Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BATUAN SEDIMEN
Bagaimana proses terjadinya siklus batuan? Secara umum penjelasan siklus batuan berawal dari
magma yang mengkristal menjadi batuan beku, lalu mengalami pelapukan dan erosi menjadi
sedimen, yang terus mengendap menjadi batuan sedimen, kemudian terkena tekanan dan panas
bumi menjadi batuan metamorf, yang akhirnya meleleh menjadi magma lagi.
Berikut akan dijelaskan siklus batuan di tiap langkah-langkah proses dari awal sampai akhir
beserta pembahasan lengkap dan detail.
Proses pertama proses terjadinya siklus batuan terjadi saat magma mengkristal. Magma
merupakan sumber utama batuan yang ada di permukaan bumi. Setelah itu magma akan
membeku dan mengkristal di gunung berapi saat mengalami erupsi.
Magma yang keluar saat erupsi dan sampai ke permukaan bumi dikenal dengan sebutan
magma ekstrusif. Magma yang keluar akan membeku dan kemudian akan berubah menjadi
batuan beku. Jenis-jenis batuan beku pun banyak ditemui di sekitar gunung berapi.
Setelah kristalisasi magma, proses kedua dalam siklus batu-batuan adalah pelapukan batuan.
Proses ini terjadi saat batuan beku mengalami pelapukan karena pengaruh berbagai hal
seiring berjalannya waktu. Perubahan cuaca menjadi faktor utama pelapukan batuan beku.
Batuan beku yang berada di permukaan bumi mengalami pelapukan lebih cepat karena
sering terkena hujan, angin dan panas matahari. Sementara batuan beku yang tidak ada di
permukaan bumi juga akan melapuk, meski jangka waktunya lebih lama.
Proses siklus batuan berikutnya adalah erosi. Pengertian erosi adalah proses pengikisan
padatan yang merupakan akibat dari interaksi air, udara dan hujan serta es. Pada siklus
batuan, erosi terjadi setelah batuan mengalam proses pelapukan. Proses erosi dibantu oleh
air yang akan menyingkirkan material hasil pelapukan ke wilayah lain.
Berikutnya akan terjadi proses pengendapan pada batuan. Material yang terangkut air hasil
pelapukan dan erosi akan berkumpul pada satu tempat secara terus menerus. Akhirnya
material tersebut akan mengendap hingga menimbulkan tumpukan material dalam satu titik.
Endapan dari hasil pelapukan batuan beku itu akan mengeras dan terus menumpuk. Lama
kelamaan endapan batuan tersebut akan membentuk batuan sedimen atau batuan endapan.
Ketika ada air atau molekul lain yang masuk, butir batuan sedimen akan semakin terikat
lebih erat satu dengan yang lain.
4. Batuan Sedimen Menerima Tekanan dan Panas Bumi Menjadi Batuan Metamorf
Batuan sedimen awalnya akan berada di bawah permukaan bumi, namun lama kelamaan
akan mengalami proses pengangkatan lalu akan terkubur dan bergerak semakin dalam. Hal
ini membuat batuan tersebut menerima tekanan dan energi panas bumi yang meningkat.
Batuan sedimen kemudian akan berubah menjadi batuan jenis lain yaitu metamorf karena
pengaruh tekanan dan suhu tinggi tersebut. Sementara itu sebagian dari batuan sedimen juga
bisa melapuk karena waktu. Hasil pelapukannya mengendap dan mengeras. Yang
menghasilkan batuan sedimen jenis baru.
Proses terakhir pada siklus batuan adalah kembali ke magma. Batuan metamorf atau
malihan juga mengalami pelapukan dan kembali berubah menjadi batuan sedimen. Struktur
yang berbeda juga membuat batuan metamorf akan meleleh dan kembali menjadi magma.
Magma yang membeku lalu mengalami pelapukan diikuti dengan erosi dan pengendapan
hingga terbentuknya sedimen dan metamorf. Proses siklus batuan ini akan terus berulang,
dari awalnya adalah magma hingga kemudian kembali berubah menjadi magma lagi.
3.
Sumber: geology.com
Batu Pasir
Batu lempung, batu yang terangkai oleh mineral silikat dari hasil peleburan ataupun
pelapukan batuan silika.
Sumber: geology.com
Batu Lempung
Batu serpih, batuan sedimen yang berbutir halus yang terbentuk dari kompaksi lumpur,
mempunyai ciri khas yaitu berlaminasi.
Sumber: geology.com
Batu Serpih
Breksi, batuan sedimen klastik yang mempunyai fragmen besar bersudut, ruang antar fragmen
diisi oleh matriks yang berukuran kecil atau semen yang saling mengikat.
Sumber: geology.com
Breksi
Konglomerat, batuan yang mempunyai fragmen besar membundar.
Sumber: geology.com
Konglomerat
Sumber: geology.com
Batu Gamping
Ukuran butiran sebagian besar merupakan fungsi dari jarak partikel diangkut. Secara umum,
semakin besar jarak yang ditempuh, semakin kecil dan semakin bulat partikel sedimennya. Ini
menghaluskan fragmen batuan selama transportasi disebut pembulatan.
Potongan sedimen bersudut besar dan kasar akan diendapkan di dekat daerah sumber; butiran pasir
bundar akan diangkut dalam jarak yang cukup sebelum diendapkan; lumpur, lumpur, dan tanah liat
telah terbawa lebih jauh. Proses ini disebut penyortiran.
1. Batuan sedimen berbutir kasar.
Breksi sedimen mengandung banyak serpihan kerikil sudut kasar yang disimpan di
dekat area sumber. Suatu konglomerat terbentuk dari potongan kerikil berbutir kasar.
Batu pasir adalah batu berbutir sedang yang mengandung partikel batu (kebanyakan
kuarsa) seukuran pasir. Butir dalam batu pasir kuarsa setidaknya 90 persen kuarsa.
Graywacke adalah jenis batu pasir "kotor" yang terdiri dari lebih dari 15 persen ukuran
lanau atau tanah liat (berbutir halus) yang memberikan tampilan yang lebih gelap atau
berbintik-bintik. Jika batu pasir berbutir kasar terdiri dari lebih dari 25 persen butiran
feldspar itu disebut arkose.
2. Batuan sedimen berbutir halus
Batuan sedimen klastik berbutir halus disebut serpih, batulanau, dan batulumpur.
Shale adalah batu halus, berlapis tipis yang terbuat dari butiran halus dan partikel tanah
liat. Shale dianggap sebagai batuan fisil karena terbelah sangat alami di sepanjang
lapisannya. Sebuah batulanau sebagian besar mengandung butiran lanau dan terlihat
sangat mirip dengan serpih tetapi tidak terlalu fisil. Mudstone, batu klastik berbutir
terbaik, tidak berlapis dengan baik, dan mengandung lebih banyak tanah liat daripada
serpih atau batulanau. Sebagian besar serpih, batulanau, dan batupasir berwarna
cokelat, coklat, abu-abu, atau hitam.
2. Lanau (4 μm – 63 μm)
Bolders/Bongkah (>256mm),
Cobble/Berangkal (64-256mm),
Pebble/Kerakal (4-64mm), dan
Grit/Granule/Butiran (2-4mm).
2. Sand, Pasir
Jenis pelapukan:
Kimia = Butiran halus
Mekanis = Butiran kasar
Macam transportasi
Waktu/jarak transportasi
7. BATUAN SEDEMEN KLASTIK DIBAGI ATAS FRAGMEN, MATRIKS DAN
SEMEN
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar, yang berupa pecahan
batuan, mineral, cangkang fosil, ataupun zat organik. Fragmen Berasal dari pelapukan batuan
yang sebelumnya telah ada. Fragmen batuan berukuran pasir hanya ditemukan pada batuan
berbutir halus hinggai sedang karena kristal mineral dan butir batuan kasar memiliki ukuran
pasir yang kasar. Batuan beku seperti basal dan ryolit mudah terubah secara kimia di
permukaan bumi dan hanya umum ditemukan dalam pasir yang terbentuk dekat dengan
sumber material vulkanik. Batupasir yang berkomposisi seperti ini jarang dalam rekaman
stratigrafi, tapi butir tipe batuan vulkanik umum dalam sedimen yang diendapkan dalam
cekungan yang berhubungan dengan busur vulkanik. Fragmen sekis dan berbutir halus dari
batuan metamorf dapat dikenali di bawah mikroskop dengan kelurusan kemas yang kuat yang
dimiliki litologi ini. Mika jelas menunjukkan kemas ini, tapi kristal kuarsa dalam batuan
metamorf juga menampilkan kelurusan yang kuat. Butiran pasir dapat reworked oleh proses
ini dan butir-butir individu ini dapat mengalami sejumlah siklus erosi dan pengendapan
kembali. Litologi batulumpur mungkin hancur menjadi butiran berukuran pasir, meskipun
ketahanannya terhadap pelapukan selanjutnya selama transportasi bergantung sekali pada
derajat kekerasan batulumpur. Salah satu litologi paling umum yang terlihat sebagai butir
pasir adalah rijang. Fragmen yang membentuk batuan sedimen disebut klastik. Rentang
ukurannya dari lanau, pasir, sampai kerikil (butiran, kerakal, berangkal, dan bongkah). Klastik
dan matriks berbeda, matriks adalah material berbutir halus yang ada di antara klastik. Tidak
ada ukuran yang pasti untuk matriks: matriks batupasir dapat berupa material berukuran
lanau dan lempung, matriks konglomerat berupa pasir, lanau, atau lempung.
2. Matriks
Matriks adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terletak diantaranya
sebagai massa dasar dan mengisi sela- sela diantara fragmen, serta diendapkan bersama
fragmen. Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral atau fosil. Matriks yaitu butir-butir
halus dari karbonat yang mengisi rongga-rongga dan terbentuk pada waktu sedimentasi.
Matriks ini dapat dihasilkan dari pengendapan langsung sebagai jarum aragonit secara
kimiawi/biokimiawi, yang kemudian berubah menjadi kalsit. Juga terbentuk sebagai hasil
abrasi, yaitu batugamping yang telah dibentuk, misalnya koral dierosi dan abrasi kembali oleh
pukulan-pukulan gelombang.
Lumpur gamping penting untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Butiran batu gamping
terbentuk secara lokal, maka adanya matriks di antara butiran adalah indikator bagi
lingkungan pengendapan air tenang.
3. Semen
Semen adalah material pengisi serta rongga pengikat antar butir sedimen, dapat
berbentuk amorf atau kristalin. Semen, material halus yang berperan sebagai pengikat. Semen
diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silika, kalsit, sulfat, atau
oksida besi. Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi
rongga pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika,
oksida besi ataupun sulfat. Bahan semen yang lazim adalah :
Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data struktur sedimen di
antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, arah aliran arus purba, kedalaman air relatif,
dan kecepatan arus relatif. Selain itu beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk
menentukan atas dan bawah suatu lapisan.
Didalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau tumbuhan, yang karena
tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis tidak rusak dan turut menjadi bagian dari
batuan sedimen atau membentuk lapisan batuan sedimen. Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang
terawetkan ini dinamakan fossil. Jadi fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan zaman lampau.
Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan, seperti cangkang kerang, tulang atau gigi maupun
jejak ataupun cetakan.
Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi geografi purba dimana
pengendapan terjadi.
Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan biologi pada
tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss, 1963) Jadi, lingkungan
pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya material sedimen yang
dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen
yang dihasilkannya.
Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi, dan laut. Beberapa
contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan danau, ditransport oleh air, juga
dikenal dengan endapan gurun dan glestsyer yang diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian.
Endapan transisi merupakan endapan yang terdapat di daerah antara darat dan laut seperti
delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut adalah endapan-endapan neritik,
batial, dan abisal.
Contoh Lingkungan Pengendapan Pantai : Proses Fisik : ombak dan akifitas gelombang laut,
Proses Kimia : pelarutan dan pengendapan dan Proses Biologi : Burrowing. Ketiga proses tersebut
berasosiasi dan membentuk karakteristik pasir pantai, sebagai material sedimen yang meliputi
geometri, tekstur sedimen, struktur dan mineralogy.