Oleh :
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Bandung, Februari 2016
Mahasiswa I Mahasiswa II
Menyetujui,
Pembimbing I
Mengetahui,
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 5
2.1 Biodiesel 8
2.2 10
2.3 Katalis _
2.3.1 Katalis Kitosan 14
3.5.1 Alat 6
3.5.2 Bahan 7
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Biodiesel (methyl ester) terbentuk melalui reaksi antara senyawa ester (CPO)
dengan senyawa alcohol (methanol) sehingga terbentuk seyawa ester baru (Methyl
ester) (Arita S, dkk 2008). Pembentukan biodesel terbentuk dari hasil reaksi antara
lemak atau minyak dengan alcohol, katalis yang biasa digunakan adalah jenis basa kuat.
Katalis yang umum digunakan pada proses transestertifikasi ialah KOH. Pada penelitian
ini, bahan baku yang dipakai adalah limbah dari produksi minyak kelapa sawit dan
methanol dengan jenis katalis yang digunakan adalah basa heterogen kitosan.
Berdasarkan data tabel produksi minyak kelapa sawit diatas, produksi kelapa sawit
di Indonesia sangat besar dan terus mengalami peningkatan dalam hal kapasitas
produksi tiap tahunnya. Dalam produksi minyak kelapa sawit dihasilkan limbah seperti
pada tabel 1.2, dimana kandungan minyak dalam limbah masih sangat tinggi.
Kandungan minyak nabati yang tinggi memiliki potensi sebagai bahan baku untuk
pembuatan biodesel.
Tabel 1.2. Hasil Analisa Parameter Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Methanol adalah jenis alkohol yang sudah biasa digunakan sebagai pereaksi dalam
proses transestertifikasi. Penggunaan katalis turunan kitosan diharapkan dapat
menghindari terjadinya reaksi saponifikasi karena sifat kitosan sendiri yang mampu
menyerap asam lemak bebas sehingga biodesel yang terkonversi menjadi lebih banyak
hasilnya (Mumpuni A R, dkk. 2012).
1) Apakah bahan baku limbah CPO (Palm Fatty Acid Destilate) dapat
menghasilkan produk biodiesel yang memenuhi standar kemurnian dan efisiensi
yang tinggi ?
2) Bagaimana pengaruh penggunaan katalis heterogen kitosan terhadap efisiensi
dan kualitas produk biodiesel yang diperoleh ?
1) Menentukan konsentrasi katalis yang optimum pada proses pembuatan alkil ester
(biodiesel).
2) Menentukan kondisi optimum pada proses pembuatan alkil ester (biodiesel).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan salah satu jenis bahan bakar berupa ester alkil/alkil
asam-asam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati. Pembuatan
biodiesel dari minyak nabati dilakukan melalui proses transesterifikasi antara
trigliserida dengan metanol atau etanol dengan katalis basa menjadi alkil ester dan
gliserol atau melalui proses esterifikasi antara asam-asam lemak bebas dengan metanol
atau etanol dengan katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air . Nama biodiesel
juga telah disetujui oleh Department of Energy (DOE), the Environmental Protection
Agency (EPA) dan American Society of Testing Materials (ASTM) sebagai industri
energi alternatif yang berasal dari asam lemak yang sumbernya lemak yang dapat
diperbaharui. Biodiesel dapat ditulis sebagai B100 yang menunjukkan bahwa biodiesel
tersebut murni 100% terdiri atas mono-alkyl ester (Wafa,2009)
2.1.1 Keuntungan Pemakain Biodiesel
Biodiesel adalah jenis bahan bakar yang memiliki rantai karbon antara 12 sampai
20. Selain itu, biodiesel juga mengandung oksigen, dimana oksigen inilah yang menjadi
pembeda antara biodiesel dengan petroleum diesel (solar). Namun, biodiesel memiliki
sifat kimia dan sifat fisika yang serupa dengan petroleum diesel (solar) sehingga dapat
digunakan langsung untuk mesin diesel atau terlebih dahulu dicampur dengan petroleum
diesel sampai 500%.
Energi yang dihasilkan oleh biodiesel hampir sama dengan energi yang dihasilkan
oleh petroleum diesel, biodiesel menghasilkan 128.000 BTU sedangkan petroleum
diesel menghasilkan 130.000 BTU . Keadaan ini membuat horse power dan engine
torque y ang dihasilkan juga hampir sama. Sedangkan perbedaan biodiesel dengan
petroleum diesel dapat dilihat dari flash point b iodiesel yang lebih tinggi dari petroleum
diesel, yang disebabkan oleh adanya kandungan oksigen pada diesel. Biodiesel tidak
menghasilkan uap yang membahayakan pada suhu kamar, maka biodiesel lebih aman
daripada petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya. Biodiesel tidak
mengandung sulfur dan senyawa benzen yang karsinogenik, sehingga biodiesel
merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan
dengan petroleum diesel.
Biodiesel dibuat melalui proses kimia yang disebut transesterifikasi. Proses ini
menghasilkan dua produk yaitu metil ester (biodiesel)/mono-alkyl ester dan gliserin
yang merupakan produk samping. Bahan baku utama pada pembuatan biodiesel kali ini
adalah limbah minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dengan katalis kitosan dan
methanol sebagai bahan penunjang.
2.1.3.1 Sintesis Biodiesel Melalui Reaksi Esterifikasi
Reaksi esterifikasi, yaitu reaksi asam lemak bebas dengan alcohol membentuk ester
dan air. Dengan esterifikasi, kandungan asam lemak bebas dapat dihilangkan dan
diperoleh tambahan ester. Reaksi ini dilaksanakan dengan menggunakan katalis padat
atau katalis cair. Berikut ini adalah reaksi esterifikasi :
2. Air (0,14%)
3. Oil (3%)
Salah satu kelemahan PFAD sebagai bahan baku biodiesel adalah kandungan asam
lemak bebas (FFA) yang sangat tinggi. Apabila bahan ini langsung mengalami
transesterifikasi akan dihasilkan sabun dalam jumlah yang besar dan dapat mengganggu
proses pemisahan biodiesel. Metode yang tepat untuk produksi biodiesel dari bahan
dengan kandungan FFA yang tinggi adalah reaksi dua tahap, yaitu esterifikasi untuk
mengkonversi FFA menjadi FAME (fatty acid methyl esther), dilanjutkan dengan
transesterifikasi untuk mengkonversi trigliserida menjadi FAME.
2.3 Katalis
Pada limbah cair kelapa sawit banyak terdapat asam lemak bebas yang dapat
menghambat proses pembuatan biodiesel. Biodiesel diproduksi dengan menggunakan
katalis baik homogen, heterogen maupun katalis enzim. Namun, ketika menggunakan
katalis homogen asam proses reaksi yang berlangsung secara batch sehingga biaya
pemisahan menjadi tinggi dan meningkatkan kemungkinan korosi. Katalis homogen
basa seperti KOH dan NaOH. Penggunaan katalis homogen basa memiliki beberapa
kelemahan yaitu pemisahan katalis dari produknya cukup rumit. Sisa katalis homogen
tersebut dapat mengganggu pengolahan lebih lanjut biodiesel yang dihasilkan. Katalis
homogen dapat bereaksi dengan asam lemak bebas (ALB) membentuk sabun sehingga
mempersulit pemurniaan, menurunkan hasil biodiesel serta memperbanyak konsumsi
katalis dalam reaksi transesterifikasi. Selain itu, CPO memiliki ALB yang tinggi,
sehingga jika dilakukan reaksi transesterifikasi menggunakan katalis homogen KOH
atau NaOH akan membentuk sabun. Alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah menggunakan katalis heterogen.
Pemisahan katalis heterogen produk cukup sederhana, yaitu dengan menggunakan
penyaringan . Salah satu katalis yang dapat digunakan dalam reaksi pembuatan
biodiesel adalah kitosan.
Kitosan dengan rumus molekul (C6H11NO4)n dapat diperoleh dari deasetilasi kitin
(Neau et al., 2002). Proses pembuatan kitosan didapat melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut :
1. Deproteinasi
Di dalam kulit udang, protein berikatan kovalen dengan kitin. Dalam proses ini
kulit udang direaksikan dengan natrium hidroksida (NaOH) panas dalam waktu
relatif lama. Tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan atau melepas
ikatan-ikatan protein dari kitin
2. Demineralisasi
Dalam proses demineralisasi digunakan larutan asam klorida (HCl) pada suhu
kamar. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan garam-garam inorganik atau
kandungan mineral yang ada pada kitin terutama kalsium karbonat (CaCO3).
3. Dekolorisasi
4. Deasetilasi
1. Bidang Kedokteran/Kesehatan
Karena sifat kitosan yang dapat mengikat air dan lemak, maka dapat digunakan
sebagai media pewarnaan makanan. Karena sifatnya yang dapat bereaksi dengan
asam-asam seperti polifenol, maka kitosan sangat cocok untuk menurunkan kadar
asam pada buah-buahan, sayuran dan ekstrak kopi. Bahkan terakhir diketahui dapat
sebagai penjernih jus apel lebih baik daripada penggunaan bentonite dan gelatin.
Selain itu, kitosan juga tidak beracun sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan
manusia.
3. Penanganan Limbah
Standar ini meliputi ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, syarat mutu,
metoda uji, syarat lulus uji. Standar ini digunakan untuk bahan bakar substitusi motor
diesel yaitu sebagai bahan campuran (blending) dengan bahan bakar diesel pada
kendaraan bermotor atau motor diesel lainnya. Bahan bakar diesel yang dicampurkan
meliputi antara lain minyak solar, minyak diesel dan minyak bakar yang memenuhi
persyaratan spesifikasi yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang (SNI Biodiesel,
2006).
Syarat mutu biodiesel berdasakan standar nasional Indonesia (SNI) disajikan pada
tabel berikut :
N
Parameter Satuan Nilai
o
1 Massa jenis pada 40 o C kg/m3 850 – 890
2 Viskositas Kinematik pada 40 o C mm2/s (cSt) 2,3 - 6,0
3 Angka Setana min. 51
o
4 Titik nyala (mangkok tertutup) C min. 100
o
5 Titik kabut C maks. 18
6 Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 o C) maks. No 3
Residu karbon
maks 0,05
7 ● dalam contoh asli, atau %-massa
maks.0,30
● dalam 10% ampas distilasi
8 Air dan sedimen %-vol maks. 0,05*
o
9 Temperatur distilasi 90% C maks. 360
10 abu tersulfatkan %-massa maks. 0,02
11 Belerang ppm-m (mg/kg) maks. 100
12 Fosfor ppm-m (mg/kg) maks. 10
13 Angka asam mg-KOH/g maks. 0,8
14 Gliserol bebas %-massa maks. 0,02
15 Gliserol total %-massa maks. 0,24
16 Kadar ester alkil %-massa min. 96,5
%-massa
17 Angka iodium maks. 115
(g-I2/100 g)
18 Uji Halphen Negatif
Catatan dapat diuji terpisah dengan ketentuan kandungan sedimen maksimum 0,01 %-vol
Sumber : ( SNI Biodiesel, 2006)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
50
60
10
65
50
60
11
65
50
60
12
65
3.2 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan penelitian pembuatan biodiesel dengan metoda esterifikasi
adalah sebagai berikut :
Gambar 3.2 Rancangan percobaan pembuatan biodiesel dari PFAD dengan katalis
kitosan
Hasil Analisis
Waktu Bilangan
N
samplin Kandunga Asam Kandunga Densita
o Viskositas Titik Nyala
g (jam) n Sabun (free fatty n Air s
acid)
1 1
2 2
3 3
4 5
a) Pembentukan sabun
Menghitung kandungan asam yang terkandung pada umpan minyak dan produk
biodiesel. Angka asam dinyatakan sebagai mg KOH yang digunakan untuk
menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram lemak atau minyak.
c) Kadar air
Nilai parameter kadar air diukur dengan metode gravimetri. Nilai kadar air dapat
diperoleh dari selisih berat biodiesel sebelum pemanasan dan sesudah pemanasan
per ml sampel. Satuan yang digunakan adalah gram/ml.
a) Viskositas
b) Massa jenis/densitas
Uji titik nyala untuk mengetahui suhu minimal yang dicapai oleh minyak untuk
emakai sistem mangkok
meletupkan api. Metode yang digunakan Pensky-Marten m
tertutup (closed cup).
Penentuan waktu reaksi optimum diperoleh pada saat parameter yang diukur
mencapai nilai konstan. Kondisi tersebut dapat dilihat dengan membuat grafik
dengan parameter berikut :
3.5.1 Alat
a) Alat Utama
50 mL 1
3 Gelas Ukur 100 mL 1
50 mL 2
4 Labu Takar 100 mL 2
500 mL 2
5 Pipet Ukur 5 mL 1
10 mL 1
25 mL 1
6 Pipet Tetes - 2
7 Buret 50 mL 1
8 Kaca Arloji - 2
9 Hot Plate - 1
10 Cawan - 2
11 GC - 1
3.5.2 Bahan
a) Bahan Utama
BAB IV
RINCIAN BIAYA
Masduki, Sutijan, Arief. 2013. Kinetika Reaksi Esterifikasi Palm Fatty Acid Distillate
ogyakarta,
(PFAD) Menjadi Biodiesel dengan Katalis Zeolit-Zirkonia Tersulfatasi. Y
Indonesia
Metode Analisa