Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DINASTI ABBASIYAH

(Untuk memenuhi mata pelajaran SKI)

DI SUSUN OLEH:

Zulfa Alfa Juhriana

XII MIPA 2

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1

KOTA TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah S.W.T. karena berkat rahmat taufik dan hidayah nya
saya dapat dengan sukses menyelesaikan makalah ini .

Tugas pembuatan makalah ini kami selesaikan dengan mengemban tugas sebagai seorang
palajar sebagai prosoes dari pembelajaran . palaksanaan ini saya rangkum dalam kerja sama tim yang
telah di tentukan sebelumnya pembagian

Terima kasih juga kami ucapkan kepada guru pembimbing kami yang memberikan ilmu nya
sebagaipahlawan tanpa tanda jasa.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat membantu untuk kedepanya dalam proses
pembelajaran.

Tasikmalaya, 09 februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Terbentuknya Dinasti Abbasiyah
B. Fase-fase Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
C. Tokoh Pada Masa Dinasti Abbasiyah

BAB III PENUTUP


A. Kesimpula

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam peradaban umat Islam Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban umat Islam yang terjadi Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan
umat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang Pada masa ini banyak
kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah baik itu di bidang ekonomi politik dan
ilmu pengetahuan Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan Semangat
bagi generasi umat Islam pala peradaban umat Islam itu pernah memperoleh masa
keemasannya melampaui kesuksesan negara-negara Eropa dengan kita mengetahui
bahwa dahulu peradaban Islam itu diakui oleh seluruh dunia maka akan memotivasi
sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban umat Islam
sehingga kita akan mencoba untuk mengurangi masa keemasan itu kembali nantinya
untuk generasi umat Islam saat ini. Peradaban islam mengalami puncak kejayaan
pada masa Daulah Abbasiyah. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju diawali
dengan penerjemahan naskah asing terutama yang berbahasa Yunani kedalam bahasa
Arab. Penddirian pusat perkembangan ilmu, dan perpustakaan dan terbentuknya
madzhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan
berfikir. Dinasti Abbasiyah merupamakan dinasti islam yag paling berhasil dalam
pengembangan peradaban islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya dinasti abbasiyah
2. Bagaimana perkembangan politik, ekonomi dan administrasi dinasti abbasiyah
C. Tujuan
1. Mengetahui fase-fase pada pemerintahan dinasti abbasiyah
2. Untuk mengetahui proses lahirnya dinasti abbasiyah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar belakang terbentuknya dinasti abbasiyah


Abbasiyah berasal dari kata Al-Abbas, yaitu salah satu keturunan dari bani hasyim yang
termasuk paman dari muhammad Saw. Bani hasyim merupakan mitra politik bani umayyah
sejak zaman jahiliyah sampai kelahiran islam.
Posisi bani hasyim tersingkir dalam pemerintahan setelah berakhirnya masa pemeriintahan
khulafaur Rasyidin. Pemerintah islam kemudian dikuasai oleh bani umayyah, bani umayyah
adalah kelompok keluarga yang didirikan oleh Muawiyah bin abi sofyan.
Sementara itu keluarga bani hasyim berada pada posisi dibawah dan tidak berperan sedikit
pun dalam pemerintahan bani umayyah. Dan pada akhirnya keluarga bani hasyim
merasakan keadilan ketika pemerintahan bani umayyah dipimpin oleh Umar bin abdul aziz.
Pada masa itu, tidak boleh seorang pun keluar dari garis undang-undang atau hukum
negara. Para pejabat yang melakukan kesalahan harus segera dilaporkan kepada mahkamah
tinggi yang diberi hak penuh untuk menghukum siapapun yang bersalah.
Langkah-langkah kebijakan khalifah Umar bin abdul aziz, yang memberlakukan persamaan
hak bagi seluruh warganya ternyata ini merupakan kesempatan bagi dinasti abbasiyah untuk
merebut dinasti umayyah.
Pada masa pemerintah dinasti umayyah, kelompok yang paling gigih menantang adalah
kaum khawarij dari kelompok syiah yaitu kelompok pendukung keluarga Ali bin abi thalib.
Perubahan sikap politik bani abbas ini dimotori oleh Muhammad bin ali pada masa
pemerintahan khalifah umar bin abdul aziz pada tahun 104 H / 723 M. Dari muhammad bin
ali lahirlah putra pertama bernama muhammad bin abdullah yang dikemudian hari terkenal
dengan nama Abu Abbas As-saffah, sebagai khalifah pertama dari daulah dinasti abbasiyah.
B. Fase-fase pemerintahan diasti abbasiyah
Perkembangan di bidang politik dan militer pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah dibedakan
ke dalam lima periode. Setiap periode ditandai adanya perubahan dalam hal pemegang
kekuasaan, sistem pemerintahan, dan kebijakan militer. Berikut ini adalah perkembangan
bidang politik dan militer dinasti abbasiyah pada tiap-tiap periode :
1. Periode Pertama
Periode pertama pada tahun 97M / 100 H ini biasa disebut periode pengaruh persia
pertama. Disebut demikian karena pada periode ini pemerintahan dinasti abbasiyah
sangat kental dipengaruhi oleh sebuah keluarga dari bangsa persia, yaitu keluarga
Barmak. Keluarga barmak ini didirikan oleh seorang yang bernama Khalid bin Barmak.
Ketika Khalifah abu jafar Al-Mansur berkuasa, khalid bin barmak ditunjuk untuk
menduduki posisi sebagai wazir. Karena, khalid bin barmak merupakan salah satu orang
yang berjasa dalam usaha merebut kekuasaan dinasti umayyah dengan kekuatan militer
dinasti abbasiyah. Dan pada akhirnya keluarga barmak secara turun temurunmempunyai
pengaruh dan peran yang sangat penting dalam pemerintahan dinasti abbasiyah.
Para khalifah dinasti abbasiyah sejak yang pertama yaitu abu abu al-abbas abdullah bin
muhammad as-saffah beliau juga adalah pendiri dinasti abbasiyah hingga khalifah
terakhir menerus selalu mengandalkan kekuatan militer sebagai upaya untuk
menegakkan pemerintahan. Setelah itu, kekuatan militer dilakukan dalam rangka
mempetahankan kedaulatan negara dari ancaman pemberontakan dan serangan
keraaan lain.
Khalifah Abu abbas as-saffah menggunakan kekuatan militer untuk menghancurkan sisa-
sisa kekuatan Dinasti Umayyah. Paman Abu abbas as-saffah yang bernama Abdullah bin
Ali sebagai pengatur dalam upaya melenyapkan seluruh keluarga dan kaki tanga Dinasti
Umayyah. Keberanian, ketegasan, da kekejaman dalam setiap peperangan yang
dilakukan membuat Abu abbas as-saffah mendapat julukan As-Saffah yang artinya Si
Haus Darah.
Khalifah Abu abbas as-saffah meninggal pada tahun 754 M kemudian kekuasaan pindah
mengondisikan potensi pendukung dinasti abbasiyah dan bersikap keras kepada siapa
pun yang berusaha menggoncang kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Pamannya abdullah bin
Ali diangkat sebagai gubernur disuriah oleh abu abbas as-saffah disertai janji bahwa dia
akan diangkat sebagai khalifah menggantikannya. Tetapi, belakangan yang diangkat
menjadi pengganti abu abbasas-safafah adalah khalifah Abu jafar Al-mansur. Karena
kecewa, maka abdullah bin ali kecewa memberontak kepada abu jafar al-mansur.
Mengatasi pemberontakan itu abu jafar al-mansur mengutus Abu muslim Al-khurasani
untuk menumpasnya dan pada pertempuran ini pasukan abu muslim al-khurasani
berhasil mengalahkan pasukan pemberontak.
Dalam periode ini juga dianggap sebagai zaman keemasan bani abbasiyah. Hal ini
disebabkan karena keberhasilannya memperluas wilayah kekuasaan wilayah
kekuasaannya membentang dari laut atlantik hingga sungai indus dan dari laut kaspia
hingga ke sungai nil. Dalam perkembangan selanjutnya, Khalifah abu jafar al-mansur
berpikir bahwa secara politis abu muslim Al-khurasani bisa mengancam kedudukannya,
karena kekuatan militer ada di belakang Abu muslim al-khurasani. Maka khalifah abu
jafar al-mansur menggeser posisinya dari khurasan menjadi gubernur di suriah, karena
abu muslim al-khurasani menolak akan penggeseran posisi gubernur yang diperintahkan
oleh abu jafar al-mansur pada akhirnya abu muslim al-khurasani dan pendukungnya
membrontak kepada khalifah abu jafar al-mansur, tetapi pemberontakan tersebut dapat
diatasi oleh khalifah abu jafar al-mansur. Dan akhirnya pada tahun 755 M abu muslim al-
khurasani dijatuhi hukuman mati.
Pemberontakan terjadi lagi pada tahun 758 M oleh kaum Rawandiyah. Setelah
pemberontakan itu dapat diredam, muncul lagi pemberontakan muhammad dan
ibrahim. Tidak hanya itu di Mescopotamia juga muncul pemberontakan, yaitu oleh kaum
khayar dan kaum kurdi. Akhirnya khalid bin barmak ditunjuk menjadi gubernur disana
untuk meredam pemberontakan tersebut. Disusul kemudian kaum khawarij di afrika
utara. Untuk mengatasinya, khalifah abu jafar al-mansur menujuk Aqlab sebagai
gubernur di sana, yaitu pada tahun 765 M.
Pada tahun 786 M, Harun al-rasyid menduduki tahta ke khalifahan. Harun al-rasyid
adalah khalifah termasyur dalam sejarah daulah abbasiyah. Namanya menjadi legenda
dalam kisah “Seribu satu malam”.
Pada awal kepemerintahan harun al-rasyid, kaum khawarij mengadakan pemberontakan
lagi. Untuk menumpas pemberontakan itu, ibrahim bin aqlab diangkat mejadi gubernur
di sana. Prestasi ibrahim bin aqlab adalah keberhasilannya memulihkan keamanan dan
kestabilan politik. Ia juga mampu menyetor 40.000 dinar tiap tahun ke baghdad, sebagai
hadiah khalifah harun al-rasyid memberikan jabatan gubernur afrika utara hingga turun
temurun yang akhirnya mereka dikenal dengan dinasti Aqlabiyah.
Pada tahun 809 M Khalifah harun al-rasyid meninggal dan kedudukannya digantikan
oleh putranya yang bernama Al-amin. Ratu zubaidah dan saudaranya, isa bin jafar,
meminta agar ketiga putranya yaitu Al-amin, Al-makmun, dan Qasim diangkat sebagai
khalifah berturut-turut. Tetapi dalam waktu tak berapa lama, terjadi perang saudara
antara Al-amin dengan Al-makmun memperebutkan tahta kekhalifahan.
Al-amin mengerahkan 50.000 pasukan di bawah komando Ali bin isa. Dan Al-makmun
juga mengirim pasukannya 40.000 tentara yang di pimpin oleh Tahir bin husain. Pada
pertempuran saudara ini pasukan Al-amin yang dipimpin oleh Ali bin isa mengalami
kekalahan dan Al-amin sendiri meninggal pada pertempuran itu terjadi. Akhirnya
pasukan Al-makmun berhasil menguasai kota baghdad pada tahun 813 M.
Semenjak Al-makmun dinobatkan sebagai khalifah hingga pada enam tahun pertama, ia
belum menduduki tahta di bagdad. Tujuan Al-makmun meninggalkan istana adalah
sebagai berikut :
a. Mendinginkan suasana dan reaksi masyarakat ibu kota atas meninggalnya Al-amin
b. Menyelidiki kekuatan pendukung Al-amin di lingkungan keluarga dinasti abbasiyah
Sepulang dari pengasingan di khurasan, pada tahun 819 M khalifah Al-makmun
mengambil alih kendali pemerintahan. Ia memulai dengan gebrakan penyerahan
kekuasaan baru.
Pada tahun 826 M, khalifah Al-makmun menikahi khadijah buran, anak hasan bin sahal.
Perkembangan selanutnya Khadijah buran banyak mempengaruhi hampir setia
kebijakan khalifah.
Pada tahun 833 M khalifah Al-makmun meninggal dunia, kekhalifahan dinasti abbasiyah
dipegang oleh Al-muktasim saudara Al-makmun. Sebagaimana pendahulunya, khalifah
Al-muktasim juga menganut aliran mutazilah.
Keputusan yang paling penting selama pemerintahan Al-muktasim adalah merekrut
orang-orang turki menjadi tentara yang dibayar secara profesional. Dalam
perkembangannya, justru tentara turki tersebut makin mendominasi pemerintahan,
bahkan mereka ikut campur tangan dalam pengangatan raja-raja bawahan dan
gubernur. Keadaan ini disadari oleh khalifah Al-muktasim maka kemudian iaberupaya
menghapus dominasi tentara turki tersebut dengan memindahkan pengendalian
pemerintahan ke samara.
Pengganti Khalifah Al-muktasim adalah khalifah Al-wasiq. Ia sebagai khalifah terakhir
pada periode pertama.
2. Periode kedua
Periode kedua pada tahun 847-945 M pada periode ini disebut dengan periode
pengaruh turki yang pertama. Para perwira militer turki benar-benar telah menguasai
dinasti abbasiyah.
Daulah dinasti abbasiyah dipimpin oleh Al-mutawakil setelah ia menggantikan khalifah
Al-wasiq yang meninggal. Al-mutawakil berkuasa selama lima belas yahun. Masa
pemerintahannya ini sebagai tonggak sejarah awal kemunduran dinasti abbasiyah akibat
dari sebagian kebijakan yang merugikan dinasti abbasiyah.
Pemerintahan dinasti abbasiyah goyah, sehingga pasukan bizantium mulai berani
membrontak lagi. Mereka menguasai provinsi muslim di sisilia, asia kecil dan merebut
dimyat di mesir. Rakyat pun banyak yang merasa tidak puas dan akhirnya kekacauan
timbul dimana-mana. Keadaan itu dimanfaatkan oleh pasukan pengawal turki dan
mencoba merebut kekuasaan.
Berikutnya pemerintahan dikuasai oleh Al-mu’taqmid anak sulung Al-mutawakil yang
masih hdup. Masa pemerintahannya selama 12 tahun selanjutnya, pemerintah dikuasai
oleh Al-mu’taqmid selama 12 tahun.
Setelah 12 tahun memerintah, pada tahun 902 M, khalifah Al-mu’tadid meninggal.
Kekhalifahannya diturunkan kepada anaknya yang bernama Al-muktafi. Ia adalah
khalifah yang bijaksana dan adil. Al-muktafi meninggal setelah memimpin rakyat selama
5 tahun.
Kejadian pada masa pemerintahan Ar-radi yaitu berpindahnya kekhalifahan ke tangan
muhammad bin raikam, gubernur wasil dan basra. Tetapi ia dipaksa turun oleh jendral
turki yang bernama Balkan dengan kekuatan militer. Dan pada akhirnya kekhalifahan Al-
radi digantikan oleh khalifah Al-muttaqi.
3. Periode Ketiga
Periode ini berlangsung sejak tahun 945-1055 M adalah periode masa kekuasaaan dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh
Persia kedua. Abu Syuja’ Buwaih adalah seorang berkebangsaan Persia dari Dailam.
Ketiga anaknya : Ali (‘Imad al-Daulah), hasan (Rukn al-Daulah), dan Ahmad (Mu’izz al-
Daulah) merupakan pendiri dinasti Bani Buwaih. Kemunculan mereka dalam panggung
sejarah Bani Abbas bermula dari kedudukan panglima perang yang diraih Ali dan Ahmad
dalam pasukan Makan ibn kali dari dinasti saman, tetapi kemudian berpindah ke kubu
Mardawij. Kemudian ketiga orang bersaudara ini menguasai bagian barat dan barat daya
Persia, dan pada tahun 945, setelah kematian jenderal Tuzun (penguasa sebenarnya atas
Baghdad) Ahmad memasuki Baghdad dan memulai kekuasaan Bani Buwaih atas khalifah
Abbasiyah.
Dengan berkuasanya Bani Buwaih, aliran Mu’tazilah bangkit lagi, terutama diwilayah
Persia, bergandengan tangan dengan kaum Syi’ah. Pada masa ini muncul banyak pemikir
Mu’tazilah dari aliran Basrah yang walaupun nama mereka tidak sebesar para pendahulu
mereka dimasa kejayaannya yang pertama, meninggalkan banyak karya yang bisa dibaca
sampai sekarang. Selama ini orang mengenal Mu’tazilah dari karya-karya lawan-lawan
mereka, terutama kaum Asy’ariyah. Yang terbesar diantara tokoh Mu’tazilah periode
kebangkitan kedua ini adalah al-Qadi Abd al-jabbar, penerus aliran Basra setelah Abu Ali
dan Abu Hasyim
4. Periode Keempat
Periode ini berlangsung pada tahun(447 H/1055 M – 590 H/ 1194 M) adalah masa
kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah atau disebut juga
dengan masa pengaruh Turki kedua. Saljuk (Saljuq) ibn Tuqaq adalah seorang pemimpin
kaum Turki yang tinggal di Asia Tengah tepatnnya Transoxania atau Ma Wara’ al-Nahar
atau Mavarranahr. Thughril Beg, cucu Saljuq yang memulai penampilan kaum Saljuk
dalam panggung sejarah. Pada tahun 429/1037 ia tercatat sudah menguasai Merv.
Kekuasaannya makin bertambah luas dari tahun ke tahun dan pada tahun 1055
menancapkan kekuasaannya atas Baghdad.
Tughril meninggal tanpa meninggalkan keturunan dan digantikan kemenakannya Alp
Arselan yang kemudian digantikan puteranya Maliksyah yang merupakan penguasa
terbesar dari dinasti Saljuk. Sesudah itu bani Saljuk mengalami kemunduran sebelum
kekuasan mereka di Baghdad pudar sama sekali pada tahun 552 H/ 1157 M. Dalam
bidang keagamaan, masa ini ditandai dengan kemenangan kaum Sunni, terutama dengan
kebijakan Nidham al-Muluk mendirikan sekolah-sekolah yang disebut dengan namanya
Madaris Nidhamiyyah. Hal lain yang perlu dicatat dari masa ini dan masa sebelumnya
adalah munculnya berbagai dinasti di dunia Islam yang menggambarkan mulai hilangnya
persatuan dunia Islam di bidang politik. Seperti dinasti Fatimiyah lahir di Mesir (969) dan
bertahan sampai tahun 1171. Dari segi budaya dan pemikiran keagamaan, terdapat
berbagai wilayah dengan pusatnya sendiri yang masing-masing mempunyai peran sendiri
dalam mengekspresikan Islam, sesuai dengan kondisi masing-masing. Misal, Andalus dan
Afrika Utara mengembangkan seni yang mencapai puncaknya pada al-Hambra dan
pemikiran filsafat denngan tokoh Ibn Tufail dan Ibn Rusyd.
5. Periode Kelima
Periode iniberlangsung pada tahun (590 H/ 1194 M – 656 H/ 1258 M) adalah masa
khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar
kota Baghdad. Sesudah Saljuk, para khalifah tidak lagi dikuasai oleh kaum tertentu.
Tetapi, negara sudah terbagi-bagi dalam berbagai kerajaan kecil yang merdeka. Khalifah
al-Nashir (1180-1255) yang berusaha untuk mengangkat kewibawaan kekhalifahan
Abbasiyah. Untuk itu ia mencari dukungan atas kedudukannya dengan bekerja sama
dengan suatu gerakan dari orang-orang yang memuja Ali. Dari kalangan pengrajin dan
pedagang meyakini Ali sebagai pelindung korporasi. Anggota dari gerakan ini bertemu
secara teratur, dan tidak jarang melakukan latihan-latihan spiritual dibawah pimpinan
seorang pir. Al-Nashir menempatkan dirinya sebagai pelindung dari gerakan ini.
Sementara itu, kekuatan Mongol Tartar mulai merayap dari arah timur dan pada tahun
656 H/1258 H, Hulagu dengan pasukannya memasuki Baghdad dan membunuh khalifah
al-Musta’shim dan membunuh penduduk kota ini. Mereka menjarah harta, membakar
kitab-kitab dan menghancurkan banyak bangunan. Dengan demikian berakhirlah
kekhalifahan Bani Abbas di Baghdad.
C. Tokoh-tokoh pada masa dinasti abbasiyah
1. Ibnu Sina (370 H – 428 H / 980 M – 1037 M)

Abu Ali Al-Husaini bin Abdullah bin Sina (Ibnu Sina) adalah seorang ahli kedokteran
Muslim. Ia dilahirkan di Bukhara 370 H/980 M. Beliaau dibesarkan di lembah Sungah Daljah
dan Furat, tepi selatan Laut Kaspia, kawasan Bukhara. Di sana ia banyak belajar ilmu
pengetahuan dan ilmu agama. Ia mendalami filsafat, biologi dan kedokteran. Pada usia 17
tahun, ia telah emmahami seluruh teori kedokteran melebihi sipa pun. Ibnu sina diangkat
menjadi penasihat para dokter yang praktik pada masa itu. Ia dikenal sebagai Bapak
Kedokteran Dunia. Bukunya yang terkenal adalah Qanun fi Al-Thibb (Dasar-Dasar Ilmu
Kedokteran). Ia juga menulis buku berjudul Asy-Syifa' dan An-Najat.

2. Ibnu Rusyd
Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd (w. 595 H / 1198 M) lahir di Kordoba,
Spanyol. Ia dibesarkan dalam keluarga yang tegun menegakkan agama dan berpengetahuan
luas. Neneknya seorang ahli fikih dan tokoh politik yang berpengaruh serta hakim agung di
Andalusia.
Ibnu Rusyd belajar matematika, astronomi, filsafat, dan kedokteran kepada Ibnu
Basykawal, Ibnu masarroh dan Abu Ja'far Harun. Beliau dikenal orang barat
dengan nama Averroes, lewat karyanya yaitu Al-Kulliyat yang telah diterjemahkan
dalam berbagai bahasa. Pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd sangat berpengaruh di
negara-negara Eropa, dan banyak dikaji di tingkat universitas. Ia adalah seorang
tokoh muslim yang ahli dalam bidang filsafat dan kedokteran.

3. Al-Farabi (870 M – 950 M)


Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzlagh al-Farabi dilahirkan di Farab
dan meninggal di Aleppo. Pada masa kecil, ia dikenal sebagai anak yang cerdas. Ia banyak
belajar ilmu agama, bahasa Arab, Turki dan Persia. Ia berpindah di Bagdad selama 20 tahun.
Berikutnya pindah ke Haran untuk belajar filsafat Yunani kepada beberapa orang ahli seperti
Yuhana bin Hailan.
Ia menguasai 70 bahasa, sehingga ia menguasai banyak ilmu pengetahuan, yang paling
menonjol adalah ilmu mantik. Kemahirannya dalam ilmu mantik melebihi Aristoteles. Ia
kemudian dikenal sebagai guru kedua dalam ilmu filsafat. Al-Farabi memasukkan ilmu
logika dalam kebudayaan Arab.
Dalam bidang filsafat, AlFarabi lebih menitikberatkan pada persoalan kemanusiaan, seperti
akhlak, kehidupan intelektual, politik dan seni. Ia termasuk ke dalam filsuf kemanusiaan dan
berpendapat bahwa antara filsafat dan agama tidak bertentangan.
4. Al-Ghazali
Al-Ghazali adalah seorang tokoh ahli tasawuf. Dia termasuk tokoh alrian tasawuf sunni,
bersama Abu Qasim Al-Qusairi. Perkembangan ilmu tasawuf ditandai degnan peralihan dari
tasawuf ke zuhud. Perkembangan selanjutnya adalah tasawuf akhlaki dan falsafi. Tasawuf
falsafi berdasarkan pada AL_Qur'an dan Hadis. Tasawuf ini dinamakan tasawuf sunni.
Tasawuf falsafi bercampur dengan metafisika. Tasawuf ini disebtu tasawuf flsafat. Tokohnya
adalah Zunnun Al-Misri dan Abu Yazid al Bustami. Al-Ghazali sebagai tokoh tasawuf,
banyak mengkritik ahli filsafat, seperti yang tertuang dalam karyanya Tahafutul Falasifah
maupun Tahafut al-Tahafut. Di antara karyanya yang terkenal adalah Ihya' Ulumuddin
(Menghidupkan kembali ilmu-Ilmu agama), maupun 'Ajaibul Qalbi (keajaiban-keajaiban
hati).
5. Ibnu Khaldun
Ibunu Khaldun disebtu sebagai bapak sosiologi islam. Lahir di Tunisia pada 732 H/1332 M
dan meninggal pada 808 H/1406 M. Nama lengkapnya adalah Waliuddin Abddurrahman bin
Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin Al Hasan. Karyanya yang
terkenal adalah Muqaddimah. Kitab ini berisi pembahasan tentang masalah sosial manusia.
Kitab ini membuka jalan menuju pembahasan ilmu-ilmu sosial. Dia dipandang sebagai
peletak dasar ilmu sosial dan politik ISLAM.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemerintahan dinasti abbasiyah dinisbatkan kepada al-abbas, paman rosulullah, sementara
khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah, Abdullah ash- shaffah bin Muhammad bin ali
bin Abdullah bin abbas bin abdul muthalib. Dinasti abbasiyah didirikan pada tahun 132
h/750 m, oleh abdul abbas ash-shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan
dinasti abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama lima abad da
ri tahun 132-656 h (750m – 1258 m). Pada periode pertama fase ini Disebut pengaruh Persia
pertama yaitu berlanjut dari kekuasaan Khalifah pertama Abu Abbas Assafah tahun 750 M =
132 H Sampai dengan khalifah ke 9 (Al Wastsiq ) tahun 847 M = 232 H. Alasan lain disebut
pengaruh persia dikarenakan beberapa khalifah yang berkuasa juga berkebangsaan persia
.seperti Al-Amin dan Al Makmun putra dari Harun al rasyid ibunya orang persia dan
beberapa khalifah lainnya . Meskipun pada fase ini khalifah al Mustakim mulai memberi
peluang kepada bangsa Turki untuk berkipah dalam pemerintahan Abbasiyah sebagai tentara
pengawal Khalifah dan pengawal istana . Pada periode pertama pemerintahan Dinasti Bani
Abbasiyah mencapai masa keemasan. Secara politis para khalifah betul-betul tokoh yang kuat
dan merupakan dan merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Disisi lain
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam. Pada masa
perkembangan ilmu agama seperti, ilmu alqur’an, qira’at, hadits, fiqh, ilmu kalam, bahasa
dan sastra. Empat mashab fiqh tumbuh dan berkembang pada masa dinasti abbasiyah.
Disamping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, astronomi, music,
kedokteran, dan kimia. Lembaga pendidikan pada masa dinasti abbasiyah mengalami
perkembangan dan kemajuan sangat pesat.hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan
bahasa arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman dinasti
umayah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan tersebut paling
tidak, juga di tentukan oleh beberapa kebijakan oleh beberapa khalifah.

B. Saran
Sebagai umat muslim kita wajib mempelajari sejarah kebudayaan islam , untuk menambah
pengetahuan serta meningkatkan iman kita pada Allah Swt dan juga mengetahui sejarah yang
sudah lama ada di dalam perkembangan islam dari masa – ke masa . hal ini agar umat
muslim semakin termotivasi untuk terus mengembangkan dan memperkenalkan Islam ke
seluruh dunia
DAFTAR PUSTAKA
Referensi downloadan ski proses lahirnya bani abbasiyah ktsp 2008
v https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8#q=ski+proses+lahirnya+bani+abbasiyah+ktsp+2006
v http://sholikatia.blogspot.co.id/2014/06/sejarah-berdirinya-bani-abbasiyah.html
http://gndevinanl.blogspot.co.id/2018/02/proses-lahirnya-dan-fase-pertama.html..
Lembar Kerja Siswa (LKS) KELAS XI

Anda mungkin juga menyukai