Anda di halaman 1dari 2

Karakteristik pulau Ende

Kabupaten Ende adalah sebuah kabupaten di Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Luas kabupaten ini ialah 2.067,75 km² dan populasi 282.154 jiwa (2016).[5] Ibu kotanya ialah Kota
Ende Pulau Ende adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Pulau Bunga (Flores-Ende) menjadi saksi sejarah tempat pengasingan Sukarno, seorang tokoh
pergerakan nasional yang sangat terkenal. Tokoh pergerakan inilah yang kemudian menjadi Presiden
Republik Indonesia yang pertama. Di pulau ini, Soekarno atau Bung Karno diasingkan dari rakyat
yang mencintainya, teman-teman seperjuangannya, dan dari keluarganya selama hampir lima tahun
yaitu sejak tanggal 14 Januari 1934 sampai 18 Oktober 1938. Pemerintah Belanda mengasingkan
Bung Karno ke Ende didasari oleh pertimbangan-pertimbangan yang matang mengingat Bung Karno
adalah tokoh yang secara terus terang memperjuangkan kemerdekaan daerah jajahan Belanda. Oleh
karena itu, adalah menjadi hal yang penting untuk mengetahui situasi dan kondisi daerah dan
masyarakat Ende pada waktu pengasingan Bung Karno berlangsung dan tidak kalah pentingnya
adalah tempat atau rumah tempat Bung Karno tinggal selama masa pengasingan.

ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI KARAKTERISTIK LOKASI DAN WILAYAH KABUPATEN ENDE

Karakteristik Lokasi dan Wilayah


Kabupaten Ende merupakan salah satu dari 22 Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT), memiliki luas wilayah sebesar 2.046,59 km2, dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah
Utara : Laut Flores Sebelah Timur : Kabupaten Sikka Sebelah Selatan : Laut Sawu
Sebelah Barat : Kabupaten Nagekeo
Secara administrasi terdiri atas 21 Kecamatan, 255 Desa, 23 Kelurahan, dan 893 dusun/lingkungan.
Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Nangapanda (10,42%), diikuti Detukeli,
Kotabaru dan Ende, sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Ndori (0,29%). Berdasarkan jenis
pemerintahan, terdapat 2 (dua) kecamatan yang seluruh wilayah merupakan kelurahan yaitu
Kecamatan Ende Selatan dan Ende Tengah, 10 (sepuluh) kecamatan yang tidak mempunyai
pemerintahan Kelurahan dan 9 (sembilan) kecamatan memiliki unsur pemerintahan desa dan
kelurahan Kabupaten Ende adalah salah satu kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara
Timur, dengan luas 2.046,59 Km2 (204.660 Ha) dan populasi penduduk keadaan tahun 2009
sebanyak 258.658 jiwa (Registrasi penduduk BPS 2010). Secara geografis Kabupaten Ende memiliki
letak yang cukup strategis yaitu dibagian tengah Pulau Flores yang diapit oleh empat Kabupaten di
bagian barat : Nagekeo, Ngada, Manggarai, dan Manggarai Barat, sedangkan dibagian timur dengan
dua Kabupaten yakni : Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur. Secara administratif Kabupaten
Ende meliputi 21 Kecamatan, 191 Desa dan 23 Kelurahan. Wilayah Kabupaten Ende terletak di
bagian tengah Pulau Flores dengan batas : Sebelah utara : Laut Flores pada 1220 50’ 41” BT dan 80
54’ 17” LS di Nangamboa atau 1220 BT dan 80 54’ 27” LS di NgaluIjukate (Natural Border); Sebelah
selatan : Laut Sawu pada 1210 24’ 27” BT dan 80 54’ 17” LS di Nangamboa atau 1220 BT dan 80 54’
27” LS di NgaluIjukate (Natural Border); sebelah timur : Kabupaten Sikka dari pantai utara 1210 02’
BT dan 80 26’ 04” LS di Nangambawe ke arah tengah pada 1210 55’ 44” BT dan 80 43’ 44” LS di
Nangamanuria ke arah pantai selatan pada 1220 BT dan 80 54’ 27” LS di NgaluIjukate (Artificial
Border) Sebelah barat : Kabupaten Ngada dari pantai utara 1210 50’ 41” dan 80 26’ 04” LS di
Nanganiohiba ke arah utara pada 1210 26’ 04” BT dan 80 4’ 17” LS di Sanggawangarowa ke arah
pantai selatan pada 1220 24’ 27” BT dan 80 54’ 27” LS di Nangamboa (Artificial Border).
Masalah dan Potensi Lahan Kering
1. Keterbatasan biofisik lahan kering; Lahan kering umumnya memiliki karakteristik khas yakni
fisiografi lahan yang sangat beragam, dari berombak, bergelombang hingga berbukit atau berlereng
dengan jenis tanah yang bervariasi, sehingga relatif rentan terhadap degradasi (erosi sangat tinggi
)terutama di daerah berlereng dan perbukitan, dengan lapisan olah tanah yang dangkal. Keterbatasan
biofisik lahan dan infrastruktur ekonomi menyebabkan teknologi usahatani menjadi relatif mahal bagi
petani lahan kering.
2. Produktivitas lahan dan produksi tanaman; Sebagian besar lahan kering mempunyai tingkat
kesuburan rendah. Secara inherent lahan kering sangat rendah dicirikan oleh rendahnya karbon
kesuburan tanah
Potensi
Menaikan luas Area Tanam dan pembukaan lahan kering baru untuk pengembangan padi, jagung, dan
kedelai.
Meningkatkan Produkvitas Lahan.

Daftar Pustaka
RKPD2018, RKPD TAHUN 2016 Kab Ende

Anda mungkin juga menyukai