Anda di halaman 1dari 13

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

05.21 |
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah peradangan akut lapisan lambung dan usus
ditandai dengan anoreksia, rasa mual, nyeri abdomen, dan diare.
(Kamus Besar Dorland Hartanto, 2002)
Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang memberikan
gejala diare atau tanpa disertai muntah (muntah berak). (Kapita Selekta
Kedokteran Edisi 2)
Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membrane mukosa
lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah dan diare yang
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi
dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Cecilya L. Bets,
2002)
Gastroentritis adalah suatu keadaan dimana tinja menjadi lunak
hingga cair dan terjadi berulang-ulang (lebih dari 3x dalam sehari).
(Nagiga dan Dr. Ni Wayan Arty, 2009)
Gastroenteritis adalah kaadan ketika seorang individu mengalami
atau beresiko mengalami defekasi sering dengan feses cair atau feses
tidak berbentuk. (Carpenito, 2007)
Diare yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/ tanpa
darah dan/ atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi
secara mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh hari pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat. (Mansjoer, 2000)
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan
peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir
darah, seperti lebih dari 3 kali/ hari dan pda neonatus lebih dari 4 kali/
hari. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008)
Diare adalah buang air besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat),kandungan air tinja lebih bnyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.Definisi lain memakai
criteria frekuensi,yaitu buang air encer lebih dari 3 kali per hari. Buang
air besar tersebut dapat/tanpa disretai lender dan darah. (Sudoyo,2007)

B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter,
Yersina, Aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Factor psikologis
Rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi
Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis
adalah dehidrasi yang disebabkan karena makanan terkontaminasi
dengan mikroorganisme dan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan
sehingga menyebabkan iritasi pada mukosa lambung sehingga
makanan tidak dapat diabsorbsi dan keluar melalui kolon yang
berbentuk cair.
Yang kedua karena gangguan keseimbangan asam-basa, hal ini
terjadi karena :
1. kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
2. adanya ketosis kelaparan
3. terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
4. produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal
5. pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intra
seluler.
Hipoglikemia adalah kekurangan glikogen dalam tubuh yang
disebabkan oleh kerusakan sel-sel dan penurunan konsentrasi glukosa
serum, insulin, dan hormon pertumbuhan. Gejalanya antara lain : lemas,
apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, dan kejang
sampailama.
Gangguan gizi disebabkan karena :
a. makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah berat
b. walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan
susu encer diberikan terlalu lama
c. makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena hiperperistaltik
Gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovilemik akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidisis bertambah berat dan
mengakibatkan perdarahan dalam otak.
Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam tubuh
manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar, tertelan lalu
masuk kedalam lambung yang akan dinetralisir oleh asam lambung.
Mikroorganisme akan mati atau bila jumlahnya banyak maka akan ada
yang lolos sampai usus duabelas jari (duodenum) dan akan
berkembangbiak di usus halus bakteri memproduksi enzim mucinosa
yang akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri memproduksi enzim
mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel. Di dalam
membrane bakteri mengeluarkan sehingga penyerapan
makanan/ air terganggu terjadilah hipersekresi sehingga terjadilah diare.
Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak
dapat diserap oleh lambung yang terdapat keseimbangan mikrofora
melalui prses fermentasi, mikroflora usus metabolisme berbagai macam
substrat terutama komponen dari diet dengan hasi akhir asam lemak
dan gas sehingga tekanan osmotik dari rongga usus meningkat dan
terjadi perpindahan cairan dari rongga usus yang berakibat mobilitas
usus meningkat sehingga menimbulkan diare.
Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran
hormon adrenalin meningkat dan akan mempengaruhi kerja saraf
parasimpatik sehingga terjadi hiperperistaltik yang akhirnya timbul diare.
(Ngastiyah, 2006 ; Mansjoer, 2000)

D . MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal :
1. Anak menjadi cengeng
2. Gelisah
3. Suhu badan meningkat
4. Nafsu makan menurun atau tidak ada
5. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
6. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu

Gejala lain :
1. Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
2. Gejala dehidrasi
3. Berat badan menurun
4. Ubun-ubun cekung (pada bayi)
5. Tonus dan turgor kulit berkurang
6. Selaput lendir dan bibir kering

Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :


1. Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali per menit,
pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung,
turgor dan tonus biasa, mulut kering.
2. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat,
ubun-ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak
berkurang, mulut kering.
3. Dehidrasi berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per menit,
pernafasan kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus
kurang sekali, mulut ering dan sianosis. (Mansjoer, 2000)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik harus
dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti.
1) Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna
tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain.
2) Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing, parasit,
dan bakteri.
b. Pemeriksaan darah
1) Homogram lengkap, meliputi : Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit
untuk membantu menemukan derajat dehidrasi dan infeksi.
2) Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa.
3) Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg.
c. Pemeriksaan urine
Ditetapkan volme, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.
2. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin
pada setiap penderia diare. Lebih-lebih lagi setelaah ditemukan ‘colon
fibrescope’ maka akan mempermudah dalam pembuatan diagnosa.
3. Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis
ulseratif dan regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu
dilakukan pemeriksaan radiology.

F. KOMPLIKASI
1. Cardiac Dysritmia
2. Asidosis metabolic
3. Dehidrasi
4. Hipotensi
5. Kematian
6. Kontraksi ventrikel premature. (Sylvia A. Price, 2005).

G. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Data Fokus (Doengoes, 2000)
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak
tidur semalam karena diare, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan
aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek proses penyakit
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi, dan nyeri), kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K),
TD : hipotensi, termasuk postural, kulit/ membran mukosa (turgor buruk,
kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi/ malnutrisi)
c. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/ tak ada
harapan, stress
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
d. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bevariasi dari bentuk lunak sampai bau atau
berair, episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, perdarahan per
rectal, riwayat batu ginjal (dehidrasi).
Tanda : Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik atau adanya
peristaltik yang dapat dilihat, oliguria
e. Makanan/ Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/ muntah, penurunan berat badan, tidak toleran
terhadap diet/ sensitif (buah, sayur, susu, dll)
Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan, tonus otot
dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga
mulut.
f. Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis
kekurangan vitamin, bau badan.
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan
defekasi).
Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.\
h. Keamanan
Gejala : Lesi kulit (nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak).
Tanda : Riwayat lupus eritematosus, anemia metabolik, vaskulitis,
peningkatan suhu 39,6-40, alergi terhadap makanan/ produk
susu(mengeluarkan histamin kedalam usus dan mempunyai efek
inflamasi).
i. Seksualitas
Gejala : Frekuensi menurun/ menghindari aktivitas seksual.
j. Interaksi social
Gejala : Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi,
ketidakmampuan aktif dalam sosial.
k. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus, pertimbangan:
DRG menunjukan rerata lama dirawat : 7,1 hari, rencana pemulangan:
bantuan dengan program diet, obat dan dukungan psikologis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, atau malabsorbsi usus
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan banyak cairan (diare berat dan muntah).
c. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrient.
e. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis
(proses inflamasi).
f. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit,
akskoreasi fisura oerirektal.
g. Koping indivudu tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit yang
tidak diduga.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat informasi
atau tidak mengenal sumber. (Brunner dan Suddarth, 2000)

3. Intervensi Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, atau malabsorbsi usus.
Tujuan: Melaporkan penurunan frekuensi defekasi,konsistensi kembali
normal.
Intervensi Rasional

1. Kaji faktor penyebab diare 1. untuk mengetahui penyebab dari diare

2. Membantu membedakan penyakit


2. Observasi dan catat frekwensi individu dan mengkaji beratnya.
devekasi, karakteristi, jumlah
dan factor pencetus
3. Istirahat menurunkan mobilitas usus
3. Tingkatkan tirah baring juga laju metabolisme bila infeksi atau
perdarahan sebagai komplikasi

4. Menghindarkan iritan, meningkatkan


4. Identifikasi makanan dan cairan istirahat usus.
yang menyebabkan diare
5. Menggantikan elektrolit sementara
5. Berikan larutan oralit atau LGG
6. Menurunkan mortilitas / peristaltic GI
6. Kolaborasi pemberian obat dan menurunkan sekresi digesti untuk
antikolinergi menghilangkan kram dan diare

7. untuk membunuh kuman dan


7. Kolaborasi pemberian mencegah infeksi.
terapi antibiotik

b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


banyak cairan (diare berat dan muntah)
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat.
Intervensi Rasional

1. Awasi masukan dan haluan, karakter


1. Memberikan informasi tentang
dan jumlah feses Keseimbangan cairan

2. Kaji tanda vital 2. Hipotensi (termasuk postoral),


takikardia demam dapat menunjukkan
terhadap Efek / kehilangan cairan

3. Observasi kulit kering berlebihan dan


3. Menunjukkan kehilangan cairan
membrane mukosa, penurunan berlebih atau dehidrasi.
turgor Kulit, pengisapan kapiler
lambat.

4. Berikan cairan parenteral sesuai


4. Mempertahankan istirahat usus akan
indikasi memerlukan penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangan /anemia

5. Berikan obat sesuai indikasi


5. Menurunkan kehilangan cairan dari
antidiare usus

c. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi


Tujuan: tubuh pasien kembali normal dengan kriteria hasil :
- Tanda-tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab.
- Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan.
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan pasien yang
dapat membantu dalam diagnosis

2. Kolaborasi pemberian antipiretik 2. mengurangi demam dengan aksi


centralnya pada hipotalamus,
meskipun demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme, dan
meningkatkan autodekstruksi dari sel-
sel yang terinfeksi

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


gangguan absorbsi nutrient.
Tujuan : Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat
badan sesuai sasaran
Intervensi Rasional

1. Timbang berat badan tiap hari 1. Memberikan informasi tentang


kebutuhan diet / keefektifan terapi

2. Dorong tirah baring dan/atau


2. Menurunkan kebutuhan metabolic
pembatasan aktifitas selama fase untuk mencegah penurunan kalori dan
sakit akut. simpanan energi.

3. Anjurkan untuk menghindari


3. Menenangkan peristaltic dan
makanan yang merangsang meningkatkan energi untuk makanan.

4. Dorong pasien untuk menyatakan 4. Keragu-raguan untuk makan mungkin


Permasalahaan mulai makan diet dakibatkan oleh takut makanan akan
menyebabkan eksaserbasi gejala.

5. Pertahankan puasa sesuai indikasi 5. Istirahat usus menurunkan peristaltic


dan diare dimana menyebabkan
malabsorbsi/ kehilangan nutrient.

6. Berikan nutrisi parenteral total,


6. Program ini mengistirahatkan saluran
terapi IV sesuai indikasi. GI sementara memberikan,

e. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis


(proses inflamasi)
Tujuan : Menurunkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas
sampai tingkat yang dapat ditangani.
Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk menyatakan1. Membuat hubungan teraupetik,
perasaan, berikan umpan balik Membantu pasien / orang terdekat
dalam mengidentifikasi masalah
yang menyebabkan stress.
2. Akui bahwa ansietas dan masalah
2. Validasi bahwa perasaan normal dapat
mirip dengan yang diekspresikan membantu menurunkan stress
orang lain

3. Bantu klien belajar mekanisme 3. Belajar cara baru untuk mengatasi


koping baru misalnya tekhnik masalah dapat membantu dalam
mengatasi stress, keterampilan menurunkan stress dan ansietas.
organisasi

4. Berikan lingkungan tenang dan


4. Memindahkan klien dari stress luar,
istirahat meningkatkan relaksasi, membantu
menurunkan ansietas.

5. Rujuk pada perawat spesialis


5. Di butuhkan bantuan tambahan untuk
psikiatri, pelayanan social, meningkatkan control dan mengatasi
penasehat agama. episode akut.

f. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit,


anoreksia fisura perirektal.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang / terkontrol

Intervensi Rasional
1. Dorong klien untuk melaporkan nyeri1. Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari
pada meminta analgesic.
2. Kaji laporan kram abdomen atau
nyeri, catat lokasi, lamanya,
2. Perubahan pada karakteristik nyeri
intensitas (skala 0-10) selidiki dan dapat menunjukkan penyebaran
laporkan perubahan karakteristik penyakit/ terjadinya komplikasi,
nyeri. misalnya ;vistula kemih, perforasi,
toksik megakolon.
3. Kaji ulang factor-faktor yang
meningkatkan atau menghilangkan 3. dapat menunjukan dengan tepat
nyeri. pencetus factor-factor pemberat
(seperti kejadian stress, tidak toleran
terhadap makanan) atau
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

4. Ijinkan klien untuk memulai posisi4. Menurunkan tegangan abdomen dan


yang nyaman, misalnya ; lutut fleksi. meningkatkan rasa control.

5. Observasi / catat distensi abdomen,


peningkatan suhu, penurunan
5. Dapat menunjukkan terjadinya obtruksi
tekanan darah. usus karena inflamasi, edema, dan
jaringan parut.
6. Berikan obat sesuai indikasi
Analgesik. 6. Nyeri bervariasi dari ringan sampai
berat dan perlu penanganan untuk
memudahkan istirahat
adekuat dan penyembuhan.

g. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit yang


tidak diduga
Tujuan : Menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk
membatasi / mencegah
Intervensi Rasional
1. Kaji pemahaman klien / orang 1. Perawat mampu untuk menerima lebih
terdekat dan metode sebelumnya nyata tentang masalah saat ini.
dalam menerima proses penyakit.

2. Berikan kesempatan pada klien


2. Stressor penyakit mempengaruhi
untuk mendiskusikan bagaimana semua arah hidup dank lien mengalami
penyakit telah mempengaruhi kesulitan mengatasi perasaan lemah /
hubungan. nyeri.

3. Bantu klien mengidentifikasi


3. Penggunaan perilaku yang berhasil
keterampilan koping efektif secara sebelumnya dapat membantu klien
individu. menerima situasi / rencana saat ini
untuk masa datang

4. Masukkan klien atau orang terdekat


4. Meningkatkan klontinuitas perawatan
dalam tim pertemuan untuk dan memampukan klien atau orang
mengembangkan program individu . terdekat sebagai bagian perendanaan
dan meningkatkan kerja sama dalam
program terapi

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat informasi


atau tidak mengenal sumber.
Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit / pengobatan .
Intervensi Rasional

3. Beri penyuluhan dan penjelasan 1. Membuat pengetahuan dasar dan


tentang penyakit diare: pengertian, memberikan kesadaran kebutuhan
penyebab, cara penularan, cara belajar individu.
pencegahan, dan cara mengobati

4. Kaji ulang proses penyakit,


2. Faktor pencetus/ pemberat individu
penyebab / efek hubungan factor sehungga kebutuhan klien untuk
yang menimbulkan gejala dan waspada terhadap makanan, cairan
mengidentifikasi cara menurunkan dan factor pola hidup dapan mencetus
factor pendukung. gejala.

5. Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi,


3. Meningkatkan pemahaman dan dapat
dosisi, dan kemungkinan efek meningkatkan kerjasama dalam
samping. program kesehatan.

6. Tekankan pentingnya kebersihan 4. Menurunkan penyebaran bakteri dan


perorangan dan lingkungan: cuci resiko iritasi kulit / kerusakan infeksi
tangan, kebersihan kuku, BAB/BAK
di WC, pengelolaan sampah, dsb

DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta : EGC
Doengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC
Ma, O. John. 2004. Emergency Medicine Manual. USA : The Mc.Graw-Hill
Companies
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Masjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGC
Smeltzer C. Suzanne, Bare F. Brenda. 2001. Buku Kedokteran Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta
: EGC

Anda mungkin juga menyukai