Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK (KI-3141)

DINAMIKA KIMIA
PERCOBAAN G-1, G-3

PENENTUAN WETTABILITY MATERIAL MELALUI PERMUKAAN SUDUT

KONTAK DAN TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN CARA CINCIN DU NOUY

oleh:
Nama : Nadira Arista Viananda
NIM : 10517079
Kelompok :7
Tanggal Percobaan : Kamis, 3 Oktober 2019
Tanggal Pengumpulan: Kamis, 10 Oktober 2019
Asisten : Denanti Erika

LABORATORIUM KIMIA FISIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
PERCOBAAN G-1, G-3
PENENTUAN WETTABILITY MATERIAL MELALUI PERMUKAAN SUDUT
KONTAK DAN TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN CARA CINCIN DU NOUY

I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan tegangan permukaan cairan tunggal air, toluena, metanol, NaCl, air-SDS.
2. Menentukan tegangan antar muka 2 cairan yang tak saling campur air-toluena.
3. Mengukur sudut kontak air pada permukaan material kaca, polimer, dan lilin.

II. Teori Dasar


Pada interaksi antara padat dengan cair terdapat 3 antarmuka yang terlibat yaitu
padat-cair, cair-gas, dan padat-gas dengan tegangan permukaan (γ) yaitu energi per satuan
luas yang dibutuhkan untuk memperluas permukaan sebesar satu satuan luas pada suhu,
tekanan, dan komposisi tetap. Sudut antara tetesan cairan dengan permukaan padatan
disebut dengan sudut kontak Young. Sudut kontak Young menyatakan hasil energi
minimum..Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin meregang, sehingga permukaannya
seolah-olah ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya tarik
menarik antara partikel sejenis di dalam zat cair sampai ke permukaan. Di dalam cairan,
tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis di dekatnya dengan gaya yang sama ke
segala arah. Pada permukaan cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul sejenis didekatnya
dengan arah hanya ke samping dan ke bawah, tetapi tidak ditarik oleh molekul diatasnya
karena diatas permukaan cairan berupa fase uap (udara) dengan jarak antara molekul sangat
renggang. Adanya gaya atau tarikan ke bawah menyebabkan permukaan cairan
berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang. Tegangan ini disebut dengan tegangan
permukaan. Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada
antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari
pad tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar
dari pada adhesi antara cairan dan udara (Hamid, 2010).

III. Cara Kerja


Untuk percobaan G-1, pertama-tama alat pengukur sudut kontak
dinyalakan. Kemudian, syringe diisi dengan aqua dm. Material sampel disiapkan dengan
membersihkan permukaan nya dari lemak dan sampel disimpan di bawah syringe. Cairan
kemudian diteteskan dalam syringe ke permukaan sampel (yaitu ada kaca, polimer, dan
lilin) dengan menekan tombol syringe. Sudut kontak diamati dan diukur, pengukuran
dilakukan beberapa kali hingga tercapai angka yang berdekatan sebanyak tiga kali.
Permukaan sampel dan syringe dibersihkan, langkah-langkah diatas diulangi untuk sampel
permukaan lain.
Sedangkan, untuk percobaan G-3, pertama-tama thermometer Du Nuoy dikalibrasi
dengan variasi bebas. Cincin Pt-Ir yang berada dalam celupan larutan etanol dipegang
bagian atasnya dengan pinset lalu digantung dengan lengan torsi dalam keadaan teratur.
Cairan yang akan diukur dimasukkan ke dalam gelas kimia 50 mL, lalu diletakkan di atas
penyangga cuplikan. Cincin diatur posisinya hingga tercelup kurang lebih 0,5 cm dari
bagian antarmuka. Lengan torsi dibebaskan dan dinolkan pembacaannya. Diputar lengan
torsi untuk menarik cincin dari permukaan dengan perlahan-lahan hingga film cairan
pecah.

IV. Data Pengamatan


T ruang = 270C
C cincin platina = 6 cm
R/r = 53,748889 g/mL
ρudara = 0,001184 g/cm3
ρair = 0,9965166 g/cm3

A. Penentuan Massa Jenis Larutan


W pikno kosong = 20,2049 g
W pikno + air = 45,8485 g
Tabel 4.1 Data massa piknometer dengan larutan
Larutan W pikno + larutan (gram)
Toluena 41,7456
Metanol 40,5035
NaCl 46,8754

B. Penentuan Faktor Kalibrasi


Tabel 4.2 Data massa dan P baca beban
Beban Massa (g) P baca (dyne/cm)
1 0,04878 4,4
2 0,1009 8,5
3 0,1511 12,3
1+2 0,14968 16,5
2+3 0,252 20,4

C. Penentuan γ Cairan
Tabel 4.3 Data P baca larutan
Larutan P baca (dyne/cm)
Air 77,8 77,3 77,8
Toluena 30,6 30,7 30,5
Metanol 28,0 27,8 27,7
NaCl 68,2 68,2 68,4
Air + SDS 44,4 44,5 44,5
Air + Toluena 22,3 22,2 22,0

D. Penentuan Sudut Kontak

Gambar 4.1. Water drop di permukaan kaca

Gambar 4.2. Water drop di permukaan polimer

Gambar 4.1. Water drop di permukaan lilin

V. Pengolahan Data
A. Perhitungan Volume Piknometer
kg
𝜌 air pada suhu 27℃ = 996,5166 m3 (diperoleh dari literatur)
gram
= 0,9965166 cm3
gram
= 0,9965166 mL
massa air
Vpiknometer = ρ(27℃)
mpiknometer+air − mpiknometer kosong
Vpiknometer = ρ(27℃)
45,8485 gram – 20,2049 gram
Vpiknometer = gram
0,9965166
mL
Vpiknometer = 25,7332 mL

B. Penentuan 𝜌 larutan
Wpikno+larutan − Wpikno kosong
ρ larutan = V pikno
Wpikno+toluena − Wpikno kosong
ρ toluena = V pikno
41,7456− 20,2049
= 25,7332
= 0,837078171 g/mL
Dengan menggunakan cara yang sama didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1 Data massa jenis larutan
Larutan W pikno + larutan (g) 𝝆 larutan
Toluena 41,7456 0,837078171
Metanol 40,5035 0,788809787
NaCl 46,8754 1,036423764

C. Penentuan Faktor Kalibrasi


ɡ = 980 cm/s2
= 9,80 m/s2
𝑚𝑔
Pnyata = 2𝐶 𝑥102 dyne/g
0,04878𝑥9,80
= 𝑥102 dyne/g
2𝑥6
= 4,083333333 dyne/g
Dengan menggunakan cara yang sama didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 5.2 Hasil perhitungan faktor kalibrasi larutan
Beban Massa (g) P baca (dyne/cm) P nyata (dyne/cm)
1 0,04878 4,4 3,9837
2 0,1009 8,5 8,240166667
3 0,1511 12,3 12,33983333
1+2 0,14968 16,5 12,22386667
2+3 0,252 20,4 20,58

25

20 y = 0.9272x - 0.0417
R² = 0.9123
P nyata (dyne/cm)

15

10

0
0 5 10 15 20 25
P baca (dyne/cm)

Gambar 5.1 Grafik P nyata berbagai larutan


y = mx + c
y = 0,9272x – 0,0417
m = factor kalibrasi = 0,9272

D. Penentuan Faktor Koreksi


0,01452𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 1,6792𝑟
Frair = 0,7250 +√ + 0,04534 −
𝐶 2 (𝐷−𝑑) 𝑅

0,01452𝑥77,6333 1,6792
= 0,7250 +√62 (0,9965166−0,001184) + 0,04534 − 53,748889
= 0,9384
Dengan menggunakan cara yang sama didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 5.3 Hasil perhitungan faktor koreksi larutan
Larutan P baca (dyne/cm) Prata-rata (dyne/cm) Fr
Air 77,8 77,3 77,8 77,6333 0,9384
Toluena 30,6 30,7 30,5 30,6 0,89340
Metanol 28 27,8 27,7 27,8333 0,8932
NaCl 68,2 68,2 68,4 68,2667 0,8889
Air + SDS 44,4 44,5 44,5 44,4667 1,8844
Air + Toluena 22,3 22,2 22 22,1667 1,0133

E. Penentuan γ Larutan
γ etanol = Pbaca rata-rata x faktor kalibrasi x Fr
= 77,6333 x 0,9272 x 0,9384
= 67,54752946 dyne/cm
Dengan perhitungan yang sama maka didapat γ seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.4 Hasil perhitungan γ larutan
Larutan Prata-rata (dyne/cm) Fr γ
Air 77,6333 0,9384 67,54752946
Toluena 30,6 0,8934 25,34783069
Metanol 27,8333 0,8932 23,05084434
NaCl 68,2667 0,8889 56,2646004
Air + SDS 44,4667 1,8844 77,69291548
Air + Toluena 22,1667 1,0133 20,82631866

F. Galat
γ𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 −γliteratur
% Galat =| 𝑥100%|
γliteratur
67,1055−71,99
% Galatair =| 𝑥100%|
71,99
= 6,7850 %
Dengan perhitungan yang sama maka didapat γ seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.5 Hasil perhitungan galat larutan
Larutan γ percobaan (dyne/cm) γ literatur (dyne/cm) Galat
Air 67,54752946 71,99 6,1709
Toluena 25,34783069 27,93 9,2451
Metanol 23,05084434 21,93 5,1110
NaCl 56,2646004 114 50,6450
Air + SDS 77,69291548 71,8 8,2074
Air + Toluena 20,82631866 36,1 42,3093

G. Sudut Kontak
Tabel 5.6 Hasil perhitungan sudut kontak
Permukaan ϴ kiri ϴ kanan Radius
Kaca 106,4 104,7 90,71
Polimer 12,7 192,7 92,61
Lilin 168 -12,4 100,97

Sudut kontak kaca = 180-106,4


= 73,6
Sudut kontak polimer = 180-12,7
= 167,3
Sudut kontak lilin = 180-168
= 12
VI. Pembahasan
Sudut kontak adalah sudut yang terbentuk dari dua garis, dimana garis pertama
adalah batas antara udara dan zat cair yang diteteskan dan garis kedua merupakan batas
yang terbentuk antara zat cair dan zat padat yang ditetesi. Ketika cairan diteteskan di atas
padatan pada udara terbuka, maka beberapa saat setelah diteteskan cairan akan dalam
keadaan setimbang. Pada keadaan tersebut akan terbentuk sebuah sudut θ yang disebut
sebagai sudut kontak.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini disebut teleskop-goniometer. Alat
tersebut digunakan untuk mengukur sudut kontak beberapa cairan pada permukaan yang
terpoles. Peralatan yang digunakan berupa papan horizontal untuk meletakkan padatan dan
cairan, pipet mikrometer untuk meneteskan cairan, sumber cahaya (iluminasi), dan sebuah
teleskop yang dilengkapi fokus. Kamera dapat ditambahkan pada teleskop untuk
mengambil gambar tetesan, sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut kontak
dengan waktu yang tidak terbatas. Syringe mekanik juga dapat ditambahkan dalam alat
untuk mengkontrol laju injeksi cairan.
Pengukuran secara langsung dengan teleskop goniometer memiliki banyak
keuntungan, karena kemudahan dan hanya diperlukan bahan (cairan) yang sedikit serta
permukaan plat yang kecil. Pada pengukuran menggunakan metode goniometer, sudut
kontak diamati dan diukur dari gambar 2-D tetesan pada permukaan padatan. Gambar 2-D
tersebut diproses menggunakan teknik pemrosesan gambar tertentu.
Pada percobaan ini, air diteteskan pada tiga permukaan, yaitu kaca, polimer, dan
lilin. Hasil perhitungan menunjukkan sudut kontak air terhadap kaca, polimer, dan lilin
berturut-turut yaitu 73,6 o; 176,3 o ; dan 12 o. Bahan dari pelat yang ditetesi air berpengaruh
pada sudut kontak. Pada permukaan kaca, sebagian besar penyusunnya adalah silika oksida
yang dapat mendonorkan elektron dengan air. Lalu, polimer memiliki beberapa gugus
fungsional, yaitu –CO, -OCH3, dan –CH3. Gugus –CO dan -OCH3 dapat menjadi donor-
elektron jika mengalami kontak dengan air atau cairan yang memiliki gugus aktif
hidrogen. Hidrogen dalam gugus –CH3 memiliki kecenderungan yang lemah sebagai
akseptor-elektron, sehingga ikatan hidrogen yang terbentuk juga lemah. Sifat polar yang
dimiliki plat polimer akan memberikan pengaruh pada bentuk cairan yang diteteskan.
Sedangkan, lilin berbahan baku parafin. Parafin terbuat dari hidrokarbon jenuh. Sifat
parafin dengan air adalah tidak saling bercampur karena sifatparafin yang non-polar
sedangkan air polar, sehingga hal terbut mempengaruhi bentuk tetesan air.
Tegangan permukaan adalah suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk
selalu menuju ke keadaan yang luas pemukaannya lebih kecil, atau sebagai usaha untuk
membentuk luas permukaan baru. Tegangan terjadi karena adanya gaya kohesi yaitu gaya
tarik-menarik antara partikel sejenis. Kita dapat memisalkannya A mewakili partikel di
dalam zat cair sedangkan B mewakili partikel di permukaan zat cair. Partikel A ditarik oleh
gaya yang sama besar ke segala arah oleh partikel-partikel yang ada di dekatnya. Hasilnya,
resultannya adalah sama dengan nol. Sedangkan partikel B ditarik oleh partikel-
partikelyang ada disamping dan dibawahnya dengan gaya yang sama besar.sehingga
resultannya berarah ke bawah. Resultan ini menyebabkan lapisan atas seakan tertutup
selaput elastik.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tegangan permukaan, antara lain
adalah suhu. Dengan naiknya suhu, nilai tegangan permukaan akan semakin menurun. Hal
ini disebabkan karena ketika suhu meningkat, ada energi tambahan yang diberikan ke
dalam cairan sehingga meninkatkan energi kinetik molekul-molekul dalam cairan,
menyebabkan pengaruh interaksi antar cairan berkurang. Kemudian, factor lain yang
mempengaruhi adalah tekanan jenis. Penaruh tekanan jenis berhubungan dengan volume
molar. Semakin besar volume, maka tegangan permukaannya semakin besar. Faktor
selanjutnya adalah pengaruh dari komposisi cairan (konsentrasi). Semakin tinggi
konsentrasi suatu zat, maka tegangan permukaannya semakin tinggi. Kemudian, massa
jenis suatu zat juga berpengaruh pada tegangan permukaan. Massa jenis berhubungan
dengan kerapatan suatu zat. Semakin rapat zat tersebut, maka tegangan permukaannya
semakin besar.
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka
dua fase yang tidak bercampur, umumnya pada dua fase cairan. Tegangan antar muka
selalu lebih kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak
yang bercampur akan lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara. Gaya tarik
antara molekul-molekul yang sejenis disebut kohesi, sedangkan gaya tarik antar molekul
tidak sejenis disebut adhesi. Tenaga yang diperlukan untuk memperluas permukaan
sebesar 1cm2 disebut tegangan muka. Tegangan muka juga di definisikan sebagai gaya
yang bekerja pada permukaan cairan sepanjang 1cm, sejajar dengan permukaan cairan
(dyne/cm).
Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan
ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk
melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan sebanding
dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut. Pada percobaan
tegangan permukaan atau antar muka ini metode yang digunakan yakni tensiometer Du-
Nouy dimana Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan
permukaan ataupun tegangan antar muka. Untuk penentuan tegangan permukaan saja dapat
menggunakan metode kenaikan kapiler. Sedangkan Prinsip dari alat ini adalah gaya yang
diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada
permukaan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan
tersebut. Metode lain yang dapa digunakan ialah metode kenaikan kapiler menggunakan
prinsip kapilaritas, yaitu cairan akan naik lebih tinggi pada pipa kapiler dibanding dengan
permukaan di luar pipa kapiler.
Dari hasil percobaan G3 diperoleh tegangan permukaan air, toluena, metanol,
NaCl, dan air+SDS berturut-turut adalah 67,5475; 25,3478; 23,0508; 56,2646; dan 77,6929
dyne/cm sedangkan tegangan antar muka untuk sistem air-toluena sebesar 20,8263
dyne/cm. Dari hasil tersebut, tegangan permukaan cairan murni lebih besar daripada
larutan karena faktor dari adanya zat terlarut. Galat yang besar disebabkan oleh
ketidaktelitian praktikan dalam membaca sudut.
Aplikasi tegangan permukaan yaitu saat mencuci pakaian, gelembung dari sabun
itulah yang dapat berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Aplikasi lainnya yaitu
dengan adanya surfaktan yang mampu menurunka tegangan permukaan, tegangan
antarmuka, dan meningkatkan kestabilan system emulsi. Sifat aktif permukaan surfaktan
tersebut membuat surfaktan banyak digunakan pada berbagai bidang industry sabun,
deterjen, produk perawatan diri, dan kosmetika. Kemudian aplikasi lain yang disebabkan
karena adanya tegangan permukaan adalah tetesan air dari kran dan tetesan embun
berbentuk bola karena dengan itu terbentuk permukaan yang sempit untuk memudahkan
tegangan. Selain itu, serangga dapat berjalan di atas air karena berat serangga dapat diatasi
oleh kulit yaitu saat cairan membentuk kulit penutup.
VII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan G1 diperoleh sudut kontak kaca, polimer, dan lilin berturut-
turut adalah 73,6; 167,3; dan 12o. Dari hasil percobaan G3 diperoleh tegangan permukaan
air, toluena, metanol, NaCl, dan air+SDS berturut-turut adalah 67,5475; 25,3478;
23,0508; 56,2646; dan 77,6929 dyne/cm sedangkan tegangan antar muka untuk sistem
air-toluena sebesar 20,8263 dyne/cm.

VIII. Daftar Pustaka


Atkins, PW. 1999. Kimia Fisika. Jilid 2. Jakarta : PT Erlangga.
F. Daniels, R. A. Alberty. Physical Chemistry. hal 252 - 259
F.A. Bettelherm.1971.Experimental Physical Chemistry. Philadelphia. WB. Saunders. Co.
Lide, David R., CRC Handbook of Chemistry and Physic,ed. 90th, 2010. Hal. 906;912;
1049-1050;1064.

IX. Lampiran

Gambar 8.1 Data pengamatan


Gambar 8.2 Densitas air pada Truang

Gambar 8.3 Tegangan permukaan aseton literature


Gambar 8.4 Tegangan permukaan air literature

Gambar 8.5 Tegangan permukaan toluene literature

Gambar 8.6 Massa jenis udara

Anda mungkin juga menyukai