H DENGAN
DIAGNOSA HIPERTENSI DIRUANG IGD RSUD MASOHI
KABUPATEN MALUKU TENGAH
LAPORAN INDIVIDU
DI SUSUN OLEH :
NPM : 1540118114
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas premature, yang meningkat sesuai
dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik. Kedaruratan hipertensi terjadi terjadi
apabila peningkatan tekanan darah harus diturunkan dalam 1 jam. Peningkatan tekanan darah
akut yang mengancam jiwa ini memerlukan penanganan segera dalam perawatan intensif
karena dapat menimbulkan kerusakan serius pada organ lain di tubuh.
Kedaruratan hipertensi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol atau
mereka yang tiba-tiba menghentikan pengobatan. Adanya gagal ventrikel kiri atau disfungsi
otak menunjukkan kebutuhan akan perlunya menurunkan tekanan darah segera. Hal ini
memerlukan kesigapan perawat dalam menangani perawatannya.
Mengingat peningkatan tekanan darah yang dapat mengancam jiwa ini maka penyusun
tertarik untuk menyusun asuhan keperawatan dengan hipertensi ini.
2. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pemahaman tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
Hipertensi.
B. Tujuan Khusus
1) Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan hipertensi.
2) Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertensi.
3) Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi.
4) Dapat melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi.
5) Dapat mendokumentasikan hasil Asuhan Keperawatan dengan baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg ( Smeltzer,
2001).
Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di
mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif,
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
B. ETIOLOGI
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka
menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya.
Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder).
( Smeltzer, 2001).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya
adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). ( Smeltzer, 2001)
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
1. Penyakit Ginjal
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alkohol
4. Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti umur,
jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi. (Smeltzer, 2001).
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui
aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,
saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas. (Price, 2005)
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh
stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. (Price, 2005)
dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
G. Manefestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
(Price, 2005)
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan
diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang lebih
tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada
setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal. (Smeltzer, 2001).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan
sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur
di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu. (Price, 2005)
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. (Price, 2005)
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan (pregnancy-induced
setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung
dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita
terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR
berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak
peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan
darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang mengganggu
perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang,
I. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah
diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack
(TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut
(IMA).
menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium,
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium
protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi).
A. Pengkajian
Sirkulasi
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut
femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal,
tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai
disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel
kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit,
(vasokonstriksi)
3. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik
Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat,
Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan tinggi kalori.
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu);
Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode kebas/kelemahan pada satu
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir,
atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau
ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan
(feokromositoma)
Pernafasan
(krekles/mengi). Sianosis.
Keamanan
Hipotensi posturnal.
penyakit serebrovaskular/ginjal.
C. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
5 Kelebihan volume cairan Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Awasi denyut jantung, TD, CVP 1. Tacikardi dan hipertensi terjadi karena kegagala
berhubungan dengan edema diharapkan pasien menunjukkan 2. Catat pemasukan dan pengeluaran ginjal untuk mengeluarkan urine, pembatasan
keseimbangan volume cairan dengan kriteria secara akurat. cairan berlebih selama mengobati
: 3. Awasi berat jenis urine hipovolemia/hipotensi atau perubahan fase oligu
1. Masukan dan haluaran seimbang 4. Timbang tiap hari dengan alat dan gagal ginjal dan perubahan pada renin-
2. BB stabil pakaian yang sama angiotensin.
3. Tanda vital dalam rentang normal ( N : 70 5. Kaji kulit, wajah area tergantung 2. Perlu untuk menentukan fungsi gnjal, kebutuhan
– 80 x mnt, R : 16 – 20 x /mnt, S : 36 – untuk edema penggantian cairan
37,2, T : 120 / 80 mmHg) 2. 5.6 Berikan obat sesuai indikasi 3. Mengukur kemampuan ginjal untuk
4. Oedema tidak ada (diuretik) mengkonsentrasikan urine
4. Penimbangan berat badan harian adalah
pengawasan status cairan terbaru. Peningkatan
berat badan lebih dari 0,5 kg per hari diduga ada
retensi cairan.
5. Edema terjadi terutama pada jaringan yang
tergantung pada tubuh contoh : tangan, kaki, are
lumbosakral
6. 6. Membantu dalam pengeluaran cairan
6 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Kaji respon pasien terhadap 1. Menyebutkan parameter membantu dalam
diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas, perhatikan frekuensi nadi mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktivit
aktivitas yang diinginkan/diperukan dengan lebih dari 20 kali per menit di atas dan bila ada, merupakan indikator dari kelebihan
kriteria hasil : frekuensi istirahat, peningkatan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
1. Melaporkan peningkatan dalam toleransi tekanan darah yang nyata selama 2. Teknik menghemat energi mengurangi penggunaa
aktivitas yang dapat diukur /sesudah aktivitas, dpsnea atau energi, juga membantu keseimbangan antara supla
2. Menunjukkan penurunan dalam tanda- nyeri dada, keletihan dan dan kebutuhan oksigen.
tanda intoleransi fisiologi kelemahan yang berlebihan, 3. Mengidentifikasi sejauh mana kemampuan pasien
diaforesis, pusing atau pingsan dalam melakukan aktivitas dan prwt diri.
2. Instruksikan pasien tentang teknik 4. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkat
penghematan energi , misalnya kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hany
menggunakan kursi saat mandi, sebatas kebutuhan hanya akan mendorong
duduk saat menyisir rambut atau kemandirian dalam melakukan aktivitas
menggosok gigi, melakukan
aktivitas dengan perlahan
3. Kaji sejauh mana aktivitas yang
dapat ditoleransi
4. Mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas
7 Gangguan persepsi sensori : Setelah diberikan tindakan keperawatan, 1. Kaji kemampuan melihat pasien 1. Untuk mengidentifikasi kemampuan melihat dan
penglihatan diharapkan pengelihatan pasien semakin 2. Berikan kompres hangat pada mata menyusun rencana tindakan.
membaik, dengan criteria : 3. Bantu kebutuhan pasien dalam 2. Meningkatkan vaskularisasi pada area mata
1. Menyatakan pengelihatan semakin rentang pasien mengalami 3. Menghindari resiko cidera dan kesalahan intepreta
membaik penurunan pengelihatan yang dapat mengancam jiwa pasien
2. Visus normal ( 6/6 ) 4. Kolaborasi dalam pemeriksaan 4. Menghindari disorientasi waktu, orang dan tempa
3. Refraksi mata baik mata dan penggunaan alat bantu
4. Tidak ada disorientasi waktu, orang dan pengelihatan
tempat
8 Risiko cedera Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Jauhkan dari benda-benda tajam 1. Meminimalkan risiko cedera
diharapkan pasien tidak mengalami cidera 2. Berikan penerangan yg cukup 2. Meminimalkan terjadinya benturan
dengan kriteria hasil : 3. Usahakan lantai tidak licin dan 3. Meminimalkan klien jatuh
1. Pasien tidak mengalami cedera. basah 4. Menghindari klien terjatuh pada saat istirahat
2. Tidak 4. Pasang side rail 5. Untuk meningkatkan menjaga keamanan
5. Anjurkan pada keluarga klien untuk
selalu menemani klien dalam
beraktivitas
9 PK : Gagal Jantung Setelah diberikan tindakan keperawatan, 1. Pantau adanya tanda – tanda gagal 1. Pemantauan, penanganan sedini mungkin dan
diharapkan pasien tidak mengalami gagal jantung mencegah kerusakan lebih lanjut
jantung 2. Kolaborasi dengan dokter bagian 2. Pemberian therapi sedini mungkin dengan
1. Nadi 70 – 80 x/mnt dalam ( jantung) pertimbangan therapi yang tepat akan mampu
2. Nyeri tidak ada menyelamatkan jiwa pasien
3. Sianosis tidak ada
LAPORAN KASUS KELOLAAN HIPERTENSI
PENGKAJIAN
A.IDENTITAS DIRI
1. Klien
a. Nama : Tn.H
b. TTL/Umur : 4/April/1959 (61 Thn)
c. Jenis Kelamin : Laki - Laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Pensiunan TNI
g. Suku : Maluku
h. Status Perkawinan : Sudah Menikah
i. Alamat :Wahai
j. Sumber Imformasi : Pasien dan Keluarga
k. Tanggal Pengkajian:16 Januari 2020
l. Tanggal Masuk RS : 16 Januari 2020 pkl 15.12 Wit
m. No Rm : 083906
2. Penanggung Jawab :
a. Nama : Ny.R
b. Umur : 59 Thn
c. Alamat : Wahai
d. Hub.Dengan Klien : Istri
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama Saat Masuk RS : Pasien Masuk RS dengan keluhan nyeri
kepala
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan nyeri kepala, selain itu
pasien merasa lemas dan nyeri pada kaki kiri
akibat tertimpa motor.Karena kuatir dengan
kondisi pasien keluarga membawa pasien ke
PUSKESMAS wahai, untuk mendapatkan
penanganan,pada saat di PUSKESMAS
pasien belum juga ada perubahan sehingga
pasien di rujuk ke RSUD Masohi pada
tanggal 16 januari 2020 pkl 11.00 Wit untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
3. Pola Eliminasi
BAB Sebelum Masuk RS Saat Masuk RS
Frekuensi 1 - 2 x/hari Pasien belum saat di igd
Konsistensi Lunak -
Warna Kekuningan -
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Jumlah 500cc -
BAK Sebelum Masuk RS Saat Masuk RS
Frekuensi 4 – 5 x/hari 1 x/hari
Jumlah ± 1400 cc 500 cc
Warna Putih Jernih Putih keruh
Jenis Minum Air putih, kopi Air putih
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Menggunakan alat bantu Tidak ada Tidak ada
6. Pola Perceptual
a. Penglihatan : Pasien tidak mengalami gangguan penglihatan,
pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
seperti kaca mata.
b. Pendengaran : Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran,
pasien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
c. Pengecapan : Pasien tidak mengalami gangguan pengecapan,
pasien dapat membedakan rasa makanan
d. Penciuman : Pasien tidak mengalami gangguan penciuman,
pasien dapat membedakan jenis bau
7. Pola Persepsi Diri
Body Image : Pasien mengatakan tidak keberatan kalau di
rawat di RS,asalkan pasien dapat di obati hingga
sembuh, sehingga pasien dapat kembali
beraktivitas. Selain itu pasien juga menganggap
ini merupakan cobaan dari tuhan.
8. Pola Seksualitas dan Reproduksi : Pasien mengatakan sesekali masih melakukan
hubungan seksualitas dengan istrinya.
9. Pola Peran Hubungan : Hubungan pasien dengan keluarga maupun orang
lain baik.
10. Pola manajemen koping stress:Pada saat pengkajian pasien tampak tenang, pasien
mengatakan pada saat ada masalah pasien lebih
memilih berdoa agar di berikan jalan keluar dari
masalah yang di hadapinya.
11. Sistem Nilai dan Keyakinan :Pasien beragama islam, sebelum sakit pasien rajin
beribadah, namun saat sakit pasien hanya bisa
berdoa di atas tempat tidur.
D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum saat pengkajian : Pasien tampak lemas, meringis, aktivitas pasien di
bantu keluarga.
Kesadaran : Compos mentis, dengan nilai GCS : 15 (E4V5M6)
Keterangan :
Eye 4 : Klien dapat membuka mata secara
spontan
Verbal 5 : Klien dapat menjawab semua
pertanyaan
dengan benar:
Motorik 6 : Dapat bergerak mengikuti perintah
Tanda – Tanda Vital :
TD : 180/110 mmHg N : 88 x/ S : 36,8ºC RR: 18 x/m
Saturasi : 96 % Skala nyeri : 8 (skala berat)
Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris kiri dan kanan, rambut lurus, warna rambut
hitam, tidak ada ketombe, dan kulit kepala bersih, tidak ada alopesia
(kerontokan), dan penyebaran rambut merata.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan pada kepala, terdapat nyeri kepala dan
rambut tidak muda rontok.
Data pengkajian nyeri :
R: Kepala
S: Skala nyeri 8
T: 1 menit
Mata
Inspeksi :Bentuk kedua bola mata simetris kiri dan kanan, tidak ada ikterus,
kunjungtiva tidak anemis, keadaan bola mata dapat bergerak dengan
normal, refleks terhadap cahaya baik. Pasien tidak mengalami
gangguan penglihatan dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada mucus/secret, tidak
ada polip, tidak ada sinusitis, tidak menggunakan pernapasan cuping
hidung, frekuensi pernapasan 18 x/m.
Palpasi : Hembusan udara pada bagian kiri dan kanan sama, tidak teraba
massa dan tidak ada nyeri tekan.
Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris bagian kiri dan kanan, tidak terdapat serumen,
terlihat membran timpani, pasien tidak mengalami gangguan
pendengaran dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak
ada benjolan pada kedua telinga.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada telinga.
Mulut
Inspeksi : Bentuk bibir simetris bagian atas dan bawah, tidak terdapat sianosis,
bibir lembab, lidah bersih, tidak ada gigi yang tanggal, dan fungsi
menelan baik.
Leher
Inspeksi : Bentuk leher simetris kiri dan kanan, tampak vena jigularis.
Palapasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, teraba arteri karotis, tidak
ada nyeri tekan dan tidak terdapat krepitasi pada leher.
Thorax
Inspeksi :Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada simetris kiri dan
kanan, frekuensi pernapasan 18x/m.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada seluruh lapang dada
Auskultasi :Tidak ada bunyi ronchi atau weezing
Paru
Inspeksi : Tidak terdapat bantuan otot pernapasan, inspirasi dan ekspirasi
seimbang
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan atau krepitasi
Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada thorax bagian kiri dan kanan.
Auskultasi : Tidak Terdengar bunyi ronchi atau weezing
Jantung
Inspeksi : Tidak ada ikterus kordi
Auskultsi : Terdengar bunyi S1 dan S2, dan bunyi jantung teratur
Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak terdapat asites
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Perkusi : Terdapat bunyi timpani
Auskultasi : Terdengar Bising usus normal 8x/m.
Genetalia dan Perianal
Inspeksi :Pasien tidak menggunakan kateter, pada saat pengkajian keadaan
genetalia bersih, dan tidak ada hemoroid.
Ekstremitas
Atas (tangan) :Bentuk simetris tangan kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada
kedua tangan, pada lengan kiri terpasang IVFD dengan cairan yang
terpasang Nacl 0,9% + Drips NB 1 Amp dengan kecepatan 20 Tpm.
Kekuatan 5/5 (kekuatan penuh)
Bawah (kaki) : Bentuk simetris kaki kiri dan kanan, Terdapat bengkak pada
punggung kaki kiri akibat tertimpa motor, pasien belum mampu
berjalan sendiri karena pasien merasa lemas.kekuatan otot 5/5
(kekuatan penuh).
5 5
5 5
A. ANALISA DATA
INTERPRETASI DATA DAN
No DATA KEMUNGKINAN MASALAH
PENYEBAB
Nyeri kepala
Ganguan sirkulasi
2 DS : Intoleransi Aktivitas
Pembuluh darah
Pasien mengatakan
lemas Sistemik
Pasien mengatakan
belum dapat Vasokontriksi
melakukan aktivitas
secara mandiri Afterload meningkat
DO : Fatique
Aktivitas pasien di
bantu keluarga Intoleransi
Punggung kaki kiri aktivitas
nyeri n bengkak
bengkak
5 5
J. IMPLEMENTASI
Tanggal dan Diagnosa Nama dan
Implementasi
Waktu Keperawatan Paraf
R: Kepala
S: Skala nyeri 8
T: 1 menit
5 5
5 5
15.23 Wit
3. Menganjurkan keluarga untuk
membantu memenuhi kebutuhan pasien
R/Keluarga mengatakan akan mengikuti
anjuran perawat
K. EVALUASI
Tangga Perkembangan Nama
DX
l dan dan
No.
Waktu Paraf
1 16-01- S:
2020
- Pasien mengatakan nyeri berkurang
20.40 - Paien mengatakan masih lemas
Wit O:
5 5
A:
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta :
EGC
Chung, E.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan
oleh Petrus Andryanto, Jakarta : EGC
Doenges,M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit
Kanisius
Marvyn, Leonard. 1995. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta :
Penerbit Arcan
NANDA.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.
NANDA, 2007-2008. Diagnosa Nanda (Nic & Noc), Disertai Dengan Discharge
Planning.
Price, S, A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 volume
1. Jakarta ; EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta
:EGC
Sobel, Barry J, et all.1999. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta :
Penerbit Hipokrates
Tom, S. 1995. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?,
Jakarta : Arcan
Peter.S. 1996. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta : Arcan.
Tucker, S.M, et all . 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis
dan evaluasi , Edisi V, Jakarta : EGC
Doengoes , Marilin .2002.Rencana Asuhan Keperawatan , Edisi : 3.Jakarta : EGC
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
Nyeri
Intoleransi Aktivitas
C. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji karakteristik 1. Mengidentifikasi
keperawatan selama 8 jam nyeri PQRST karakteristik nyeri
diharapkan masalah nyeri dapat merupakan factor
berkurang atau hilang dengan yang penting untuk
kriteria hasil : menemukan terapi
Pasien mengatakan nyeri yang cocok serta
berkurang atau hilang dengan mengevaluasi
skala 0-3 keefektifan dari
TTV dalam batas normal : terapi.
TD : 110/80 – 120/80 mmhg
N : 70 – 80 x/m 2.Pertahankan tirah 2.Meminimalkan
S : 36 – 37 C baring selama fase stimulasi atau
P : 18 – 20 x/m akut meningkatkan
relaksasi