• Kebanyakan obat mata berbentuk sediaan tetes mata, viscous tetes mata (gel) dan salep mata, yang bekerja secara topikal di permukaan bola mata. • Pada kondisi pasien tertentu, adakalanya dokter Spesialis Mata mengkombinasikan obat topikal tersebut dengan obat berbentuk sediaan tablet, kapsul, atau injeksi dengan tujuan meningkatkan tercapainya tujuan terapi yang diharapkan. • Obat mata adalah tetes mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus serta inserte sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. • Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal, dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata. • Pada umumnya bersifat isotonis dan isohidris • Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia. • Oleh karena itu sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. • Tetes mata harus efektif dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) dan steril. UNTUK MEMBUAT SEDIAAN YANG TERSATUKAN, MAKA FAKTOR-FAKTOR BERIKUT HENDAKNYA DIPERHATIKAN : a. Steril atau miskin kuman Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi mikroorganisme dapat terjadi rangsangan berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau tetap terlukanya mata sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi akhir (sterilisasi uap) atau menyaring larutan dengan filter pembebas bakteri. b. Kejernihan (bebas atau miskin bahan melayang) Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan padat. Sebagai material penyaring digunakan leburan gelas, misalnya Jenaer Fritten dengan ukuran pori G 3 – G 5. c. Pengawetan Dengan pengecualian sediaan yang digunakan pada mata luka atau untuk tujuan pembedahan, dan dapat dibuat sebagai obat bertakaran tunggal, maka obat tetes mata harus diawetkan. Pengawet yang sering digunakan adalah thiomersal (0.002%), garam fenil merkuri (0,002%), garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-0,01%), dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%), klorheksidin (0,005-0,01%), klorbutanol (0,5%), dan benzilalkohol (0,5- 1%). d. Tonisitas Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril. e. Pendaparan Mirip seperti darah. Cairan mata menunjukan kapasitas dapar tertentu. Yang sedikit lebih rendah oleh karena system yang terdapat pada darah seperti asam karbonat, plasma, protein amfoter dan fosfat primer – sekunder, juga dimilikinya kecuali system – hemoglobin – oksi hemoglobin. Harga pHnya juga seperti darah 7,4 akan tetapi hilangnya karbondioksida dapat meningkatkannya smapai harga pH 8 – 9. Pada pemakain tetes biasa yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan harga pH 7,3 – 9,7. daerah pH dari 5,5 – 11,4 masih dapat diterima. Tetes mata didapar atas dasar beberapa alasan yang sangat berbeda. • Misalnya untuk memperbaiki daya tahan (penisilina), • untuk mengoptimasikan kerja (misalnya oksitetrasiklin) atau • untuk mencapai kelarutan yang memuaskan (misalnya kloromfenikol). • Pengaturan larutan pada kondisi isohidri (pH = 7,4) adalah sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri yang sempurna, meskipun hal ini sangat sulit direalisasikan. • Oleh karena kelarutan dan stabilitas bahan obat dan sebagian bahan pembantu juga kerja optimum disamping aspek fisiologis (tersatukan) turut berpengaruh. f. Viskositas dan aktivitas permukaan Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena mereka dapat ditekan keluar dari saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk mata. Oleh karena itu waktu kontaknya pada mata menurun. Melalui peningkatan viskositas dapat dicapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang. Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena itu sediaan ini sering dipakai pada pengobatan keratokonjunktifitis. Sebagai peningkat viskositas digunakan metal selulosa dan polivinilpiroridon (PVP). CARA KERJA OBAT MATA DALAM ORGAN MATA • Obat mata akan melakukan aksi penyembuhan dalam tempat kerja obat yang disebut Reseptor. • Ketika obat tetes mata atau salep mata masuk ke organ mata, zat aktif obat tersebut akan diserap (di absorpsi) ke pembuluh air mata, kemudian didistribusikan ke seluruh bagian bola mata melalui air mata yang diproduksi di dari bagian dalam bola mata (posterior) dan dialirkan ke bagian luar bola mata (anterior). Setelah tahap distribusi, zat aktif akan dimetabolisme dan bertemu dengan reseptornya, sehingga terjadilah efek obat yang diinginkan. HAMBATAN PEMBERIAN OBAT PADA MATA
• Eliminasi obat pada permukaan bola mata terjadi sesaat setelah
pemberian obat secara topikal, air mata akan mengencerkan obat dan mengalirkan obat tersebut ke duktus nasolakrimal. • Lapisan kornea yang memiliki sifat berbeda juga memberikan hambatan bagi pemberian obat pada mata. • Sembilan puluh persen dari obat yang diberikan secara topikal akan dieliminasi secara sistemik di konjungtiva atau mukosa nasolakrimal dan hanya sekitar sepuluh persen akan mencapai jaringan yang dituju. • Lapisan air mata terdiri dari tiga lapisan. • Lapisan terluar adalah lapisan lemak yang dihasilkan oleh kelenjar meibom di kelopak mata. • Lapisan akuos di bagian tengah dihasilkan oleh kelenjar air mata. • Lapisan musin di bagian terdalam dihasilkan oleh sel goblet konjungtiva. • Air mata terdistribusi di permukaan bola mata dan akan bermuara ke pungtum lakrima kemudian akan mengalir ke rongga hidung melewati duktus nasolakrimal • Kornea merupakan lapisan bola mata yang sangat mempengaruhi penyerapan bola mata. • Kornea mempunyai 5 lapisan dengan berbagai sifat yang berbeda. • Lapisan pertama adalah epitel kornea yang bersifat lipofilik dan mampu menahan hampir 90% obat hidrofilik. • Stroma merupakan lapisan kornea yang paling tebal dan bersifat hidrofilik. • Kedua lapisan tersebut dan tiga lapisan lainnya yaitu membran bowman, membran descemet, dan endotel membentuk suatu struktur yang sangat sulit untuk ditembus benda asing, termasuk obat-obatan. • Sistem sawar darah-bola mata merupakan hambatan fisik antara pembuluh darah dan bagian mata yang berfungsi untuk mempertahankan kejernihan dan fungsi dari bagian dalam bola mata. • Terdapat dua sawar utama, yaitu sawar darah-akuos dan sawar darah-retina. • Badan siliar dan iris merupakan dua komponen utama dari sawar darah-akuos. • Epitel tidak berpigmen dari badan siliar memproduksi humor akuos. • Humor akuos mempunyai komposisi yang berbeda dari plasma yang terdapat di badan siliar dan plasma darah. • Sawar untuk difusi molekul dibentuk oleh tautan kuat yang membentuk epitel tidak berpigmen dari badan siliar. • Tautan kuat antara endotel vaskular iris memiliki protein yang serupa dengan tautan kuat yang membentuk epitel badan siliar, sehingga dapat dikatakan bahwa sawar badan siliar merupakan sawar epitelial, dan sawar pada iris merupakan sawar endotelial. • Sawar darah-retina berfungsi untuk melindungi jaringan retina dari berbagai molekul. • Sawar darah-retina terdiri dari dua lapisan. • Lapisan sawar darah-retina dalam dibentuk oleh tautan kuat antara sel endotel pembuluh darah retina. • Lapisan sawar-retina luar dibentuk oleh tautan kuat epitel pigmen retina. Gambar 2. Lapisan kornea Dikutip dari: American Academy of Ophtalmology9 JALUR PENYERAPAN OBAT PADA MATA
• Permukaan konjungtiva berfungsi sebagai salah satu area
utama absorpsi obat pada permukaan mata. • Konjungtiva dan sklera bertanggung jawab terhadap 20% dari seluruh absorpsi obat ke dalam iris dan badan siliar. • Sklera melapisi 80% dari keseluruhan permukaan mata. • Sklera lebih permeabel terhadap substansi dengan berat molekul rendah dan larut air. • Obat yang diserap melalui jalur ini harus melewati epitel konjungtiva terlebih dahulu. • Stroma konjungtiva yang merupakan lapisan kaya akan pembuluh darah akan menyerap sebagian besar obat yang diteteskan ke dalam sirkulasi sistemik. • Obat yang diteteskan di forniks inferior konjungtiva juga akan segera mengalir ke duktus nasolakrimal kemudian ke rongga hidung. • Salah satu cara untuk meningkatkan waktu tinggal obat di forniks adalah dengan cara menekan kantus medial agar duktus nasolakrimal tertutup, atau dengan mengganti sediaan tetes mata menjadi salep mata yang lebih padat dan tidak mudah terlarut. • Hal yang paling utama dalam pemilihan jalur pemberian obat pada mata adalah target jaringan yang dituju. • Pemberian obat secara topikal dan subkonjungtiva digunakan untuk segmen anterior bola mata. • Pemberian obat secara sistemik dan intravitreal digunakan untuk mencapai segmen posterior PEMBERIAN TOPIKAL • Penyerapan obat yang diberikan secara topikal dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu penyerapan transkorneal dan penyerapan transkonjungtival atau disebut juga transkleral. • Obat-obatan lipofilik mempunyai indeks penyerapan yang lebih tinggi melalui rute transkorneal karena komposisi epitel kornea yang sebagian besar tersusun oleh lemak. • Obat yang bersifat hidrofilik dan bermolekul besar diserap lebih baik secara transkonjungtiva. BERBAGAI BENTUK SEDIAAN OBAT MATA Tetes mata single dose, • Obat jenis ini merupakan obat tetes mata tanpa pengawet. • Kemasannya berbentuk botol-botol kecil dalam untaian, yang jika akan digunakan, untaian tersebut dipatahkan dan tutup botol dapat ditutup kembali. • Sediaan ini memiliki 12 tetes tiap botolnya dan setelah kemasan dibuka dapat digunakan paling lama 3 hari setelah kemasan dibuka (Rekomendasi Manufactur) Tetes mata multi dose, • Obat jenis ini merupakan obat tetes mata dalam kemasan botol yang dapat digunakan berulang kali sampai dengan 1 bulan setelah kemasan dibuka. • Untuk mempertahankan kondisi obat tetap baik.Bentuk sediaan ini mengandung pengawet yang sesuai digunakan pada obat mata. Viscous tetes mata (gel), • Bentuk sediaan gel memiliki kekentalan (viskositas) yang lebih tinggi dari tetes mata sehingga bentuk sediaan ini dapat tinggal dalam organ mata dalam waktu yang lebih panjang daripada sediaan tetes mata. Salep mata single dose, • Salep mata merupakan bentuk sediaan obat mata yang memilki kekentalan paling tinggi diantara jenis obat mata di atas. • Sehingga waktu kontak dengan organ mata lebih lama. Obat jenis ini merupakan obat salep mata tanpa pengawet. • Kemasannya berbentuk botol-botol kecil dalam untaian, yang jika akan digunakan, untaian tersebut dipatahkan dan tutup botol dapat ditutup kembali. • Sediaan ini setelah kemasan dibuka dapat digunakan paling lama 3 hari setelah kemasan dibuka (Rekomendasi Manufactur). Salep mata multi dose, • Kemasan salep mata jenis ini berada dalam bentuk tube, yang dapat digunakan berulang kali dengan masa kadaluarsa selama 1 bulan sejak tutup kemasan dibuka. BAGAIMANA CARA MENGGUNAKAN OBAT MATA Tetes Mata Mencuci tangan • Buka tutup kemasan. • Teteskan obat di bagian kelopak mata bawah (konjungtiva bawah). • Tutup kelopak mata sambil sedikit menekan ujung mata bagian dalam (untuk menghindari aliran obat ke saluran pencernaan). • Cuci tangan kembali. Salep Mata Mencuci tangan. • Buka tutup kemasan • Masukan obat ke kelopak mata bawah langsung dari tube salep tanpa perantara. • Tutup mata sambil melirikan bola mata ke kiri dan kanan agar obat tersebar merata dalam bola mata. • Cuci tangan kembali Kombinasi penggunaan tetes mata dan salep mata • Mencuci tangan. • Menggunakan tetes mata terlebih dahulu diikuti dengan salep mata dengan jeda waktu 5 – 10 menit. • Cuci tangan kembali.
Obat mata yang sama tidak disarankan untuk digunakan pada
lebih dari 1 pengguna obat mata tersebut, hal ini adalah untuk menghindari tertularnya penyakit dari pengguna satu terhadap pengguna lain. BAGAIMANA CARA MENYIMPAN OBAT MATA YANG BENAR? Agar efektifitas pemakaian obat mata optimal, maka penyimpanan obat mata juga memberikan kontribusi yang tinggi. Penyimpanan obat mata yang benar adalah sebagai berikut: • Perhatikan tanggal kadaluarsa (expire date) dari obat mata yang kita simpan. Hal tersebut tertera dalam wadah obat. • Perhatikan kondisi obat mata yang kita simpan dari bentuk kemasan, apakah masih utuh atau ada bagian yang rusak. Kemudian perhatikan apakah warna obat berubah atau apakah ada endapan. • Jauhkan dari panas dan paparan matahari langsung. • Tidak semua obat mata harus disimpan dalam lemari pendingin. Hal ini tergantung kepada instruksi yang terdapat dalam kemasan obat atau etiket obat. • Jauhkan dari jangkauan anak-anak. • Pisahkan obat mata dengan obat lain yang memiliki bentuk sediaan mirip ( seperti lem, obat sariawan, obat nyamuk, dan sebagainya) yang dapat menimbulkan kesalahan pengambilan obat. • Etiket obat jangan sampai terlepas dari botol obat yang bersangkutan, agar tidak terjadi kesalahan penggunaan obat. PEMUSNAHAN OBAT MATA YANG SUDAH TIDAK DIGUNAKAN • Obat mata yang sudah tidak digunakan atau sudah memasuki masa kadaluarsa, harus dimusnahkan dengan cara mengeluarkan seluruh isi obat mata ke dalam tempat sampah infeksius. • Membuang kemasan yang sudah kosong ke tempat sampah. • Untuk obat berbentuk tablet, tablet dikeluarkan dari kemasannya dan dihancurkan dengan cara ditumbuk sebelum dibuang. Hal tersebut untuk menghindari penggunaan obat kadaluarsa oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. TETES MATA • Tetes mata merupakan larutan steril dan sebagian besar bersifat isotonik yang mengandung obat atau hanya sebagai air mata buatan. • Metode pemberian ini sangat umum karena cara produksinya yang sederhana, harga yang murah, dan mudah digunakan oleh pasien. • Kekurangan dari sediaan ini adalah 95% dari obat ini dieliminasi oleh aparatus lakrimal dan berbagai sawar mata dalam 15-30 detik setelah pemberiannya. • Bioavailabilitas okular dari tetes mata dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan penyerapan melalui kornea dan waktu tinggal obat di permukaan bola mata. Zat-zat yang digunakan untuk mencapai kedua hal tersebut antara lain zat penguat, agen pengental, dan siklodekstrin. SALEP • Sediaan salep mata adalah suatu sediaan yang steril, semi solid, dan homogen. • Sediaan ini membutuhkan zat non-akuos yang tidak mengiritasi mata. • Salep mata memiliki empat jenis yang berbeda, Oleaginous base yang mempunyai dasar minyak, absorption base yang digunakan sebagai pelunak dan mengandung lanolin, water soluble base yang hanya mengandung zat yang larut air dan mempunyai berat molekul yang tinggi, dan water removable base yang merupakan minyak didalam emulsi. • Sediaan salep mata mengurangi kecepatan eliminasi obat oleh air mata dan meningkatkan waktu tinggal obat di permukaan kornea. Penggunaan sediaan ini disarankan pada malam hari karena menyebabkan pandangan kabur HIDROGEL
• Hidrogel dibentuk dari sediaan kental yang dilarutkan di air atau
cairan hidrofilik. • Sediaan ini digunakan untuk meningkatkan waktu tinggal obat di permukaan mata. • Hidrogel lebih mudah diterima oleh pasien karena efek samping • sistemik yang lebih sedikit. • Terdapat dua tipe hidrogel yaitu preformed gel, dan in situ gel. • Preformed gel berbentuk larutan kental sederhana yang dioleskan ke mata. • Gel polimerik ini sering digunakan sebagai hidrogel bioadhesive untuk meningkatkan waktu tinggal obat di permukaan mata dan mengurangi frekuensi pemberian. • In situ gel diberikan dalam bentuk tetesan pada mata dan akan mengalami perubahan dari larutan ke gel pada cul-de-sac karena perubahan eksternal. • Perubahan eksternal yang mempengaruhi bentuk in situ gel adalah pH, temperatur, dan konsentrasi ion. • Sediaan ini meningkatkan bioavailabilitas dengan meningkatkan durasi kontak dengan kornea dan mengurangi frekuensi pemberian EMULSI • Emulsi merupakan sediaan yang dibentuk dari dua cairan yang tidak bercampur yang distabilkan oleh surfaktan. • Emulsi memiliki sifat jernih dan stabil secara termodinamik. • Terdapat dua tipe emulsi, yaitu oil in water (o/w) dan water in oil (w/o). • Sediaan yang lebih sering digunakan untuk obat mata adalah emulsi o/w karena toleransi pasien yang lebih besar dan tingkat iritasi yang lebih rendah. • Sifat sediaan ini yang tahan lama dan tingkat bioavailabilitas yang lebih tinggi membuat sediaan ini menjadi salah satu sediaan yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut OPHTALMIC INSERTS • Sediaan ini terbuat dari materi polimerik yang diletakkan pada cul-de-sac konjungtiva antara sklera dan kelopak mata. • Bentuk sediaan ini dikembangkan untuk meningkatkan bioavailabilitas dengan meningkatkan waktu kontak antara obat dan permukaan bola mata. • Teknik penghantaran zat aktif pada sediaan ini adalah secara pelepasan dengan konsentrasi yang terkontrol selama waktu yang ditentukan. • Ophtalmic inserts tidak memerlukan pengawet, dan harus segera diambil apabila sudah tidak diperlukan. • Sediaan ini dibuat untuk meningkatkan bioavalabilitas dan mekanisme kerja obat dengan cara meningkatkan waktu kontak antara obat dan jaringan bola mata. • Sediaan ini memiliki kekurangan pada segi kenyamanan pasien karena bentuknya yang solid, penempatan, dan pelepasan yang sulit. LENSA KONTAK • Lensa kontak merupakan plastik transparan yang berbentuk bulat, tipis, dan melengkung yang diletakkan di permukaan bola mata. • Pemberian obat menggunakan lensa kontak akan meningkatkan waktu tinggal obat di permukaan mata. • Pemberian obat pada lensa kontak dilakukan dengan cara pencetakan atau dengan cara perendaman sederhana. • Hal yang harus diperhatikan pada pembuatan sediaan ini adalah mempertahankan permeabilitas oksigen dan kejernihan dari lensa kontak tersebut. SEDIAAN LOKAL
• Pemberian obat secara lokal dapat melalui 2 cara yaitu
periokular dan intra okular. • Pemberian dengan cara periokular terdiri dari rute subkonjungtiva, subtenon, dan retrobulbar. • Pemberian intraokular diberikan melalui intrakameral di bilik mata depan dan intravitreus di rongga vitreus. PERIOKULAR • Pemberian obat secara periokular dapat dipertimbangkan apabila diperlukan konsentrasi obat yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian topikal. • Pemberian obat secara periokular termasuk injeksi subkonjungtiva, subtenon, retrobulbar, dan peribulbar. • Pemberian secara periokular dapat digunakan untuk target jaringan sklera, koroid, epitel pigmen retina, retina neurosensori, dan vitreous. • Pemberian obat secara injeksi subkonjungtiva memiliki kadar konsentrasi yang hampir serupa dengan pemberian topikal secara berulang. • Pemberian injeksi subkonjungtiva memiliki keuntungan antara lain konsentrasi lokal yang lebih tinggi dengan penggunaan jumlah obat yang lebih kecil sehingga efek samping sistemik lebih rendah, konsentrasi obat di jaringan yang lebih tinggi untuk obat-obatan yang memiliki daya tembus kornea yang rendah, dan obat-obatan dapat disuntikkan saat akhir operasi agar pemberian obat topikal dan sistemik tidak diperlukan lagi. • Penyuntikan subkonjungtiva dilakukan dengan cara menusukkan jarum di antara konjungtiva bulbar dan kapsula tenon. • Injeksi subtenon dilakukan dengan cara menyuntikkan obat ke dalam kapsula tenon di sekitar otot rektus superior. • Rongga subtenon adalah rongga antara kapsula tenon dan sklera. • Rongga ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu segmen anterior dan posterior. Injeksi subtenon anterior memiliki resiko perforasi bola mata yang cukup tinggi • Injeksi retrobulbar dilakukan dengan cara meyuntikkan obat di dalam konus otot di belakang bola mata. • Teknik ini sering digunakan untuk anestesi pada operasi yang berkaitan dengan kornea, bilik mata depan, dan lensa. Blok retrobulbar bertujuan untuk anestesi nervus siliaris, ganglion siliaris, dan nervus kranialis III, IV, VI. • Pasien yang diberikan blok ini masih dapat menutup kelopak mata karena tidak terbloknya nervus kranial III. • Injeksi retrobulbar hanya membutuhkan jumlah obat yang sedikit untuk mencapai konsentrasi dan kekuatan anestesi yang tinggi, akan tetapi mempunyai risiko komplikasi yang tinggi. • Komplikasi dari injeksi retrobulbar antara lain perdarahan retrobulbar, perforasi bola mata, dan oklusi cabang vena retina. • Injeksi peribulbar dilakukan dengan cara menyuntikkan obat di luar konus otot. • Teknik ini memerlukan jumlah obat yang lebih besar dibandingkan teknik retrobulbar, dan tingkat akinesia dari bola mata juga lebih rendah. • • Pemberian obat dengan cara ini sering dipilih karena tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian obat dengan cara injeksi retrobulbar. • Pemberian injeksi subkonjungtiva memiliki keuntungan antara lain konsentrasi lokal yang lebih tinggi dengan penggunaan jumlah obat yang lebih kecil sehingga efek samping sistemik lebih rendah, konsentrasi obat di jaringan yang lebih tinggi untuk obat-obatan yang memiliki daya tembus kornea yang rendah, dan obat-obatan dapat disuntikkan saat akhir operasi agar pemberian obat topikal dan sistemik tidak diperlukan lagi. • Penyuntikan subkonjungtiva dilakukan dengan cara menusukkan jarum di antara konjungtiva bulbar dan kapsula tenon. • Injeksi subtenon dilakukan dengan cara menyuntikkan obat ke dalam kapsula tenon di sekitar otot rektus superior. • Rongga subtenon adalah rongga antara kapsula tenon dan sklera. Rongga ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu segmen anterior dan posterior. • Injeksi subtenon anterior memiliki resiko perforasi bola mata yang cukup tinggi. Gambar 2.4. Posisi penyuntikan periokular A. Subkonjungtiva, B. Subtenon, C. Retrobulbar. Dikutip dari : Bartlett4 INTRAOKULAR
• Penanganan farmakologis pada penyakit mata tetap menjadi
tantangan walaupun teknik pemberian obat secara topikal telah banyak dikembangkan. • Bioavailabilitas obat pada segmen posterior mata amat rendah pada pemberian topikal ataupun sistemik akibat adanya sawar darah-bola mata. • Pemberian obat dengan rute intraokular menyebabkan konsentrasi efektif zat suatu obat dapat langsung menuju tempat target terapi, sehingga menyebabkan efek samping sistemik yang sedikit walaupun efek samping okular akan meningkat. • Injeksi intrakameral dilakukan dengan cara memberikan obat langsung ke bilik mata depan sehingga tidak perlu menembus sawar kornea dan obat yang disuntikkan hanya akan berada di segmen anterior bola mata. • Pemberian obat dengan cara ini akan meningkatkan tekanan inta okular, sehingga perlu berhati-hati pada pasien dengan tekanan intraokular tinggi. • Injeksi intravitreal juga telah banyak digunakan untuk pemberian obat langsung ke dalam badan vitreus. • Penanganan permasalahan pada segmen posterior mata amat terhambat apabila menggunakan pemberian obat secara sistemik karena adanya sawar darah-retina. TERIMA KASIH