Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TENTANG

BAHAN-BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA

Untuk Memenuhi Tugas Belajar

Mata Kuliah keselamatan kesehatan Kerja

Disusun oleh:

Harnita 180106005

Iski Fatimah 180106006

Nanda Farah Feliska 180106009

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “Bahan-bahan Beracun dan Berbahaya”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut serta dalam menyumbang pemikiran teori yang menunjang dalam pembuatan
tugas ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan tugas
kami selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4

C. Tujuan Makalah....................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6

A. Pengertian.............................................................................................................................6

B. Klasifikasi Bahan Berbaya dan Beracun..............................................................................6

C. Factor-faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya...............................................................7

D. Pengaruh Bahan Berbaya dan Beracun terhada kesehatan...................................................7

E. MSDS dan Label (disertai dengan tanda atau poster)..........................................................8

F. Prinsip pengendalian Bahan Berbaya dan Beracun..............................................................9

G. Penanggulangan kecelakaan dan keadaan darurat..............................................................10

H. Ancaman Bahan Berbaya dan Beracun..............................................................................10

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................22

A. Kesimpulan.........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk kedalam tubuh dengan berbagai
cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit, bahkan bisa menyebabkan kematian. Umumnya berbagai
bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun telah diketahui.
Namun,tidak demikian halnya dengan beberapa jenis hewan dan tumbuhan , termasuk
beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat mengandung racun alami, walaupun
dengan kadar yang sangat rendah.(Ahmad Djaeni Sediaoetama, 2004)
Sebagai dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai
bidang maka produksi, distribusi dan penggunaan bahan berbahaya semakin meningkat
jumlahnya maupun jenisnya. Penggunaan bahan berbahaya yang tidak sesuai dengan
peruntukannya dan penangananya dapat menimbulkan ancaman atau bahaya terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satu upaya untuk menghindarkan atau
mengurangi resiko bahan berbahaya dilakukan melalui pemberian informasi yang benar
tentang Bahan Berbahaya Beracun ( B3 ) dan cara penanganannya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian
2. Klasifikasi Bahan Berbaya dan Beracun
3. Factor-faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya
4. Pengaruh Bahan Berbaya dan Beracun terhada kesehatan
5. MSDS dan Label (disertai dengan tanda atau poster)
6. Prinsip pengendalian Bahan Berbaya dan Beracun
7. Penanggulangan kecelakaan dan keadaan darurat
8. Ancaman Bahan Berbaya dan Beracun

C. Tujuan Makalah
Diharapkan peserta atau audience dapat mengerti dan memahami serta mampu
menyebutkan apa yang telah di paparkan di dalam makalah ini
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah
bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan
hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makluk hidup lainnya.
Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.
Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas
dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap lingkungan hidup,
kesehatan manusia, dan makluk hidup lainnya. 4. Simbol B3 adalah gambar yang
menunjukkan Klasifikasi B3.
Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3

B. Klasifikasi Bahan Berbaya dan Beracun


Yang termasuk klasifikasi bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang mempunyai sifat :
1. Mudah meledak (explosive)
2. Pengoxidasi (oxidizing)
3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
4. Sangat mudah menyala (highly flammable)
5. Mudah menyala (flammable)
6. Amat sangat beracun (extremely toxics)
7. Sangat beracun (highly toxics)
8. Beracun (moderately toxics)
9. Berbahaya (harmful)
10. Korosif (corrosive)
11. Bersifat iritasi (irritant)
12. Bebahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
13. Karsinogenik (carcinogenic)
14. Teratogenik (teratogenic)
15. Mutagenik (mutagenic)

C. Factor-faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya


Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi oleh :
1. Daya racun Dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50 dimana makin kuat nilai
LD50 atau LC50 bahan berbahaya beracun/kimia menunjukkan makin tinggi daya
racunya.
2. Cara B3 masuk kedalam tubuh (route of entry) yaitu melalui saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan penyerapan melalui kulit. Diantara yang sangat berbahaya
adalah melalui saluran pernafasan karena tanpa disadari bahan kimia akan masuk ke
dalam tubuh bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 m2 selama 8
jam kerja dan sulit di keluarkan kembali dari tubuh.
3. Konsentrasi macam dan lama paparan B3 yaitu besar dosis yang berada di udara atau
yang kontak dengan bagian tubuh, kemudian lamanya paparan terjadi apakah terus
menerus atau terputus-putus menentukan jumlah dan dosis yang masuk ke dalam
tubuh.
4. Efek kombinasi B3 Yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat dan daya racun
yang berbeda, menyulitkan tindakan tindakan pertolongan atau pengobatan.
5. Kerentanan calon korban paparan B3 Masing-masing individu mempunyai daya tahan
yang berbeda-beda terhadap pengaruh B3. Semestinya individu terhadap pengaruh
bahan kimia tergantung kepada umur, jenis kelamin, kondisi umum kesehatan dan
lainlain.

D. Pengaruh Bahan Berbaya dan Beracun terhada kesehatan


1. Menyebabkan iritasi yaitu terjadi luka bakar setempat akibat kontak bahan kimia
dengan bagian-bagian tubuh tertentu seperti kulit, mata atau saluran pernafasan.
2. Menimbulkan alergi, nampak sebagai bintik-bintik merah kecil atau gelembung berisi
cairan atau gangguan pernafasan berupa batuk-batuk, nafas tersumbat dan nafas
pendek.
3. Menyebabkan sulit bernafas, seperti tercekik atau aspiksia karena kekurangan oksigen
akibat diikat oleh gas inert seperti nitrogen dan karbondioksida.
4. Menimbulkan keracunan sistemik, bahan kimia yang dapat mempengaruhi bagian-
bagian tubuh, diantaranya merusak hati, ginjal, susunan syaraf dan lain-lain.
5. Menyebabkan kanker, akibat paparan jangka panjang bahan kimia, sehingga
merangsang pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali dalam bentuk tumor ganas.
6. Menyebabkan kerusakan/kelainan janin ditandai kelahiran dalam keadaan cacat atau
kemandulan.
7. Menyebabkan pneumokoniosis yaitu timbunan debu dalam paru-paru sehingga
kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen menjadi kurang, akibatnya penderita
mengalami nafas pendek.
8. Menyebabkan efek bius (narkotik) yaitu bahan kimia, mengganggu sistem syaraf pusat
menyebabkan orang tidak sadar, pingsan atau kematian.

E. MSDS dan Label (disertai dengan tanda atau poster)


1. MSDS (Material Safety Data Sheet (lembar data keselamatan bahan)) Lembar data
keselamatan bahan-bahan secara garis besar harus memuat penjelasan-penjelasan
antara lain :
a. Identifikasi dari bahan tersebut misalnya perusahaan dari supplier secara
mendetail, nama produk atau kodenya, penggunaannya, klasifikasi dari bahan.
b. Komposisi dan ciri-ciri fisik khusus dari bahan misalnya bentuk, warna, bau, titik
didih, titik uap, pH, LEL.
c. Informasi tentang bahaya bahan tersebut terhadap kesehatan.
d. Tata cara penanggulangan bahaya dan prosedur penggunaan yang benar dari
bahan.
e. Tata cara penyimpanan bahan dan penggunaan yang aman dari bahan.
2. Label atau etiket diperlukan sebagai informasi yang cepat dapat dikenal untuk pekerja,
sehingga dengan cepat dapat bersikap hati-hati dalam penanganan bahan kimia
berbahaya. Cara pemberian label atau etiket dapat juga berbeda satu negara ke negara
lain atau dari satu petunjuk ke yang lainnya.
F. Prinsip pengendalian Bahan Berbaya dan Beracun
1. dentifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciriciri dan
karakteristiknya.
2. Evaluasi, untuk menentukan langkah-lagkah atau tindakan yang diperlukan sesuai
sifat dan karakteristiknya dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus
memprediksi resiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan
meliputi :
a. pengendalian operasional seperti eliminasi, subsitusi, ventilasi, penggunaan alat
pelindung diri yang sesuai dan menjaga hygiene perorangan.
b. Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaan
lembar data kesehatan bahan (MSDS) pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata
ruang, pematauan rutin serta pendidikan dan latihan.
c. Inpeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman.
d. Pembatasan keberadaan bahan kimia berbahaya ditempat kerja sesuai dengan
jumlah ambang batasnya.

G. Penanggulangan kecelakaan dan keadaan darurat


Bila terjadi kecelakaan dan atau keadaan darurat yang diakibatkan Bahan
Berbahaya dan beracun, maka setipa orang yang melakukan kegiatan pengolahan B3
wajib:
1. Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan.
2. Menginformasikan tentang adanya kecelakaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
kepada petugas tanggap darurat dengan mengaktifkan sistim tanggap darurat.
3. Menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap penanggulangan kecelakaan
dan melakukan evakuasi bila diperlukan.
4. Melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat Pemerintah kota
setempat.

H. Ancaman Bahan Berbaya dan Beracun


Adanya B3 di Rumah Sakit dapat menimbulkan bahaya bagi para penderita
maupun para pekerjanya, baik bagi para dokter, perawat, teknisi dan semua yang
berkaitan dengan pengelolaan rumah sakit maupun perawatan penderita. Walaupun orang
menyadari arti bahan-bahan beracun dan bahayanya, kecelakaan bahan-bahan kimia (B3)
terjadi semata-mata karena kurang hatihati dan kurang peduli terhadap bahan-bahan (B3)
tersebut. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan keracunan kronik akibat tumpahan-
tumpahan, kebocoran tempat penyimpanan dan ventilasi yang kurang baik. Bahan kimia
yang mempunyai risiko mengakibatkan gangguan kesehatan antara lain adalah gas zat-zat
anestetik (halothan, nitrous oxide, ethyl ether), formaldehid, etilen oksida, mercuri.
Karakteristik bahan kimia, risiko bahaya yang ditimbulkan, cara pengendaliannya serta
ambang batas yang diperkenankan dapat dilihat pada uraian berikut :
1. Gas Anestesi
a. Halotan
1) Nama lain/sinonim: Alotano, Halothanum, Phthorothanum 2-Bromo-2-
Chloro-1, 1, 1Trifluroethane.
2) Nama Dagang: Fluopan, Fluthane, Halovis, Rhodialotan, Somothane.
3) Pengantar
Halotan adalah zat anastetika yang diberikan melalui inhalasi mempunyai
nilai konsentrasi alveolar minimum 0,75 % (MAC=Minimum Alveolar
Concentration). Tidak mudah terbakar dan tidak mudak meledak, bila
bercampur dengan oksigen pada tekanan atmosfir normal. Tidak menimbulkan
nekrosis pada jaringan. Menekan pengeluaraan air liur, lendir, bronchial, dan
sekresi lambung serta dilatasi bronchiale. Anestesi dipertahankan dengan
konsentrasi 0,5-2 % V/V. Menggigil dapat terjadi selama penyembuhan.
Kegelisahan selama periode ini adalah indikasi terhadap analgesia post
operative.Relaxasi otot yang cukup hanya dapat dicapai dengan anestesi yang
dalam, sehingga relaxan otot diberikan untuk meningkatkan relaxasi otot.
4) Absorpsi dan ekskresi
Halotan diabsorpsi pada inhalasi. Mempunyai kelarutan dalam darah,
relatif rendah dan tekanan arterial sangat lambat mencapai tekanan alviola.
Halotan mencapai jaringan vaskuler dalam konsentrasi mendekati konsentrasi
di dalam darah arterial. Lebih larut dalam lemak netral jaringan adipose
daripada dalam fospolipida sel-sel otak. Koefisien partisi darah-gas rendah
sampi dengan 80% halotan yang diberikan diekskresi tanpa diubah melalui
paru, 20% dimetabolisme oleh hati. Metabolik dalam urine berupa asam
trifluoro asetat Garam bromide dan chloride berdifusi melalui plasenta.
5) Pengukuran TWA (Time Weighted Averege Exposure Limit dalam ACGI
19861987):50ppm (400 mg/m3) selama 8 jam/hari kerja atau 40 jam/minggu
kerja.
6) Efek kesehatan Halotan menekan sistim kardiovaskuler dan menurunkan
tekanan darah. Tanda-tanda over dosis adalah bradikardi dan hipotensi. Dapat
menimbulkan mual, muntah dan menggigil. Aritmia jantung dan depresi
pernapasan dapat terjadi. Halotan meningkatkan sensifitas jantung pada
aktifitas beta-adrenergik. Dapat terjadi disfungsi hati, hepatitis, dan nekrosis
lebih sering terjadi pada penggunaan berulang. Dilaporkan pula telah terjadi
hiperpireksia maligna.
a) Alergi Terjadi alergi terhadap halotan, timbul jerawat pada perawat di
bagian anastetik.
b) Efek pada ginjal - Adanya Kristal oksalat dalam urine - Postoperatif gagal
ginjal dengan peningkatan konsentrasi urea dan kreatinin darah.
c) Efek pada hati Kerusakan hati dianggap akibat efek samping halotan.

b. Nitrogen Oksida
1) Nama lain/sinonim : Azoto protossido, Dinitrogen monoxide, laughing gas,
Nitrogen monoxide, Nitrogenii monoxidum, Nitrogeni Oksidum, Nitogenium
Oksidulum, Oxide nitreux, Oxydum nitrosun, Protoxyde, Stick Oxidule
2) Rumus Kimia : N2O
3) Nama Dagang : Entonox
4) Pengantar
Nitrogen oksida merupakan gas yang lebih berat dari udara, tak berwarna
atau hampir tak berwarna; menyokong pembakaran. Dikemas dalam silinder
logam bertekanan; seluruh silinder diberi warna biru; warna dan symbol kimia
dari gas distensile pada cat, pada bahu silinder dan di cap secara jelas pada
katup silinder. Penyimpanan, silinder entonok (50% nitrogen oksida dan 50%
oksigen) yang dikirim pada musim panas harus diletakkan pada posisi
horizontal pada 5 derajat atau lebih selama paling sedikit 24 jam sebelum
digunakan, sebagaimana gas yang tidak mengandung jumlah oksigen yang
cukup. Jika siliner telah dingin, dapat diletakkan pada posisi vertical. Nitrogen
oksi adalah anastetika yang diberikan secara inhalasi; merupakan anastetika
lemah dengan nilai konsentrasi alveolar minimum (MAC=Minimum Alveolar
Concetration) 110%; bersifat analgesik kuat, tetapi menghasilkan sedikit
relaksasi otot. Bila diberikan tanpa udara atau Nitrogen, Nitrogen oksida akan
menghasilkan anesthesia yang dalam selama 1 menit, tetapi terjadi tanda-
tanda hipoksia, karena itu dalam prakteknya prosedur ini tidak digunakan.
Induksi dapat dilakukan pada dosis 20 % oksigen dan dipertahankan sampai
dosis 50%. Biasanya digunakan sebagai penyokong anastetika lain. Nitrogen
oksida 59% dengan oksigen digunakan secara luas untuk analgesia terutama
pada pembedahan. Campuran nitrogen dengan udara, sekarang jarang
digunakan.
5) Absorpsi dan Ekskresi Nitrogen oksida segera diabsopsi pada inhalasi,
koefisien partisi darah/gas rendah dan umumnya nitrogen oksida segera
dieliminasi melalui paru, meskipun sejumlah kecil terdifusi melalui kulit.
6) Pengukuran TWA (time Weighted Average) konsentrasinya lebih besar dari
25 ppm selama pemberian anestetika.
7) Efek Kesehatan
Komplikasi utama yang menyertai penggunaan nitrogen oksida adalah
bervariasi pada derajat hipoksia. Pemberian jangka panjang Nitrogen Oksida,
menimbulkan anemia megaloblastik pada penderita dan neuropati perifer.
Adanya risiko peningkatan tekanan dan volume rongga-rongga udara akibat
difusi nitrogen oksida. Sebagai limbah gas, batas pemajanan yang dianjurkan
oleh USA untuk nitrogen oksida adalah 25 ppm. Dampak lain terhadap
kesehatan menurunkan fertilitas pekerja wanita.
a. Efek Pada Darah Dilaporkan adanya perubahan hematologi akibat
nitrogen oksida setelah pemajanan jangka panjang yang dapat
menyebabkan perubahan seperti anemia megaloblastik dan leucopenia.
Saat ini, diperkirakan bahwa nitrogen oksida mengoksidasi dan
menghilangkan aktifitas vitamin B 12 (sebagai metilkobalamin). Pada
studi prospektif pada penderita yang mengalami pembedahan by pass
jantung, kedelapan penderita yang menerima campuran nitrogen Oksida
50% dan oksigen 50%, secara terus menerus selama 24 jam mengalami
perubahan megaloblastik pada sumsum tulang dan adanya abnormalitas
deoksinuri dan (indikasi adanya abnormalitas pada melabalsi (vitamin B
12). Dari 9 penderita yang sama yang menerima campuran oksigen
Nitrogen Oksida dengan oksigen selama operasi (5-12 jam), 3 orang
mengalami eritropoesis megaloblastik sedang, dan 2 diantaranya serta 10
orang penderita lainnya, mengalami abnormalitas deoksi yuridin.
Pemberiann hidroksicobalamin sebelum dan setelah operasi, pada seorang
penderita pada kelompok pertama tidak mencegah timbulnya perubahan
megaloblastik. Hal yang sama terjadi pada penderita sakit parah yang
menerima Nitogen Oksida, selama paling tidak 2 jam, mengalami
perubahan megaloblastik. Dilaporkan pula adanya hemopoisis
megaloblastik pada seorang penderita yang menerima 50 % campuran
nitrogen oksida per oksigen pada tahap pertama selama 15 sampai 20
menit, 3 kali sehari (dalam waktu pajanan 3 jam lebih selama 24 jam).
Dan pada tahap II selama 20 menit, 2 kali sehari (dengan waktu pajanan 9
jam lebih selama 14 hari).
b. Efek Pada suhu Tubuh Anak perempuan 11 tahun, dimana ayahnya telah
meninggal akibat hiperpireksia malignan, setelah anesthesia anak tersebut
mengalami hiperpireksia malignan. Dengan pemberiaan obat-obat ;
diazepam,tiopenton,nitrogen oksid dan oksigen, suhu tubuh turun dengan
kecepatan yang sama setelah pemberiaan deksametason secara intravena.
Dosis 1-2 mg/kg diperkirakan sebagai preferensi pada prokain.
8) Pencegahan Anestesia hipoksia berbahaya dan nitrogen oksida harus selalu
diberikan dengan oksigen. Nitrogen Oksida berdifusi kedalam rongga-rongga
tubuh dan perhatian khusus harus diberikan kepada penderita berisiko
terhadap difusi dimana terjadi distensi abdominal, pneumothorax atau rongga
tubuh yang sama seperti pericardium atau peritoneum. Perhatian khusus juga
perlu diberikan kepada penderita selama atau setelah ensephalografi udara
untuk anesthesia jangka panjang dengan nitrogen oksida, untuk mencegah
difusi hipoksia dimana konsentrasi oksigen alveolar dikurangi. Sebagai
tambahan, campuran dengan bagian yang sama nitrogen oksida dengan
oksigen tidak boleh diberikan pada penderita cedera kepala, gangguan
kesedaran, kerusakan daerah pipi atau sakit dekompresi.

2. Cairan Anestesi (Ethyl Ether)


a. Nama lain : diethylether; ethoxyethane; ethyl oxide Rumus Kimia :
C2H5OC2H5
b. Pengertian Ethyl ether di dapat dari ethyl alcohol dengan cara proses asam sulfat
dan sebagai hasil sampingan dari produksi ethyl alcohol oleh hidrasi katalitik dari
ethylene. Sebagai suatu anestetik inhalasi yang pertama kali, ethyl ether masih
tetap digunakan secara intensif dengan penggunaannya saat ini.
c. Karateristik Kimia dan Fisik Ethyl ether bersifat sangat mudah terbakar dan
membentuk peroksida yang dapat meledak dengan adanya udara atau sinar
matahari. Merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau yang khas.
d. Efek Kesehatan/Gejala Pemaparan Efek fisiologis utama adalah anesthesia.
Pemaparan berulang yang melampaui 400 ppm dapat menyebabkan iritasi hidung,
nafsu makan hilang, sakit kepala, pusing, dan diikuti dengan rasa mengantuk.
Kontak berulang terhadap kulit dapat menyebabakan kulit kering dan pecah-
pecah. Gangguan mental akibat pemaparan jangka panjang yang terus menerus
mungkin terjadi disamping timbulnya kerusakan ginjal.
e. Pengukuran dan Evaluasi Peralatan sampling : gas sampler Perlatan analisis :
gas chromatograph Standar OSHA : 400 ppm atau 1.200 mg/m3 TWA STEL
ACGIH : 500 ppm atau 1.500 mg/m3
f. Pengendalian
1) Secara Legislatif Peraturan pelaksanaan dan pedoman penggunaan ether di
rumah sakit terutama di ruang operasi dan ruang pemulihan dan keharusan
menggunakan alat pelindung perorangan (masker)
2) Secara Administratif Pengaturan dan pembagian tugas yang sesuai dengan
kondisi kerja. Pekerja harus dalam kondisi sehat dan normal untuk
mengurangi efek risiko pemaparan.
3) Monitor konsentrasi gas diudara Dengan melakukan sampling secara berkala,
sistim ventilasi yang baik, ubsitusi bahan penggunaan alat pelindung
perorangan (masker), dan pergunakan teknik kebocoran rendah (low leak
technigue)
4) Dengan Pemeriksaan kesehatan Pemeriksaan berkala atau pemeriksaan khusus
bagi yang terjadi efek kesehatan
5) Dengan Penyuluhan Kesehatan Semua petugas yang menangani atau
berhubungan dengan ethyl ether harus mempunyai MSDS (Material Safety
Data Sheet) sehingga dapat mempelajari bahaya-bahaya potensial, cara
pencegahan dan pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan.
3. Formaldehid
a. Nama lain : Formalin;Methyl Aldehyde;Methylene Oxide
b. Rumus Kimia : CH2O5
c. Nama Dagang : Lysoform; Morbicid; Paraform
d. Pengertian Formaldehide atau formalin adalah bahan kimia yang sukar diawasi
dan dipantau. Zat ini digunakan oleh rumah sakit di ruang otopsi, di laboratorium
patologi bedah dan di bagian dialysis ginjal. Hasil studi dari Eropa melaporkan
bahwa konsentrasi yang bermakna dari formaldehid ditemukan dalam incubator
yang digunakan untuk bayi premature. Sejauh ini, efek toksik dan iritan dari
formaldehid merupakan masalah utama dikalangan pekerja yang langsung
terpapar terhadap zat tersebut. Data dari berbagai laboratorium dan studi
epidemiologis menunjukkan bahwa formaldehid dapat menyebabkan kanker;
sedangkan efek kesehatan lainya terhadap manusia masih belum pasti.
e. Karakteristik Kimia dan Fisika Formaldehid murni adalah sangat larut air, gas
yang tidak berwarna dengan bau yang menusuk dan merangsang. Biasanya dijual
dalam bentuk larutan alcohol, formaldehid tetap bertahan baunya dan mampu
mengiritasi mata dan selaput lender.
f. Efek kesehatan/Gejala Pemaparan. Jalur masuk utama ke dalam tubuh manusia
ialah melalui inhalasi dan absopsi kulit. Formaldehid bersifat iritan terhadap mata
dan system saluran pernapasan atas. Kontroversi timbul tentang konsekuensi
paparan jangka panjang dalam konsentrasi yang relative rendah. EPA
menyimpulkan bahwa formaldehid mungkin dapat menimbulkan kanker (group
B-2) berdasarkan studi eksperimen dan studi epidemiologi manusia. Studi
epidemiologi menunjukkan adanya peningkatan insiden dari tumor otak,
leukemia, dan cirrhosis hati dikalangan para pekerja professional. Studi
laboratorium menunjukkan bahwa formaldehid dapat menyebabkan kanker
hidung(nasal cancer) pada tikus dan tampak menyebabkan mutasi pada bacteria,
yeast, lalat buah (Drosophila), mamalia dan sel manusia. Tidak ada bukti yang
jelas tentang efeknya terhadap system reproduksi. Paparan akut terhadap
formaldehid dapat menyebabkan terhadap keracunan dan mematikan pada
konsentrasi diatas 100 ppm. Gejala-gejala keracunan seperti sakit perut, gelisah,
iritasi hidung dan tenggorokan, depresi susunan saraf pusat, koma, kejang, diare,
sakit kepala, mual, muntah, dan berbagai gangguan saluran pernapasan seperti
bronchitis, pneumonia, atau edema paru. Paparan pada konsentrasi rendah dapat
menyebabkan dermatitis, batuk-batuk dan penurunan kapasitas paru. Gejala klasik
dari pemaparan terhadap formaldehid konsentrasi rendah antara lain hidung
berair, tenggorokan parau, sulit tidur, sakit kepala, kelelahan, kesulitan bernapas,
iritasi sinus, sakit dada, mual dan bronchitis. Gejala-gejala dapat timbul pada
konsentrasi sampai serendah 0,05 ppm, konsentrasi yang diusulkan untuk standar
kualitas udara dalam ruang (indoor air quality standard). Pada konsentrasi kurang
dari 1,0 ppm, formalin sudah dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, hidung
dan paru. Sebagai respon imunologik akan timbul asthma dan dermatitis.
Serangan asthma biasanya timbul kemudian dan mencapai puncaknya setelah
pekerja pulang ke rumah, yang dapat diartikan sebagai tidak ada hubungannya
dengan pekerja (nonoccupational cause). Asthma mungkin dapat terjadi selama
beberapa minggu setelah pemaparan dan sanitasi terhadap konsentrasi yang
sangat rendah dapat berlangsung bertahun-tahun. Percobaan dengan
menggunakan hewan sebagai model menunjukkan formalin dapat mengakibatkan
mutasi dan kanker (mutagenic and carcinogenic agent), menyebabkan perhatian
terhadap paparan kronik terhadap konsentrasi yang sangat rendah pada manusia.
Walaupun studi epidemiologi tetap berlangsung, namun belum ada kajian yang
pasti mengenai risiko terhadap manusia.
g. Pengendalian
1) Secara Legislatif Peraturan pelaksana dan pedoman penggunaan formalon di
rumah sakit terutama di ruang otopsi, di laboratorium patologi anatomi dan
bagian dialysis ginjal Keharusan penggunaan alat pelindung perorangan
(masker), sarung tangan, kaca mata pelindung).
2) Secara Administrasi Pengaturan dan pembagian tugas yang sesuai dengan
kondisi pekerja. Pekerja harus dalam kondisi sehat dan normal untuk
mengurangi efek risiko pemaparan.
3) Secara teknis Penataan ruang dan peralatan agar bisa menekan terjadinya
pemaparan. Penurunan risiko terhadap bahaya pekerjaan dapat dilakukan
dengan melakukan sampling udara secara periodic, penggunaan “fume hood”.
Dalam kegiatan tertentu sistem ventilasi yang baik, subsitusi bahan dan
penggunaan alat pelindung perorangan (masker, kacamata pelindung, sarung
tangan). Untuk keadaan darurat perlu disediakan “full-face respirator” bila
terjadi tumpahan formalin yang dapat menyebabkan pemaparan dalam
konsentrasi sangat tinggi.
4) Dengan Pemeriksaan Kesehatan Pemeriksaan berkala atau pemeriksaan
khusus bagi yang terjadi efek kesehatan
5) Dengan penyuluhan Kesehatan Semua petugas yang menangani atau
berhubungan dengan formalin harus mempunyai MSDS (Material Safety Data
Sheet) sehingga dapat mempelajari bahaya-bahaya potensial, cara pencegahan
dan pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan
4. Merkuri
a. Nama lain : Quicksilver
b. Rumus Kimia : Hg
c. Pengertian Merkuri, logam cair berwarna putih-perak yang digunakan dalam
thermometer, adalah suatu neurotoksin yang paten, yang sapat menyebabakan
kerusakan otak yang berat pada janin yang sedang berkembang dan tremor ringan
serta gangguan keseimbangan emosi pada orang dewasa yang terpapar.
Pemaparan terhadap merkuri dapat terjadi di bagian atau laboratorium histology
karena terjadinya tumpahan zat warana yang mengandung Hg, klinik gigi,
peralatan biomedis, dan di “central supply”. Perhatian khusus ditujukan petugas
wanita dalam usia reproduktif yang bekerja sebagai dokter gigi atau perawat gigi
yang mungkin terpapar terhadap uap merkuri pada saat menyiapkan tambalan gigi
yang mengandung amalgam logam merkuri.
d. Karakteristik kimia dan Fisik Suatu elemen logam alamiah dan tergolong sebagai
logam berat. Merupakan satu-satunya metal dalam bentuk cair pada suhu ruang.
Mercuri cair sangat mudah menguap dan akan dapat memenuhi ruangan dalam
konsentrasi yang relative tinggi bila terjadi suatu kecelakaan (misalnya botol
mercuri pecah dan tumpah dibagian laboratorium atau klinik gigi). Uap merkuri
lebih berbahaya dibandingkan dengan bentuk cair karena dapat terhirup dan
dengan mudah masuk aliran darah. Selain mercuri (uap dan Larutan), senyawa
mercuri dapat pula berbahaya. Senyawa inorganic tidak terlalu toksik, namun
dengan mudah dapat diubah oleh bakteri ke dalam bentuk organic yang jauh lebih
berbahaya, diantaranya yang paling dikenal adalah metilmerkuri.
e. Gejala pemaparan/Efek Kesehatan Efek toksik merkuri tergantung bentuk
kimianya. Uap merkuri yang terhirup terutama menyebabkan kerusakan pada
system saraf.
1) Paparan ringan :
a) Kehilangan daya ingat
b) Tremor
c) Ketidak stabilan emosi (gelisah,mudah marah)
d) Insomnia
e) Nafsu makan hilang/berkurang.
2) Paparan sedang :
a) Gangguan mental dan motoric
b) Kerusakan ginjal
c) Abortus spontan dan komlikasi kehamilan lainnya
3) Paparan berat :
a) Gangguan mental berat
f. Pengendalian
1) Secara legislatif Peraturan dan pedoman untuk penggunaan bahan/senyawa
yang mengandung merkuri dan keharusan penggunaan alat pelindung
perorangan.
2) Secara administratif Pengaturan dan pembagian tugas yang sesuai dengan
kondisi pekerja.
3) Secara Teknis Penataan ruang dan peralatan agar bisa menekan terjadinya
pemaparan. Penurunan risiko terhadap bahaya pekerjaan dapat dilakukan
dengan melakukan sampling udara secara berkala, system ventilasi yang baik,
subsitusi bahan bila memungkinkan, penggunaan alat pelindung perorangan
(masker, sarung tangan), dan melakukan perubahan jadwal pekerjaan.
4) Dengan Pemeriksaan Kesehatan Pemeriksaan kesehatan berkala atau
pemeriksaan khusus bagi yang terjadi efek kesehatan.
5) Dengan Penyuluhan kesehatan Semua petugas yang menangani atau
berhubungan dengan merkuri dan bahanbahan yang mengandung merkuri
harus mempunyai MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk dipelajari
sebagai bahaya potensial, cara penanggulangannya serta tindakan yang harus
dilakukan dalam keadaan darurat (misalnya kecelakaan tumpahan merkuri).
Pekerja yang bekerja dengan merkuri harus berhati-hati terhadap semua
persyaratan dan peraturan serta harus segera membersihkan tumpahan
merkuri. Pekerja wanita yang sedang hamil harus menghindari lingkungan
kerja dimana merkuri digunakan
5. Ethylene Oxide
a. Nama lain : Dimethylene oxide; 1,2 epoxy ethane; oxirane; EtO
b. Pengertian Ethylene oksida adalah zat kimia penting yang digunakan sebagai
fumigant dan zat untuk strerilisasi peralatan medik dan gigi. Ethylene oksida juga
dapat diemisikan selama pembakaran bahan organic dan dari proses biologic
alamiah. Ethylene oksida digunakan untuk mensterilisasikan instrument yang
tidak tahan atau akan rusak bila disterilisasi dengan system pemanasan.
c. Karakteristik kimia dan fisik.
1) Merupakan gas yang tidak berwarna dan mudah terbakar pada temperature
ruang
2) Baunya seperti ether
3) Paparan terhadap gas tersebut akan meninggalkan rasa yang aneh di mulut
4) Mudah larut dalam air dan berbagai solvent organic
d. Pengendalian
1) Secara legislatif Orang-orang yang bekerja di rumah sakit dan fasilitas
perawatan lainnya yang menggunakan ethylene oksida untuk sterilisasi
peralatan harus mencoba menghindari area dimana sterilisasi rutin digunakan.
Operator dari alat tersebut harus selalu mematuhi peraturan dan prosedur
pemakaian dan pelaksanaan sterilisasi, serta penggunaan alat pelindung
perorangan.
2) Secara administratif Pengaturan dan pembagian tugas yang sesuai dengan
kondisi pekerja. Kondisi pekerja harus sehat dan normal untuk mengurangi
risiko efek pemaparan.
3) Secara teknis Penataan ruang dan peralatan agar bisa menekan terjadinya
pemaparan. Sistim ventilasi udara harus dapat menjamin pertukaran udara
yang sehat sehingga dapat mengurangi dan/atau menghilangkan pemaparan.
4) Dengan pemeriksaan kesehatan Pemeriksaan berkala atau pemeriksaan
khusus bagi yang terjadi efek kesehat.
5) Dengan penyuluhan kesehatan Perawat wanita yang hamil harus selalu hati-
hati untuk menghindari area dimana ethylene oksida digunakan. Semua
petugas yang berhubungan dengan atau menangani ethylene oksida harus
mempunyai Material Safety Data sheet (MSDS) untuk mempelajari lebih
lanjut tentang bahaya-bahaya potensial dan cara-cara pencegahan yang ada.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk kedalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Bahan beracun dan berbahaya di klasifikasikan menjadi beberapa golongan yatu, Mudah
meledak (explosive), Pengoxidasi (oxidizing), Sangat mudah sekali menyala (extremely
flammable), Sangat mudah menyala (highly flammable), Mudah menyala (flammable),
Amat sangat beracun (extremely toxics), Sangat beracun (highly toxics), Beracun
(moderately toxics), Berbahaya (harmful), Korosif (corrosive), Bersifat iritasi (irritant),
Bebahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), Karsinogenik (carcinogenic),
Teratogenik (teratogenic), Mutagenik (mutagenic)
DAFTAR PUSTAKA

Djaeni Sediaoetama, Ahmad. 2004.Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi jilid 2. Jakarta :
DianRakyat.
Gintings, Perdana. 1992.Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri, Cetakan pertama,
CV Muliasari, Jakarta.
Suma’mur, P.K.1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV Haji Masagung,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai