A. Latar Belakang
kematian/tahun. Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia terutama di
Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta
diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Meskipun diare
membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di Negara berkembang, ternyata diare juga masih
merupakan masalah utama di Negara maju. Di Amerika, setiap anak mengalami 7-15 episode
diare dengan rata-rata usia 5 tahun, 9% anak yang dirawat di Rumah Sakit dengan diare
berusia kurang dari 5 tahun, dan 300-500 anak meninggal setiap tahun. Di Negara
berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3 kali
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara-negara
berkembang karena menurut World Healt Organisation (WHO), penyakit Diare membunuh
satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karna access pada sanitasi masih terlalu rendah . Hal ini
ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional. (Azwar, 2009)
Di Indonesia terdapat empat dampak kesehatan oleh pengolahan air dan sanitasi yang
buruk, yakni Diare, Tifus, Polio dan Cacingan. Hal survei pada tahun 2006 menunjukkan
bahwa kejadian Diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk dan
terjadi 1 – 2 kali per tahun pada anak –anak berusia dibawah 5 tahun. (Elok Dyah Messwati,
2008)
Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di 15
provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209
orang atau Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut utamanya disebabkan
oleh rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak bersih.
Sampai saat ini kejadian diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Sulawesi Selatan. Walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan juga
dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan diare ini masih sering menimbulkan
KLB (kejadian luar biasa) yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian.
Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar
2007, jumlah penderita diare sebanyak 52.278 orang dan 14.493 atau sebesar 28 %
diantaranya adalah balita. Secara keseluruhan dilaporkan 10 penyakit diare yang meninggal
dunia. Untuk penderita diare, masih menurut data hasil survailans, paling banyak diderita
oleh warga berusia antara 1-4 tahun atau yang masih tergolong balita. Pada usia ini, jumlah
penderita adalah sebanyak 7.379 orang. Data surveilens juga menyebutkan penderita diare
dari warga Sulawesi Selatan yang berusia 5-9 tahun mencapai 2.955, usia 10-14 tahun
sebanyak 1.746 orang, usis 15-19 tahun sebanyak 1.467, usia 55-59 tahun sebanyak 856
orang, usia 60-69 tahun sebanyak 1.125 orang dan diatas usia 70 tahun sebanyak 554 orang.
Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka insidens dan angka
fatalitas kasus kejadiaan diare diantaranya adalah peningkatan cakupan air bersih dan jamban
atau penggunaan oralit, baik malalui unit pelayanan kesehatan maupun melalui kegiatan
lintas sektoral termasuk posyandu telah dilakukan oleh jajaran dinas kesehatan.
Data diare yang diperoleh dipuskesmas Batua kota Makassar memberikan gambaran
bahwa dari 10 penyakit yang menonjol, salah satu adalah diare menempati urutan ke- 2 yaitu
pada tahun 2008 kejadian diare sebanyak 1.815 orang, dan pada tahun 2009 kejadian diare
sebanyak 1.905 sedangkan pada tahun 2010 dari bulan januari sampai bulan mei kejadian
kejadian diare sehingga penelitian tertarik untuk mengadakan penelitian di puskesmas Batua
kota Makassar untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
1. Apakah ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja
2. Apakah ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja
3. Apakah ada hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja
4. Apakah ada hubungan pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare di wilayah kerja
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja
c. Diketahuinya hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja
D. Manfaat Penelitian
1. Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Depertemen kesehatan dalam
2. Perguruan tinggi
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai
kesehatan lingkungan.
3. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat mengenai kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mengendalikan dari semua faktor-faktor fisik manusia yang menimbulkan hal-hal yang telah
mengikat bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan tubuh (Anwar Daud, 2002).
. Sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis sosial, dan
(mortalitas), angka perbandingan orang sakit (mordibitas) yang tinggi serta seringnya terjadi
Menurut WHO, bahwa Negara-negara yang sedang berkembang terdapat banyak penyakit
kronis endemik, sering terjadi epidemic. Angka kematian bayi dan anak-anak yang tinggi
Sanitasi lingkungan lebih menekankan pada pengawasan pengendalian atau kontrol pada
faktor lingkungan manusia, sebagaimana ditemukan oleh WHO ada 7 (tujuh) kelompok ruang
1. Problem air
2. Problem barang atau benda sisa atau bekas seperti air limbah kotoran manusia dan sampah.
3. System penyediaan air dengan perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk
4. System drainase permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat sehingga menjadi
5. System pengelolahan sampah yang belum memenuhi syarat menjadikan sampah sarang
faktor penyakit.
6. Perilaku sebagian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang sehat, nyaman dan aman
7. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian faktor penyakit secara kimia
Air merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi manusia, karena didalam
tubuh manusia air berkisar 50-70% dari seluruh berat badan. Dan kebutuhan manusia akan air
setiap hari minimal 1, 5-2 liter untuk diminum, sebab jika munusia kekurangan air maka akan
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
Adapun beberapa syarat air bersih yang memenuhi syarat menurut PERMENKES
1. Syarat fisik, bersih, jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna
2. Tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti racun, serta tidak
mengandung mineral dan zat organik yang jumlahnya tinggi dari ketentuan.
5. Syarat kuantitas yaitu pada daerah pedesaan untuk hidup secara sehat cukup dengan
Secara garis besar penyakit yang sehubungan air dilihat dari cara penularannya dapat
Jenis penyakit yang ditularkan atau disebabkan akibat kontaminasi oleh kotoran manusia air
seni, yang kemudian airnya dikonsumsi oleh manusia yang tidak memiliki kekebalan
terhadap penyakit tersebut antara lain : cholera, typhoid, Basillari Disentry, Weings Disease.
Jenis penyakit yag ditrasmisikan dengan masukan air yang tercemar kotoran ke dalam tubuh
secara langsung (Fecal Oral) akibat penyediaan air bersih untuk pencucian alat atau benda
(tangan) yang digunakan kurang secara kuantitas maupun kualitas. Jenis penyakit pada
kelompok ini adalah bakterial ulcers (Bisul) Scabies (Kudis), trchoma (terserang pada mata).
Penyakit yang disebabkan oleh insekta (serangga) yang berkembangbiak atau memperoleh
Beberapa air bersih yang dapat digunakan untuk kepentingan aktivitas dengan ketentuan
harus yang memenuhi syarat yang sesuai dari segi konstruksi sarang pengolahan,
c. Air hujan.
a. Perusahan air minum (PAM) dari segi kualitas relativ sudah memenuhi syarat (fisik, kimia,
dan bakterilogis)
c. Air hujan : biasanya bersifat asam, CO2 bebas, tinggi, mineral rendah, kesadaran rendah.
Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
terjadi karena hubungan dengan aktivitas manusia sudah tidak dipakai lagi,tidak disenangi
dan dibuang dengan cara saniter. Banyak para ahli-ahli mengajukan batasan-batasan lain, tapi
c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dalam arti
pembuangan dengan cara yang diterima oleh umum (Ariyanto dan Dewi, Depok, 2002)
d. Berdasarkan jenis-jenis sampah dapat dibagi menjadi berbagai jenis, antara lain :
a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk misalnya logam
b. Sampah organik adalah sampah yang ada umunya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa
a. Sampah yang mudah terbakar misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan
sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, isinya kaleng-kaleng, besi-besi dan sebagainya.
b. Rubbish adalah bahan-bahan sisa pengolahan yang sukar membusuk. Rubbish ini ada yang
mudah terbakar seperti kayu, kertas dan ada yang tidak dapat terbakar seperti kaleng, besi dan
Ada tiga hal pokok yang perlu dperhatikan dalam pengolahan sampah antara lain : (1) Harus
ditutup sehingga tidak menjadi tempat bersarangnya serangga atau binatang-binatang lainnya
seperti tikus, lalat dan kecoa. (2) Pengangkutan atau pengumpulan sampah (colection) atau
sampah ditampung dalam tempat sampah sementara dikumpul kemudian diangkut dan
Menurut Metcalfn dan Eddy Air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah,
sampah cair berasal dari daerah pemukiman, perkotaan dan industri bersama-sama dengan air
Azrul Azwar mendefinisikan air limbah adalah kotoran air bekas atau air bekas
tidak bersih yang mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia dan
2. Air limbah yang berasal dari perusahan (comersial waste) seperti dari hotel dan restoran.
3. Air limbah yang berasal dari industri (industrial waste) misalnya dari pabrik tekstil, tembaga
4. Air limbah yang berasal dari sumber lain seperti air hujan yang bercampur dengan air
comberan.
Sasaran pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang
tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar, karakteristik air
1. Fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi.
Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti kerutan sabun, berbau,
kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas berwarna, cucian beras dan sayur dan
sebagainya.
2. Kimiawi
Air bangunan mengandung zat-zat kimia oraganik yang berasal dari air bersih yang
bercampur dengan bermacam-macam zat organik berasal dari pancuran tinggi urin dan
3. Bakteriologis
Kandungan bakteri patogen dan organisme terdapat juga dalam air limbah tergantung
darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air limbah.
Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan
a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit terutama kolera, typhus
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung dalam sisa limbah bila air limbah tidak dikelolah
maka akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakaat dan lingkungan hidup antara lain
1. Menjadi transmisi atau media penyerangan sebagai penyakit terutama kolera, typus
3. Menjadi tempat berkebang biaknya nyamuk atau tempat hidup virus nyamuk.
4. Menimbulkan bau yang tidak enak serta bau yang tidak sedap.
5. Merupakan sumber pencemaran air permukaan tanah dan lingkungan hidup lainnya.
6. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tidak nyaman dan
Jamban keluarga adalah suatu yang dikenal dengan WC dimana digunakan untuk
membuang kotoran manusia atau tinja dan urine bila mana pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat dapat menimbulkan berbagai penyakit saluran pencernaan seperti diare,
cholera.
berikut :
d. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoa, dan binatang lainnya.
g. Sederhana desainnya
h. Murah
Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, bangunan jamban terlindungi dari panas dan hujan,
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan
sebagainya.
3. Bangunan jamban sedapat mungkin tersedia alat pembersihan seperti air atau kertas
a. Pit-privy (Cupluk)
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80-120 cm,
sedalam 2,5-8 meter dindingnya diperkuat dengan batu bara. Dapat ditembok agar tidak
Terdiri atas bak yang kedap air, diisi di dalam tanah sebagai pembuangan. Untuk jamban ini
agar berfungsi dengan baik perlu pemasukan air setiap hari, baik sedang digunakan atau
tidak. Pembuangan tinja dengan jarak dari sumber air minimal lebih dari 10 m.
Jamban ini bukanlah merupakan jamban tesendiri tapi hanya modifikasi closetnya saja. Pada
jamban ini closetnya terbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini
gunanya sebagai sumbat sehingga bau busuk tidak tercium diruangan jamban. (Entjang indah,
2000)
pengawasan terhadap struktur fisik, dimana orang menggunakan sebagai tempat berlindung
yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana sanitasi tersebut antara lain ventilasi,
suhu, kelembaban, sarana pembuagan sampah, sarana pembuangan kotoran manusia dan
lingkungan sedimikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Berarti sanitasi
adalah suatu usaha pengendalian faktor- faktor lingkungan guna untuk mencegah timbulnya
suatu penyakit dan penularan yang di sebabkan oleh faktor lingkungan tersebut, sehingga
2. Perumahan sehat
Rumah meruapakan tempat beristirahat, berlindung dan menyimpan harta benda secara
aman dan tenang. Oleh karena mempunyai beberapa fungsi maka rumah haruslah memenuhi
syarat kesehatan dan juga tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang ada karena
rumah mempunyai hubungan yang erat dengan penghuninya. Dimana rumah dengan kondisi
yang buruk akan memberi pengaruh yang buruk pula kepada penghuninya.
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayan, penghawaan dan ruang gerak yang
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang sehat
penyediaan air bersih, pengelolaan tinjah dan limbah rumah tangga, bebas fektor penyakit
dan tikus, kepadatan penghuni yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan
luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak
mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir.
a. Pengertian diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari
tiga kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
b. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare
dan sebagainya.
2. Faktor malabsorbsi
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
3. Faktor makan
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tepati dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
c. Patofisiologi
3. Hipoglikemia
d. Manifestasi klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau
lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan-hijauan karena bercampur
dengan empedu. Anus daerah sekitrnya timbul lecet karena sering defeksi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basah dan
elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai
nampak : yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila
berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik.
e. Penatalaksanaannya
penyakit dasar. Obat-obatan tertentu (misalnya, prednison) dapat mengurangi beratnya diare
dan penyakit.
Untuk diare dengan dehidrasi ringan, cairan oral serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk
dehidrasi pasien. Untuk diare dengan dehidrasi sedang akibat sumber non-infeksius, obat-
obatan tidak spesifik seperti difenoksilat (lomotil) dan loperamit (Imodium) juga diberikan
untuk menurunkan motilitas. Preparat antimikrobial diberikan bila preparat infeksius telah
Terapi cairan intravena mungkin diberikan untuk anak kecil atau lansia. (Suddart & Brunner
2001)
lingkungan yaitu yang terdiri dari penyediaan air bersih, pengelolahan sampah, pengelolahan
air limbah dan pemanfaatan jamban. Kita ketahui bahwa sanitasi lingkungan merupakan
pengawasan lingkungan fisik, biologis sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan
manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang
merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Hasil yang diharapkan dari sanitasi lingkungan yang
baik, yaitu tergantung dari peningkatan kualitas lingkungan dengan memperbaiki sanitasi
lingkungan air bersih, penyediaan jamban keluarga, pengelolaan air limbah dan pengelolaan
sampah. Terciptanya sanitasi lingkungan yang baik akan menurunkan atau mengurangi
kejadian diare pada masyarakat. Hal ini terkait dengan pemanfaatan sanitasi lingkungan, yang
membawa dampak positif dalam kehidupan dan akan terhindar dari penyakit.
Adapun gambaran dari kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai
berikut :
a. Diare
Yang dimaksud diare dalam penelitian ini adalah terjadinya pengeluaran feses
berturut-turut lebih dari tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan konsistensi dan
Kriteria objektif :
Yang dimaksud penyediaan air bersih dalam penelitian ini adalah tersedianya air yang
Kriteria objektif :
1. PDAM
b. Tidak memenuhi syarat apabila tidak memenuhi minimal satu kriteria tersebut diatas.
2. Sumur gali
tanah.
b. Tidak memenuhi syarat apabila tidak memenuhi minimal satu criteria tersebut diatas.
3. Sumur bor
b. Tidak memenuhi syarat apabila tidak memenuhi minimal satu kriteria tersebut diatas.
c. Pengelolaan sampah
Yang dimaksud pengelolaaan sampah dalam penelitian ini adalah sarana untuk menyimpan
Kriteria objektif :
enuhi syarat : jika tempat sampah terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak, mempunyai penutup dan
mudah dibersihkan.
Yang dimaksud pengelolaan air limbah dalam penelitian ini adalah system pengaliran air
limbah, yang dimiliki berupa saluran dan mempunyai penampungan air limbah yang berasal
Kriteria objektif ;
enuhi syarat : jika mempunyai lubang dan mempunyai penutup, mempunyai saluran dan aliran lancar, jarak
Yang dimaksud pemanfaatan jamban keluarga dalam penelitian ini adalah tempat yang
Kriteria objektif ;
enuhi syarat : bila mempunyai lubang penampungan dan berbentuk cemplung dengan penutup atau
berbentuk leher angsa digunakan dan dibersihkan minimal dua kali seminggu.
3. Hipotesis Penelitian
c. Ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas
Batua Makassar
d. Ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua
Makassar
e. Ada hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas
Batua Makassar
f. Ada hubungan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua
Makassar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan Cross
Sectional Study yaitu variabel independen dan variabel dependen diambil pada periode
waktu yang sama untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare di
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Batua Makassar yang dilaksanakan pada
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di wilayah Kelurahan Tello Baru yang
memeriksakan dirinya di Puskesmas Batua Makassar pada bulan januari sampai bulan mei
2. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti, jadi sampel dalam penelitian ini
diambil secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan untuk tujuan
Rumus:
29 n= N
1 + N (d2)
Keterangan :
N : Jumlah populasi
n : Besar sampel
N = 407
d = 10% = (0,1)
Maka :
n= 407 = 407 = 407
n = 80
Dalam penelitian ini akan menggunakan sampel dengan criteria sebagai berikut :
a) Kriteria Inklusi
Adalah merupakan karakteristik umum dari subjek penelitian pada suatu populasi target dan
populasi terjangkau yang diteliti. Pada penelitian ini kriteria inklusi adalah :
b) Kriteria eksklusi
1. Data primer
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan responden
checklist.
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang
E. Pengolahan Data
1. Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa
2. Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu
(pengkodean).
3. Tabulasi data
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat
yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa tabel tersebut
F. Analisa Data
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel sesuai dengan variabel yang hendak
diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi dan uji statistik. Uji
statistik yang digunakan adalah Univariat dan Bivariat dengan serta menggunakan jasa
1. Analisa Univariat
Dilakukan dari tiap variabel dan hasil penelitian berupa distribusi frekuensi dan persentase
2. Analisa bivariat
Dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan dengan tabulasi silang diantara
semua variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan metode Chi-Square
dengan rumus :
∑(0 – E)²
ײ =
E
Di mana :
α = Tingkat kepercayaan 5 %
Interpretasinya :
G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak
institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi
Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati
hak-hak subjek.
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantum nama responden, tetapi responden
3. Confidentiality ( kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokonegoro, 1998. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid Satu, Edisi ke Tiga. Garya,
Jakarta.
Azwar Azrul, 1990. Pengantar Ilmu kesehatan lingkungan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Brunner & sudarth, 2002. Keperawatan medical bedah, volume delapan.EGC. Jakarta.
Dan Kebudayaan.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data,
2010)
Nursalam, 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman