Anda di halaman 1dari 33

8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Disminore

2.1.1 Definisi Dismenore

Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti

sulit atau menyakitkan atau tidak normal. “Meno” berarti bulan dan

“rrhea” yang berarti aliran. Sehingga dismenore didefinisikan sebagai

aliran menstruasi yang sulit atau nyeri haid. Dismenore adalah rasa nyeri

selama menstruasi yang ditandai dengan rasa kram di perut bawah

(Simanjuntak, 2008).

Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri haid yang sedemikian

hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan

pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau

beberapa hari (Okparasta, 2003).

2.1.2 Etiologi Dismenore

Dahulu disebutkan bahwa penyebab disminore yaitu faktor

keturunan, psikis, dan lingkungan. Pada penelitian tahun-tahun terakhir ini

menunjukan adanya pengaruh zat kimia dalam tubuh yang disebut

prostaglandin. Diantara sekian banyak hormon yang beredar dalam darah,

terdapat senyawa kimia yang disebut prostaglandin. Telah dibuktikan,

prostaglandin berperan dalam mengatur berbagai proses dalam tubuh,

termasuk aktifitas usus, perubahan diameter pembuluh darah dan kontaksi

uterus. Para ahli berpendapat, bila pada keadaan tertentu, dimana kadar

prostaglandin berlebihan, maka kontraksi uterus (rahim) akan bertambah.

Hal ini menyebabkan terjadi nyeri yang hebat yang disebut dismenore.

8
9

Beredarnya prostaglandin yang berlebihan ke seluruh tubuh akan berakibat

meningkatkan aktifitas usus besar. Jadi prostaglandin inilah yang

menimbulkan gejala nyeri kepala, pusing, rasa panas dan dingin pada

muka, diare serta mual yang mengiringi nyeri pada waktu haid

(Widjajanto, 2005).

2.1.3 Klasifikasi Dismenore

2.1.3.1 Dismenore primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di adanya

kelainan pada alat- alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi

beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih,

oleh karena siklus- siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche

umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa

nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan

haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus

dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-

jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar

ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat

dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan

sebagainya. Gadis dan perempuan muda dapat diserang nyeri haid primer.

Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab

yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang sesudah

perempuan itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu diperkirakan

bahwa rahim yang agak kecil dari perempuan yang belum pernah
10

melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari teori

itu (Hermawan, 2012).

2.1.3.2 Dismenore sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan

anatomis genitalis (Manuaba, 2001). Sedangkan menurut Hacker (2001)

tanda – tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang

pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya

dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan

hari pertama haid, terjadi pada perempuan yang lebih tua (30-40 th) dan

dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan

perdarahan yang abnormal) (Hermawan, 2012).

2.1.4 Manifestasi Klinis Dismenore

1. Dismenore primer; usia lebih muda, timbul setelah terjadinya siklus

haid yang teratur, sering pada nulipara, nyeri sering terasa sebagai

kejang uterus dan spesifik, nyeri timbul mendahului haid dan

meningkat pada hari pertama atau kedua haid.

2. Dismenore sekunder yakni; usia lebih tua, cenderung timbul setelah 2

tahun siklus haid teratur, tidak berhubungan dengan siklus paritas, nyeri

sering terasa terus menerus dan tumpul, nyeri dimulai dari haid dan

meningkat bersamaan dengan keluarnya darah.

2.1.5 Penatalaksanaan Dismenore

Penatalaksanan nyeri dapat dibagi menjadi dua yaitu pendekatan

farmakologis dan non farmakologis. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan

kebutuhan dan tujuan penanganan nyeri secara individual. Tujuan akhir


11

dalam penanganan nyeri adalah menghilangkan nyeri dengan

kemungkinan efek samping sekecil mungkin.

2.1.5.1 Pendekatan Farmakologis

Farmakologis Yaitu penanganan dismenore dengan pemberian

obat-obatan, suplemen. Obat-obatan yang paling sering digunakan antara

lain Non Steroid Anti Inflamation Drug (NSAID) yang bekerja dengan

menghambat aktivitas enzim siklooksigenase sehingga produksi dari

prostaglandin berkurang. COX –II Inhibitor yang juga bekerja selektif

terhadap penghambatan biosintesis prostaglandin juga dapat digunakan

untuk menangani nyeri haid. Pemakain kontrasepsi hormonal dilaporkan

juga dapat mengurangi nyeri haid. Pemberian Vitamin B1, Magnesium,

Vitamin E, juga menunjukkan efek yang dapat mengurangi nyeri haid

(cunningham, 2008).

Pemberian obat analgesik Dewasa ini banyak beredar obat-obat

analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa

nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas

pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang

sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein.

Obat-obat paten yang beredar di pasaran adalah novalgin, ponstan,

acetaminopen, dan sebagainya (Simanjuntak, 2008).

Pendekatan farmakologik juga menggunakan obat-obatan golongan

lain seperti kontrasepsi oral. Telah dilakukan penelitian uji klinik dengan

menggunakan pil kontrasepsi oral kombinasi mengandung estrogen dosis

sedang dan progestogen generasi kedua, didapatkan hasil yang lebih baik
12

dibandingkan plasebo dalam mengatasi nyeri haid primer (Proctor dkk,

2001).

2.1.5.2 Non-Farmakologis

Penanganan non farmakologi yang dapat digunakan pada wanita

yang menderita dismenore antara lain : TENS (Transcutaneous

Electrical Nerve Stimulation), Akupunktur, pemakaian herbal,

relaksasi, terapi kompres hangat dan senam (Smith, 2009).

Kompres hangat bermanfaat untuk meningkatkan suhu kulit lokal,

melancarkan sirkulasi darah dan menstimulasi pembuluh darah,

mengurangi spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri,

menghilangkan sensasi rasa nyeri, serta memberikan ketenangan dan

kenyamanan (Simkin, 2005).

Kompres hangat merupakan salah satu metode non farmakologi

yang dianggap sangat efektif dalam menurunkan nyeri atau spasme

otot. Panas dapat dialirkan melalui konduksi, konveksi, dan konversi.

Nyeri akibat memar, spasme otot, dan arthritis berespon baik terhadap

peningkatan suhu karena dapat melebarkan pembuluh darah dan

meningkatkan aliran darah lokal. Oleh karena itu, peningkatan suhu

yang disalurkan melalui kompres hangat dapat meredakan nyeri dengan

menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin,

dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri lokal (Price &

Wilson, 2005).
13

2.2 Konsep Nyeri

2.2.1 Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan.

Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu dan

menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun. Nyeri

adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Bare dan

Smeltzer, 2001). Nyeri merupakan fenomena multifaktorial yang subjektif,

personal, dan kompleks yang dipengaruhi oleh faktor psikologis, biologis,

sosial budaya, dan ekonomi (Fraser, 2009).

2.2.2 Teori Nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya ransangan nyeri,

diantaranya : Transmisi nyeri, impuls nyeri berjalan sepanjang saraf

sensorik ke ganglion akar dorsal dari saraf spinal terkait dan masuk ke

dalam kornu posterior medula spinalis. Hal ini disebut neuron pertama.

Neuron kedua muncul di kornu posterior, melintang di dalam medula

spinalis (persimpangan sensorik) dan mengantarkan impuls melalui

medula oblongata, pons varolli dan otak tengah ke talamus. Dari sini

impuls berjalan sepanjang neuron ketiga menuju korteks sensorik.

2.2.2.1 Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri melibatkan proses sensorik ketika rangsangan nyeri

itu muncul. Ini melibatkan interpretasi seseorang terhadap nyerinya.

Dalam hal ini diperlukan adanya suatu adaptasi seseorang dalam


14

menghadapi nyeri berulang-ulang yang dialaminya, maka nyeri akan

terasa ringan dibandingkan dengan nyeri yang tiba-tiba terjadi tanpa ada

persiapan atau adaptasi sebelumnya dari si penderita (Perry & Potter,

2000).

2.2.2.2 Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory)

Mekanisme hambatan neurol atau spinal terjadi dalam substansi

gelatinosa yang terdapat di kornu dorsal 67 medula spinalis. Impuls saraf

yang diterima oleh nosiseptor, reseptor nyeri pada kulit dan jaringan tubuh

dipengaruhi oleh mekanisme tersebut. Posisi hambatan menentukan

apakah impuls saraf berjalan bebas atau tidak ke medula dan talamus

sehingga dapat mentransmisikan impuls atau pesan sensori ke korteks

sensorik. Jika hambatan tersebut tertutup, hanya terdapat sedikit konduksi

atau bahkan tidak sama sekali. Jika hambatan terbuka, impuls dan pesan

dapat melewatinya dan ditransmisikan secara bebas (Fraser, 2009).

2.2.3 Patofisiologi Nyeri

Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat dalam mengubah

stimulasi menjadi sensasi nyeri, sistem yang terlibat dalam transmisi dan

persepsi nyeri disebut sebagai sistem nosiseptif. Antara stimulus cedera

jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri

yaitu: Transduksi nyeri adalah proses rangsangan atau stimulasi yang

terjadi pada reseptor sensorik yang menimbulkan aktivitas listrik di

reseptor nyeri atau proses pengalihan stimulus menjadi proses neuronal.


15

1. Transmisi nyeri adalah proses penyaluran impuls nyeri dari tempat

timbulnya aktivitas nyeri melewati saraf perifer sampai ke terminal di

medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron pemencar yang naik dari

medulla spinalis ke otak.

2. Modulasi nyeri melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf

desendens dari otak yang mempengaruhi transmisi nyeri setinggi

medulla spinalis. Selain itu modulasi juga melibatkan faktor-faktor

kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas di reseptor

nyeri aferen primer.

3. Persepsi nyeri adalah pengalaman subjektif nyeri yang bagaimanapun

juga dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf (Hartwig dan

Wilson, 2005).

Adanya stimulasi cidera dan kerusakan jaringan akan

menyebabkan pelepasan zat-zat kimia atau substansi yang mempengaruhi

transmisi stimulus pada saraf, substansi ini disebut neuroregulator.

Neuroregulator dibagi menjadi dua kelompok yaitu; 1) Neurotransmitter,

dapat mempengaruhi impuls/stimulasi antara lain substansi P yang dapat

mengirim impuls melewati celah sinaps diantara dua serabut saraf,

serotinin dan prostaglandin yang masing-masing di yakini dapat

menghambat stimulasi dan meningkatkan sensitivitas nyeri, 2)

Neuromodulator, antara lain; bradikinin, endorfin, dan dinorfin yang

berfungsi memodifikasi aktivitas neuron dan menyesuaikan atau

memvariasikan transmisi stimulus nyeri.


16

Stimulasi dari rangsangan yang didapat seperti mekanik, thermis dan

kimiawi akan dihantarkan oleh serabut-serabut saraf yang dapat

diklasifikasikan berdasarkan ukuran, derajat mielinisasi dan kecepatan

hantarannya. Berdasarkan ketiga hal tersebut neuron aferen primer

diklasifikasikan menjadi:

1. Serabut saraf aferen A-delta yang bergaris tengah besar dan bermielin

serta memiliki kecepatan hantaran cepat. Serabut saraf A mengirim

sensasi yang tajam, terlokalisasi, jelas melokalisasi sumber nyeri,

mendeteksi intensitas nyeri dan menghantarkan komponen suatu cedera

akut dengan cepat.

2. Serabut saraf aferen C yang bergaris tengah kecil dan tidak bermielin

serta lambat. Serabut tersebut menyampaikan impuls terlokalisasi

buruk, viseral dan terus menerus (Potter dan Perry, 2005).

Ketika serabut saraf A-delta dan serabut saraf C mentransmisikan

impuls dari serabut saraf perifer, maka akan melepaskan mediator

biokimia misalnya prostaglandin, dilepaskan ketika sel lokal mengalami

kerusakan. Transmisi stimulus nyeri berlanjut disepanjang serabut saraf

aferen sampai berakhir di bagian kornu dorsalis medula spinalis.

Neurotransmiter dalam kornu dorsalis akan dilepaskan sehingga

menyebabkan suatu transmisi sinapsis dari saraf perifer (sensorik) ke saraf

traktus spinotalamus. Kemudian impuls nyeri berjalan melalui serabut

saraf di traktus spinotalamus yang menyebrangi sisi yang berlawanan

dengan medula spinalis. Impuls nyeri kemudian naik ke medula spinalis,

maka informasi ditransmisikan dengan cepat ke pusat yang lebih tinggi di


17

otak untuk mempersepsikan nyeri, termasuk pembentukan retikular, sistem

limbik, talamus dan korteks sensori dan korteks asosiasi. Seiring dengan

transmisi stimulus nyeri, tubuh mampu menyesuaikan diri atau

memvariasikan persepsi nyeri (Potter dan Perry, 2005).

2.2.4 Respon Terhadap Nyeri

Stimulasi yang ditransmisikan serabut saraf, ketika telah sampai di

medula spinalis, talamus, otak tengah dan berbagai area otak, maka

seseorang akan mempersepsikan nyeri. Pada saat individu menyadari akan

nyeri, maka terjadi reaksi yang kompleks. Faktor-faktor psikologis dan

kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam

mempersepsikan nyeri. Peristiwa ini merupakan persepsi terhadap nyeri

(Potter dan Perrry, 2005). Persepsi menyadarkan seseorang untuk

mengartikan nyeri dan mengakibatkan seseorang untuk berespon atau

bereaksi terhadap stimulus yang timbul.

2.2.4.1 Respon Pisiologis

Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien

terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi setiap

individu berbeda-beda antara lain: Bahaya atau merusak, komplikasi

seperti infeksi, penyakit yang berulang, penyakit baru, penyakit yang fatal,

peningkatan ketidakmampuan dan kehilangan mobilitas (Smeltzer dan

Bare, 2002).

2.2.4.2 Respon Fisiologis

Prasetyo (2010) menyatakan bahwa pada saat impuls nyeri naik ke

medulla spinalis menuju ke batang otak dan thalamus, sistem saraf otonom
18

menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon sterss. Stimulasi tersebut

menghasilkan respon fisiologis tubuh sebagai berikut:

Tabel 1.1 Respon Fisiologis Tubuh terhadap Nyeri

Respon Fisiologis Tubuh terhadap Nyeri

Respon Simpatis a. Dilatasi saluran bronchial


dan peningkatan respirasi
rate.
b. Peningkatan heart rate.
c. Vasokontriksi perifer
(pucat, peningkatan
tekanan darah).
d. Peningkatan glukosa darah.
e. Diaphoresis.
f. Peningkatan kekuatan otot.
g. Dilataasi pupil.
h. Penurunan motilitas gaster
intestinal.
Respon Parasimpatis a. Muka pucat.
b. Otot mengeras.
c. Penurunan denyut jantung
dan tekanan darah.
d. Nafas cepat daan irregular.
e. Nausea dan vomitus.
f. Kelelahan dan keletihan
Sumber : Prasetyo 2010

2.2.4.3 Respon Perilaku

Menurut Potter dan Perry (2006) : secara umum respon pasien

terhadap nyeri terbagi atas respon perilaku dan respon yang

dimanifestasikan oleh otot dan kelenjar otonom. Respon perilaku

diantaranya:

1) Secara Vokal : merintih, menangis, menjerit, bicara terengah-engah

dan menggerutu.

2) Ekspresi Wajah : meringis, merapatkan gigi, mengerutkan dahi,

menutup rapat atau membuka lebar mata atau mulut, menggigit bibir

dan rahang tertutup rapat.


19

3) Gerakan Tubuh : kegelisahan, immobilisasi, ketegangan otot,

peningkatan pergerakan tangan dan jari, melindungi bagian tubuh.

4) Interaksi Sosial : menghindari percakapan, hanya berfokus pada untuk

aktivitas penurunan nyeri, menghindari kontak sosial, berkurangnya

perhatian.

Respon yang dimanifestasikan oleh otot polos dan kelenjar

otonom, diantaranya nausea, muntah, stasis lambung, penurunan

motilitas usus, dan peningkatan sekresi usus.

2.2.5 Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat dikelompokkan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis.

Nyeri akut biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cedera

spesifik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri

akut didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga

enam bulan (Smeltzer dan Bare 2002).

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan

yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini

tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada

penyebabnya. Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang

berlangsung selama enam bulan atau lebih (Smeltzer dan Bare 2002).
20

Tabel 2.2 Perbandingan Nyeri Akut dan Kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis


Tujuan Memperingatkan adanya Tidak ada
cedera atau masalah
Awitan Mendadak Terus-menerus atau
intermiten
Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat
Durasi Durasi singkat(dari beberapa Durasi lama(enam bulan
detik sampai enam bulan) atau lebih)
Respon otonom a. Konsitensi dengan Tidak terdapat respon
respon simpatis. otonom
b. Frekuensi jantung
meningkat.
c. Volume sekuncup
meningkat.
d. Tekanan darah
meningkat.
e. Dilatasi pupil
meningkat.
f. Tegangan otot
meningkat.
g. Motilitas
gastrointestinal
menurun.
h. Aliran saliva
menurun (mulut
kering)
Komponen psikologis Ansietas a. Depresi.
b. Mudah marah.
c. Menarik diri dari minat
dunia luar.
d. Menarik diri dari
persahabatan.
Respons jenis lainnya a. Tidur terganggu.
b. Lobido menurun.
c. Nafsu makan menurun
Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker, artritis.
Sumber : Keperawatan Medikal Bedah Vol I 2002

Hidayat (2006) menyatakan bahwa selain klasifikasi nyeri diatas,

terdapat pula jenis nyeri lain yang spesifik, diantaranya nyeri somatis

dalam (deep somatic pain), nyeri viseral, nyeri kutaneus/supeficial

(cutaneus pain), nyeri psikogenik, reffered pain, nyeri phantom dari

ekstremitas dan nyeri neurologis.


21

2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2005), nyeri merupakan sesuatu yang

kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu.

Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri adalah sebagai berikut;

1. Usia

Menurut Potter dan Perry (2006) usia adalah variabel penting yang

mempengaruhi nyeri terutama pada anak, remaja dan orang dewasa.

Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kelompok umur ini

dapat mempengaruhi bagaimana anak, remaja dan orang dewasa

bereaksi terhadap nyeri. Sedangkan menurut Tamsuri (2007)

menyatakan bahwa anak-anak lebih kesulitan untuk memahami nyeri

sedangkan orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis

dan mengalami kerusakan fungsi.

2. Jenis kelamin

Hidayat (2006) menyatakan bahwa arti nyeri bagi seseorang

memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian mengartikan nyeri

merupakan hal yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-

lain. Keadaan ini lebih sering dipengaruhi oleh jenis kelamin. Menurut

Burn, dkk (1989) yang dikutip dalam Potter dan Perry (2006) bahwa

kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak

dibandingkan dengan pria. Ini menunjukkan bahwa individu berjenis

kelamin perempuan lebih mengartikan negatif terhadap nyeri.


22

3. Kebudayaan

Ernawati (2010) menyatakan bahwa orang akan belajar dari

budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri.

(Ex: suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat

yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka

tidak mengeluh jika merasakan nyeri).

4. Pengalaman terdahulu

Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak

terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan

persisten (Smeltzer dan Bare, 2002).

5. Perhatian

Tingkat perhatian seorang klien memfokuskan perhatiannya pada

nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat

akan meningkatkan respon nyeri, sedangkan upaya distraksi

dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi,

guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri (Prasetyo,

2010).

6. Ansietas (Kecemasan)

Hubungan antara nyeri dan cemas bersifat kompleks, cemas

meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

seseorang cemas (Prasetyo, 2010). Pernyataan yang sama juga

dikemukakan oleh Gill (1990) yang dikutip dalam Ernawati (2010),

yang melaporkan adanya suatu bukti bahwa stimulus nyeri

mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakini mengendalikan emosi


23

seseorang. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri,

yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.

2.2.7 Penilaian Klinis Nyeri

Pengkajian karakteristik umum nyeri dapat membantu perawat

dalam membentuk pengertian pola nyeri dan tipe terapi yang akan

diberikan dalam mengatasi nyeri. Instrumen yang digunakan dalam

menghitung luas dan derajat nyeri tergantung pada pasien yang sadar

secara kognitif dan mampu memahami instruksi yang diberikan oleh

perawat ketika melakukan pengkajian (Potter dan Perry, 2005). Agar

instrumen pengkajian dapat digunakan, maka instrumen harus memenuhi

kriteria sebagai berikut; mudah dimengerti dan digunakan, memerlukan

sedikit upaya pada pasien, mudah dinilai dan sensitif terhadap perubahan

kecil dalam intensitasnya.

Nyeri merupakan respon personal yang bersifat subjektif, karena

itu individu itu sendiri harus diminta untuk menggambarkan dan membuat

tingkat nyeri yang dirasakan. Informasi yang diperlukan harus

menggambarkan nyeri individual dalam beberapa cara berikut ini:

1. Lokasi nyeri dengan menunjukkan letak bagian tubuh atau

menandakan pada area tubuh mana nyeri yang dirasakan, kemana

penyebaran nyeri dan dimana nyeri dirasakan.

2. Karakteristik nyeri meliputi letak, durasi (lama nyeri), irama (terus

menerus atau hilang timbul) dan kualitas nyeri (terbakar, perih,

tertusuk, tumpul dan sebagainya) yang dialami individu.


24

3. Intensitas nyeri dapat dibuat dengan tingkatan nyeri secara skala

verbal (tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat atau dengan skala 0

sampai 10).

4. Faktor yang memperberat dan memperingan nyeri seperti gerakan,

posisi, pengerahan tenaga dan sebagainya.

5. Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari seperti tidur,

bergerak, nafsu makan dan lain-lain.

6. Kekhawatiran terhadap nyeri yang meliputi berbagai masalah yang

luas seperti beban ekonomi, pengaruh terhadap peran, citra diri dan

lain-lain (Potter dan Perry, 2005).

Banyak instrumen pengkajian nyeri yang dapat digunakan dalam

menilai tingkat nyeri dengan masing-masing memiliki kelebihan dan

kekurangan dalam penerapannya, dan dipengaruhi oleh jenis nyeri

disamping juga tingkat perkembangan individu (dewasa dan anak-anak).

Dalam pemilihan instrumen pengkajian nyeri, diperlukan pertimbangan

yang sesuai dengan karakteristik nyeri yang dialami oleh individu yang

akan diukur tingkat nyerinya. Beberapa instrumen pengkajian nyeri yang

sering digunakan adalah sebagai berikut:

1. Skala Pendiskripsi Verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS)

VDS merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang

garis. Pendiskripsi ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai sangat

nyeri. Pengukur menunjukkan kepada pasien skala tersebut dan

memintanya untuk memilih intensitas nyeri yang dirasakannya. Alat


25

VDS ini memungkinkan pasien memilih sebuah kategori untuk

mendiskripsikan nyeri.

Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri yang tidak

tertahankan

2. Skala Penilaian Numerik (Numerical Rating Scale/NRS)

NSR lebih digunakan sebagai pengganti atau pendamping VDS.

Dalam hal ini klien memberikan penilaian nyeri dengan menggunakan

skala 0 sampai 10. Skala paling efektif digunakan dalam mengkaji

intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.

Penggunaan skala NSR biasanya dipakai patokan 10 cm untuk menilai

nyeri pasien.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nyeri yang dinilai pasien akan dikategorikan menjadi tidak

nyeri (0), nyeri ringan (1-3) dengan wajah meringis, mengomel,

merasa terganggu, sedikit mengganggu dalam melakukan aktivitas

sehari-hari, nyeri sedang (4-6) secara signifikan terganggu dalam

beraktivitas sehari-hari, nyeri berat (7-10) tidak dapat melakukan

aktivitas sehari-hari. (McCarrey dan Beebe, 1993).

3. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale/VAS)

Menurut McGuire dalam Potter dan Perry (2005), VAS merupakan

pengukur tingkat nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian angka yang menurut mereka


26

paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang dirasakan pada satu

waktu.

VAS tidak melabelkan suatu devisi, tetapi terdiri dari sebuah garis

lurus yang dibagi secara merata menjadi 10 segmen dengan angka 0

sampai 10 dan memiliki alat pendiskripsi verbal pada setiap ujungnya.

Pasien diberitahu bahwa 0 menyatakan ”tidak ada nyeri sama sekali” dan

10 menyatakan :nyeri paling parah” yang klien dapat bayangkan. Skala ini

memberikan kebebasan kepada pasien untuk mengidentifikasi keparahan

nyeri.

VAS modifikasi dapat digunakan pada anak dan orang dewasa

yang mengalami gangguan kognitif, menggantikan angka dengan

kontinum wajah yang terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang

menggambarkan wajah dari yang sedang tersenyum (tidak merasakan

nyeri), kemudian kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah

yang sangat ketakutan (sangat nyeri).

2.3 Aromaterapi

2.3.1 Definisi Aromaterapi

Aromaterapi adalah suatu metode dalam relaksasi yang

menggunakan minyak essensial dalam pelaksanaannya berguna untuk

meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan spirit seseorang

(Koensomardiyah, 2015).

Terapi aroma mempunyai efek positif karena diketahui bahwa

aroma yang segar, harum merangsang sensori, reseptor dan pada akhirnya

mempengaruhi organ yang lainnya sehingga dapat menimbulkan efek kuat


27

terhadap emosi. Respon bau yang dihasilkan akan merangsang kerja sel

neurokimia otak. Sebagai contoh, bau yang menyenangkan akan

menstimulasi talamus untuk mengeluarkan enkafelin yang berfungsi

sebagai penghilang rasa sakit alami dan menghasilkan perasaan tenang.

Bau seperti melati, kenanga dan lavender dapat merangsang kerja endofrin

pada kelenjar ptituari dan menghasilkan efek afrodisiak. Kelenjar ptituari

juga melepaskan agen kimia ke dalam sirkulasi darah untuk mengatur

fungsi kelenjar lain seperti tiroid dan adrenal. (Jeannie, 2009).

Aromaterapi dapat mempengaruhi lymbic system di otak yang

merupakan pusat emosi, suasana hati atau mood, dan memori untuk

menghasilkan bahan neurohormon endorpin dan encephalin, yang bersifat

sebagai penghilang rasa sakit dan serotonin yang berefek menghilangkan

ketegangan atau stres (Perez 2003).

2.3.2 Jenis aromaterapi dan manfaatnya

Aromaterapi mempunyai beberapa keuntungan sebagai tindakan

supportive. Beberapa keuntungan dari penggunaan aromaterapi

berdasarkan jenisnya, yaitu

1. Lavender

Lavender merupakan bunga yang berwarna lembayung muda,

memiliki bau yang khas dan lembut sehingga dapta membuat seseorang

menjadi rileks ketika menghirup aroma lavender, lavener banyak

dibudidayakan di berbagai penjuru dunia. Sari minyak bunga lavender

di ambil dari pucuk bunganya (Hutasoit 2002). Minyak lavender

diperoleh dengan cara distilasi bunga. Komponen kimia utama yang


28

dikandungnya adalah linail asetat, linalool. Minyak lavender digunakan

secara luas dalam aromaterapi. Aromaterapi lavender dapat

meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan

gelombang inilah yang membantu untuk menciptakan keadaan yang

rileks (Maifrisco 2008). Lavender mempunyai banyak manfaat yaitu

sebagai pencegah infeksi, menunjukkan efek sebagai antisepsis,

antibiotik dan anti jamur. Minyak essensial lavender dapat digunakan

untuk mengurangi nyeri. Lavender yang digunakan melalui inhalasi

dapat bermanfaat untuk mengurangi kecemasan pada pasien yang

mengalami dialisis, meningkatkan kenyamanan tidur, meningkatkan

kecermatan berhitung, dan menurunkan agitasi pasien degan dimensia.

Lavender dapat memberikan ketenangan, keseimbangan, rasa nyaman,

rasa keterbukaan dan keyakinan. Disamping itu lavender juga dapat

mengurangi rasa tertekan, stress, rasa sakit, emosi yang tidak seimbang,

histeria, rasa frustasi dan kepanikan. Lavender dapat bermanfaat untuk

mengurangi rasa nyeri, dan dapat memberikan relaksasi (Hutasoit

2002). Begitu banyak manfaat dari minyak lavender, maka dari itu

dalam penelitian ini akan menggunakan minyak lavender. Selain

memiliki banyak manfaat, lavender paling sering digunakan sebagai

aromaterapi dan merupakan jenis minyak yang dapat digunakan tanpa

harus di campur terlebih dahulu dengan carrier oil.

3 Rosemary

Rosemary yang digunakan melalui inhalasi dapat bermanfaat untuk

meningkatkan kewaspadaan, meningkatkan daya ingat, meningkatkan


29

kecepatan dalam berhitung. Rosemary merupakan jenis aromaterapi

yang bisa digunakan untuk melegakan otot dan pikiran. Aroma yang

dihasilkan juga dapat membantu anda lebih konsentrasi (Maifrisco

2008).

3. Neroli massage dapat menurunkan kecemasan pada pasien yang

mempunyai riwayat pembedahan jantung.

4. Topical Melissa Application dapat menurunkan agitasi pada pasien

dengan dimensia berat sehingga dapat memperbaiki kualitas hidupnya.

5. Lemon merupakan aroma yang digunakan untuk menenangkan

suasana. Aroma yang menggemaskan dapat meningkatkan rasa percaya

diri, merasa lebih santai, dapat menenangkan syaraf, tetapi tetap

membuat kita sadar.

6. Cibbamon minyak essensialnya mengandung antibiotik, antiseptik dan

antivirus yang dapat melindungi tubuh manusia.

7. Eucalyptus pohonnya dikenal dengan nama kayu putih. Wanginya dapat

menghilangkan bau secara efektif. Selain itu juga ampuh

menghilangkan bakteri, antiseptik dan antiviral juga pada minyak jenis

ini.

8. Jasmine merupakan jenis aroma yang sanggup menciptakan suasana

romantis. Namun, jangan digunakan terlalu banyak. Sebab aroma kuat

bunga melati justru membuatudara menjadi tidak segar, bahkan

mungkin sedikit menyeramkan.


30

9. Peppermint aroma yang begitu menyegarkan, membangkitkan suasana,

dapat mengurangi sakit perut, mengurangi ketegangan dan dipercaya

bisa menyembuhkan sakit kepala.

10. Cendana atau Sandalwood memberikan aroma yang dapat membantu

menciptakan dan menuangkan ide kreatif. Selain dapat mengurangi

depresi, harum cendana dipercaya dapat mengatasi masalah sulit tidur

serta masalah lain yang berhubungan dengan stress. Selain itu aromanya

sangat bermanfaat digunakan saat meditasi.

11. Sage merupakan salah satu jenis aromaterapi yang digunakan untuk

memberikan rasa tenang. Jenis aromaterapi ini bermanfaat mengatasi

sakit selama menstruasi dan dapat mengatur sistem syaraf pusat.

12. Vannila menghasilkan aroma sangat akrab dengan suasana rumah yang

hangat dan nyaman, sehingga wangiya sanggup menenangkan fikiran.

Penggunaan aromaterapi dan pemijatan dapat menurunkan

kecemasan. hal ini dibuktikan bahwa pijat dengan menggunakan

aromaterapi disertai dengan musik dapat menurunkan tingkat kecemasan

pada perawat yang bekerja di Unit Gawat Darurat akan tetapi tidak dapat

menurunkan tingkat stress yang disebabkan karena jam kerja yang

berlebihan (Basford & Denise 2006).

Keuntungan penggunaan aromaterapi secara psikologi antara lain

dapat menurunkan tingkat nyeri dan kecemasan. Secara immunologi

aromaterapi dapat meningkatkan limfosit pada pembuluh darah perifer,

meningkatkan CD8 dan CD1 6 yang berperan dalam immunitas.

Pemijatan dengan aromaterapi dapat mengurangi cemas dan depresi pada


31

pasien penderita kanker. Tetapi hal tersebut hanya berlangsung selama 2

minggu setelah diberikan terapi. Sehingga pemijatan sengan aromaterapi

tidak begitu menguntungkan untuk menurunkan cemas dan depresi

penderita kanker dalam jangka waktu yang lama (Kuriyama 2005).

Penggunaan aromaterapi mempunyai efek menenangkan jiwa

sehingga dapat mengurangi stress. Pemberian aromaterapi tidak memiliki

pengaruh terhadap tingkat stress mahasiswa jurusan psikologi dalam

mengikuti kuliah statistik II (Maifrisco 2008).

2.3.3 Indikasi aromaterapi lavender

Sejumlah penelitian telah membuktikan indikasi minyak esensial

lavender adalah untuk alopecia(kerontokan rambut), kecemasan, stres,

nyeri, dan yang mengalami insomnia. Namun kebanyakan studi-studi

tersebut sangat minim. Lavender juga sedang dipelajari untuk sifat

antibakteri dan antivirus.

Menurut Fimela (2015) berbagaimacam indikasi dari Lavender itu sendiri

adalah :

1. Rambut

Dengan minyak lavender, kita dapat menagtaasi beberapa masalah

rambut, sepeti rambut rontok dan juga ketombe. Dalam beberapa

penelitian, minyak ini terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan

rambut dengan cara memijat perlahan kulit kepala dengan minyak

lavender secara rutin. Minyak ini membantu melembapkan rambut

kering, pecah-pecah, serta menghilangkan ketombe. Selain itu,

aroma lavender bisa bikin rambut kita wangi sepanjang hari.


32

2. Kulit

Minyak lavender sanggup menyembuhkan masalah kulit berjerawat

dan membantu proses peremajaan sel kulit. Caranya, cukup

tambahkan beberapa tetes minyak lavender ke dalam moisturizer.

Linalool yang terkandung dalam minyak lavender dapat mematikan

bakteri dan menjaga kesehatan kulit, serta membuat wajah terlihat

segar dan bercahaya.

3. Luka

Kandungan linalool dalam minyak lavender memiliki sifat antiseptik

dan anti inflamasi, sehingga dapat membunuh virus dan bakteri yang

dapat digunakan untuk melawan infeksi, mengobati luka ringan, dan

membantu menghaluskannya kembali. Oleskan minyak lavender

untuk meringankan iritasi kulit, menyembuhkan luka bakar, memar,

dan bekas luka.

4. Relaksasi

Ester dan linalool yang ditemukan dalam minyak lavender ternyata

juga bermanfaat untuk mengurangi stres, menghilangkan kecemasan,

depresi, dan membantu mengatur suasana hati. Karena aromanya

memiliki efek relaksasi, minyak lavender sering dijadikan

aromaterapi atau obat alami untuk membantu meringankan insomnia

dengan meneteskannya ke dalam air mandi atau bantal sebelum

tidur. Minyak ini juga dapat digunakan sebagai minyak pijat untuk

melemaskan otot dan meredakan ketegangan.


33

2.3.4 Cara Penggunaan Aromaterapi

Aromaterapi dapat digunakan melalui berbagai cara, yaitu melalui :

1. Inhalasi

Aromaterapi yang digunakan melalui inhalasi caranya adalah

minyak aromaterapi di tempatkan di atas peralatan listrik, dimana

listrik ini sebagai alat penguap. Peralatan listrik harus di cek oleh

petugas sebelum digunakan demi keamanan pasien. Kemudian

dilakukan penambahan dua sampai lima tetes minyak aromaterapi

dalam vaporiser dengan 20ml air untuk dapat menghasilkan uap air.

Minyak yang umum digunakan adalah peppermint untuk mual,

lavender untuk relaksasi, rose baik digunakan dalam suasana sedih,

floral citrus dapat memberikan kesegaran (Department of Health

2007).

Dalam menggunakan aromaterapi secara inhalasi, dapat dicampur

dengan air, dengan komposisi 4 tetes aromaterapi untuk 20 ml air,

sehingga dapat menghasilkan aroma yang segar dan wangi (Kohatsu

2008).

Pemakaian aromaterapi dapat menggunakan anglo pemanas agar

dapat mendapatkan uap dari aromaterapi sehingga tercium aroma yang

wangi dan dapat menimbulkan efek relaksasi serta dapat menyegarkan

pikiran. Caranya adalah nyalakan lilin yang berada di bawah

mangkuk. Isi mangkuk dengan air, diamkan hingga panas, setelah itu

tuangkan 8 tetes dari tiga pilihan kombinasi essensial oil ke dalam

mangkuk yang berisi air hangat. Aromaterapi dapat dihirup secara


34

langsung. Caranya dengan mencampur 3 hingga 5 tetes ke dalam

mangkuk stenless stell atau kaca yang berisikan air panas. Tutup

wajah dan kepala dengan handuk, lalu uapnya hirup dalam-dalam.

Lakukan kurang lebih 10 menit, lindungi areamata. Cara ini dapat

membuat tubuh terasa seimbang dan pikiran terasa lega karena lepas

dari tekanan emosi (Hutasoit 2002).

Penggunaan melalui penyemprotan atau spray dari minyak yang

telah dipilih sebanyak 100 ml dengan menggunakan botol yang

memiliki alat penyemprot kemudian semprotkan pada tubuh sebagai

penyegar (MacKinnon 2004).

5. Pijat

Tehnik pijat adalah yang paling umum. Melalui pemijatan, daya

penyembuhan yang dikandung oleh minyak esensial bisa menembus

melalui kulit dalam bentuk mimyak yang murni. Minyak essensial

baru bisa digunakan setelah dilarutkan dengan minyak dasar seperti

minyak zaitun, minyak kedelai, dan minyak tertentu lainnya

(Departmen of Health 2007).

Aromaterapi apabila digunakan melalui pijat dapat dilakukan

dengan langsung mengoleskan minyak aromaterapi yang telah dipilih

diatas kulit. Sebelum menggunakan minyak tersebut perlu

diperhatikan adanya kontraindikasi maupun adanya riwayat alergi

yang dimiliki. Minyak lavender terkenal sebagai minyak pijat yang

dapat memberikan relaksasi. Pijat kaki atau merendam kaki dalam


35

panci dengan air yang sudah diberi minyak peppermint dipercaya

memberikan efek meredakan (Deparment of Health 2007).

Aromaterapi yang digunakan dengan cara pijat, merupakan cara

yang sangat digemari untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh,

memperbaiki sirkulasi darah dan merangsang tubuh untuk

mengeluarkan racun serta meningkatkan kesehatan pikiran. Dalam

penggunaanya dibutuhkan 2 tetes essensial oil ditambah 1 ml minyak

pijat (Hutaasoit 2002).

6. Kompres

Penggunaan aromaterapi melalui kompres hanya sedikit

membutuhkan minyak aromaterapi. Kompres hangat dengan minyak

aromaterapi dapat digunakan untuk menurunkan nyeri punggung dan

nyeri perut. (Deparment of Helth 2007).

7. Berendam

cara lain yang menggunakan aromaterapi adalah dengan

menambah tetesan minyak essensial ke dalam air hangat yang telah

digunakan untuk berendam. Dengan cara ini efek minyak essensial

akan membuai perasaan dan membuat pasien rileks, melarutkan pegal-

pegal dan nyeri, juga memberi efek yang merangsang dan

mengembalikan energi. Pasien akan memperoleh manfaat tambahan

dari menghirup uap harum minyak essensial aromaerapi yang mnguap

dari air panas (Hadibroto & Alam 2006).


36

2.3.5 Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Nyeri

Aromaterapi yang digunakan melalui metode inhalasi akan

menghantarkan pesan kimia yang akan ditransmisikan melalui bola dan

bulbus plfactory. Pesan kimia tersebut akan dikirimkan ke sistem limbic

pada otak. Sistem limbic sebagai pusat nyeri, senang, marah, takut,

depresi, dan berbagai emosi lainnya. Didalam sistem limbic terdapat

komponen amygdale bertanggung jawab atas respon emosi kita terhadap

aroma, sedangkan hopocampus bertanggung jawab atas memori dan

pengenalan terhadap bau juga tempat dimana bahan kimia pada

aromaterapi mergsang gudang-gudang penyimpanan memori otak kita

terhadap pengenalan bau-bauan ( Koensoemardiyah,2009).

2.4 Konsep Kompres Hangat

2.4.1 Definisi Kompres Hangat

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi

kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,

mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada

daerah tertentu (Uliyah & Hidayat, 2008).

Kompres hangat dapat dilakukan dengan menempelkan kantong

karet yang diisi air hangat atau handuk yang telah direndam di dalam air

hangat, ke bagian tubuh yang nyeri. Sebaiknya diikuti dengan latihan

pergerakan atau pemijatan. Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah

pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan

atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah (Kompas,

2009).
37

2.4.2 Tujuan dan Manfaat Tehnik Kompres Hangat

Kompres hangat merupakan salah satu metode yang dianggap

sangat efektif dalam menurunkan nyeri atau spasme otot. Panas dapat

dialirkan melalui konduksi, konveksi, dan konversi. Nyeri akibat memar,

spasme otot, dan arthritis berespon baik terhadap peningkatan suhu karena

dapat melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal.

Oleh karena itu, peningkatan suhu yang disalurkan melalui kompres

hangat dapat meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk

inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang akan

menimbulkan rasa nyeri lokal (Price & Wilson,2005).

Kompres hangat yang digunakan berfungsi untuk melebarkan

pembuluh darah, menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan.

Selain itu, kompres hangat juga berfungsi menghilangkan sensasi rasa

sakit. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, terapi kompres hangat

dilakukan selama 20 menit dengan 1 kali pemberian dan pengukuran

intensitas nyeri dilakukan dari menit ke 15-20 selama tindakan (Yuni

Kusmiati, 2009).

Adapun prinsip kerja kompres hangat dengan menggunakan buli-

buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi

perpindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh senhingga akan

menyebabkan pelebaran pembuluh darah, sehingga akan terjadi penurunan

keteganggan otot. Kompres ini digunakan dengan buli-buli panas yang

dibungkus kain 36º- 38ºC, yang ditempelkan langsung pada sisi kanan dan

sisi kiri perut secara bergantian antara sisi kanan dan sisi kiri setiap 5
38

menit selama 20 menit. Air panas diganti setiap 5 – 10menit untuk

mempertahankan suhu buli-buli panas tetap hangat. Kompres diberikan

sampai nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang (Perry and Potter,

2007).

2.4.3 Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Pnurunan Nyeri Dismenore

Pemberian kompes hangat merupakan salah satu tindakan mandiri

keperawatan. Penggunaan panas dalam hal ini air panas adalah mengambil

efek dari panas itu sendiri. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas

yaitu dapat melancarkan sirkulasi darah, dapat menyebabkan pelebaran

pembuluh darah, menurunkan keteganggan otot, meningkatkan

metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Pemberian

kompres hangat memakai prinsip pengantaran panas melalui cara konduksi

yaitu dengan menempelkan buli-buli panas pada perut sehingga akan

terjadi perpindahan panas dari buli-buli panas ke dalam perut yang akan

melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan keteganggan otot sehingga

akan menurunkan nyeri pada wanita dengan dismenore primerm karena

pada wanita dengan Dismenore ini mengalami kontraksi uterus dan

kontraksi otot polos (Perry and Potter, 2007).

Kompres hangat memiliki arti penting bagi wanita/remaja dengan

nyeri haid karena dapat menurunkan rasa nyeri pada saat haid. Program

terapi ini dapat berlangsung secara lancar dan efektif bila didukung dengan

olah raga secara teratur, makan-makanan yang bergizi dan menjaga pikiran

agar tidak stres.


39

2.5 Efektifitas Aromaterapi dan Kompres Hangat Terhadap Intensitas


Nyeri Dismenore Primer

Aromaterapi Lavender (lavunda angustifolia) bekerja dengan cara

mempengaruhi otak. Saraf penciuman terangsang dengan adanya

aromaterapi lavender yang dihirup, mempengaruhi kerja sistem limbik

yang berhubungan dengan kerja otak untuk mengadakan perubahan emosi

dan mood seseorang (Kayne, 2002). Sedangkan Kompres hangat

merupakan salah satu metode yang dianggap sangat efektif dalam

menurunkan nyeri atau spasme otot. Panas dapat dialirkan melalui

konduksi, konveksi, dan konversi. Nyeri akibat memar, spasme otot, dan

arthritis berespon baik terhadap peningkatan suhu karena dapat

melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal. Oleh

karena itu, peningkatan suhu yang disalurkan melalui kompres hangat

dapat meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi,

seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang akan menimbulkan

rasa nyeri lokal (Price & Wilson,2005).

Kompres hangat dan aromaterapi merupakan cara untuk

menurunkan nyeri dismenorea dengan cara kerja yang berbeda. Kompres

hangat memberikan kehangatan yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh

darah sehingga aliran darah menjadi lancar sedangkan aromaterapi

merangsang relaksasi dengan bau yang dihirup oleh seseorang. Panas dari

kompres yang langsung pada daerah yang sakit lebih cepat menurunkan

rasa nyeri sedangkan aroma yang dihirup melalui proses pernafasan yang

kemudian baru merangsang kinerja otak dan juga dipengaruhi oleh


40

dalamnya pernafasan. Sehingga responden banyak yang mengalami

penurunan nyeri dismenorea karena pemberian kompres hangat.

Sedangkan menurut Guyton & Hall (2007) Cara kerja bahan

aromaterapi yaitu melalui system sirkulasi tubuh dan system penciuman.

Bau marupakan suatu molekul yang mudah menguap, apabila masuk ke

rongga hidung melalui pernafasan akan diterjemahkan oleh otak sebagai

proses penciuman. Melalui penghirupan sebagian molekul akan masuk ke

paru. Molekul aromatic akan diserap oleh lapisan mukosa pada saluran

pernafasan, baik pada bronkus atau pada cabang halusnya (bronchiole) dan

terjadi pertukaran gas didalam alveoli, molekut tersebut akan diangkut

oleh system sirkulasi darah di dalam paru. Pernafasan yang dalam akan

meningkatkan jumlah bahan aromatic yang ada ke dalam tubuh.

Anda mungkin juga menyukai