Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH HUKUM DAN GENDER

DISKRIMINASI GENDER DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Dosen Pengampu:

MERI YARNI, S.H., M.H.

Nama Anggota:

BENI WILLIA SAPUTRA (B10017063)

LAKSAMANA RIHDO (B10017067)

ARIO DOLA (B10017183)

FADJRI HABIBILLAH (B10017240)

ERYANDI PRATAMA (B10017248)

WIDI WAHYUDI (B10017020)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat taufiq

dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Pengertian dan Sejarah Psikoneuroimologi” ini tepat pada waktu. Tak lupa sholawat

dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa kita nanti-nanti syafaatnya di akhir masa. Amin ya robbal’alamin.

Semoga Allah SWT selau membalas segala kebaikan mereka dan selalu

memberikan berkah-Nya. Kami sebagai manusia biasa menyadari bahwa penyusunan

dari makalah ini mAsih belum sempurna dan pastinya ada kekurangan.

Kesempurnaan hanya ada pada AllAh semata.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi kebaikan

makalah ini kedepannya. Akhir kata, kami seluruh penyusun berharap agar makalah

ini mampu memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca dan

di lingkungan akademis. Amin ya robbal’alamin.

Jambi, November 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………..3

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………7

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..7

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian…………………………………………………………………8

B. Permasalahan Ketidakadilan Gender……………………………………..10

C. Bentuk-bentuk Ketidakadilan Akibat Diskriminasi Gender……………....12

D. Peran Pemerintah dalam Mengatasi Diskriminasi Gender……………...14

E. Mewujudkan Kesetaraan Gender………………………………………….17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………..22

B. Saran ……………………………………………………………………...22

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh

perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, proses sosial budaya yang panjang.

Perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan, selain disebabkan oleh faktor

biologis sebagian besar justru terbentuk melalu proses sosial dan kultural. Gender

bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional dalam melakukan measure

(pengukuran) terhadap persoalan laki-laki dan perempuan terutama yang terkait

dengan pembagian peran dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu

sendiri. Istilah gender telah menjadi isu penting dan sering diperbincangkan akhir-

akhir ini. Banyak orang yang mempunyai persepsi bahwa gender selalu berkaitan

dengan perempuan, sehingga setiap kegiatan yang bersifat perjuangan menuju

kesetaraan dan keadilan gender hanya dilakukan dan diikuti oleh perempuan tanpa

harus melibatkan laki-laki.

Perempuan merupakan sumber daya yang jumlahnya cukup besar, bahkan di

seluruh dunia melebihi jumlah laki-laki. Namun perempuan yang yang berpartisipasi

di sektor publik berada jauh di bawah laki-laki, terutama di bidang politik.

Rendahnya partisipasi perempuan di sektor publik bukan hanya terjadi di Indonesia,

tetapi juga di seluruh dunia, termasuk juga di negara negara maju. Sebagai contoh

3
dalam bidang pendidikan kaum perempuan masih tertinggal dibandingkan dengan

laki-laki. Contoh selanjutnya di India, di negara ini wanita dibagi menjadi tiga

kelompok atau kelas, yaitu kelas atas, menengah, dan bawah. Pandangan masyarakat

India terhadap wanita ditentukan pada kelas atau strata mana dia berada. Umumnya

kelas atau strata tersebut dilihat dari kasta atau keturunan, selain itu juga dari kelas

ekonomi. Tuntutan agar wanita terjun di dunia kerja mendorong mereka untuk

memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Semakin tinggi pendidikan seorang

wanita, semakin terangkat kelas dan derajat dia dalam masyarakat. Bagi kelas rendah,

wanita dilahirkan, dirawat lalu tumbuh, harus tinggal dan bekerja di rumah.,

kemudian dikawinkan dalam usia belia. Artinya wanita yang tidak berpendidikan

tidak mempunyai alasan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak.

Pendidikan dan penegakan hak-hak wanita mempunyai kaitan yang erat,

semakin rendah pendidikan seorang wanita semakin sedikit kesempatan dia untuk

menuntuk hak-haknya. Kendala utama datang dari pihak keluarga, wanita dianggap

hanya pantas bekerja di dalam rumah saja. Oleh karena itu, kesempatan bagi mereka

untuk berkiprah di luar rumah sangat terbatas. Keinginan untuk bersekolah atau

mendapatkan pendidikan lainnya karena alasan untuk berkarir di luar rumah sangat

sedikit yang mendapat persetujuan dari pihak keluarga khususnya orang tua.

Kesetaraan gender merupakan suatu keadaan setara antara laki-laki dan

perempuan dalam hak secara hukum dan kondisi atau kualitas hidupnya sama.

Kesetaraan gender merupakan salah satu hak asasi setiap manusia. Gender itulah

4
yang pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat. Peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran

reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan. Akan tetapi pada kenyataannya sampai

saat ini, perempuan seringkali dianggap lemah dan hanya menjadi sosok pelengkap.

Terlebih lagi adanya pola berpikir bahwa peran perempuan hanya sebatas bekerja di

dapur, sumur, mengurus keluarga dan anak, sehingga pada akhirnya peran di luar itu

menjadi tidak penting.

Istilah kesetaraan gender sering terkait dengan istilah diskriminasi terhadap

perempuan, subordinasi, penindasan, perilaku tidak adil dan semacamnya.

Diskriminasi gender, menyebabkan kerentanan terhadap perempuan dan/atau anak

perempuan serta berpotensi pada terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam

berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, banyak bermunculan program atau

kegiatan, terutama dilakukan oleh beberapa LSM, untuk memperbaiki kondisi

perempuan, yang biasanya berupa pelatihan tentang isu-isu gender, pembangkitan

kesadaran perempuan, dan pemberdayaan perempuan dalam berbagai segi kehidupan

ekonomi, sosial dan politik. Namun, hal ini justru berbanding terbalik dengan realita

bahwa perempuan ternyata mempunyai peranan yang sangat besar dalam berbagai

bidang, baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun sosial, bahkan peranan

perempuan justru sangat dirasakan oleh masyarakat luas.

Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan

struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Keadilan gender adalah suatu

proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Keadilan gender berarti

5
tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan

terhadap perempuan maupun laki-laki. Konsep kesetaraan bertolak belakang dengan

prinsip keadilan, karena adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya,

memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Sementara kesamaan adalah

menyetarakan antara 2 hal tanpa adanya perbedaan.

Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya

diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki

akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh

manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi

berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan

memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil

sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk

mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh

manfaat yang sama dari pembangunan. Hak untuk hidup secara terhormat, bebas dari

rasa ketakutan dan bebas menentukan pilihan hidup tidak hanya diperuntukan bagi

para laki-laki, perempuan pun mempunyai hak yang sama pada hakikatnya.

6
B. Rumusan Masalah

1. Langkah apa yang harus dilakukan pemerintah Negara untuk mengatasi

diskriminasi gender?

2. Bagaimana cara untuk mewujudkan kesetaraan gender?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui langkah yang harus dilakukan pemerintah Negara untuk

mengatasi diskriminasi gender.

2. Untuk memahami cara mewujudkan kesetaraan gender.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Gender

Gender adalah adalah pembedaan peran, status, pembagian kerja yang

dibuat oleh sebuah masyarakat berdasarkan jenis kelamindisebut pula hubungan

sosial antara laki-laki dan perempuan sehingga gender merujuk pada hubungan

antara laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, dan

bagaimana hubungan sosial ini dikonstruksikan. Peran gender bersifat dinamis

dan berubah antar waktu. Jadi gender merupakan suatu hubungan sosial antara

laki-laki dan hanya dibedakan dengan peran, status, serta pembagian kerja yang

dibuat oleh masyarakat.

2. Kesetaraan Gender

Kesetaraan Gender adalah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan,

dilandaskan kepada pengakuan atas ketidaksetaraan gender yang disebabkan oleh

diskriminasi struktural dan kelembagaan. Disebut pula sebagai ketiadaan

diskriminasi berdasarkan jenis kelamin atas dasar kesempatan, alokasi sumber

daya atau manfaat dan akses terhadap pelayanan. Jadi kesetaraan gender adalah

suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan atas dasar kesempatan,

alokasi sumber daya atau manfaat dan akses terhadap kenyamanan. Kesetaraan

8
gender juga harus mencakup ke segala bidang, contohnya dalam bidang

pendidikan, laki-laki dan perempuan harus memiliki tingkat pendidikan yang

sama untuk memenuhi unsur kesetaraan gender sebagaimana telah diatur dalam

ketentuan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya

masyarakat, bangsa dan Negara.” (ayat 1).

Rumusan pasal tersebut di atas menjelaskan adanya persamaan hak untuk

memperoleh pendidikan baik bagi penduduk laki-laki maupun perempuan, selain

itu dalam UUD 45 terutama dalam pasal 31 ayat 1 juga dinyatakan bahwa,

“Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Penjelasan tersebut

mengandung makna bahwa setiap warga negara baik laki-laki maupun

perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan

sehingga tidak ada diskriminasi antara laki-laki maupun perempuan agar

terciptanya kesetaraan gender dalam bidang pendidikan.

3. Diskriminasi Gender

Menurut Nurrobikha dan Asmawati Burhan:

Diskriminasi gender adalah suatu perbedaan. Pemabatasan atau pengecualian

yang dibuat berdasarkan peran dan norma gender yang dikonstruksikan secara

9
social yang bertujuan untukmencegah seseorang menikmati hak asasi manusia

secara penuh.

Menurut Ida Fauziah:

Diskriminasi gender adalah bentuk ketidakadilan gender yang

merupakan akibat dari adanya system struktur social dimana salah satu jenis

kelamin (laki-laki atau perempuan) menjadi korban. Hal ini terjadi dikarena

adanya keyakinan serta pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban

sejarah manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah

pihak walaupun pada kenyataannya dalam keadilan sehari-hari lebih banyak

dialami oleh perempuan.

B. Permasalahan Ketidakadilan Gender

Ketertinggalan perempuan mencerminkan masih adanya ketidakadilan

danketidak setaraan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia, hal ini dapat

terlihat dari gambaran kondisi perempuan di Indonesia. Sesungguhnya perbedaan

gender dengan pemilahan sifat, peran, dan posisi tidak menjadi masalah

sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan. Namun pada kenyataannya perbedaan

gender telah melahirkan berbagai ketidak adilan, bukan saja bagi kaum

perempuan, tetapi juga bagi kaum laki-laki. Berbagai pembedaan peran, fungsi,

tugas dan tanggung jawab serta kedudukan antara laki-laki dan perempuan baik

secara langsung maupun tidak langsung, dan dampak suatu peraturan perundang-

10
undangan maupun kebijakan telah menimbulkan berbagai ketidakadilan karena

telah berakar dalam adat, norma ataupun struktur masyarakat.

Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan sistem dan struktur

dimana baik perempuan maupun laki-laki menjadi korban dalam system tersebut.

Berbagai pembedaan peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki baik

secara langsung yang berupa perlakuan maupun sikap, dan yang tidak langsung

berupa dampak suatu peraturan perundang-undangan maupun kebijakan telah

menimbulkan berbagai ketidakadilan. Ketidakadilan gender terjadi karena

adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban

manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya menimpa perempuan saja

tetapi juga dialami oleh laki-laki. Ketidakadilan gender ini dapat bersifat :

1) Langsung, yaitu pembedaan perlakuan secara terbuka dan berlangsung,

baik disebabkan perilaku/sikap, norma/nilai, maupun aturan yang

berlaku.

2) Tidak langsung, seperti peraturan sama, tapi pelaksanaannya

menguntungkan jenis kelamin tertentu.

3) Sistemik, yaitu ketidakadilan yang berakar dalam sejarah, norma atau

struktur masyarakat yang mewariskan keadaan yang bersifat membeda-

bedakan.

11
C. Bentuk-bentuk Ketidakadilan Akibat Diskriminasi Gender

1. Marginalisasi (pemiskinan) Perempuan

Pemiskinan atas perempuan maupun atas laki-laki yang disebabkan

oleh jenis kelaminnya adalah merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang

disebabkan gender. Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi.

Peminggiran dapat terjadi di rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh

negara yang bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah,

maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan (teknologi).

Contoh Marginalisasi adalah:

(1) Pemupukan dan pengendalian hama dengan teknologi baru yang

dikerjakan laki-laki

(2) Pemotongan padi dengan peralatan sabit, mesin yang diasumsikan hanya

membutuhkan tenaga dan keterampilan laki-laki, menggantikan tangan

perempuan dengan alat panen ani-ani

(3) Peluang menjadi pembantu rumah tangga lebih banyak perempuan

(4) Banyak pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan perempuan seperti

“guru taman kanak-kanak” atau “sekretaris” dan “perawat”.

2. Subordinasi (penomorduaan)

Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis

kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin

lainnya. Sudah sejak dahulu ada pandangan yang menempatkan kedudukan

dan peran perempuan lebih rendah dari pada laki-laki. Kenyataan

12
memperlihatkan pula bahwa masih ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi

ruang gerak terutama perempuan di berbagai kehidupan. Anggapan bahwa

perempuan lemah, tidak mampu memimpin, cengeng dan lain sebagainya,

mengakibatkan perempuan jadi nomor dua setelah laki-laki. Sebagai contoh

apabila seorang isteri yang hendak mengikuti tugas belajar, atau hendak

berpergian ke luar negeri harus mendapat izin suami, tatapi kalau suami yang

akan pergi tidak perlu izin dari isteri.

3. Stereotip (citra buruk)

Pelabelan atau penandaan yang sering kali bersifat negatif secara

umum selalu melahirkan ketidakadilan. Salah satu jenis stereotip yang

melahirkan ketidakadilan dan diskriminasi bersumber dari pandangan gender

karena menyangkut pelabelan atau penandaan terhadap salah satu jenis

kelamin tertentu. Misalnya, pandangan terhadap perempuan bahwa tugas dan

fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan

kerumahtanggaan atau tugas domestik dan sebagi akibatnya ketika ia berada

di ruang publik maka jenis pekerjaan, profesi atau kegiatannya di masyarakat

bahkan di tingkat pemerintahan dan negara hanyalah merupakan perpanjangan

peran domestiknya.

4. Violence (kekerasan)

Berbagai kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat perbedaan

peran muncul dalam berbagai bentuk. Kata kekerasan tersebut berarti suatu

serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang. Oleh

13
karena itu kekerasan tidak hanya menyangkut serangan fisik saja seperti

perkosaan, pemukulan, dan penyiksaan, tetapi juga yang bersifat non fisik

seperti pelecehan seksual, ancaman dan paksaan sehingga secara emosional

perempuan atau laki-laki yang mengalaminya akan merasa terusik batinnya.

Pelaku kekerasan yang bersumber karena gender ini bermacam-macam. Ada

yang bersifat individual seperti di dalamrumah tangga sendiri maupun di

tempat umum dan juga di dalam masyarakat. Perempuan, pihak paling rentan

mengalami kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi,

subordinasi maupun stereotip di atas.

5. Beban kerja berlebihan

Sebagai suatu bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah

beban kerja yang harus dijalankan oleh salah satu jenis kelamin tertentu.

Dalam suatu rumah tangga pada umumnya, beberapa jenis kegiatan dilakukan

oleh laki-laki, dan beberapa yang lain dilakukan oleh perempuan. Berbagai

observasi menunjukkan perempuan mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan

dalam rumah tangga, sehingga bagi mereka yang bekerja di luar rumah, selain

bekerja di wilayah public mereka juga masih harus mengerjakan pekerjaan

domestik.

D. Peran Pemerintah dalam Mengatasi Diskriminasi Gender

Pemerintah harus terus berupaya untuk memperkecil kesenjangan gender

khusunya terkait partisipasi perempuan dalam segala bidang. kesetaraan gender

14
merupakan persoalan pokok pembangunan-suatu tujuan pembangunan yang

memiliki nilai tersendiri. Kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan

negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara

efektif. Dengan demikian mempromosikan kesetaraan gender adalah bagian

utama dari strategi pembangunan dalam rangka untuk memberdayakan

masyarakat (semua orang)-perempuan dan laki-laki-untuk mengentaskan diri dari

kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Tidak semua masyarakat mengalami diskriminasi berdasarkan ras atau

etnis, namun semua masyarakat mengalami diskriminasi berdasarkan gender-

dalam bentuk kesenjangan dan perbedaan-dalam tingkatan yang berbeda-beda.

Seringkali dibutuhkan waktu cukup lama untuk mengubah ketidakadilan ini.

Suasana ketidakadilan ini terkadang bisa berubah secara drastis karena kebijakan

dan perubahan sosial-ekonomi.

Istilah `kesetaraan gender' bisa diartikan secara berbeda-beda apabila

dikaitkan dengan konteks pembangunan. Laporan ini mengartikan kesetaraan

gender sebagai kesetaraan di bidang hukum, kesempatan (termasuk kesetaraan

upah kerja, kesetaraan akses terhadap sumber daya manusia, dan sumber-sumber

produktif lainnya yang memperluas kesempatan) dan aspirasi (untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses pembangunan). Kami tidak

mengartikan kesetaraan gender sebagai kesetaraan atas apa yang dihasilkan. Hal

ini didasarkan pada dua alasan sebagai berikut, pertama, tiap-tiap budaya dan

15
masyarakat dapat mengambil jalan yang berbeda dalam upaya mereka mencapai

kesetaraan gender. Kedua, kesetaraan secara implisit berarti kebebasanbagi

perempuan dan laki-laki untuk memilih peran dan akibat-akibat yang berbeda

(atau serupa) yang disesuaikan menurut pilihan-pilihan dan tujuan-tujuan mereka

sendiri.

Berikut beberapa langkah pemerintah mengatsi diskriminasi gender di Indonesia

1. Melakukan relokasi 5-10 persen untuk meningkatkan investasi sdm perempuan

dari anggaran pendidikan di APBN 2018 (sebanyak Rp 400 triliun).

2. Melakukan uji coba di 20 provinsi dan 50-100 kabupaten kota untuk

meningkatkan investasi SDM perempuan agar semua anak perempuan Indonesia

mencapai pendidikan dasar menengah hingga 12 tahun

3. Beasiswa LPDP ditargetkan untuk melahirkan 500 ribu ilmuwan perempuan

4. Meningkatkan kapabilitas pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)

terutama usaha yang digerakkan oleh perempuan

5. Mempromosikan pekerjaan yang layak untuk pekerjaan pengasuhan, termasuk

pekerja rumah tangga dan buruh migran

6. Memperkuat dan mempercepat perbaikan SDM manusia dan status sosial

7. Membentuk "satgas pemajuan perempuan"

8. Pemerintah khususnya kementerian pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak memperkuat pendataan dan kajian-kajian

16
9. Perusahaan besar dan menengah terutama perusahaan publik memberlakukan

kuota 30 persen bagi perempuan di jabatan menengah dan jabatan tinggi

10. Perusahaan besar dan menengah memberlakukan kebijakan pro perempuan

diseluruh mata rantai produksinya.

E. Mewujudkan Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender, dikenal juga sebagai keadilan gender, adalah

pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan yang setara dan tidak

didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka, yang bersifat kodrati. Ini

adalah salah satu tujuan dari Deklarasi Universal Hak asasi Manusia, PBB yang

berusaha untuk menciptakan kesetaraan dalam bidang sosial dan hukum, seperti

dalam aktivitas demokrasi dan memastikan akses pekerjaan yang setara dan upah

yang sama. Dalam praktiknya, tujuan dari kesetaraan gender adalah agar tiap

orang memperoleh perlakuan yang sama dan adil dalam masyarakat, tidak hanya

dalam bidang politik, di tempat kerja, atau bidang yang terkait dengan kebijakan

tertentu. Untuk menghindari komplikasi, jenis kelamin

Mewujudkan kesetaraan gender adalah salah satu upaya mewujudkan

demokratisasi, karena dengan kesetaraan gender akan membuka peluang dan

kesempatan bagi seluruh masyarakat dari segala lapisan untuk ikut serta dalam

proses demokratisasi itu sendiri. Namun realitasnya masih sangat sedikit

17
perempuan di lokus penelitian di Sumatera Barat yang berperan serta dalam

proses demokratisasi diera otonomi daerah dan kembali ke nagari. Kendala

muncul tidak hanya dari sisi politik, tapi juga dari nilai-nilai patriarkhi yang

masih kental. Pandangan yang sangat kuat tentang sistem nilai, norma, mitos,

serta stereotip tentang perempuan merupakan hambatan ideologi. Ideologi ini

juga tercermin dalam tafsiran ajaran agama yang dijadikan jastifikasi untuk

menolak kesetaraan gender. Pemahaman ideologi ini tidak hanya oleh lakilaki

tapi juga oleh perempuan, mereka cenderung masih menerima konsep-konsep

yang justru memarjinalkan perempuan dalam pembangunan. Untuk itu, perlu

adanya keikutsertaan dari semua fihak untuk ikut membongkar nilai-nilai

patriarkhi yang secara nyata lebih banyak merugikan perempuan, dan pada

gilirannya akan merugikan masyarakat secara keseluruhan, dalam semua lini

kehidupan. Secara dini upaya mewujudkan kesetaraan gender itu dapat dimulai

dari keluarga, sekolah, dan di masyarakat, sebagai langkah mewujudkan

demokratisasi.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Yohana

Susana Yembise mengatakan laki-laki memiliki peran penting untuk mewujudkan

kesetaraan gender. Laki-laki juga berperan dalam pemenuhan hak-hak perempuan

dan anak perempuan melalui gerakan dan kampanye ‘HeForShe’. Kampanye

HeForShe adalah mendorong laki-laki untuk berperan mewujudkan kesetaraan gender

dan mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak. kampanye ‘HeForShe’

18
terus digaungkan oleh Kementerian P3A. Kampanye ini untuk mengajak laki-laki

terlibat sebagai agen perubahan dalam mencapai kesetaraan gender dan pemenuhan

hak-hak perempuan dan anak perempuan.

Penghapusan diskriminasi terhadap perempuan merupakan salah satu tujuan

pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goal (SDGs) ke-5 yaitu

kesetaraan gender.

Berikut ini adalah 9 hal yang dapat di lakukan untuk mewujudkan kesetaraan

gender.

1. Mengakhiri diskriminasi terhadap semua wanita dan anak perempuan.

2. Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak baik di

ranah publik maupun pribadi. Hal ini termasuk perdagangan manusia dan

eksploitasi seksual pada perempuan dan anak.

3. Melawan pernikahan anak dan tradisi khitan pada perempuan.

4. Meningkatkan pelayanan umum dan kebijakan publik yang lebih pro terhadap

perempuan.

5. Memastikan partisipasi penuh dan efektif perempuan dan kesempatan yang

sama untuk kepemimpinan di semua tingkat pengambilan keputusan dalam

kehidupan politik, ekonomi dan publik.

6. Memastikan akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi dan

hak reproduksi.

19
7. Melakukan reformasi untuk memberi perempuan hak yang sama terhadap

sumber daya ekonomi, serta akses terhadap kepemilikan dan kontrol atas

tanah dan bentuk properti, layanan keuangan, warisan dan sumber daya alam

lainnya, sesuai dengan undang-undang nasional.

8. Meningkatkan penggunaan teknologi yang memungkinkan, khususnya

teknologi informasi dan komunikasi, untuk mempromosikan pemberdayaan

perempuan.

9. Mengadopsi dan memperkuat kebijakan yang baik dan peraturan yang dapat

dilaksanakan untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

semua perempuan dan anak perempuan di semua tingkat.

Persepsi yang kurang tepat mengenai kesetaraan gender telah

menghalangi peran perempuan dalam kehidupan sosial. Selama ini

masyarakat menganggap perempuan memiliki keterbatasan kesempatan

berdasarkan perbedaan ciri biologis primer. Sementara itu, Guru Besar Bidang

Komunikasi Gender Institut Pertanian Bogor Aida Vitayala S Hubies

mengungkapkan, persepsi mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan

berdasarkan ciri biologis primer (fisik) telah membudaya, sehingga

memengaruhi cara pandang masyarakat. Padangan itu juga yang membatasi

peran perempuan dalam tatanan sosial. Ciri biologis primer itu

memungkinkan perempuan memiliki kemampuan 2H-2M (haid, hamil,

melahirkan, dan menyusui). Hal itu menyebabkan mereka diposisikan

20
berperan di rumah. Masih menurut Aida, dalam ciri biologis sekunder (kuat-

lemah atau maskulin-feminin) tidak ada perbedaan mencolok.

Demi meraih hak sama di segala bidang, perempuan mengharapkan

kesetaraan gender. Kesetaraan disini bukan berarti tuntutan perempuan untuk

menyamakan fungsi perempuan dan laki-laki. Kesetaraan disini, dimana

perempuan ingin memiliki akses dan kesempatan yang sama sesuai dengan

kompetensinya, hal itu terkait erat dengan profesi di dunia kerja.

21
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Diskriminasi adalah perlakuan buruk yang ditunjukan terhadap kelompok

manusia tertentu. Salah satu jenis diskriminasi adalah diskriminasi Kesehatan ;

Individu diberi perlakuan yang tidak adil karena mereka menderita penyakit atau

cacat tertentu. Misalnya seorang yang pernah menderita sakit jiwa telah ditolak untuk

mengisi jabatan tertentu, meskipun ia telah sembuh dan memiliki kemampuan yang

dibutuhkan.

Salah satu cara menghindari salah satu diskriminasi adalah sesama orang yang

beriman dan beragama islam harus saling menghormati dan menyayangi. Salah satu

penyebab diskriminasi adalah Saling mencela satu sama lain akan menimbulkan

orang lain tidak bertoleransi keada kita.

2. Saran

Sebagai pelajar yang dapat membawa pengaruh pada perkembangan sosial,

jangan sampai menanamkan sikap diskriminasi yang membeda-bedakan antara laki-

laki dan perempuan seperti masa lalu diamana setiap orang menganggap laki-laki dan

perempuan memiliki tingkatan yang berbeda karena hanya melihat dari segi biologis

dengan menganggap bahwa perempuan lebih lemah dan tidak pantas untuk

mendapatkan kesetaraan dengan laki-laki.

22
23

Anda mungkin juga menyukai