Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadaan sosial masyarakat selalu mengalami perubahan dari waktu ke
waktu, dinamisasi kemajuan di berbagai bidang kehidupan harus dapat ditangkap
dan diperhatikan oleh lembaga pendidikan yang kemudian menjadi bahan materi
pembelajaran, sehingga bahan pelajaran secara formal dapat di tuangkan dalam
bentuk kurikulum.
Kurikulum IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan
filosofis yang jelas, landasan filosofis yang digunakan haruslah melihat kondisi
nyata yang terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah
masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan
adanya interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok. Dalam mencermati
perubahan tersebut, maka kurikulum harus memiliki landasan filosofis humanistik,
dimana Ilmu Pengetahuan Sosial menjunjung tinggi sifat-sifat dasar kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan kurikulum IPS SD ?
2. Bagaimana analisis kurikulum mata pelajaran IPS mulai dari KTSP hingga
Kurikulum 2013?
3. Apa makna dan fungsi kurikulum IPS di SD ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kurikulum IPS di SD
2. Dapat menganalisis kurikulum mata pelajaran IPS
3. Memahami makna dan fungsi kurikulum IPS di SD
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kurikulum IPS SD

Istilah kurikulum berasal dari Bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya


jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengetian
kurikuluam ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya
merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh suatu kurikulum yang
berupa rencana pembelajaran, sebagaimana seorang pelari yang telah menempuh
suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.
Beberapa tafsiran lainnya mengenai kurikulum dikemukakan sebagai berikut.

a. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran.


b. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran.
c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari
kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi menggunakan konsep-konsep ilmu
sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Materi pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar terdiri dari materi Geografi, Sejarah, Sosiologi,
dan Ekonomi. Materi IPS SD tidak nampak secara nyata, namun terata secara
terpadu dalam standar kompetensi yang dimulai sejak kelas satu sampai dengan
kelas enam. Pembelajaran IPS pada kelas 1 sampai kelas 6 dilaksanakan melalui
pendekatan pembelajaran.
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam sistem pendidikan di
Indonesia baru dikenal sejak lahirnya kurikulum tahun 1975. Sebelumnya,
pembelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat persekolahan menggunakan istilah
yang berubah-rubah sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Perkembangan
kurikulum IPS SD di Indonesia diantaranya antara lain sebagai berikut.
1. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 mengelompokkan tiga jenis pendidikan, yakni pendidikan
umum, pendidikan akademis dan pendidikan keahlian khusus. Dalam
kurikulum 1975 dikemukakan secara eksplisit istilah mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan perpaduan dari mata pelajaran
sejarah, geografi dan ekonomi. Dalam kurikulum 1975, IPS termasuk kelompok
pendidikan akademis. Namun IPS sebagai pendidikan akademis mempunyai
misi menyampaikan nilai-nilai berdasarkan filsafat pancasila dan UUD 1945.

2. Kurikulum 1984
Kurikulum IPS 1984 pada hakikatnya menyempurnakan atau memperbaiki
kelemahan-kelemahan Kurikulum 1975. Ditinjau dari segi pendekatan
(metodologi) pembelajaran, Kurikulum IPS 1975 dan 1984 menggunakan
pendekatan integrative (integrated approach) untuk IPS Sekolah Dasar (SD).

3. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994, terjadi lagi perubahan kurikulum IPS. Bahan kajian pokok
IPS SD dibedakan atas dua bagian, yaitu pengetahuan sosial yang meliputi
lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, serta pemerintahan, dan bahan kajian
sejarah mencakup perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau
hingga kini. Ada perbedaan yang cukup menonjol dalam kurikulum IPS
Sekolah Dasar 1994 dibandingkan dengan Kurikulum IPS sebelumnya, yakni
dalam metode dan penilaian. Kurikulum IPS 1994 hanya memberikan anjuran
umum bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar hendaknya para guru
menerapkan prinsip belajar aktif. Dari bunyi rambu-rambu yang terakhir ini,
menunjukkan bahwa Kurikulum IPS 1994 memberikan keleluasaan atau
kekuasaan otonom yang cukup besar.

4. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004, pemerintah kembali melakukan perubahan kurikulum yang
dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun
pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk
merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan,
dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program
pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
5. Kurikulum 2006
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006
tanggal 23 Mei 2006 ditetepakan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Sekolah Dasar, yang mempunyai karakteristik tersendiri karena kurikulum IPS
yang mulai berlaku tahun ajaran 2006 itu tidak menganut istilah pokok bahasan,
namun menggunakan istilah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal
ini jauh lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya dan jam
pelajarn relatif lebih sedikit per minggunya. Hal ini memberikan peluang yang
luas bagi guru sebagai pengembang kurikulum untuk berkreasi dalam
pengembangan kurikulum yang mengacu pada pembelajaran IPS yang PAKEM
(Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan). Kurikulum Pendidikan IPS
SD tahun 2006 hanya memberi rambu-rambu untuk kedalaman dan keluasan
materi dalam mencapai kompetensi dasar yang diharapkan.

6. Kurikulum 2013
a. Salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk SD adalah bersifat
tematik integratif. Dalam pendekatan ini, mata pelajaran IPS sebagai
materi pembahasan pada semua mata pelajaran. Prosesnya, tema-tema
yang ada pada pelajaran IPS diintegrasikan kedalam sejumlah mata
pelajaran. Pelajaran IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKN,
Bahasa Indonesia, dll.

B. Analisis Kurikulum IPS di SD


1. KTSP
Menurut BSNP (2006: 5) "Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan". Menurut Mulyasa (2006: 20-21),
"KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada
posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan
pendidikan.
Sesuai dengan definisi yang disampaikan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (2006), bahwa yang dimaksud dengan KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan,
dan silabus.
Tujuan pendidikan tertentu dalam hal ini adalah tujuan pendidikan
nasional yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum
seharusnya disusun dan dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan
agar sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, sekolah dan
peserta didik masing-masing satuan pendidikan.
Kurikulun sekolah yang disusun dan dikembangkan oleh masing-
masing satuan pendidikan inilah yang disebut dengan KTSP. KTSP merupakan
paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas
pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah.
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP.
Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh
siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum
2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan
untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa
serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD)
setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran,
seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan
(sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
(TIAR)
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk
menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan
kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Ketentuan tentang implikasi dari peraturan perundangan tersebut
adalah dikeluarkannya kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) beserta pedomannya dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan panduan
KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 ini, antara IPS dan
PKn dipisahkan kembali. Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik
ahli pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan
Kewarganegaraan Bangsa, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan
kajiannya adalah sama yaitu membentuk warga negara yang baik, maka PKn
tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara terpisah dengan IPS.

2. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang baru dicetuskan oleh Kementrian
Pendidika untuk pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum
2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill dan
pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk lebih paham dalam hal materi,
aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang
tinggi. Kurikulum 2013 ini pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang mana sudah diterapkan sejak 2006 lalu.
Tema pembaharuan dan perbaikan pada Kurikulum 2013 yaitu ingin
menciptakan manusia Indonesia yang mampu berpikir kreatif, produktif,
inovatif, proaktif, dan afektif, melalui pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan Pengintegrasian ini merupakan salah satu upaya untuk
memperbaiki peringkat Indonesia
Untuk itu, salah satu pendekatan pembelajaran yang dipandang tepat untuk
mengintegrasikan ketiga aspek di atas, ialah dengan dimensi pedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan
saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses
mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.
Pembelajaran dengan implementasi pendekatan Saintifik adalah proses
pembelajaran yang disarankan dalam Kurikulum 2013. Pendekatan Saintifik
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mampu
mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip pengetahuan melalui tahapan-
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi dengan
menggunakan pendekatan ilmiah. Hal itu akan mengajarkan kepada siswa
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja dan tidak melulu
bergantung pada informasi searah dari guru.
Selain proses pembelajaran, sistem penilaian juga dikembangkan. Sistem
penilaian pada Kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun
2013 di mana guru dan satuan pendidikan wajib mengevaluasi hasil belajar
siswa secara komprehensif, menyeluruh, komplek, dan valid. Salah satu alat
ukur yang digunakan ialah penilaian autentik.
Penilaian autentik yaitu penilaian yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas
autentik yang bermanfaat, penting dan bermakna yang selanjutnya dapat
dikatakan sebagai penilaian performa. Dalam definisi yang lain disebutkan
bahwa, penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil
dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan
kompetensi yang ada di standar kompetensi (SK) atau kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD).
Perubahan lain dalam Kurikulum 2013 terdapat pada elemen standar isi.
Kurikulum 2013 menghapus istilah Standar Kompetensi mata pelajaran, yang
sebelumnya digunakan dalam KTSP, diganti dengan istilah Kompetensi Inti.
Mata pelajaran tidak lagi disajikan secara terpisah, akan tetapi terintegrasi
dalam bentuk tema (SD dan SMP). Berdasarkan hal itu Kurikulum 2013
dikatakan sebagai integrated curriculum ialah kurikulum yang meniadakan
batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran
dalam bentuk unit atau keseluruhan.
Sehubungan dengan perubahan pendekatan pembelajaran dan penilaian di atas,
implementasi Kurikulum 2013 tidak semudah dikatakan. Penyempurnaan
kurikulum yang dibarengi dengan perubahan struktur mata pelajaran, perubahan
sistem pembelajaran, dan perubahan sistem penilaian selalu berhubungan
dengan berbagai aspek dalam sistem pendidikan. Guru, kepala sekolah, waktu,
sumber belajar, dan sarana prasarana sekolah merupakan unsur yang berkaitan
langsung dengan penerapan Kurikulum 2013.
Jika perubahan kurikulum tidak dibarengi dengan perbaikan sarana prasarana,
akses sumber belajar yang mudah dan berkualitas, dan peningkatan kompetensi
serta perubahan mindset guru, maka upaya peningkatan mutu pendidikan hanya
sia-sia belaka. Sebagaimana dijelaskan Lie (2012) bahwa keberhasilan suatu
kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan
dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, serta sarana
dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum, termasuk pembelajaran,
penilaian pembelajaran, dan persiapan pendidik dan tenaga kependidikan.
Jadi kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik yang diharapkan akan
mampu mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual
dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik dalam diri siswa. Dalam hal ini, sekolah dianggap
sebagai bagian dari masyarakat dan diyakini akan mampu memfasilitasi
pengalaman belajar terencana yang berkesan bagi siswa, sehingga siswa kelak
akan mampu menerapkan apa yang dipelajari dimasyarakat dan memanfaatkan
pengetahuan tersebut sebagai bekal di kehidupan nyata.
Karakteristik kurikulum 2013 adalah tematik integratif dan berbasis
sains. Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik
melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Kompetensi
yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap ( attitude ),
keterampilan ( skiil ), dan pengetahuan ( knowledge ).
Rancangan Kurikulum 2013 sangat jauh berbeda dengan kurikulum-
kurikulum sebelumnya. Ditinjau dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum
KTSP di SD terdapat 10 mata pelajaran namun pada rancangan Kurikulum
2013 mata pelajaran SD dikurangi menjadi 6 mata pelajaran. Pada Kurikulum
2013 IPS tidak terdaftar sebagai mata pelajaran.
IPS di SD bukan dihilangkan atau dihapus namun IPS diintegrasikan
dengan mata pelajaran yang lain seperti B. Indonesia dan Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan yang diajarkan secara terpadu sesuai dengan tema yang
dibahas, inilah yang dimaksud dengan tematik integratif.
Menteri Pendidikan memberikan tiga alternatif pengintegrasian.
Pertama, nama pelajaran IPS sama sekali tidak dimunculkan, namun muatannya
muncul di pelajaran-pelajaran lain. Kedua, IPS dimunculkan mulai kelas 4 SD
sampai 6 SD. Ketiga, IPS akan dimunculkan sebagai pelajaran tersendiri untuk
kelas 5 dan 6 SD. Intinya, yang dihapuskan adalah nama pelajarannya namun
substansi pelajaran IPS tidak ada satu pun yang dihilangkan.
Meski mata pelajaran berkurang, namun jumlah jam pelajaran justru
bertambah. Jam belajar siswa SD bertambah rata-rata empat jam per minggu.
Untuk kelas 1 SD, jam belajar bertambah dari 26 menjadi 30 jam, kelas 2 SD
dari 27 menjadi 32 jam, kelas 3 SD dari 28 menjadi 34 jam, dan kelas 4, 5, 6
SD dari 32 menjadi 36 jam.

C. Makna dan Fungsi Kurikulum IPS di SD


a. Makna Kurikulum IPS di SD
Manfaat Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum bermanfaat untuk mengarahkan proses belajar-
mengajar sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik.
Mengacu pada pengertian kurikulum, adapun beberapa manfaat kurikulum
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Kurikulum Bagi Guru
a) Kurikulum dapat digunakan sebagai pedoman untuk merancang,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran.
b) Kurikulum dapat membantu memberikan pemahaman kepada tenaga
pengajar dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.
c) Kurikulum dapat mendorong tenaga pengajar untuk lebih kreatif dalam
proses belajar-mengajar.
d) Kurikulum dapat membantu menunjang pengajaran agar lebih baik.
2. Manfaat Kurikulum Bagi Sekolah
a) Kurikulum akan mendorong sekolah untuk menyukseskan
penyelenggaraan pendidikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan).
b) Kurikulum akan membuka peluang bagi pihak sekolah untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
c) Kurikulum dapat digunakan sebagai alat dalam upaya pencapaian tujuan
program pendidikan.
3. Manfaat Kurikulum Bagi Masyarakat
 Kurikulum dapat dijadikan pedoman atau standar bagi orang tua dalam
membimbing proses belajar anaknya.
 Kurikulum memungkinkan masarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
mengembangkan dan menyempurnakan program pendidikan, yaitu melalui
kritik dan saran membangun

b. Fungsi Kurikulum IPS di SD


Disamping kurikulum memiliki peranan, juga kurikulum mengemban atau
memiliki atau mengemban berbagai fungsi. Berkaitan dengan fungsi kurikulum
sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu :
1) Fungsi Penyesuaian (The adjustive of adaftive function)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well
adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri
senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu,
siswa pun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi di lingkungannya.
2) Fungsi Pengintegrasian (The integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa
pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh
karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat
hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3) Fungsi Difereansiasi (The differentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan
individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik
maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4) Fungsi Persiapan (The propaedeutic function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke
jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat
mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya
karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
5) Fungsi Pemilihan (The selective function)
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi
diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa
berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa
yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua
fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat
fleksibel.
6) Fungsi Diagnostik (The diagnostic function)
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat
memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang
dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau
memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

Menurut M. Ansyar dan H. Nurtain (Brahim, 2015:7); membagi fungsi


kurikulum menjadi enam fungsi yaitu :
1. Fungsi preventif, agar guru terhindar dari hal yang tidak sesuai dengan apa
yang telah ditetapkan
2. Fungsi korektif yaitu berfungsi sebagai rambu-rambu yang harus
dipedomani dalam memperbaiki pelaksanaan pendidikan yang
menyimpang dari rambu-rambu yang telah digariskan sebelumnya.
3. Fungsi konstruktif yaitu memberikan arah yang benar pada pelaksanaan
pendidikan
4. Fungsi penyedia dan pengembang agar siswa dapat memperoleh sejumlah
pengalaman baru yang dapat digunakan dalam mengarungi hidup
bermasyarakat.
5. Bagi administrator, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
memberikan supervisi kepada guru dalam proses perencanaan.
6. Kurikulum juga berfungsi sebagai pedoman bagi guru untuk memperbaiki
suasana dan iklim belajar.
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian
tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-
Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum
menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses
pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional
khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya. Tujuan ini
dikategorikan sebagai tujuan umum kurikulum.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berfungsi mengembangkan kemampuan


setiap peserta didik untuk memahami fenomena sosial dan lingkungan
sekitarnya sebagai bentuk proses pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan pengenalan diri (self), kemudian
keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan/desa, kecamatan,
kota/kabupaten, propinsi, negara, negara tetangga, kemudian dunia. Murid SD
akan memulai dari egosentris dirinya kemudian belajar dan berkembang dengan
kesadaran akan ruang dan waktu yang semakin meluas, dan mencoba serta
berusaha melakukan aktivitas yang berbentuk intervensi dalam dunianya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kurikulum 2006 (KTSP) kurikulum yang paling efisien adalah kurikulum
2006 (KTSP) yang berorientasi pada sistem PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan) karena ditangan gurulah kurikulum ini dapat hidup
dan berkembang sebab pengembangan materi kurikulum akan baik apabila sesuai
dengan tingkat perkembangan nalar siswa, perbedaan perseorangan dan
kemampuan daya serap siswa, suasana pembelajaran yang kondusif, serta sarana
dan sumber belajar yang tersedia.
Untuk Kurikulum 2013, IPS di SD diintegrasikan dengan mata pelajaran
yang lain seperti B. Indonesia dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yang diajarkan secara terpadu sesuai dengan tema yang dibahas. Intinya, yang
dihapuskan adalah nama pelajarannya namun substansi pelajaran IPS tidak ada
satu pun yang dihilangkan.

Anda mungkin juga menyukai