain itu, pasien juga diterapi dengan medikamentosa berupa injeksi
rnitidin, ketorolac dan antibiotik Vicilin. Hernioraphy merupakan gabungan
herniotomi dan plasty (menutup pintu). Pada bayi tidak perlu tindakan plasty karena
anulus externus dan internusnya saling tumpang tindih. Fascia transversa yang
merupakan lokus minorisnya ditutup sehingga terbentuk jaringan ikat. Pada
hernioplasty dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Adapun penatalaksanaan dari
hernia ingunalis lateralis adalah dengan dilakukan tindakan operatif. Pada pasien ini
dilakukan tindakan hernioraphy untuk mengatasi keluhan pasien, hal ini sudah sesuai
dengan teori.
Pengobatan yang dilakukan pada kasus ini adalah dilakukan operasi
hernioraphy. Operasi hernioraphy yang dilakukan berupa herniotomi dan hernioplasti.
Herniotomi ialah suatu tindakan pembukaan kantong hernia untuk memastikan isi
kantong hernia, dan setelah dilakukan pembukaan kantong hernia, dimasukkan
kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong
kantong hernia, sedangkan hernioplasti adalah tindakan bedah untuk mencegah
30
BAB V
KESIMPULAN
Hernia inguinal adalah kasus bedah terbanyak nomor dua setelah apendisitis.
Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan
hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi.
Proses penegakan diagnosis pada kasus hernia meliputi anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik penting dilakukan
untuk menentukan klasifikasi hernia. Penatalaksanaan pada kasus hernia sebenarnya
lebih mengarah pada penanganan operatif yaitu dengan herniotomi, dan herniorafi.
32
DAFTAR PUSTAKA
9. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit
HodderArnold. 2006.
10. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery.
New York. WB Saunders Company. 795-801
11. Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi,
penerbit EGC, Jakarta.
12. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
13. van Veen RN, van Wessem KJ, Halm JA, et al. Patent processus vaginalis in
the adult as a risk factor for the occurrence of indirect inguinal hernia. Surg
Endosc 2007;21(2):202–5.
14. van Wessem KJ, Simons MP, Plaisier PW, et al. The etiology of indirect
inguinal hernias: congenital and/or acquired? Hernia 2003; 7(2):76–9.
32
33
15. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.
Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc
Graw-Hill. 783-789.
16. Brunicardi, F.C, et al. 2006. Schwartz’s Manual of Surgery. United States of
America: The McGraw-Hill Companies.
33