Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS BEDAH

HERNIA INGUINAL SINISTRA REPONIBLE

Oleh:
dr. Reski Sofrianda

Pembimbing:
dr. Umi Nofia

RUMAH SAKIT UMUM SULTAN ISKANDAR MUDA


NAGAN RAYA, ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus yang
berjudul “Hernia Inguinal Sinistra Reponible”. Salawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing
umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani
program Internsip di Rumah Sakit Umum Sultan Iskandar Muda, Nagan Raya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas laporan kasus ini tidak terwujud
tanpa ada bimbingan dan dukungan dari pembimbing. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Umi Nofia
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas laporan kasus ini.

Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan tugas


laporan kasus ini, namun penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan.Segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak khususnya di bidang kedokteran serta
dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.

Nagan Raya, Januari 2020


Penulis,

dr. Reski Sofrianda

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
2.1 Definisi ....................................................................................... 3
2.2 Anatomi ...................................................................................... 3
2.3 Etiologi ....................................................................................... 5
2.4 Klasifikasi ................................................................................... 7
2.5 Patofisiologi ................................................................................ 13
2.6 Diagnosis .................................................................................... 14
2.7 Penatalaksanaan .......................................................................... 17
2.8 Prognosis .................................................................................... 19
BAB III LAPORAN KASUS ...................................................................... 20
3.1 Identitas Pasien .......................................................................... 20
3.2 Anamnesis ................................................................................. 20
3.3 Pemeriksaan ................................................................................ 20
3.4 Assesment ................................................................................... 25
3.5 Planning ...................................................................................... 25
3.6 Prognosis .................................................................................... 25
3.7 Laporan Operasi. ........................................................................ 25
3.8 Instruksi Post Operasi. ................................................................ 26
3.9 Follow Up. .................................................................................. 26
BAB IV DISKUSI ......................................................................................... 28
BAB V KESIMPULAN .............................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hernia Inguinalnato................................................................. 3


Gambar 2.2 Struktur Pembentuk Hernia...................................................... 5
Gambar 2.3 Hernia Reponible ..................................................................... 7
Gambar 2.4 Hernia Ireponible ..................................................................... 8
Gambar 2.5 Hernia Strangulata ................................................................... 8
Gambar 2.6 Hernia Inkarserata .................................................................... 9
Gambar 2.7 Sliding Hernia .......................................................................... 9
Gambar 2.8 Hernia Ritcher .......................................................................... 10
Gambar 2.9 Tes Zieman............................................................................... 15
Gambar 2.10 Tes Thumb ............................................................................... 16
Gambar 2.11 Tes Finger ................................................................................ 16

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Meskipun hernia
dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding
abdomen pada umumnya daerah inguinal. Hernia inguinalis merupakan kasus bedah
digestif terbanyak setelah appendicitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan
dalam peningkatan status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang
diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya
pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis
tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat. Hampir 75%
dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis.1,2,3

Hernia inguinalis lebih banyak ditemukan pada pria dan untuk hernia
femoralis lebih sering pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia
inguinalis 7 : 1. Prevalensi hernia inguinalis pada pria dipengaruhi oleh umur .
Semua hernia inguinalis lateralis terjadi karena adanya patent processus vaginalis,
tapi tidak semua pasien dengan patent processus vaginalis berkembang menjadi
hernia. Pada beberapa penelitian hernia dewasa insidens patent processus vaginalis
12 – 14% dan secara klinis didapatkan hanya 8 – 12 % dari pasien tersebut yang
berkembang menjadi hernia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terbukanya
kanalis interna tidak sertamerta menimbulkan hernia. Mungkin terdapat beberapa
faktor lain yang mempengaruhi timbulnya hernia1,2,4

Pada orang dewasa, hernia terjadi karena adanya kelemahan pada lapisan oto
abdomen di lokus minoris resisten (LMR). Pasien hernia dapat dating ke rumah sakit
dengan spektrum klinis yang beragam, mulai dari tidak ada keluhan sehingga
benjolan ditemukan secara tidak sengaja, sampai nyeri hebat, mual dan muntah pada
beberapa kasus hernia yang sudah mengalami strangulasi vascular. Penatalaksanaan
definitif kasus hernia adalah dengan prosedur operatif, yaitu dengan memotong

1
2

bagian protrusi dan memperbaiki kelemahan/defek yang ada. Namun prosedur ini
tentu saja dilakukan setelah keadaan umum dan hemodinamik pasien stabil dan
teratasi. Oleh karenanya, dibutuhkan peran seorang dokter umum yang menangani
pasien di pintu pertama pelayanan kesehatan untuk mampu mendiagnosis suatu kasus
hernia dan melakukan penanganan awal sebelum merujuk pasien hernia untuk
prosedur operatif. Sebagai referensi kasus tambahan, maka disusunlah laporan kasus
hernia ini dengan harapan dapat menambah input mengenai bagaimana mengenali
suatu hernia dari gejala utama, mendiagnosis dengan tepat dan cepat dan akhirnya
melakukan rujukan yang tepat bagi pasien hernia di layanan primer nantinya.
3

BAB 1I
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari muskulo aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui
celah lemah yang potensial pada dinding abdomen (lokus minoris resisten baik
bawaan maupun didapat) yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra abdomen
yang berulang atau berkelanjutan dan kelemahan otot dinding perut.5

Gambar 2.1 Hernia Inguinal

2.2 Anatomi
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari
daerah perut ke organ – organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis
pemisah anatomis antara kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum inguinale
(poupart) yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi medialnya dan

3
4

spina illiaka anterior superior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya ligamentum inguinale
ini merupakan tempat pertemuan fascia yang menutupi permukaan perut dan fascia
yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata).5
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak
2-4 cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal
dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster,
pleksus pampiniformis, arteri testicularis, ramus genital nervus genitofemoralis,
ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.5
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal.
Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial,
dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar.
Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis dan
aponeurosis transverses abdominis.5
Terdapat suatu lubang disebut angulus inguinalis, yaitu suatu lubang
berbentuk oval pada fascia transversalis, terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum
inguinalis, pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah medial annulus
interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir annulus merupakan origo fascia
spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian dalam ligamen rotundum
rotundum uteri pada wanita.5
Annulus Inguinalis Eksterna merupakan defek berbentuk segitiga
(Hesselbach’s triangle) pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan
dasarnya dibentuk oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia
spermatica externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial
adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior adalah ligamen
inguinalis. 5
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus,dan
ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari
trigonum adalah hernia indirect.
5

Hernia terdiri dari cincin hernia, kantong dan isi hernia.

Gambar 2.2 Struktur pembentuk hernia

1. Kantong Hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritonium parietalis
2. Isi hernia
Isi dari hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada
abdomen isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan
lainnya termasuk usus besar dan appendiks, vesica urinaria, ovarium (dengan
atau tanpa tuba falopi) dan cairan ascites.
3. Pintu Hernia
Merupakan Locus Minoris Resistance (LMR) yang dilalui oleh kantong
hernia.

2.3 Etiologi6
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang
normal. Pada fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum.
Penurunan testis yang sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal,
akan masuk kedalam skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal
sebagai processus vaginalis peritonei. Pada umumnya, ketika bayi lahir telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut.
Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus, kemudian hilang atau hanya
6

berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup yang hasilnya ialah
terdapatnya hernia didaerah tersebut.
Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut
ialah titik lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita.
Sementara di usia ini seseorang lebih produktif dan melakukan banyak aktivitas.
Sehingga penyebab hernia pada orang dewasa ialah sering mengangkat barang berat,
juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena pola makan yang tinggi lemak dan
rendah serat sehingga sering mengedan pada saat BAB.
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan
semakin lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia medialis
karena kelemahan trigonum Hesselbach. Namun dapat juga disebabkan karena
penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau hipertrofi prostat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya hernia adalah:7
1. Faktor kongenital
Pada pria terdapat suatu processus yang berasal dari peritoneum parietalis, yang
dalam masa intra uterin merupakan guide yang diperlukan dalam desenskus
testikulorm, processus ini seharusnya menutup. Bila testis tidak sampai ke
skrotum, processus ini tetap akan terbuka, atau bila penurunan baru terjadi 1 – 2
hari sebelum kelahiran, processus ini belum sempat menutup dan pada waktu
lahir masih tetap terbuka.
2. Faktor utama
Terjadi setelah operasi sebagai akibat gangguan penyembuhan luka.
3. Faktor umur dan jenis kelamin
Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Untuk hernia inguinalis lateralis, insiden
tertinggi pada anak muda. Insiden tinggi pula terjadi pada orang dengan usia 50–
60 tahun dan berangsur-angsur menurun pada kelompok lansia dan pria lebih
banyak dari pada wanita.
4. Faktor adipositas
Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding ototnya tipis sehingga
mudah terjadi hernia.
5. Faktor kelemahan muskulo aponeurosis
7

Biasanya ditemukan pada orang kurus.


6. Faktor tekanan intra abdominal
Ditemukan pada orang-orang dengan batuk yang kronis, juga pada penderita
dengan kesulitan miksi seperti hypertrofi prostat, gangguan defekasi, pada orang
yang sering mengangkat berat dan adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus,
kehamilan dan ascites
2.4 Klasifikasi Hernia
Menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi empat, yaitu :8,9
1. Hernia Reponible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus.

Gambar 2.3 Hernia Reponible

2. Hernia Irreponible
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan
tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk
terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.
8

Gambar 2.4 Hernia Ireponible

3. Hernia Strangulata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan
terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi
nekrosis. Strangulasi usus yang paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis
yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel
terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana
menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi
(biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung
bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis
dengan gagal sirkulasi dan kematian.8.9

Gambar 2.5 Hernia strangulata

4. Hernia Inkerserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya
gangguan pasase usus. iasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika
obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan terjadi
9

distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik, tetapi lama
kelamaan dapat terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang mengalami
obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata.

Gambar 2.6 Hernia Inkarserata

Tipe khusus Hernia lainnya10


1. Sliding Hernia
Hernia ini adalah dimana struktur extraperitoneal membentuk sebagian
dinding kantong. Apabila sebagian dinding kantong hernia terbentuk dari organ yang
merupakan isi hernia seperti caecum, kolon sigmoid atau kandung kemih, disebut
sliding hernia. Sliding hernia dapat terjadi karena isi kantong berasal dari organ yang
letaknya retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke kantung hernia,
melainkan tergeser dari retroperitoneal.

Gambar 2.7 Sliding Hernia


10

2. Hernia Ritcher
Pada hernia tipe ini, hanya sebagian dari usus yang terperangkap (biasanya
usus halus). Isi dari kantung hernia terdiri dari hanya satu sisi dari dinding usus.
Bahayanya hernia ini adalah usus dapat mengalami iskemi tanpa perkembangan
nyata dari gejala obstruksi. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu
karena usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus.

Gambar 2.8 Hernia Ritcher

Menurut letaknya, hernia dibagi menjadi beberapa yaitu :


1. Hernia Inguinalis
Merupakan hernia yang paling sering terjadi. Hernia inguinalis merupakan
hernia yang terjadi di kanalis inguinalis, yang dibatasi oleh :
Kraniolateral : annulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka
dari fascia tranversalis dan apponeurosis m. tranversus
abdominus.
Medial bawah : annulus inguinalis eksternus yang merupakan bagian terbuka
dari aponeurosis m.oblikus eksternus.
Atap : aponeurosis m. oblikus eksternus.
Dasar : ligamentum inguinale
Pada pria kanalis inguinalis ini berisi facikulus spermatikus, vasa spermatika,
nervus spermatikus, m.kremaster, prosesus vaginalis peritonei, dan ligamentum
rotundum, pada wanita berisi ligamentum rotundum.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan adanya facia transversalis yang kuat yang menutupi
11

trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada


mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Klasifikasi Hernia Inguinalis
a. Hernia Ingunalis Lateralis (Indirek)
Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus
dan kanalis inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan
bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat
proses penurunan testis ke skrotum.
b. Hernia Ingunalis Medialis (Direk)
Terjadi karena hernia menonjol langsung ke depan melalui trigonum
Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh :
Inferior : ligamentum inguinale
Lateral : pembuluh darah epigastrika inferior
Medial : tepi otot rectus
Dasar trigonum Hasselbach dibentuk oleh facia transversa yang diperkuat
oleh serat aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang-kadang tidak
sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia inguinalis
medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum,
umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.10
Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan factor peninggian
tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hasselbach.
Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia
ini jarang, bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi.
Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih.
Kadang ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m. oblikus internus
abdominis dengan cincin kaku dan tajam yang sering mengalami strangulasi.10
2. Hernia Femoralis
Hernia femoralis adalah hernia yang terjadi pada kanalis femoralis. Kanalis
femoralis ini terletak medial dari v. femoralis di dalam lacuna vasorum dorsal dari
ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v. femoralis.
Batas kranioventral : ligamentum inguinalis
12

Batas kaudodorsal : pinggir os pubis yang terdiri dari ligamentum


iliopektineale ( ligamentum Cooper )
Batas lateral : v. emoralis
Batas medial : ligamentum lakunare Gimbernati
Umumnya dijumpai pada wanita tua. Kejadian pada perempuan kira – kira 4
kali laki – laki.Keluhan biasanya berupa benjolan dilipat paha yang muncul
terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikan tekanan intra abdomen
seperti mengankat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak dilipat paha dibawah ligamentum
inguinale di medial V. femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Pintu masuk hernia femoralis adalan annulus femoralis. Selanjutnya isi hernia
masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan V.
femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fossa ovalis pada lipat paha.
3. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya
ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut
yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen,
biasanya jika bayi menangis. Angka kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi
prematur.
Hernia umbilikalis pad orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis
pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau asites merupakan
factor predisposisi.
4. Hernia Epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui
defek dilinea alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus. Isi hernia terdari
penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum.
Linea alba dibentuk oleh anyaman serabut aponeurosis lamina anterior dan posterior
sarung M. rektus. Anyaman ini sering hanya satu lapis saja. Disamping itu linea alba
disebelah cranial umbilicus lebih lebar dibandingkan dengan yang sebelah kaudal
sehingga merupakan predisposisi terjadinya hernia epigastrika. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan lunak di linea alba yang merupakan ‘lipoma’ preperitoneal. Kalau
defek linea alba melebar baru kemudian keluar kantong peritoneum yang dapat
13

kosong atau berisi omentum. Hernia ini ditutupi oleh kulit, lemak subkutis, lemak
preperitoneal dan peritoneum.

2.5 Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 2-8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.Penurunan
testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayilahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,
karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, makakanalis inguinalis
yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanalyang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan.11,12
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul herniainguinalis
lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi keranausia lanjut,
karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerahini merupakan locus
minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal
meningkat seperti batuk- batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-
barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar
melalui defek tersebut.11,12
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia,akibat
semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi
usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bilat
erjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,konstipasi.
14

Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.11.12

2.6 Diagnosis
Diagnosis hernia dapat ditegakkan berdasarkan atas berbagai pemeriksaan
awal dan pemeriksaan tambahan.13,14,15
2.6.1 Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan,
dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan
kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, adanya
keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan tanda
klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel
keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan
nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para
umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau
muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau srangulasi karena
nekrosis atau gangren. Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah
inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual kedalam kavitas peritonealis.
Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia
muncul lagi.
2.6.2 Pemeriksaan Fisik7,11
1. Inspeksi
Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai labium
majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau
tidak ada pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita disuruh batuk. Kalau
pembengkakan yang kemudian terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal dan
berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial bawah, maka pembengkakan
tersebut adalah hernia inguinalis lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu
kelihatannya langsung muncul ke depan, maka kita berhadapan dengan hernia
inguinalis medialis.
15

2. Palpasi

Dapat untuk menentukan macam hernianya. Untuk memeriksa pelipatan paha


kiri digunakan tangan kiri, pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan.
Caranya:
a. Zieman’s test : Jari ke 2 diletakkan diatas annulus internus ( terletak diatas
ligamentum inguinale pada pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum ). Jari ke 3
diletakkan diatas annulus eksternus ( terletak diatas ligamentum inguinale sebelah
lateral tuberkulum pubikum ). Jari ke 4 diletakkan diatas fossa ovalis ( terletak
dibawah ligamentum inguinale disebelah medial dari a. femoralis ). Lalu penderita
disuruh batuk atau mengejan, bila terdapat hernia akan terasa impulse atau dorongan
pada ujung jari pemeriksa. Teknik ini dikerjakan bila tidak didapatkan benjolan
yang jelas.

Gambar 2.9 Tes Zieman`s


b. Thumb test: Teknik ini dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan dipegang
diantara ibu jari dan jari lain, kemudian cari batas atas dari benjolan tersebut. Bila
batas atas dapat ditentukan, berarti benjolan berdiri sendiri dan tiak ada hubungan
dengan kanalis inguinalis ( jadi bukan merupakan suatu kantong hernia). Bila
batas atas tidak dapat ditentukan berarti benjolan itu merupakan kantong yang ada
kelanjutannya dengan kanalis inguinalis), selanjutnya pegang leher benjolan ini
dan suruh penderita batuk untuk merasakan impulse pada tangan yang memegang
benjolan itu.
16

Gambar 2.10 Tes Thumb

c. Finger test: Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri
untuk hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari
tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan volar jari
menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord kearah
proksimal maka akan terasa jari tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan
demikian dapat dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila
terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impulse pada ujung jari, bila hernia
inguinalis medialis maka teraba dorongan pada bagian samping jari.

Gambar 2.11 Tes Finger

3. Perkusi
Bila isinya gas pada usus akan berbunyi timpani
17

4. Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi hernia
berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi usus.
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Herniografi
Dalam teknik ini, 50—80 ml medium kontras iodin positif di masukkan
dalam wadah peritoneal dengan menggunakan jarum yang lembut. Pasien berbaring
dengan kepala terangkat dan membentuk sudut kira- kira 25 derajat. Tempat yang
kontras di daerah inguinalis yang diam atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain akan
mendorong terwujudnya kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga fossa inguinal
adalah suprapubik, medial dan lateral. Pada umumnya fossa inguinal tidak
mcncapai ke seberang pinggir tulang pinggang agak ke tengah dan dinding inguinal
posterior. Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang menonjol dari fossa
medial atau hernia langsung medial yang menonjol dari fossa suprapubik.

2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan operatif merupakan pengobatan satu-satinya yang rasional untuk
kasus hernia. Tujuan utama tatalaksana hernia adalah untuk mereposisi isi hernia,
menutup pintu hernia untuk menghilangkan LMR, mencegah residif dengan cara
memperkuat otot dinding perut. Secara keseluruhan, prosedur operasi pada hernia
adalaha kombinasi dari herniotomi, hernioplasti dan herniorafi.16,17
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari :
1. Herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi.
Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kemudian dipotong.
2. Hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis. Hernioplasti lebih penting
artinya dalam menvegah terjdinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Macam-macam Teknik Hernioplasty
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat
diklompokkan dalam 4 kategori utama :
1. Open Anterior Repair
18

Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice)


melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan
membebaskan funikulus spermatikus. fascia transversalis kemudian
dibuka,dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantunghernia
biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
a. Bassini
Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis
dijahitkan pada ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus diletakkan
ventral dari muskulus tadi tetapi dorsal dari aponeurosis muskulus
obliqus eksternus sehingga kanalis inguinalis kedua muskuli tadi
memperkuat dinding belakang dari kanalis inguinalis, sehingga locus
minoris resistantence hilang.
b. Shouldice
Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis
dengan teknik jahitan kontinyu.
c. Ferguson
Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus
obliqus externus dan internus abdominis dan muskulus obliqus internus
dan transversus dijahitkan pada ligamenturn inguinale dan meletakkan
funiculus spermaticus di dorsal, kemudian aponeurosis muskulus obliqus
externus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.
d. Mc Vay
Yaitu dengan menjahitkan fascia tranversa, M. tranversus abdominis, M.
oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper.
2. Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adakah
rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada
hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya.
19

Tension Free Repair with Mesh


Teknik Lichtenstein menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik
open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek ,
tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat
memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar
fascia.

Laparoskopi
Laparosopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan
transabdominal preperitoneal (TAPP)atau total extraperitoneal (TEP) . pendekatan
TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomen dan
memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan
kemudian ditutupi dengan peritoneum. sedangkan pendekatan TAPP adalah
prosedur laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavumperitoneal untuk
diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.

2.8 Prognosis

Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka
kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.17
20

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. Su
Usia : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Tani
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Serba Jadi
Tanggal MRS : 01 Januari 2020
Tanggal Pemeriksaan : 01 Januari 2020

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Keluar benjolan di lipatan paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar benjolan di lipat paha kiri . Benjolan
muncul sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu, awalnya benjolan tersebut kecil. Jika
pasien berdiri dan mengejan benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring dapat masuk
lagi. Benjolan tidak pernah nyeri pada awalnya. Namun dalam 1 minggu terakhir,
benjolan terasa nyeri dan mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Nafsu makan pasien
baik, berat badan tidak pernah menurun. Pasien tidak merasa mual, tidak muntah, tidak
mengalami gangguan BAB (BAB seperti biasanya) dan masih bisa kentut. BAK tidak
ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien tidak
memiliki riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan keganasan. Pasien tidak pernah
mengkonsumsi obat tertentu dan tidak memiliki riwayat alergi.
21

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama seperti
pasien.
Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai buruh tani dengan aktivitas yang berat. Pasien sering
mengangkat beban berat setiap harinya seperti mengangkat karung pupuk. Setiap hari
pasien bekerja selama lebih dari 8 jam perhari. Pasien merokok 1 bungkus perhari.
Pasien tidak pernah minum alkohol.

3.3 Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis Kooperatif
Tekanan darah :160/100 mmHg.
Nadi : 64 x/menit, regular, teraba kuat.
Pernafasan : 18 x/menit.
Suhu : 37,1 ºC.
Saturasi O2 : 99%, tanpa alat bantu napas.
Status Generalisata
Kepala : Normocephali, rambut tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat isokor (3mm/3 mm), reflek cahaya (+/+)
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak
hiperemis, sekret tidak ada, tidak ada deviasi
septum
Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-)
Mulut : Sianosis, perdarahan gusi (-), lidah tidak
kotor, faring tidak hiperemis
Leher : Tidak ada deviasi trakhea, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan getah bening, JVP tidak
meningkat
22

Thorax
Paru:
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Taktil fremitus simetris kanan-kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapangan paru,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V.
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Darm steifung (-), darm contour (-), inflamasi (-), massa (-)
Palpasi : nyeri tekan titik Mc Burney (+), nyeri lepas (+), Rovsing sign
(+), tidak teraba massa, ballotement (-/-)
Perkusi : redup pada kuadran kanan bawah (+), nyeri ketok pada sudut
costovertebrae (-/-)
Auskultasi : Peristaltik (+) 8 kali per menit, metallic sound (-), bruit
abdominal (-)
Ekstremitas
Superior : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)
Inferior : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)
Regio Anal
Inspeksi : Benjolan(-) , laserasi (-)
Rectal Toucher
 Anus : Tenang
 Sfingter : Menjepit
 Mukosa : licin
 Ampula : kosong
 Nyeri tekan : positif arah jam 7
23

 Prostat : sulkus mediana tidak teraba, pul atas tidak teraba,


konsistensi kenyal, nodul (-), nyeri tekan (-)
 BCR : baik
 Handscoon : feses (+), darah (-), lendir (+)

Status Lokalis
Regio inguinalis Sinistra :
Inspeksi: terdapat benjolan di bawah ligamentum inguinale, diameter 8 cm x 4
cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, dapat dimasukkan,
transluminasi (-), tidak nyeri.
Auskultasi : bising usus (+).

Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM 01/01/2020 NILAI
RUJUKAN

Elektrolit

K 3,5-5,0 mmol/L

Na 135-150 mmol/L

Darah Lengkap

Hb 14,5 13,0-17,0 gr/dL

LED 1-15 mm/jam

Leukosit 7,1 4700-10000

Hematokrit 43 37-43%

Trombosit 230.000 150000-440000

Kimia Klinik

Gula Darah Sewaktu 83 <200 mg/dL


24

Urea 16,6-48,5 mg/dL


25

3.4 Assessment
Pro Hernioraphy +Mesh Graft ai Hernia Inguinal Sinistra Reponible

3.5 Planning
Planning terapi :
 Medikamentosa
 Infus RL 20 tpm
 Injeksi Novalgin 1 ampul per 8 jam
 Injeksi Omeprazole 1 vial per 12 jam
 Definitif  operatif
 Pro hernioraphy + mesh graft pada tanggal 01 Januari 2020
 AB profilaksis IV Vicilin 1 gram per 12 jam (skintest)
 Instruksi Pra Anestesi
 Puasa 6 jam
 Informed Consent SAB
 Premed ondansentron 4 mg iv
3.6 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam :dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

3.7 Laporan Operasi


Pelaksanaan : 02 Januari 2020, pukul 15:30
Nama Operasi : Hernioraphy + Mesh Graft
Nama Operator : dr. Yasser, Sp B
Uraian Tindakan :
Informed Consent (+)
AB profilaksis Vicilin 1 gram
Pasien dalam posisi supine dalam spinal anestesi
Dilakukan tindakan septic dengan anestesi
26

Daerah Operasi di persempit dengan duk steril


Dilakukan insisi kurang lebih 2 cm dari tuberkulum pubikum sampai SIAS
Luka diperdalam lapis demi lapis hingga tampak kantung hernia
Kantung proksimal dan distal dipisahkan
Dilakukan ligasi dikantung proksimal
Dilakukan pemasangan mesh graft
Kontrol perdarahan
Luka ditutup Verban
Operasi selesai

3.8 Instruksi Post Operasi


Infus RL 20 tpm
Injeksi Vicilin 1 gram per 8 jam
Injeksi Ketorolac 1 ampul per 8 jam
Injeksi Omeprazole 1 vial per 12 jam

3.9 Follow up
Tanggal Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Instruksi

Jumat, 03 Januari 2020 S/ Nyeri luka operasi P/


08:30
Skrotum bengkak Mobilisasi bertahap sore jam
POD I
16.00
dr. Yasser, SpB O/ Kes: Compos Mentis

TD: 150/90 mmHg

N: 68 x/menit

RR: 18 x/menit

T: 36,6 ºC

Status lokalis

Luka tertutup verban


tidak ada pus, darah dan
27

cairan merembes, nyeri


sekitar luka.

Ass/

Post hernioraphy + mesh


graft ai hernia inguinal
sinistra reponible
28

BAB IV
DISKUSI

Seorang laki-laki, 57 tahun tahun dengan keluar benjolan di lipatpaha kiri


sejak 1 tahun. Awalnya benjolan teraba kecil, teraba terutama saat pasien mengedan,
batuk, berdiri,dan dapat masuk kembali saat pasien berbaring. Benjolan tidak terasa
nyeri. Tapi sejak 1 minggu terakhir, benjolan mulai terasa nyeri. Tidak ada keluhan
mual dan muntah. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Berdasarkan anamnesis terarah, dan pemeriksaan fisik yang dilakukan,
diagnosis yang ditegakkan pada pasien kasus ini adalah hernia inguinal reponible.
Benjolan yang keluar dan dapat dimasukkan kembali adalah termasuk dalam
klasifikasi hernia inguinalis reponible, hernia inguinalis lateralis reponible adalah
jika isi kantong dapat direposisi kembali ke rongga abdomen. Setelah dihubungkan
dengan teori bahwa anamnesis yang didapatkan mengarah ke hernia inguinalis
lateralis reponible.
Pada kasus hernia, pekerjaan sangatlah berpengaruh besar akan memicunya
terjadi hernia. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki pekerjaan sebagai
seorang petani yang tidak jarang melakukan pekerjaan berat. Hal ini dapat
dihubungkan dengan faktor risiko hernia inguinalis lateralis yaitu peningkatan
tekanan intraabdomen yang kadang disebabkan oleh seringnya mengangkat beban
berat. Pada kasus Hernia memiliki beberapa kondisi dan faktor yang bisa
meningkatkan risiko munculnya hernia, yakni jenis kelamin lebih cenderung terjadi
pada pria, kelebihan berat badan biasanya memiliki tekanan yang lebih banyak pada
bagian perut, batuk kronis, faktor pekerjaan tertentu seperti, yang harus berdiri dalam
waktu jangka lama atau harus mengangkat beban yang sangat berat, kelahiran
prematur, riwayat penyakit hernia, serta faktor keturunan yang sebelumnya keluarga
memiliki riwayat hernia. Hernia inguinalis ialah kondisi fisik yang terjadi ketika
jaringan lunak (biasanya bagian dari membran yang melapisi rongga perut alias
omentum, atau bagian dari usus) menonjol melalui titik lemah pada otot perut,
biasanya pada bagian pusar. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan region abdominal didapatkan datar, lemas, timpani, dan
bising usus meningkat. Pada pemeriksaan inspeksi regio inguinalis dekstra
ditemukan benjolan, warna sama dengan sekitar, Transluminasi (-). Pada palpasi

28
29

didapatkan teraba benjolan, batas atas tidak tegas, konsistensi kenyal, ukuran 8 x 4 x
3 cm, dan tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga abdomen. Pada pemeriksaan
rektal toucher didapatkan adanya prolapse tonus sfingter ani yang menandakan
terjadinya inkarserata. Kemungkinan benjolan adalah suatu hidrokel dapat
disingkirkan dari pemeriksaan fisik, dimana transluminasi benjolan negatif.
Kemungkinan suatu tumor juga disingkirkan karena benjolan teraba kenyal.
Kemungkinan suatu torsio testis dapat disingkirkan dari didapatkan kedua testis ada
di kantong kemaluan dan teraba normal.
Pada hasil pemeriksaan penunjang laboratorium tidak didapatkan kelainan.
Nilai leukosit yang normal dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan
terjadinya peradangan pada regio inguinal dan skrotal. Selain itu, apabila
pemeriksaan kadar elektrolit darah juga didapatkan normal yang menandakan tidak
adanya ketidakseimbangan elektrolit akibat muntah yang dialami pasien (dehidrasi).
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa diagnosis pasien ini adalah hernia inguinalis dekstra inkarserata.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah terapi operatif, yaitu
hernioraphy. Selain itu, pasien juga diterapi dengan medikamentosa berupa injeksi
rnitidin, ketorolac dan antibiotik Vicilin. Hernioraphy merupakan gabungan
herniotomi dan plasty (menutup pintu). Pada bayi tidak perlu tindakan plasty karena
anulus externus dan internusnya saling tumpang tindih. Fascia transversa yang
merupakan lokus minorisnya ditutup sehingga terbentuk jaringan ikat. Pada
hernioplasty dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Adapun penatalaksanaan dari
hernia ingunalis lateralis adalah dengan dilakukan tindakan operatif. Pada pasien ini
dilakukan tindakan hernioraphy untuk mengatasi keluhan pasien, hal ini sudah sesuai
dengan teori.
Pengobatan yang dilakukan pada kasus ini adalah dilakukan operasi
hernioraphy. Operasi hernioraphy yang dilakukan berupa herniotomi dan hernioplasti.
Herniotomi ialah suatu tindakan pembukaan kantong hernia untuk memastikan isi
kantong hernia, dan setelah dilakukan pembukaan kantong hernia, dimasukkan
kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong
kantong hernia, sedangkan hernioplasti adalah tindakan bedah untuk mencegah
30

terjadinya munculnya kembali dengan cara memperkecil annulus inguinalis internus


dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinais. Pada pasien ini telah dilakukan
herniotomi dan didapatkan pada kantong hernia yakni berupa usus halus. Lapisan
fascia tidak dijahit untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah mesh.
Mesh ini bertujuan memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan
ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka
kekambuhan dilaporkan kurang dari 1%3. Dengan melihat kondisi pasien dan
tindakan segera herniorhapy dekstra, prognosis pada pasien ini baik secara vitam
maupun functionam adalah bonam.
31

BAB V
KESIMPULAN

Hernia inguinal adalah kasus bedah terbanyak nomor dua setelah apendisitis.
Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan
hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi.
Proses penegakan diagnosis pada kasus hernia meliputi anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik penting dilakukan
untuk menentukan klasifikasi hernia. Penatalaksanaan pada kasus hernia sebenarnya
lebih mengarah pada penanganan operatif yaitu dengan herniotomi, dan herniorafi.
32

DAFTAR PUSTAKA

1. Dante.2014. Hernia Emergencies. Department of Aurgery, Massachusetts


General Hospital, Harvard MedicalSchool. Pp 97:130
2. Indranil, et al.2013. Retrospective Study on Prevalence of Primary and
Recurrent Inguinal Hernia and Its Repairs in Patiens Admitted to a Tertiary
Care Hospital. Indian Medical Gazette. Pp 203:213
3. Jakob. 2013. The Epidemiology and Risk Factors for Recurrence after Inguinal
Hernia Surgery.Danish Medical Journal. Pp 1-17
4. Madhusoodhaan, et al. 2014. Prevalence and Risk Factors of Inguinal Hernia-
A Hospital Based Observational Study. International Journal of Medical and
Applied Sciences. E ISSN:23120-3137
5. Omon, et al.2014. Inguinal Hernias : analysis of incidence, diagnosis and
management of 172 consecutive study at Igbinedion university Teaching
Hospital Okada
6. Snell, R.S. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC. 2011.
7. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356

8. C. Palanivelu. Operative Manual ofLaparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.


Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58

9. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit
HodderArnold. 2006.

10. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery.
New York. WB Saunders Company. 795-801

11. Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi,
penerbit EGC, Jakarta.
12. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
13. van Veen RN, van Wessem KJ, Halm JA, et al. Patent processus vaginalis in
the adult as a risk factor for the occurrence of indirect inguinal hernia. Surg
Endosc 2007;21(2):202–5.
14. van Wessem KJ, Simons MP, Plaisier PW, et al. The etiology of indirect
inguinal hernias: congenital and/or acquired? Hernia 2003; 7(2):76–9.

32
33

15. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.
Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc
Graw-Hill. 783-789.

16. Brunicardi, F.C, et al. 2006. Schwartz’s Manual of Surgery. United States of
America: The McGraw-Hill Companies.

17. Dugdale, David C, et al. 2008. Femoral Hernia.

33

Anda mungkin juga menyukai