Anda di halaman 1dari 7

bank non bank D7

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang perasuransian, Asuransi adalah
perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi dasar
penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :

1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,


kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti

2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada ameningglanya tertanggung atau


pembayaran yang didasarkan pada ahidupnya tertanggung dengan manfaat uang besarnya
telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana

Asuransi menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap risiko yang dihadapi
perusahaan. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
menyebutkan bahwa perusahaan asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko yang dipertanggungkan. Namun permasalahan klaim asuransi selama
ini ternyata disebabkan oleh kelalaian nasabah asuransi sendiri.

Terutama, keteledoran dalam membaca serta memahami klausul-klausul yang terdapat dalam
polis kenyataan, banyak juga agen/perusahaan asuransi yang lalai menerangkan hal-hal
penting yang tercantum dalam polis. Bahkan, menurut saya ada pula agen asuransi yang
sengaja tidak membahas secara mendetail kondisi pengecualian dalam polis. Sehingga
banyak klaim yang tidak dibayar oleh perusahaan asuransi. Maka dari itu yang terpenting
adalah kita pelajari dulu peraturannya, apakah anda ketentuan yang dilanggar oleh nasabah.

Berikut adalah beberapa kemungkinan yang menyebabkan klaim asuransi yang tidak
dibayar, karena nasabah :

- Kurang memahami bahwa klaim yang diajukan tidak termasuk yang ditanggung oleh
perusahaan asuransi

- Kurang memahami manfaat asuransi sehingga kami yang diajukan tidak sesuai dengan
produk yang diambil

- Tidak memahami adanya pengecualian dalam polis

- Nasabah tidak dapat memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam hal administrasi
berkenaan pengurusan klaim

- Banyak nasabah tidak mengerti hukum perasuransian yang telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dan Asas Hukum yang berlaku di
Indonesia yaitu Asas " Contra Pretentum Files "

- Agen asuransi memberikan penjelasan yang salah kepada nasabah, sehingga pada saat klaim
tidak dapat diterima
- Perusahaan asuransinya yang " nakal " sehingga menghindari kewajibannya membayar
klaim nasabahnya
pengantar mikro D7

1. Permintaan turunan adalah permintaan tak langsung. Ini merupakan permintaan input suatu
produk yang tercermin pada permintaan output. Permintaan tenaga kerja pabrik benang
tercermin pada permintaan kain atau tekstil. Permintaan tenaga listrik, misalnya merupakan
permintaan minyak bumi, gas alam atau batubara karena tiga komoditi energi primer tersebut
merupakan input utama untuk memproduksi tenaga listrik dan merupakan input yang dapat
saling menggantikan. Permintaan input energi primer merupakan permintaan turunan.

2. Konsep Pareto Optimal berarti tidak dapat membuat keadaan seseorang menjadi lebih baik
tanpa membuat keadaan yang lain lebih buruk. Ini merupakan isu sentral dalam ilmu
ekonomi. Salah satu cara melihatnya adalah dengan menggunakan grafik Batas Kemungkinan
Daya Guna. Ini hampir sama konsepnya dengan konsep Batas Kemungkinan Produksi yang
merupakan batas kombinasi banyaknya output fisik maksimal yang dapat diproduksi oleh
masyarakat, sedangkan yang pertama merupakan batas kepuasan nilai guna atau
kesejahteraan yang dapat dicapai.

Gambar tersebut menunjukkan Batas Kemungkinan Nilai atau Daya Guna. Seperti biasa
suatu model digunakan untuk menyederhanakan kenyataan yang ada, maka dianggap hanya
ada dua orang dan nilai guna yang diperoleh dinyatakan pada dua sumbu. Sumbu tegak
menunjukkan nilai guna atau kepuasan individu A diberi simbol UA dan pada sumbu
mendatar dinyatakan hal yang sama untuk individu B dan diberi simbol UB.

3. Surplus Produsen

Karena berlakunya Hukum Penambahan Hasil yang semakin berkurang dalam jangka pendek
maka biaya produksi rata-rata atau marjinal yang diperlukan untuk memproduksi suatu
komoditi selalu naik dengan naiknya banyak output yang diproduksi. Dalam jangka panjang
input-input yang lebih baik dan lebih produktif digunakan lebih dahulu untuk menghasilkan
output dengan biaya lebih rendah dan baru kemudian digunakan input yang kurang produktif
dengan biaya lebih tinggi. Dengan cara demikian maka diperoleh kurva biaya marginal yang
menanjak naik dan sekaligus juga merupakan kurva penawaran dalam pasar industri
persaingan murni. Dalam komponen biaya ekonomis telah termasuk komponen keuntungan
normal.

Harga dan kuantitas keseimbangan terjadi pada perpotongan antara kurva penawaran dan
kurva permintaan. Semua barang dijual dengan harga sama yaitu harga keseimbangan. Bila
produsen menjual pada harga sama dengan biaya marjinal maka produsen telah memperoleh
keuntungan normal. Harga jual diatas biaya marjinal merupakan surplus produsen atau
rente ekonomi, seperti pada gambar di bawah ini :

Surplus Konsumen

Jumlah pengeluaran total seorang konsumen yang menjadi penerimaan produsen suatu
komoditi, merupakan perkalian antara kuantitas yang dikonsumsi serta harganya. Selisih
antara nilai yang dibayar oleh konsumen yaitu nilai pasar dan manfaat total yang diperoleh
konsumen disebut surplus konsumen. Hal ini karena konsumen memperoleh lebih banyak
nilai manfaat daripada nilai yang ia bayar, yang merupakan akibat berlakunya Hukum Nilai
Guna Marjinal yang Menurun.

Surplus konsumen muncul karena konsumen membayar harga yang sama untuk setiap barang
yang dibeli. Tak ada bedanya apakah barang tersebut merupakan unit pertama yang dibeli
atau uni terakhir, katakan misalnya barang konsumsi tersebut adalah sepotong ayam goreng.
Seperti yang ditunjukkan oleh Hukum Nilai Guna Marjinal yang menurun, satuan yang dibeli
dan dikonsumsi lebih dulu akan berharga atau memberikan kepuasan atau manfaat per unit
lebih besar daripada unit yang dikonsumsi berikutnya. Bila transaksi pembelian tak lagi
memberikan manfaat kepuasan kepada konsumen, ia akan berhenti dan mengonsumsi.

Berikut adalah gambarnya :


komunikasi bisnis

Contoh Negosiasi Singkat Jual Beli yang pernah saya alami

Contoh negosiasi berikut ini menjelaskan tentang proses negosiasi yang terjadi
antara penjual dan pembeli tentang harga baju. Berikut ini adalah contohnya :
Pembeli: “Bu saya mau beli baju ini, kira-kira berapa harganya ?”
Penjual: “Kalau baju yang itu harga nya 250 ribu nak.”
Pembeli: “Harganya boleh kurang enggak bu?”
Penjual: “Hmmm, boleh saja. Mau nawar berapa ya nak?”
Pembeli: “200 ribu, bisa enggak yah ?”
Penjual: “Wah, kalau harga segitu rasanya tidak bisa nak.”
Pembeli: “Kalau 225 ribu bu?”
Penjual: “Naikin sedikit lagi nak, kalo 235 ribu ibu kasih harga segitu.”
Pembeli: “Oke deh bu, saya setuju, ini ya uangnya”

Contoh Lobi
Kasus-kasus Pemberontakan
Dalam Negeri Sepanjang sejarah telah beberapa kali terjadi pemberontakan yang
bertujuan ingin melepaskan diri dari NKRI dan merdeka (mendirikan negara
sendiri), seperti: RMS di Maluku; Permesta di Sulawesi Utara; PRRI di Sumatera
Brat; GAM di Aceh, dan OPM di Papua. Selain itu ada pula pemberontakan yang
bertujuan mengganti ideologi Pancasila (DI/TII dan G.30.S/PKI). Namun mengapa
perbedaan dan pertentangan yang melahirkan pemberontakan dapat terjadi,
jawabannya boleh jadi karena kegagalan lobi dan negosiasi. Walaupun peristiwa
pemberontakan tersebut berhasil ditumpas dengan senjata dalam arti
penyelesaiannya menggunakan pendekatan menang-kalah (kompetitif). Sebagai
contoh, bahwa Gerakan Aceh Merdeka (GAM) setelah beberapa tahun dilakukan
penumpasan dengan angkat senjata oleh TNI/Polri namun tidak tuntas, kemudian
dilakukan lobi-lobi dan perundingan/negosiasi yang pada akhirnya menghasilkan
persetujuan (MOU Helsinki) yang saling menguntungkan (menang-menang) suatu
pendekatan kooperatif. Pendekatan kooperatif dilakukan, karena selain penerapan
pendekatan kompetitif dengan memerangi GAM (yang mendapat bantuan LN?)
dirasa kurang efektif juga memang cara-cara kekerasan tidak disukai oleh dunia
internasional
pengantar akuntansi

Menurut saya dari video tersebut menjelaskan bahwa activity based costing (ABC)
merupakan cara termudah untuk menentukan harga suatu produk dalam proses
produkai secara akurat. Activity based costing merupakan salah satu cara
menghitung setiap biaya yang dikeluarkan pada masing masing aktivitas dengan
alokasi yang berbeda beda pada setiap aktivitasnya. Memang ABC lebih terfokus
pada biaya produk yang bersumber dari proses selama produksi barang
berlangsung.

Dalam penerapanya activity based costing memiliki 3 syarat utama yaitu :

1. Perusahaan memiliki tingkat diversitas tinggi


2. Tingkat persaingan tinggi jika persaingan produk dari perusaha lain tinggi.
3. Biaya pengukuran rendah.

Kekurangan activity based coasting :

1. Metode untuk melakukan implementasi dan pengembangan terbilang mahal.


2. Membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan implementasi
3. Metode ABC belum termasuk biaya iklan, promosi dan riset.
4. Laporan ABC tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan atau
berlaku saat ini.

Manfaat activity based costing :

1. Metode dapat membantu dalam pengambilan keputusan


2. Menghasilkan harga barang lebih baik sehingga bisa bersaing dengan produk
sejenis.
3. Analisis biaya diperbaiki sehingga manajemen bisa melakukan peningkatan
volume atas produk yang memiliki volume jual rendah.
4. Menjadikan manajemen berada pada posisi untuk melakukan penawaran
secara wajar.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, pihak
manajemen bisa melakukan rekayasa ulang proses produksi dari bahan baku
sampai jadi untuk mencapai mutu terbaik yang lebih efisien.

Maka dari itu activity based coasting saya rasa sangat perlu diterapkan dalam
industri khusunya saat ini dimana inovasi semakin cepat sehingga umur suatu
produk semakin pendek. Serta ketatnya persaingan pasar terhadap harga, kualitas
serta produktivitas maka dari itu dengan adanya activity based coasting atau ABC ini
diharapkan akan mampu membuat perusahaan mampu bersaing dengan para
pesaingnya yakni dengan fokus dalam strategi biaya pada produk selain itu juga
akan memaksimalka keuntungan dan dapat meminimalisasi terjadinya kerugian.
Namun system tersebut masih jarang dijumpai dalam artian digunakan pada
perusahaan yang ada di indonesia. Sehingga perusahaan yang ada diindonesia
kurang dapat bersaing dengan produk asing yang sudah menerapkan system ini
dimana biaya yang diperlukan masih terlalu banyak sehingga masih dirasa sulit
untuk bersaing di dalam pasar perekonomian.
perekonomian indo

dalam rubrik " Fokus Ekonomi " dengan tajuk " Behaviorist at the Gates " menjelaskan bagaimana
para ekonom menggunakan psikologi untuk mempertanyakan resep-resep kebijakan dari ekonom
ortodoks ( konvensional ). Ketidakpuasan semacam ini sebetulnya sesuatu yang sudah muncul cukup
lama. Letupan-letupan ketidakpuasan para ekonom konvensional ini kemudian memunculkan
berbagai konsep ilmu ekonomi alternatif, seperti Ekonomi Kelembagaan ( Kenneth Building ),
Ekonomika Strukturalis ( Raul Prebish ), serta Ekonomika Islami yang digali oleh ekonom-ekonom
muslim ( Dumairy, 2003; 1-2 ). Di Indonesia sejak awal 1960-an ketidakpuasan atas teori ekonomi
konvensional itu sudah diwacanakan oleh Prof. Mubyarto , dan kini dikembangkan melalui PUSTEP (
Pusat Studi Ekonomi Pancasila ) UGM.

Intinnya adalah Dasar pemikirannya “Fokus Ekonomi” menjelaskan bagaimana para ekonom
menggunakan psikologi untuk mempertanyakan resep-resep kebijakan dari ekonom ortodoks
(konvensional).

Anda mungkin juga menyukai