TUGAS
TUGAS
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan sosial masyarakat selalu mengalami perubahan dari waktu ke
waktu, dinamisasi kemajuan di berbagai bidang kehidupan harus dapat ditangkap
dan diperhatikan oleh lembaga pendidikan yang kemudian menjadi bahan materi
pembelajaran, sehingga bahan pelajaran secara formal dapat di tuangkan dalam
bentuk kurikulum.
Kurikulum IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan
filosofis yang jelas, landasan filosofis yang digunakan haruslah melihat kondisi
nyata yang terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah
masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan
adanya interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok. Dalam mencermati
perubahan tersebut, maka kurikulum harus memiliki landasan filosofis humanistik,
dimana Ilmu Pengetahuan Sosial menjunjung tinggi sifat-sifat dasar kemanusiaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan kurikulum IPS SD ?
2. Bagaimana analisis kurikulum mata pelajaran IPS mulai dari KTSP hingga
Kurikulum 2013?
3. Apa makna dan fungsi kurikulum IPS di SD ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kurikulum IPS di SD
2. Dapat menganalisis kurikulum mata pelajaran IPS
3. Memahami makna dan fungsi kurikulum IPS di SD
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kurikulum 1984
Kurikulum IPS 1984 pada hakikatnya menyempurnakan atau memperbaiki
kelemahan-kelemahan Kurikulum 1975. Ditinjau dari segi pendekatan
(metodologi) pembelajaran, Kurikulum IPS 1975 dan 1984 menggunakan
pendekatan integrative (integrated approach) untuk IPS Sekolah Dasar (SD).
3. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994, terjadi lagi perubahan kurikulum IPS. Bahan kajian pokok
IPS SD dibedakan atas dua bagian, yaitu pengetahuan sosial yang meliputi
lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, serta pemerintahan, dan bahan kajian
sejarah mencakup perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau
hingga kini. Ada perbedaan yang cukup menonjol dalam kurikulum IPS
Sekolah Dasar 1994 dibandingkan dengan Kurikulum IPS sebelumnya, yakni
dalam metode dan penilaian. Kurikulum IPS 1994 hanya memberikan anjuran
umum bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar hendaknya para guru
menerapkan prinsip belajar aktif. Dari bunyi rambu-rambu yang terakhir ini,
menunjukkan bahwa Kurikulum IPS 1994 memberikan keleluasaan atau
kekuasaan otonom yang cukup besar.
4. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004, pemerintah kembali melakukan perubahan kurikulum yang
dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun
pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk
merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan,
dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program
pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
5. Kurikulum 2006
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006
tanggal 23 Mei 2006 ditetepakan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Sekolah Dasar, yang mempunyai karakteristik tersendiri karena kurikulum IPS
yang mulai berlaku tahun ajaran 2006 itu tidak menganut istilah pokok bahasan,
namun menggunakan istilah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal
ini jauh lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya dan jam
pelajarn relatif lebih sedikit per minggunya. Hal ini memberikan peluang yang
luas bagi guru sebagai pengembang kurikulum untuk berkreasi dalam
pengembangan kurikulum yang mengacu pada pembelajaran IPS yang PAKEM
(Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan). Kurikulum Pendidikan IPS
SD tahun 2006 hanya memberi rambu-rambu untuk kedalaman dan keluasan
materi dalam mencapai kompetensi dasar yang diharapkan.
6. Kurikulum 2013
a. Salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk SD adalah bersifat
tematik integratif. Dalam pendekatan ini, mata pelajaran IPS sebagai
materi pembahasan pada semua mata pelajaran. Prosesnya, tema-tema
yang ada pada pelajaran IPS diintegrasikan kedalam sejumlah mata
pelajaran. Pelajaran IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKN,
Bahasa Indonesia, dll.
2. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang baru dicetuskan oleh Kementrian
Pendidika untuk pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum
2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill dan
pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk lebih paham dalam hal materi,
aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang
tinggi. Kurikulum 2013 ini pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang mana sudah diterapkan sejak 2006 lalu.
Tema pembaharuan dan perbaikan pada Kurikulum 2013 yaitu ingin
menciptakan manusia Indonesia yang mampu berpikir kreatif, produktif,
inovatif, proaktif, dan afektif, melalui pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan Pengintegrasian ini merupakan salah satu upaya untuk
memperbaiki peringkat Indonesia
Untuk itu, salah satu pendekatan pembelajaran yang dipandang tepat untuk
mengintegrasikan ketiga aspek di atas, ialah dengan dimensi pedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan
saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses
mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.
Pembelajaran dengan implementasi pendekatan Saintifik adalah proses
pembelajaran yang disarankan dalam Kurikulum 2013. Pendekatan Saintifik
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mampu
mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip pengetahuan melalui tahapan-
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi dengan
menggunakan pendekatan ilmiah. Hal itu akan mengajarkan kepada siswa
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja dan tidak melulu
bergantung pada informasi searah dari guru.
Selain proses pembelajaran, sistem penilaian juga dikembangkan. Sistem
penilaian pada Kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun
2013 di mana guru dan satuan pendidikan wajib mengevaluasi hasil belajar
siswa secara komprehensif, menyeluruh, komplek, dan valid. Salah satu alat
ukur yang digunakan ialah penilaian autentik.
Penilaian autentik yaitu penilaian yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas
autentik yang bermanfaat, penting dan bermakna yang selanjutnya dapat
dikatakan sebagai penilaian performa. Dalam definisi yang lain disebutkan
bahwa, penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil
dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan
kompetensi yang ada di standar kompetensi (SK) atau kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD).
Perubahan lain dalam Kurikulum 2013 terdapat pada elemen standar isi.
Kurikulum 2013 menghapus istilah Standar Kompetensi mata pelajaran, yang
sebelumnya digunakan dalam KTSP, diganti dengan istilah Kompetensi Inti.
Mata pelajaran tidak lagi disajikan secara terpisah, akan tetapi terintegrasi
dalam bentuk tema (SD dan SMP). Berdasarkan hal itu Kurikulum 2013
dikatakan sebagai integrated curriculum ialah kurikulum yang meniadakan
batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran
dalam bentuk unit atau keseluruhan.
Sehubungan dengan perubahan pendekatan pembelajaran dan penilaian di atas,
implementasi Kurikulum 2013 tidak semudah dikatakan. Penyempurnaan
kurikulum yang dibarengi dengan perubahan struktur mata pelajaran, perubahan
sistem pembelajaran, dan perubahan sistem penilaian selalu berhubungan
dengan berbagai aspek dalam sistem pendidikan. Guru, kepala sekolah, waktu,
sumber belajar, dan sarana prasarana sekolah merupakan unsur yang berkaitan
langsung dengan penerapan Kurikulum 2013.
Jika perubahan kurikulum tidak dibarengi dengan perbaikan sarana prasarana,
akses sumber belajar yang mudah dan berkualitas, dan peningkatan kompetensi
serta perubahan mindset guru, maka upaya peningkatan mutu pendidikan hanya
sia-sia belaka. Sebagaimana dijelaskan Lie (2012) bahwa keberhasilan suatu
kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan
dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, serta sarana
dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum, termasuk pembelajaran,
penilaian pembelajaran, dan persiapan pendidik dan tenaga kependidikan.
Jadi kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik yang diharapkan akan
mampu mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual
dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik dalam diri siswa. Dalam hal ini, sekolah dianggap
sebagai bagian dari masyarakat dan diyakini akan mampu memfasilitasi
pengalaman belajar terencana yang berkesan bagi siswa, sehingga siswa kelak
akan mampu menerapkan apa yang dipelajari dimasyarakat dan memanfaatkan
pengetahuan tersebut sebagai bekal di kehidupan nyata.
Karakteristik kurikulum 2013 adalah tematik integratif dan berbasis
sains. Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik
melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Kompetensi
yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap ( attitude ),
keterampilan ( skiil ), dan pengetahuan ( knowledge ).
Rancangan Kurikulum 2013 sangat jauh berbeda dengan kurikulum-
kurikulum sebelumnya. Ditinjau dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum
KTSP di SD terdapat 10 mata pelajaran namun pada rancangan Kurikulum
2013 mata pelajaran SD dikurangi menjadi 6 mata pelajaran. Pada Kurikulum
2013 IPS tidak terdaftar sebagai mata pelajaran.
IPS di SD bukan dihilangkan atau dihapus namun IPS diintegrasikan
dengan mata pelajaran yang lain seperti B. Indonesia dan Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan yang diajarkan secara terpadu sesuai dengan tema yang
dibahas, inilah yang dimaksud dengan tematik integratif.
Menteri Pendidikan memberikan tiga alternatif pengintegrasian.
Pertama, nama pelajaran IPS sama sekali tidak dimunculkan, namun muatannya
muncul di pelajaran-pelajaran lain. Kedua, IPS dimunculkan mulai kelas 4 SD
sampai 6 SD. Ketiga, IPS akan dimunculkan sebagai pelajaran tersendiri untuk
kelas 5 dan 6 SD. Intinya, yang dihapuskan adalah nama pelajarannya namun
substansi pelajaran IPS tidak ada satu pun yang dihilangkan.
Meski mata pelajaran berkurang, namun jumlah jam pelajaran justru
bertambah. Jam belajar siswa SD bertambah rata-rata empat jam per minggu.
Untuk kelas 1 SD, jam belajar bertambah dari 26 menjadi 30 jam, kelas 2 SD
dari 27 menjadi 32 jam, kelas 3 SD dari 28 menjadi 34 jam, dan kelas 4, 5, 6
SD dari 32 menjadi 36 jam.