Laporan Mingguan2
Laporan Mingguan2
ACARA II
KERUSAKAN VITAMIN SELAMA PROSES PENGOLAHAN
DISUSUN OLEH :
J1A012065
Mengetahui,
PENDAHULUAN
Latar Belakang
bahan menyahnya, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan
kandungan gizi dari makanan akan hilang baik itu yang ikut terlarut ataupun
mudah terlarut dalam air atau senyawa yang rentan terhadap panas (pengolahan
suhu termal). Vitamin merupakan salah satu kandungan gizi dalam makanan
yang sangat mudah rusak. Salah satu contohnya adalah vitamin C yang mudah
terlarut dalam air dan rentan terhadap perlakuan panas. Oleh karena itu, pada
pengolahan.
Tujuan praktikum
buah-buahan.
TINJAUAN PUSTAKA
jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolism dalam
memenuhi kebutuhan tubuh (Almatsier, 2010). Vitamin dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu golongan pertama yang disebut dengan prakoenzim dan bersifaf
larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine.
Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah tiamin, riboflavin, asam nikotinat,
Golongan kedua yang larut dalam lemak disebut alosterin dan dapat disimpan
dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam
tubuh dan memberikan gejala penyakit tertentu atau yang disebut dengan
terjadinya penyakit defisiensi tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang kembali
serbuk kristal berwarna putih sampai putih agak kuning dengan kelarutan dalam
air yang sangat tinggi (30 gr/100 mL) pada suhu kamar. Garamnya mempunyai
kelarutan yang lebih tinggi lagi. Semua bentuk komersial selain ester asam lemak
seperti askorbil palmitat tidak larut dalam minyak atau lemak. Kristal asam L-
askorbat sangat stabil dengan adanya oksigen jika aktivitas ait tetap rendah.
Dalam larutan, sifat mereduksinya yang kuat dapat berperan pada perubahan
sistem biologis. Oksigen, suhu, sinar, katalis logam, pH dan adanya asam
terutama buah yang segar. Widya Karya Pangan Nasional NAS-LIPI, 1978,
Indonesia antara 20-30 mg, sedang untuk ibu mengandung dan menyusui perlu
atau skorbut. Biasanya penyakit skorbut jarang terjadi pada bayi, bila terjadi pada
anak, biasanya terjadi pada usia setelah 6 bulan dan di bawah 12 bulan. Gejala-
dan demam. Juga timbul sakit, pelunakan, dan pembengkakan kaki bagian paha.
Pada anak yang giginya telah keluar, gusi membengkak, empuk, dan terjadi
antaranya faktor intrinsik misalnya aktivitas air (aw) dan kadar air, tingkat
kematangan dan sifat bahan pangan itu sendiri. Kandungan air dalam bahan
kerusakan bahan pangan setelah lepas panen. Pada tingkatan kadar air yang
cukup tinggi setelah panen, maka kegiatan biologis dalam bahan pangan masih
tetap berlangsung. Kegiatan tersebut adalah secara biokimia, dan kimia seperti
bahan pangan yaitu metode titrasi dan metode spektrofotometri. Metode titrasi
dibagi dalam beberapa jenis diantaranya metode titrasi Iodium. Metode ini paling
laboratorium yang canggih. titrasi ini memakai Iodium sebagai oksidator yang
dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung
(iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam
reaksi kimia (Bassett, 1994). Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan
proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai
Underwood, 1981).
Pisang sebagai bahan konsumsi adalah buah yang sangat bergizi yang
merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah
meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat
dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam
pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun
pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat
umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan
usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing
dan penawar racun. Kandungan gizi pisang terdiri dari air, karbohidrat protein,
a. Alat-alat Praktikum
penggorengan, kompor, sutil, Erlenmeyer 250 ml, Erlenmeyer 100 ml, mortar,
pisau, piring, timbangan analitik, labu ukur 100 ml, buret, bulp, gelas timbang,
oven, eksikator, batang pengaduk, gelas arloji, corong, kertas saring dan panci.
b. Bahan-bahan Praktikum
goreng, pisang kepok mentah, pisang kepok matang, pisang kepok lewat
Prosedur Kerja
1. Disiapkan pisang kepok mentah, pisang kepok matang optimal dan pisang
4. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan hingga tanda batas
dan digojog.
100 ml.
T 0,88 FP
Kadar vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
Keterangan:
FP = Faktor pengenceran
timbang.
W3
% kadar air wet basis (wb) = 100%
W1
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
W2
% total padatan = 100%
W1
W3 = W 1-W 2
Keterangan:
Hasil Pengamatan
Tanpa perlakuan
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
0,6 0,88 4
100%
10,02
21,08%
Direbus
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
0,6 0,88 4
100%
10,02
21,08%
Digoreng
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
0,6 0,88 4
100%
10,01
21,098%
Dikeringkan
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
0,2 0,88 4
100%
10,00
7,04%
Tanpa perlakuan
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
1,0 0,88 4
100%
10,02
35,13%
Direbus
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
0,4 0,88 4
100%
10,01
14,06%
Digoreng
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
0,7 0,88 4
100%
10,01
24,61%
Dikeringkan
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
0,9 0,88 4
100%
10,02
31,61%
Pisang kepok kelewat matang
Tanpa perlakuan
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
0,9 0,88 4
100%
10,12
31,30%
Direbus
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
0,5 0,88 4
100%
10,01
17,58%
Digoreng
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
0,9 0,88 4
100%
10,18
31,11%
Dikeringkan
T 0,88 FP
Kadar Vitamin C (mg/100 gram bahan) 100%
W
0,5 0,88 4
100%
10,02
17,56%
W3 W1 W2
27,9046 26,6848
1,2198 gr
W3
% kadar air wet basis (wb) = 100%
W1
1,2198
100%
27,9046
4,371%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
1,2198
100%
26,6848
4,571%
W2
% total padatan = 100%
W1
26,6848
100%
27,9046
95,628%
Direbus
W3 W1 W2
29,3773 28,1184
1,2589 gr
W3
% kadar air wet basis (wb)= 100%
W1
1,2589
100%
29,3773
4,285%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
1,2589
100%
28,1184
4,477%
W2
% total padatan = 100%
W1
28,1184
100%
29,3773
95,714%
Digoreng
W3 W1 W2
25,3320 24,3416
0,9904 gr
W3
% kadar air wet basis (wb)= 100%
W1
0,9904
100%
25,3320
3,909%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
0,9904
100%
24,3416
4,068%
W2
% total padatan = 100%
W1
24,3416
100%
25,3320
96,090%
Dikeringkan
W3 W1 W2
28,6748 27,4411
1,2337 gr
W3
% kadar air wet basis (wb)= 100%
W1
1,2337
100%
28,6748
4,302%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
1,2337
100%
27,4411
4,495%
W2
% total padatan = 100%
W1
27,4411
100%
28,6748
95,697%
Pisang kepok matang optimal
Tanpa perlakuan
W3 W1 W2
28,4162 27,1725
1,2437 gr
W3
% kadar air wet basis (wb) = 100%
W1
1,2437
100%
28,4162
4,376%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
1,2437
100%
27,1725
4,577%
W2
% total padatan = 100%
W1
27,1725
100%
28,4162
95,62%
Direbus
W3 W1 W2
29,5095 28,2371
1,2724 gr
W3
% kadar air wet basis (wb)= 100%
W1
1,2724
100%
29,5095
4,311%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
1,2724
100%
28,2371
4,506%
W2
% total padatan = 100%
W1
28,2371
100%
29,5095
95,688%
Digoreng
W3 W1 W2
27,9346 26,8424
1,0922 gr
W3
% kadar air wet basis (wb)= 100%
W1
1,0922
100%
27,9346
3,909%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
1,0922
100%
26,8424
4,068%
W2
% total padatan = 100%
W1
26,8424
100%
27,9346
96,090%
Dikeringkan
W3 W1 W2
28,5448 27,2958
1,249 gr
W3
% kadar air wet basis (wb)= 100%
W1
1,249
100%
28,5448
4,375%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
1,249
100%
27,2958
4,575%
W2
% total padatan = 100%
W1
27,2958
100%
28,5448
95,624%
Tanpa perlakuan
W3 W1 W2
35,1574 33,8183
1,3391 gr
W3
% kadar air wet basis (wb) = 100%
W1
1,3391
100%
35,1574
3,808%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
1,3391
100%
33,8183
3,959%
W2
% total padatan = 100%
W1
33,8183
100%
35,1574
96,1911%
Direbus
W3 W1 W2
28,6014 27,2033
1,3981 gr
W3
% kadar air wet basis (wb)= 100%
W1
1,3981
100%
28,6014
4,888%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
1,3981
100%
27,2033
5,139%
W2
% total padatan = 100%
W1
27,2033
100%
28,6014
95,111%
Digoreng
W3 W1 W2
27,3282 26,0432
1,285 gr
W3
% kadar air wet basis (wb)= 100%
W1
1,285
100%
27,3282
4,702%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
1,285
100%
26,0432
4,934%
W2
% total padatan = 100%
W1
26,0432
100%
27,3282
95,297%
Dikeringkan
W3 W1 W2
28,9945 27,6131
1,3814 gr
W3
% kadar air wet basis (wb)= 100%
W1
1,3814
100%
28,9945
4,764%
W3
% kadar air dry basis (db) = 100%
W2
1,3814
100%
27,6131
5,002%
W2
% total padatan = 100%
W1
27,6131
100%
28,9945
95,235%
PEMBAHASAN
Muchtadi (2013), Pada umumnya vitamin C banyak terdapat pada bahan nabati.
Bahan makanan yang merupakan bahan sumber vitamin C adalah jeruk, tomat
sedikit. Vitamin C mudah rusak karena oksidasi, terutama pada suhu tinggi.
menggoreng, dan cara-cara lain yang menggunakan suhu panas. Suhu panas
digunakan dengan tujuan tertentu yaitu makanan menjadi lebih lunak, lebih enak
dan dengan adanya panas maka akan terjadi penonaktifan enzim-enzim dan
enzimatis dan non enzimatis), cita rasa dan nilai gizi. Pemanasan menyebabkan
hilangnya vitamin C, vitamin larut lemak, mempengaruhi nilai cerna protein dan
zat pati.
berbeda yaitu pisang mentah, pisang yang masak optimal dan pisang keleat
yang baik, pisang kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor, dan
Vitamin C pada bahan pangan karena vitamin C yang bersifat mudah larut dalam
air dan rentan terhadap panas sehingga dalam mengolah bahan pangan yang
kandungan vitamin C pad pisang mentah adalah 21,08 % untuk pisang yang
35,13 tanpa perlakuan, direbus sebanyak 14,13 %, digoreng 24,61 % dan untuk
yang dikeringkan ialah 31,61 %. Untuk pisang yang kelewat matang, kadar
vitamin yang didapatkan adalah sebanyak 31,30% untuk pisang tanpa perlakuan,
17,56 %. Berdasarkan hasil tersebut, pisang yang matang optimal dan tanpa
yaitu 35,13 %. Winarno (2004) menjelaskan bahwa pada buah yang masih
mentah lebih banyak kandungan vitamin C-nya, dan semakin tua buah semakin
berkurang kandungan vitamin C-nya. Selain itu pengolahan dengan suhu tingg
Pengujian terhadap kadar air pada pisang didapatkan hasil bahwa pada
yang digoreng, dan untuk pisang yang dikeringkan jumlahnya 95,624%. Pada
pisang yang kelewat matang jumlah kadar airnya sebanyak 96,199% pada
pisang tanpa perlakuan, 95,111% untuk pisang yang direbus, 95,297% untuk
pisang yang digoreng dan pisang yang dikerigkan kadar airnya sebanyak
95,235%. Kadar air tertinggi pisang adalah pada pisang kelewat masak yang
direbus. Hal ini karena, pada saat direbus terjadi penyerapan air oleh bapan
penggorengan akan menurunkan aktivitas air (aw) bahan pangan baik pada
bagian permukaan (untuk produk gorengan yang tebal), maupun pada seluruh
bagian produk pangan (untuk produk gorengan yang tipis). Aktivitas air yang
menurun akan mengurangi ketersediaan air dalam bahan pangan tersebut. kadar
air dalam bahan pangan dapat menyebabkan vitamin C dalam pangan menjadi
larut, sehingga semakin tinggi kadar air dalam suatu bahan pangan maka
2. Vitamin dibagi menjadi dua golongan yaitu vitamin yang larut dalam lemak
3. Kandungan Vitamin C paling tinggi adalah pada pisang yang matang optimal
4. Kadar air tertinggi ada pada pisang yang dikerigkan kadar airnya sebanyak
95,235%.
pangan.
6. Semakin tinggi kadar air suatu bahan maka kandungan vitamin C dalam
7. Vitamin C mudah larut dalam air dan sangat rentan terhadap perlakuan
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi
Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Winarno, 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Zahro, 2013. Analisis Mutu Pangan dan Hasil Pertanian. Universitas Jember.
Jawa Timur.