Anda di halaman 1dari 27

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta

kematian/tahun. Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia terutama di

Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta

diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Meskipun diare

membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di Negara berkembang, ternyata diare juga masih

merupakan masalah utama di Negara maju. Di Amerika, setiap anak mengalami 7-15 episode

diare dengan rata-rata usia 5 tahun, 9% anak yang dirawat di Rumah Sakit dengan diare

berusia kurang dari 5 tahun, dan 300-500 anak meninggal setiap tahun. Di Negara

berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3 kali

pertahun (WHO, 2009).

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara-negara

berkembang karena menurut World Healt Organisation (WHO), penyakit Diare membunuh

satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karna access pada sanitasi masih terlalu rendah . Hal ini

menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan

ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional. (Azwar, 2009)

Di Indonesia terdapat empat dampak kesehatan oleh pengolahan air dan sanitasi yang

buruk, yakni Diare, Tifus, Polio dan Cacingan. Hal survei pada tahun 2006 menunjukkan

bahwa kejadian Diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk dan

terjadi 1 – 2 kali per tahun pada anak –anak berusia dibawah 5 tahun. (Elok Dyah Messwati,

2008)

Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di 15

provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209
orang atau Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut utamanya disebabkan

oleh rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak bersih.

(Profil Kesehatan Indonesia, 2008)

Sampai saat ini kejadian diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Sulawesi Selatan. Walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan juga

dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan diare ini masih sering menimbulkan

KLB (kejadian luar biasa) yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian.

Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar

2007, jumlah penderita diare sebanyak 52.278 orang dan 14.493 atau sebesar 28 %

diantaranya adalah balita. Secara keseluruhan dilaporkan 10 penyakit diare yang meninggal

dunia. Untuk penderita diare, masih menurut data hasil survailans, paling banyak diderita

oleh warga berusia antara 1-4 tahun atau yang masih tergolong balita. Pada usia ini, jumlah

penderita adalah sebanyak 7.379 orang. Data surveilens juga menyebutkan penderita diare

dari warga Sulawesi Selatan yang berusia 5-9 tahun mencapai 2.955, usia 10-14 tahun

sebanyak 1.746 orang, usis 15-19 tahun sebanyak 1.467, usia 55-59 tahun sebanyak 856

orang, usia 60-69 tahun sebanyak 1.125 orang dan diatas usia 70 tahun sebanyak 554 orang.

(Dinkes Sul-Sel 2009).

Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka insidens dan angka

fatalitas kasus kejadiaan diare diantaranya adalah peningkatan cakupan air bersih dan jamban

keluarga, penyuluhan kesehatan, penemuan dan pengobatan penderita, serta pemasyarakatan

atau penggunaan oralit, baik malalui unit pelayanan kesehatan maupun melalui kegiatan

lintas sektoral termasuk posyandu telah dilakukan oleh jajaran dinas kesehatan.

Data diare yang diperoleh dipuskesmas Batua kota Makassar memberikan gambaran

bahwa dari 10 penyakit yang menonjol, salah satu adalah diare menempati urutan ke- 2 yaitu

pada tahun 2008 kejadian diare sebanyak 1.815 orang, dan pada tahun 2009 kejadian diare
sebanyak 1.905 sedangkan pada tahun 2010 dari bulan januari sampai bulan mei kejadian

diare sebanyak 407 orang.

Berdasarkan uraian di atas bahwa masalah sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap

kejadian diare sehingga penelitian tertarik untuk mengadakan penelitian di puskesmas Batua

kota Makassar untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja

puskesmas Batua Makassar?

2. Apakah ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja

puskesmas Batua Makassar?

3. Apakah ada hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja

puskesmas Batua Makassar?

4. Apakah ada hubungan pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare di wilayah kerja

puskesmas Batua Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare di wilayah kerja

puskesmas Batua Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja

puskesmas Batua Makassar.


b. Diketahuinya hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja

puskesmas Batua Makassar.

c. Diketahuinya hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja

puskesmas Batua Makassar.

d. Diketahuinya hubungan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare di wilayah kerja

puskesmas Batua Makassar

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Depertemen kesehatan dalam

perbaikan lingkungan pemukiman.

2. Perguruan tinggi

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai

kesehatan lingkungan.

3. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat mengenai kesehatan

lingkungan dan penyakit yang berhubungan dengan lingkungan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan.

Pengertian sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah usaha

mengendalikan dari semua faktor-faktor fisik manusia yang menimbulkan hal-hal yang telah

mengikat bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan tubuh (Anwar Daud, 2002).
. Sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis sosial, dan

ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna

ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan

Pentingnya lingkungan yang sehat telah dibuktikan oleh WHO dengan

menyelidikan – menyelidikan di seluruh dunia dimana didapatkan bahwa angka kematian

(mortalitas), angka perbandingan orang sakit (mordibitas) yang tinggi serta seringnya terjadi

endemi di tempat-tempat dimana hygiene dan sanitasi lingkungan buruk.

a. Penyebab Kematian Bayi

Menurut WHO, bahwa Negara-negara yang sedang berkembang terdapat banyak penyakit

kronis endemik, sering terjadi epidemic. Angka kematian bayi dan anak-anak yang tinggi

disebabkan oleh : ( Enjang, 2000 ).

1. Pengotoran penyediaan air rumah tangga

2. Infeksi karena langsung ataupun tidak dengan feces manusia


3. Infeksi yang disebabkan oleh anthropoda, mollusca dan vector-vektor lainnya.

4. Pengotoran air susu dan makanan lainnya

5. Perumahan yang terlalu sempit

6. Penyakit-penyakit hewan yang berhubungan dengan manusia.

b. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Sanitasi lingkungan lebih menekankan pada pengawasan pengendalian atau kontrol pada

faktor lingkungan manusia, sebagaimana ditemukan oleh WHO ada 7 (tujuh) kelompok ruang

kesehatan lingkungan yaitu :

1. Problem air

2. Problem barang atau benda sisa atau bekas seperti air limbah kotoran manusia dan sampah.

3. Problem makanan dan minuman


4. Problem perumahan dan bangunan lainnya

5. Problem pencemaran udara, air dan tanah

6. Problem pengawan anthropoda dan rodiatis

7. Problem dengan kesehatan kerja (Anwar Daud, 2002)

c. Hubungan Lingkungan Dengan Faktor Penyakit

Beberapa masalah lingkungan yang berhubungan dengan faktor penyakit adalah :

1. Perubahan lingkungan fisik oleh kegiatan pertambangan, membangun perumahan dan

industri yang mengakibatkan timbulnya tempat berkembang biaknya faktor penyakit.

2. Pembangunan bendungan akan beresiko berkembang biaknya faktor penyakit.

3. System penyediaan air dengan perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk

sehingga masih diperlukan conteiner untuk penampungan penyediaan air.

4. System drainase permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat sehingga menjadi

tempat perindukkan penyakit.

5. System pengelolahan sampah yang belum memenuhi syarat menjadikan sampah sarang

faktor penyakit.

6. Perilaku sebagian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang sehat, nyaman dan aman

masih belum memadai.

7. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian faktor penyakit secara kimia

beresiko timbulnya keracunan dan pencemaran lingkungan (Depkes RI, 2001).

B. Tinjauan Umum Tentang Air Bersih

Air merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi manusia, karena didalam

tubuh manusia air berkisar 50-70% dari seluruh berat badan. Dan kebutuhan manusia akan air

setiap hari minimal 1, 5-2 liter untuk diminum, sebab jika munusia kekurangan air maka akan

menyebabkan kematian. (Slamet,2002).

a. Syarat air bersih


Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/IX/1990 adalah air

yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan

dapat diminum apabila telah dimasak.

Adapun beberapa syarat air bersih yang memenuhi syarat menurut PERMENKES

No. 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah sebagai berikut :

1. Syarat fisik, bersih, jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna

2. Tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti racun, serta tidak

mengandung mineral dan zat organik yang jumlahnya tinggi dari ketentuan.

3. Syarat biologis, tidak mengandung organisme patogen

4. Syarat radioaktif : bebas dari sinar alfa dan sinar beta

5. Syarat kuantitas yaitu pada daerah pedesaan untuk hidup secara sehat cukup dengan

memperoleh 60 liter/hari/orang, sedangkan daerah perkotaan 100-150 liter/hari/orang.

b. Penyakit Yang Berhubungan Dengan Air

Secara garis besar penyakit yang sehubungan air dilihat dari cara penularannya dapat

digolongkan atas 4 macam :

1. Water Borne Disease

Jenis penyakit yang ditularkan atau disebabkan akibat kontaminasi oleh kotoran manusia air

seni, yang kemudian airnya dikonsumsi oleh manusia yang tidak memiliki kekebalan

terhadap penyakit tersebut antara lain : cholera, typhoid, Basillari Disentry, Weings Disease.

2. Water Washed Disease

Jenis penyakit yag ditrasmisikan dengan masukan air yang tercemar kotoran ke dalam tubuh

secara langsung (Fecal Oral) akibat penyediaan air bersih untuk pencucian alat atau benda

(tangan) yang digunakan kurang secara kuantitas maupun kualitas. Jenis penyakit pada

kelompok ini adalah bakterial ulcers (Bisul) Scabies (Kudis), trchoma (terserang pada mata).

3. Water Based Disease


Penyakit akibat organisme patogen yang sebagian siklus hidupnya dalam air. Penyakit yang

masuk dalam golongan ini adalah schistosimiasis (Bilhazia) cacing guines.

4. Insecr Water Related

Penyakit yang disebabkan oleh insekta (serangga) yang berkembangbiak atau memperoleh

makanan disekitar air sehingga insiden-insidennya dapat dihubungkan dengan dekatnya

sumber air cocok, misalnya penyakit malaria dan onchocersiasis.

c. Sumber Dan Karakteristik Air Bersih

1. Sumber Air Bersih

Beberapa air bersih yang dapat digunakan untuk kepentingan aktivitas dengan ketentuan

harus yang memenuhi syarat yang sesuai dari segi konstruksi sarang pengolahan,

pemeliharaan dan pengawasan kualitasnya, urutan sumbernya air bersih kemudahan

pengolahan dapat berasal dari :

a. Perusahan air minum

b. Air tanah (sumur pompa, sumur bor, dan artesis)

c. Air hujan.

2. Karakteristik Sumber air

a. Perusahan air minum (PAM) dari segi kualitas relativ sudah memenuhi syarat (fisik, kimia,

dan bakterilogis)

b. Air tanah : mutu air sangat dipengaruhi keadaan geologis setempat

c. Air hujan : biasanya bersifat asam, CO2 bebas, tinggi, mineral rendah, kesadaran rendah.

(Depkes RI, 1998).

C. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Sampah

Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi

dengan sendirinya. (Budiman Chandra,2007)


Menurut kasnoputranto, bahwa sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang

terjadi karena hubungan dengan aktivitas manusia sudah tidak dipakai lagi,tidak disenangi

dan dibuang dengan cara saniter. Banyak para ahli-ahli mengajukan batasan-batasan lain, tapi

pada umumnya mengandung prinsip yang sama, yaitu :

a. Adanya suatu benda atau zat padat atau bahan

b. Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan aktivitas manusia

c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dalam arti

pembuangan dengan cara yang diterima oleh umum (Ariyanto dan Dewi, Depok, 2002)

d. Berdasarkan jenis-jenis sampah dapat dibagi menjadi berbagai jenis, antara lain :

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung dimana sampah dibagi menjadi:

a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk misalnya logam

atau besi, pecahan seng dan plastik.

b. Sampah organik adalah sampah yang ada umunya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa

makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

2. Berdasarkan dapat tidaknya terbakar

a. Sampah yang mudah terbakar misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan

sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, isinya kaleng-kaleng, besi-besi dan sebagainya.

3. Berdasarkan karakteristik sampah

a. Garbage adalah sisa-sisa pengolahan atau makanan yang sudah membusuk.

b. Rubbish adalah bahan-bahan sisa pengolahan yang sukar membusuk. Rubbish ini ada yang

mudah terbakar seperti kayu, kertas dan ada yang tidak dapat terbakar seperti kaleng, besi dan

sebagainya. (Notoatmodjo, 1997).

Ada tiga hal pokok yang perlu dperhatikan dalam pengolahan sampah antara lain : (1) Harus

ditutup sehingga tidak menjadi tempat bersarangnya serangga atau binatang-binatang lainnya
seperti tikus, lalat dan kecoa. (2) Pengangkutan atau pengumpulan sampah (colection) atau

sampah ditampung dalam tempat sampah sementara dikumpul kemudian diangkut dan

dibuang. Pada pengumpulan dan pengangkutan sampah dapat dilakukan perorangan,

pemerintah dan swasta.

D. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Air Limbah

Menurut Metcalfn dan Eddy Air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah,

sampah cair berasal dari daerah pemukiman, perkotaan dan industri bersama-sama dengan air

tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.

Azrul Azwar mendefinisikan air limbah adalah kotoran air bekas atau air bekas

tidak bersih yang mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia dan

hewan lainnya yang muncul karena hasil perbuatan manusia.

a. Sumber air limbah

Dalam sehari-hari sumber air limbah yang dikenal adalah :

1. Air limbah yang berasal dari rumah tangga (domestic sewage)

2. Air limbah yang berasal dari perusahan (comersial waste) seperti dari hotel dan restoran.

3. Air limbah yang berasal dari industri (industrial waste) misalnya dari pabrik tekstil, tembaga

dan industri makanan.

4. Air limbah yang berasal dari sumber lain seperti air hujan yang bercampur dengan air

comberan.

b. Syarat-syarat saranan pembuangan air limbah.

Sasaran pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Tidak mencemari sumber air bersih

2. Tidak menimbulkan genangan air

3. Tidak menimbulkan bau


4. Tidak menimbulkan tempat berlindung dan tempat berkembang biak nyamuk dan serangga

lainnya (Anwar Daud, 2000).

c. Karakteristik air limbah

Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang

tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar, karakteristik air

limbah digolongkan menjadi :

1. Fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi.

Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti kerutan sabun, berbau,

kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas berwarna, cucian beras dan sayur dan

sebagainya.

2. Kimiawi

Air bangunan mengandung zat-zat kimia oraganik yang berasal dari air bersih yang

bercampur dengan bermacam-macam zat organik berasal dari pancuran tinggi urin dan

sampah-sampah dan lain sebagainya.

3. Bakteriologis

Kandungan bakteri patogen dan organisme terdapat juga dalam air limbah tergantung

darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air limbah.

Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan

kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup, antara lain:

a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit terutama kolera, typhus

abdominalis, dan disentri baciler.

b. Menjadi media berkembangnya mikroorganisme patogen.

c. Menjadi tempat berkembangnya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.


e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya.

d. Gangguan terhadap kesehatan

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung dalam sisa limbah bila air limbah tidak dikelolah

maka akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakaat dan lingkungan hidup antara lain

1. Menjadi transmisi atau media penyerangan sebagai penyakit terutama kolera, typus

abdominalis, disentri bakteri.

2. Menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme pathogen.

3. Menjadi tempat berkebang biaknya nyamuk atau tempat hidup virus nyamuk.

4. Menimbulkan bau yang tidak enak serta bau yang tidak sedap.

5. Merupakan sumber pencemaran air permukaan tanah dan lingkungan hidup lainnya.

6. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tidak nyaman dan

Sebagainya (Notoatmojo, 1997).

E. Tinjauan Umum Tentang Jamban Keluarga

Jamban keluarga adalah suatu yang dikenal dengan WC dimana digunakan untuk

membuang kotoran manusia atau tinja dan urine bila mana pembuangan tinja yang tidak

memenuhi syarat dapat menimbulkan berbagai penyakit saluran pencernaan seperti diare,

cholera.

Pembuangan kotoran yang baik hendaknya memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai

berikut :

a. Tidak mengotori tanah permukaan disekeliling jamban tersebut

b. Tidak mengotori air permukaan disekelilingnya

c. Tidak mengotori air tanah disekitarnya

d. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoa, dan binatang lainnya.

e. Tidak menimbulkan bau


f. Mudah dipergunakan dan dipelihara

g. Sederhana desainnya

h. Murah

i. Dapat diterima oleh pemakaianya.

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, bangunan jamban terlindungi dari panas dan hujan,

serangga dan binatang lain, terlindung dari pandangan orang.

2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan

sebagainya.

3. Bangunan jamban sedapat mungkin tersedia alat pembersihan seperti air atau kertas

pembersihan (Notoatmodjo, 1997).

Adapun berikut ini macam-macam jenis jamban adalah sebagai berikut:

a. Pit-privy (Cupluk)

Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80-120 cm,

sedalam 2,5-8 meter dindingnya diperkuat dengan batu bara. Dapat ditembok agar tidak

mudah ambruk, lama pemakaian 5-15 tahun.

b. Aqua-privy (cupluk berair)

Terdiri atas bak yang kedap air, diisi di dalam tanah sebagai pembuangan. Untuk jamban ini

agar berfungsi dengan baik perlu pemasukan air setiap hari, baik sedang digunakan atau

tidak. Pembuangan tinja dengan jarak dari sumber air minimal lebih dari 10 m.

c. Water seated latrine (angsa trine)

Jamban ini bukanlah merupakan jamban tesendiri tapi hanya modifikasi closetnya saja. Pada

jamban ini closetnya terbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini
gunanya sebagai sumbat sehingga bau busuk tidak tercium diruangan jamban. (Entjang indah,

2000)

F. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Perumahan

1. Pengertian sanitasi perumahan

Sanitasi perumahan adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitiberatkan dan

pengawasan terhadap struktur fisik, dimana orang menggunakan sebagai tempat berlindung

yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana sanitasi tersebut antara lain ventilasi,

suhu, kelembaban, sarana pembuagan sampah, sarana pembuangan kotoran manusia dan

penyedian air bersih (Azwar, 1990).

Sanitasi perumahan menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor

lingkungan sedimikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Berarti sanitasi

adalah suatu usaha pengendalian faktor- faktor lingkungan guna untuk mencegah timbulnya

suatu penyakit dan penularan yang di sebabkan oleh faktor lingkungan tersebut, sehingga

derajat kesehatan masyarakat dapat optimal.(Depkes RI, 2002)

2. Perumahan sehat

Rumah meruapakan tempat beristirahat, berlindung dan menyimpan harta benda secara

aman dan tenang. Oleh karena mempunyai beberapa fungsi maka rumah haruslah memenuhi

syarat kesehatan dan juga tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang ada karena

rumah mempunyai hubungan yang erat dengan penghuninya. Dimana rumah dengan kondisi

yang buruk akan memberi pengaruh yang buruk pula kepada penghuninya.

Secara umum kriteria rumah sehat adalah (Depkes RI, 2002)

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayan, penghawaan dan ruang gerak yang

cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang sehat

antara anggota keluarga dan penghuni rumah.


c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan

penyediaan air bersih, pengelolaan tinjah dan limbah rumah tangga, bebas fektor penyakit

dan tikus, kepadatan penghuni yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,

terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan

penghawaan yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan

luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak

mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh

tergelincir.

G. Tinjauan Umum Tentang Diare.

a. Pengertian diare

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari

tiga kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur

lendir darah atau lendir saja.

b. Etiologi

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare

pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

a. Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas

dan sebagainya.

b. Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus,

Astrovirus dan lain-lain.

c. Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides): protozoa (Entamoeba

histolityca, Giardia lamblia, Trichomonas hominis). Jamur (Candida albicans).


b. Infeksi parenteral infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut (OMA),

tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini

terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi

1. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa);

monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang

terpenting dan tersering( intoleransi laktosa).

2. Malabsorbsi lemak

3. Malabsorbsi protein

3. Faktor makan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang, tepati dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

c. Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan

keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia).

2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).

3. Hipoglikemia

4. Gangguan sirkulasi, Darah.

d. Manifestasi klinis

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau

lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan-hijauan karena bercampur

dengan empedu. Anus daerah sekitrnya timbul lecet karena sering defeksi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang

tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan

karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basah dan

elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai

nampak : yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi

cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan

banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila

berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik.

e. Penatalaksanaannya

Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan

penyakit dasar. Obat-obatan tertentu (misalnya, prednison) dapat mengurangi beratnya diare

dan penyakit.

Untuk diare dengan dehidrasi ringan, cairan oral serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk

dehidrasi pasien. Untuk diare dengan dehidrasi sedang akibat sumber non-infeksius, obat-

obatan tidak spesifik seperti difenoksilat (lomotil) dan loperamit (Imodium) juga diberikan

untuk menurunkan motilitas. Preparat antimikrobial diberikan bila preparat infeksius telah

teridentifikasi atau bila diare sangat berat (Ngastiyah, 2005).

Terapi cairan intravena mungkin diberikan untuk anak kecil atau lansia. (Suddart & Brunner

2001)

H. Kerangka Konsep Penelitian

1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan kepustakaan bahwa kejadian diare dipengaruhi oleh sanitasi

lingkungan yaitu yang terdiri dari penyediaan air bersih, pengelolahan sampah, pengelolahan

air limbah dan pemanfaatan jamban. Kita ketahui bahwa sanitasi lingkungan merupakan
pengawasan lingkungan fisik, biologis sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan

manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang

merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Hasil yang diharapkan dari sanitasi lingkungan yang

baik, yaitu tergantung dari peningkatan kualitas lingkungan dengan memperbaiki sanitasi

lingkungan air bersih, penyediaan jamban keluarga, pengelolaan air limbah dan pengelolaan

sampah. Terciptanya sanitasi lingkungan yang baik akan menurunkan atau mengurangi

kejadian diare pada masyarakat. Hal ini terkait dengan pemanfaatan sanitasi lingkungan, yang

membawa dampak positif dalam kehidupan dan akan terhindar dari penyakit.

Adapun gambaran dari kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai

berikut :

Gambar 1. Pola pikir variabel penelitian.

Gambar 1. Pola pikir variabel penelitian.


Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

2. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

a. Diare

Yang dimaksud diare dalam penelitian ini adalah terjadinya pengeluaran feses

berturut-turut lebih dari tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan konsistensi dan

bentuk tinja dari penderita yang bersangkutan menjadi encer.

Kriteria objektif :

rita : jika responden terdiagnosa Diare oleh dokter.

Tidak menderita : jika tidak terdiagnosa Diare oleh dokter.

b. Penyediaan air bersih

Yang dimaksud penyediaan air bersih dalam penelitian ini adalah tersedianya air yang

digunakan oleh responden dan anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari.

Kriteria objektif :

1. PDAM

a. Memenuhi syarat kesehatan :

1. Tidak tercemar air permukaan

2. Tidak berasa, berbau dan berwarna

b. Tidak memenuhi syarat apabila tidak memenuhi minimal satu kriteria tersebut diatas.

2. Sumur gali

a. Memenuhi syarat kesehatan :

1. Dinding sumur diplaster dengan kedap air sedalam minimal 4 meter.


2. Mempunyai bibir dengan ketinggian minimal 70 cm dari permukaan

tanah.

3. Airnya tidak berasa, berbau, dan berwarna.

4. Mempunyai slap (lantai) dan ada saluran air kotor.

b. Tidak memenuhi syarat apabila tidak memenuhi minimal satu criteria tersebut diatas.

3. Sumur bor

a. Memenuhi syarat kesehatan :

1. Kedalaman 12 m sampai dengan 40 m

2. Pada area pantai kedalaman pengeboran diatas 100 meter

3. Air tidak berasa, berbau dan berwarna

b. Tidak memenuhi syarat apabila tidak memenuhi minimal satu kriteria tersebut diatas.

c. Pengelolaan sampah

Yang dimaksud pengelolaaan sampah dalam penelitian ini adalah sarana untuk menyimpan

sampah sementara sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Kriteria objektif :

enuhi syarat : jika tempat sampah terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak, mempunyai penutup dan

mudah dibersihkan.

memenui syarat : jika tidak sesuai dengan kriteria di atas.

d. Pengelolaan air limbah

Yang dimaksud pengelolaan air limbah dalam penelitian ini adalah system pengaliran air

limbah, yang dimiliki berupa saluran dan mempunyai penampungan air limbah yang berasal

dari kamar mandi, dapur dan tempat cuci.

Kriteria objektif ;

enuhi syarat : jika mempunyai lubang dan mempunyai penutup, mempunyai saluran dan aliran lancar, jarak

lubang penampung air limbah dengan sumber air minum ≥ 10 meter.


menuhi syarat : jika tidak sesuai dengan kriteria di atas.

e. Pemanfaatan jamban keluarga

Yang dimaksud pemanfaatan jamban keluarga dalam penelitian ini adalah tempat yang

digunakan keluarga untuk membuang feses.

Kriteria objektif ;

enuhi syarat : bila mempunyai lubang penampungan dan berbentuk cemplung dengan penutup atau

berbentuk leher angsa digunakan dan dibersihkan minimal dua kali seminggu.

emenuhi syarat : jika tidak sesuai dengan kriteria di atas.

3. Hipotesis Penelitian

c. Ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas

Batua Makassar

d. Ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua

Makassar

e. Ada hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas

Batua Makassar

f. Ada hubungan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Batua

Makassar.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan Cross

Sectional Study yaitu variabel independen dan variabel dependen diambil pada periode
waktu yang sama untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare di

Wilayah kerja Puskesmas Batua Makassar.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Batua Makassar yang dilaksanakan pada

bulan Desember – Januari 2010-2011

C. Populasi Dan Tekhnik Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di wilayah Kelurahan Tello Baru yang

memeriksakan dirinya di Puskesmas Batua Makassar pada bulan januari sampai bulan mei

tahun 2010 yaitu sebanyak 407 orang.

2. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti, jadi sampel dalam penelitian ini

diambil secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan untuk tujuan

tertentu. Dan besar sampel ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :

Rumus:

29 n= N

1 + N (d2)

Keterangan :

N : Jumlah populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan

N = 407

d = 10% = (0,1)

Maka :
n= 407 = 407 = 407

1 + 407 (0,12) 1 + 4,07 5,07

n = 80

Dalam penelitian ini akan menggunakan sampel dengan criteria sebagai berikut :

a) Kriteria Inklusi

Adalah merupakan karakteristik umum dari subjek penelitian pada suatu populasi target dan

populasi terjangkau yang diteliti. Pada penelitian ini kriteria inklusi adalah :

1) Pasien Diare yang terkontrol di Puskesmas Batua Makassar

2) Dapat membaca dan menulis

3) Bersedia menjadi responden

b) Kriteria eksklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Tidak bisa membaca dan menulis

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, penelitian melakukan pengumpulan data sebagai berikut:

1. Data primer

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan responden

dengan menggunakan koesioner disertai dengan pengamatan dengan penggunaan lembar

checklist.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang

berhubungan dengan penelitian ini.

E. Pengolahan Data

1. Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa

kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan keseragaman data.

2. Koding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu

disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban

(pengkodean).

3. Tabulasi data

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat

yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa tabel tersebut

dapat berupa tabel sederhana maupun tabel silang.

F. Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel sesuai dengan variabel yang hendak

diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi dan uji statistik. Uji

statistik yang digunakan adalah Univariat dan Bivariat dengan serta menggunakan jasa

komputerisasi (Program SPSS versi 11,5).

1. Analisa Univariat

Dilakukan dari tiap variabel dan hasil penelitian berupa distribusi frekuensi dan persentase

dari tiap variabel.

2. Analisa bivariat

Dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan dengan tabulasi silang diantara

semua variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan metode Chi-Square

dengan rumus :

∑(0 – E)²

ײ =
E

Di mana :

O = nilai observasi (Nilai yang diperoleh)

E = nilai expected (Nilai yang diharapkan)

α = Tingkat kepercayaan 5 %

Interpretasinya :

a. Hipotesis diterima, bila x² hitung > x² tabel atau

b. Hipotesis diterima, bila nilai p < α (0,05)

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak

institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat

penelitian dalam hal ini adalah Puskesmas Batua Kota Makassar.

Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah

etika penelitian yang meliputi :

1. Informed consent (Lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi

kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.

Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati

hak-hak subjek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantum nama responden, tetapi responden

tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality ( kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Ridwan. 2000. Epidemiologi Dasar. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar

Arjatmo Tjokonegoro, 1998. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid Satu, Edisi ke Tiga. Garya,

Jakarta.

Azwar Azrul, 1990. Pengantar Ilmu kesehatan lingkungan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Brunner & sudarth, 2002. Keperawatan medical bedah, volume delapan.EGC. Jakarta.

Budiman Chandra, 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. EGC. Jakarta

Cermin dunia kedokteran 2006, (online), (http://www.cermin. Dunia.kedokteran.html,Diakses

sabtu, 19 juni 2010

Daud Anwar, 2005. Dasar-dasar kesehatan lingkungan. Fakultas kesehatan masyarakat

universitas hasanuddin. Makassar

Dinas kesehatan P2M Diare 2008 (online) (http://

www.dinkes.sulselgo.id/ Diakses sabtu 19 juni 2010)

Dinas kesehatan P2M Diare kab kolonprago 2007 (online),

(http://www.info@dinkeskabkolonprago Diakses minggu,20 juni 2010)


Hartoyo kusnopuranto, 1997. Air Limbah Dan Eksreta Manusia, Aspek Kesehatan Masyarakat

Dan Pengelolaannya, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depertemen Pendidikan

Dan Kebudayaan.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data,

Edisi i. Salemba Medical, jakarta.

Indang Entjanj,2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra aditya. Bandung.

Keman,Soedjajadji,2004(online), (http://www.depkes.go.id/index.php? Diakses minggu, 20 juni

2010)

Ngastyah,2005 /1997. Perawatan anak sakit, EGC. Jakarta.

Nursalam, 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman

skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan. Salemba medica, jakarta

Anda mungkin juga menyukai