Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH FARMASI FISIKA

“DEGRADASI OKSIDASI”

OLEH :

Nama : Pino Sawili

NO BP : 1704041

Dosen : Yahdian Rasyadi M.Farm,Apt

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

YAYASAN PERINTIS

PADANG

2018
A. Degradasi oksidasi
Degradasi adalah suatu reaksi perubahan kimia atau peruraian suatu senyawa atau
molekul menjadi senyawa atau molekul yang lebih sederhana (Yatim, 2007).
Misalnya, penguraian polisakarida selulosa menjadi monosakarida (glukosa). Degradasi
polimer dasarnya berkaitan dengan terjadinya perubahan sifat karena ikatan rantai utama
makromolekul.
Pada polimer linear, reaksi tersebut mengurangi massa molekul atau panjang
rantainya. Sedangkan Oksidasi adalah interaksi antara molekul oksigen dan semua zat
yang berbeda . Oksidasi merupakan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau
ion .
Stabilitas kimia obat : Obat, Degradasi ,Potensi Farmakologi
Pengertian Oksidasi Ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk oksidasi,yaitu
kehilangan elektron, memperoleh oksigen, atau kehilangan hidrogen.
Pengertian oksidasi Dalam arti sempit, yang dimaksud dengan oksidasi adalah
pengambilan oksigen dari udara. Reaksi oksidasi merupakan reaksi pelepasan electron
oleh suatu zat.
Jenis reaksi oksidasi,Oksidasi memiliki dua jenis,
yaitu: 1. Auto-oksidasi

2. Foto-oksidasi

1. Auto-oksidasi

"Oksidasi di mana oksigen hadir di udara yang terlibat." Proses ini berlangsung
perlahan-lahan di bawah pengaruh oksigen atmosfer

misalnya Minyak, lemak tak jenuh & senyawa dapat mengalami auto-oksidasi

2. Foto-oksidasi

"Oksidasi di mana penghapusan elektron yang terlibat dengan kehadiran diluar dari
O2." Tipe ini lebih jarang ditemui.
Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi antara lain :

a. Substrat
Ukuran dan komponen senyawa yang menyusun substrat merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi degradasi. Degradasi akan berlangsung lebih
cepat bila ukuran subtrat lebih kecil dan senyawa penyusunnya lebih sederhana.
Sebaliknya, jika ukuran substrat lebih besar dan senyawa penyusunnya lebih
kompleks dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendegradasinya.
b. Sumber nitrogen
Nitrogen diperlukan karena dapat mempengaruhi aktivitas fungi untuk
menghasilkan enzim ekstraseluler. Bahan yang banyak digunakan sebagai sumber
nitrogen adalah ammonium nitrat, ammonium sulfat, dan urea. Nilai aktivitas FP-
ase yang dihasilkan oleh A. niger pada penambahan urea sebesar 0,03% (w/v)
memberikan hasil yang optimal dibandingkan sumber nitrogen lainnya (pepton,
NaNO3, dan ekstrak ragi) yakni sebesar 1,68 U/ml (Narashimha, 2006). Jika ezim
ekstraseluler yang dihasilkan oleh fungi banyak, maka degradasi akan
berlangsung lebih cepat. Sebaliknya, jika enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh
fungi sedikit, maka degradasi akan berlangsung lebih lama.
c. pH
pH aktivitas enzim sangat penting untuk proses degradasi, karena enzim-
enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya
pada pH tertentu. Umumnya fungi menyukai pH di bawah 7 (Gandjar, 2006).
Hasil penelitian Indah (2012) pH optimum enzim selulase yang dihasilkan oleh
isolat Aspergillus spp.1 yaitu 4. Jika pH sesuai dengan aktivitas enzim, maka
kerja enzim ekstraseluler untuk mendegradasi substrat akan optimal.
d. Suhu
Selain pH, suhu juga mempenguruhi kerja enzim untuk mendegrdasi substrat.
Peningkatan suhu menyebabkan energi kinetik pada molekul substrat dan enzim
meningkat, sehingga degradasi juga meningkat. 7 Namun suhu yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan rusaknya enzim yang disebut denaturasi, sedangkan suhu
yang terlalu rendah dapat menghambat kerja enzim. Bila kerja terhambat atau
struktur enzim rusak maka degradasi tidak dapat berlangsung dengan baik.
e. Kelembaban
Kelembaban merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan fungi, biosintesis, dan sekresi enzim. Kelembaban yang rendah
menyebabkan berkurangnya kelarutan nutrisi di dalam substrat, derajat
pertumbuhan rendah, dan tegangan air tinggi. Sedangkan level kelembaban yang
lebih tinggi dapat menyebabkan berkurangnya enzim yang dihasilkan karena
dapat mereduksi porositas (jarak interpartikel) pada matriks padatan, sehingga
menghalangi transfer oksigen. Jika jumlah enzim berkurang, maka proses
degradasi akan berlangsung lebih lama. Kelembaban yang optimal untuk
pertumbuhan Aspergillus niger adalah 85%.

Reaksi degradasi oksidasi terjadi karena Ketengikan oksidatif


Ketengikan oksidatif terkait dengan degradasi oleh oksigen di udara. Melalui
proses radikal bebas, ikatan rangkap asam lemak tak jenuh dapat mengalami
pembelahan, membebaskan aldehida dan keton yang mudah menguap.
Oksidasi terutama terjadi pada lemak tak jenuh. Misalnya, meskipun daging
disimpan dingin atau dalam keadaan beku, lemak tak jenuh akan terus teroksidasi
dan perlahan menjadi tengik. Proses oksidasi lemak, yang berpotensi
mengakibatkan ketengikan, dimulai segera setelah hewan disembelih dan lemak
otot, intra-muskular, inter-muskular dan permukaan terpapar oksigen dari udara.
Proses kimia ini berlanjut selama penyimpanan beku, meski lebih lambat pada
suhu rendah.
Contohnya Molekul yang banyak mengalami oksidasi adalah :

Fenolic : morphin, phenilephrine ,semiquinon, quinon


Katekolamin : isoprenaline, L-Adrenalin , Adrenosom
and adrenaline

Thiol : captopril

Vitamin : Asam ascorbat, Dehodroascorbic acid


Fenolic : morphine, semiquinon, quinon
Prosesnya bisa ditekan dengan menghilangkan oksigen atau dengan
penambahan antioksidan.
Dengan demikian, kemasan kedap udara akan memperlambat ketengikan.
Efek untuk kesehatan adalah Mengkonsumsi produk makanan tengik sepertinya
tidak akan menyebabkan penyakit atau bahaya langsung. Ketengikan dapat
mengurangi nilai gizi makanan, dan beberapa vitamin sangat sensitif terhadap
degradasi.
Selain itu, ketengikan dapat menghasilkan senyawa beracun potensial yang
terkait dengan dampak buruk kesehatan jangka panjang yang berhubungan
dengan penuaan dini, gangguan neurologis, penyakit jantung, dan kanker
Cara menguragi ketengikan yaitu:

Antioksidan sering digunakan sebagai bahan pengawet dalam makanan yang


mengandung lemak untuk menunda atau memperlambat ketengikan karena
oksidasi. Antioksidan alami termasuk polifenol (misalnya flavonoid), asam
askorbat (vitamin C) dan tokoferol (vitamin E).

Antioksidan sintetis termasuk hidroksianisola terbutilasi (BHA),


hidroksitoluena terbutilasi (BHT), TBHQ, propil galat dan etoksikuin.
Antioksidan alami cenderung berumur pendek, sehingga digunakan antioksidan
sintetis jika diutamakan umur simpan lebih lama. Efektivitas antioksidan yang
larut dalam air terbatas hanya mencegah oksidasi langsung dalam lemak, namun
sangat berharga dalam mencegat radikal bebas yang berpindah melalui bagian
makanan berair. Kombinasi antioksidan yang larut dalam air dan larut dalam
lemak sangat ideal, biasanya sesuai rasio lemak terhadap air.

Selain itu, ketengikan dapat dikurangi, namun tidak sepenuhnya dihilangkan,


dengan menyimpan lemak dan minyak di tempat yang sejuk dan gelap dengan
sedikit paparan oksigen atau radikal bebas, karena panas dan cahaya
mempercepat laju reaksi lemak dengan oksigen. Zat antimikroba juga dapat
menunda atau mencegah ketengikan dengan menghambat pertumbuhan bakteri
atau mikroorganisme lainnya yang mempengaruhi prosesnya.
Teknologi penangkapan oksigen dapat digunakan untuk menghilangkan oksigen dari
kemasan makanan sehingga mencegah ketengikan oksidatif.

1. Eksklusi oksigen

 Obat suntik: menghilangkan oksigennya diganti dengan gas inert

 Kapsul/tablet: memasukkan pada strip yang kedap cahaya

2. Mengubah pH larutan

 Obat dengan gugus fenol lebih mudah teroksidasi pada suasana Netral-alkali
sehingga untuk menghambat oksidasi pH dibuat asam misan 3

3. Dihindarkan dari cahaya

 Dibuat wadah berwarna

Anda mungkin juga menyukai