Anda di halaman 1dari 22

Tugas Baca Jurnal

Prognosis bermakna dari metastasis nodul kelenjar getah bening


soliter pada pasien kanker serviks dengan derajat IA2 sampai IIA
Tugas Baca Jurnal
Syarat Ujian

Oleh :

Pembimbing :

SMF/ BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
RSUD ULIN BANJARMASIN
AGUSTUS, 2018

1
Prognosis bermakna dari metastasis nodul kelenjar getah bening soliter

pada pasien kanker serviks dengan derajat IA2 sampai IIA

Yi-Fang Dai *, Mu Xu *, Li-Ying Zhong, Xiao-Yan Xie, Zhao-Dong Liu, Ming-Xing Yan, Huan Yi dan Dan-Mei Lin

ABSTRAK

Tujuan: Untuk menyelidiki prognosis bermakna dan faktor risiko dari metastasis kelenjar

getah bening soliter (SLNM) pada pasien dengan karsinoma serviks.

Metode: Data klinis dari pasien International Federation of Gynecology dan Obstetri

(FIGO) karsinoma serviks derajat IA2 sampai IIA yang menjalani histerektomi radikal dan

limfadenektomi pelvis antara Januari 2003 dan Desember 2010 yang dianalisis secara

retrospektif. Analisis histopatologi digunakan untuk mengidentifikasi SLNM. Kelangsungan

hidupjangka panjang dan faktor risiko terkait dengan SLNM juga dianalisis.

Hasil: Penelitian ini melibatkan 302 pasien dengan kanker serviks: 48 pasien dengan SLNM

(kelompok SLNM) dan 254 pasien tanpa metastasis kelenjar getah bening (kelompok nLNM).

Derajat FIGO, stadium tumor, kedalaman invasi tumor, keterlibatan badan uterin, invasi

parametrium dan vaskular limfe secara signifikan berbeda antara kedua kelompok. Analisis

regresi logistik menunjukkan bahwa derajat FIGO, kedalaman invasi tumor dan invasi

vaskular limfe merupakan faktor yang mempengaruhi terkait dengan SLNM. Tingkat

kelangsungan hidup selama 5 tahun pada kelompok SLNM dan nLNM masing-masing adalah

54,2% dan87,8%. Analisis multivariat diidentifikasi SLNM sebagai faktor yang

mempengaruhi kelangsungan hidup.

2
Kesimpulan: Kejadian dari metastasis kelenjar getah bening soliter metastasis hanya satu

yang signifikan dengan prognosis buruk pada pasien dengan karsinoma serviks dibandingkan

dengan pasien tanpa metastasis kelenjar getah bening.

Kata kunci : karsinoma serviks, metastasis kelenjar getah bening, kelangsungan hidup

3
PENGANTAR

Kanker serviks merupakan penyebab utama dari kematian yang berkaitan dengan

kanker menyerang perempuan di seluruh dunia. 1 Meskipun metastasis kelenjar getah bening

tidak termasuk dalam derajat Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri (FIGO) , hal ini

masih salah satu faktor prognosis paling penting untuk karsinoma serviks. 2-4

Diseksi kelenjar getah bening panggul dapat meningkatkan kelangsungan hidup

jangka panjang pada pasien dengan karsinoma serviks dengan metastasis kelenjar getah

bening, walaupun mungkin tidak diperlukan untuk pasien tanpa metastasis kelenjar getah

bening. 5-7

Untuk mengurangi morbiditas perioperatif dan mortalitas serta meningkatkan kualitas

hidup pada pasien dengan tidak adanya nodul karsinoma serviks juga dapat menjalani operasi

tetapi kurang invasif. Namun, sulit untuk secara tepat mendiagnosa metastasis kelenjar getah
8,9
bening menggunakan pemeriksaan pra operasi seperti usg endoskopik dan ct-scan

Beberapa penelitian telah difokuskan pada pasien dengan atau tanpa metastasis kelenjar getah

bening untuk mengeksplorasi pengaruh metastasis kelenjar getah bening terhadap prognosis.
5,6,9
Meskipun ini merupakan langkah penting dalam proses metastasis kelenjar getah bening,

efek metastasis kelenjar getah bening soliter (SLNM) terhadap prognosis sepenuhnya tidak

diketahui.

Untuk menentukan nilai makadigunakan kehadiran SLNM untuk menilai

perkembangan karsinoma serviks, studi ini menganalisis secara retrospektif karakteristik

kliniispatologis dan hasil jangka panjang dari pasien dengan karsinoma serviks dengan SLNM

yang menjalani histerektomi radikal primer dan limfadenektomi panggul.

4
PASIEN DAN METODE

POPULASI PASIEN

Penelitian retrospektif ini mengkaji rekam medis dan bahan patologis yang diperoleh

dari pasien karsinoma serviks invasif dengan derajat FIGO IA2 sampai IIA. Pasien dirawat di

Departemen Ginekologi &Obstetri, Provinsi Fujian dan Rumah Sakit Ibu dan Anak,

Fuzhou, Provinsi Fujian, Cina antara Januari 2003 dan Desember 2010. Pasien yang diambil

yang telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: (i) derajat FIGO IA2 sampai IIA dan

histerektomi radikal primer dengan limfadenektomi panggul; (Ii) pemeriksaan histologis dari

semua kelenjar getah bening direseksi hanya satu kelenjar getah bening yang diambil; (iii)

pemeriksaan pre operasi seperti sternum, USG perut tidak berhubungan dengan metastasis ke

paru-paru, hati, perut atau lebih jauh. Pasien yang menerima kemoterapi pre operasi atau

radioterapi dieklusi dari penelitian. Derajat FIGO diberikan sesuai dengan temuan dari

pemeriksaan klinis,CT-Scan pre operasi dan MRI.

Studi ini disetujui oleh Komite Etik Provinsi Fujian dan Rumah Sakit Ibu Anak.

Inform Consent secara tertulis yang telah diberikan oleh pasien agar disimpan di data rumah

sakit dan digunakan untuk penelitian

OPERASI PENGAMBILAN METASTASIS NODUL GETAH BENING

Histerektomi radikal dilakukan di lembaga kami sebagai pilihan pengobatan standar

untuk pasien dengan FIGO stadium IA2 sampai IIA sesuai dengan pedoman Nasional
10
Comprehensive Cancer Network (NCCN). Operasi itu dilakukan dengan limfadenektomi

panggul inisial diikuti oleh histerektomi radikal. Limfadenektomi panggul sistematis

dilakukan umumnya dengan membuang semua jaringan lemak di kedua sisi dari iliaka ,

5
iliaka eksternal, dan pembuluh iliaka internal dan juga jaringan limfatik di fossa obturator.

Limfadenektomi para aorta hanya dilakukan ketika metastasis membesar ke kelenjar iliaka

umumnya atau curiga kenodul para-aorta.

Keterlibatan parametrium dan metastasis kelenjar getah bening panggul yang

terbukti positif pada pemeriksaan patologis setelah operasi. Kebanyakan bahan nodul secara

terpisah dibedah oleh ahli bedah dari spesimen en bloc pada akhir prosedur. Nodul yang

tersisa telah diidentifikasi dan diambil oleh ahli patologi dan diberi formalin sebagai spesimen

bedah yang tetap.

ANALISIS IMUNOHISTOKIMIA

Nodul parafin tertanam secara serial dipotong pada interval 20-40 µm. Ketebalan

irisan adalah sekitar 4 µm. Dua bagian potongan yang berbeda dipilih untuk diberi pewarnaan

hematoksilin dan eosin untuk mendeteksi metastasis tumor. Tambahan 20 pewarnaan

sitokeratin imunohistokimia biasanya digunakan untuk mendeteksi setiap metastasis mikro

oleh ahli patologi ginekologi pada pasien dengan metastasis kelenjar getah bening yang

negatif. Pascaoperasi klasifikasi patologis dilakukan menurutUnion for International Cancer

Control TNM,klasifikasi tumor ganas.Pasien dengan positif memiliki risiko tinggi faktor

patologis seperti metastasis kelenjar getah bening, Invasi parametrium atau batas operasi

untuk kanker dan pasien yang memiliki dua faktor patologis risiko menengah termasuk

kedalaman invasi stromal dan invasi bagian vaskular limfe yang disarankan untuk menerima

kemoradiasi bersamaan adjuvant berbasis platinum rejimen kemoterapi. Radiasi saja

diberikan pada pasien yang menolak kemoterapi atau pada mereka dengan penampilan

keadaan yang buruk.

6
Tindak lanjut dilakukan oleh peneliti terlatih melalui surat, telepon, kunjungan atau

merekam konsultasi pasien di rawat jalan. Semua pasien yang masih hidup diikuti selama

lebih dari 5 tahun. Usia bertahan adalah tanggal sejak dilakukan operasi sampai bahwa

informasi survival diambil atau tanggal kematian.

ANALISIS STATISTIK

Semua analisa statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS paket statistik, versi

18.0 windows (SPSSInc, Chicago, IL, USA). Data dianalisis dengan menggunakan uji t-

test , X2 dan Fisher.`s exact. Angka kelangsungan hidup dianalisis menggunakan metode

Kaplan-Meier dan perbedaan antara kurva dinilai menggunakan tes log-rank. Analisis

multivariat dilakukan dengan menggunakan model regresi logistik untuk analisis metastasis

kelenjar getah bening soliter. Model Cox proportional hazardsyang digunakan untuk

menganalisis kelangsungan hidup. Nilai P value <0,05 dianggap signifikan secara statistik.

HASIL

Penelitian retrospektif ini mengkaji rekam medis dan bahan patologis yang diperoleh

dari 563 pasien dengan karsinoma servik invasif dengan FIGO derajat IA2 sampai IIA. Dari

jumlah tersebut, 261 pasien dikeluarkan karena 249 memiliki beberapa metastasis kelenjar

getah bening dan 12 pasien telah terbukti metastasis jauh. Sebanyak 302 pasien yang terdaftar

dalam penelitian ini: 254 pasien nodul negatif (kelompok nLNM) dan 48 pasien didiagnosis

dengan SLNM (kelompok SLNM). Di antara 48 pasien dengan SLNM, 46 pasien memiliki

keterlibatan kelenjar getah bening panggul dan dua memiliki keterlibatan kelenjar getah

bening para-aorta.Secara keseluruhan, ada 60 pasien dengan keterlibatan vaskular limfe

Karakteristik patologis klinis pasien dengan SLNM dibandingkan dengan pasien nodul negatif

7
ditunjukkan pada Tabel 1. Secara keseluruhan, rata-rata Jumlah ± rerata angka SD dari diseksi

kelenjar getah bening membedah adalah 21,3 ±7,9 (kisaran, 10-49); Jumlah rerata ± SD

diseksi kelenjar getah bening dalam kelompok SLNM dan nLNM masing-masing adalah

21,7±6,8 dan 21,2±8.1.

Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok dalam

hal derajat FIGO, stadium tumor, kedalaman invasi tumor, keterlibatan badan uterin,

keterlibatan parametrium dan invasi vaskular limfe. (P < 0,05 untuk semua perbandingan).

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam hal usia, ukuran tumor,

jenis sel patologis dan pergeseranovarium.

Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan model regresi logistik untuk

analisis karakteristik yang terkait dengan risiko SLNM. Analisis regresi logistik menunjukkan

bahwa derajat FIGO ( P = 0,041), kedalaman invasi tumor ( P = 0,002) dan invasi vaskular

limfe ( P = 0,038) merupakan faktor yang memengaruhi untuk SLNM (Tabel 2).

Angka kelanjutannya adalah 92,1% (278 dari 302 pasien) dan durasi tindak lanjut

berkisar 4-103 bulan. Kelompok SLNM dan nLNM kehilangan masing-masing 3 dan 21

pasien saat proses tindak lanjut.

Tingkat ketahanan hidup 5 tahun pasien dalam kelompok SLNM dan nLNM yakni

berbeda secara signifikan masing-masing (54,2% [26 dari 48 pasien] dan 87,8% [223 dari 254

pasien];P < 0.001) (Gambar 1).

Variabel patologis klinis diuji dengan menggunakan analisis univariat yang

ditunjukkan pada Tabel 3. Faktor-faktor yang secara signifikan dipengaruhi tingkat ketahanan

hidup 5 tahun adalah sebagai berikut: derajat FIGO ( P < 0,001),ukuran tumor ( P= 0,002),

derajat tumor ( P < 0,001),kedalaman invasi tumor ( P < 0,001), keterlibatanbadan uterine ( P

8
< 0,001), invasi vaskular limfe ( P < 0,001), keterlibatan parametriumP < 0,001),SLNM ( P <

0,001), perawatan paska operasi ( P=0,018) dan pergeseran ovarium ( P= 0.023). Kovariat

usia dan jenis sel patologis tidak signifikan dialam memengaruhi kelangsungan hidup pasien.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis diidentifikasi menggunakananalisis

univariat menjadi regresi bertahap, yang mengungkapkan perbedaan yang signifikan antara

variabel sebagai berikut: derajat tumor ( P=0,003), kedalaman invasi tumor (p=0,035),

keterlibatanparametrium ( P < 0,001) dan SLNM ( P= 0,002). Rasiorisiko dan interval

kepercayaan 95% seperti yang digambarkan pada Tabel 4.

DISKUSI

Berbagai kontroversi yang sedang berlangsung tentang pengobatan bedah pada kanker
11,12
serviks derajat IA2. kanker serviks dengan derajat FIGO IA2 dan IIA disarankan untuk

pengobatan dengan histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening bilateral sesuai

dengan pedoman NCCN. 10 Metastasis kelenjar getah bening merupakan karakteristik biologis
13
penting dari kanker serviks yang memengaruhi pengobatan dan prognosis. Insiden

metastasis kelenjar getah bening di karsinoma serviks dilaporkan berkisar dari 21,4% sampai

46%. 14-16

Insiden yang lebih tinggi mengenai metastasis kelenjar getah bening dilaporkan pada

studi ini (297 dari 563 pasien, 52,8%), yang mungkin sebagian dijelaskan dengan fakta bahwa

banyak pasien Cina dengan kanker, terutama tempat tinggal di daerah pedesaan, tidak terlihat

oleh dokter sampai mereka mengalami gejala yang parah. Akibatnya, mereka muncul dengan

penyakit lebih lanjut dan metastasis kelenjar getah bening. Selain itu, dalam jenis tumor, ada

fenomena yang dikenal sebagai 'skipping metastasis kelenjar getah bening’

9
Di mana tidak ada metastasis kelenjar getah bening ditemukan di daerah tumor primer,

tetapi terjadi pada kelenjar getah bening yang lebih jauh. 17-19Dalam penelitian ini, dua pasien

dalam kelompok SLNM memiliki metastasis kelenjar getah bening para-aorta, yang bisa

melewatkan metastasis nodul limfe.

10
Tabel 1. Perbandingan karakteristik klinikopatologi antara pasien dengan metastasis
kelenjar getah bening soliter (kelompok SLNM) dan pasien tanpa metastasis kelenjar
getah bening (kelompok nLNM).

kelompok
kelompok SLNM nLNM Statistik
signifikan
Karakteristik n = 48 n = 254

Usia, tahun 46,2 8.7 44.9 7.4 NS


Derajat FIGO P ¼ 0,001
IA2 0 (0.0) 34 (13,4)
IB 14 (29.2) 111 (43,7)
IIA 34 (70,8) 109 (42,9)
Ukuran tumor, cm NS
4 24 (50,0) 132 (52,0)
<4 24 (50,0) 122 (48,0)
Stadium tumor P ¼ 0,035
dibedakan 2 (4.2) 32 (12,6)
cukup dibedakan 6 (12,5) 58 (22,8)
diferensiasi buruk 40 (83,3) 164 (64,6)
Kedalaman invasi tumor P < 0,001
T1 8 (16,7) 134 (52,8)
T2 30 (62,5) 110 (43,3)
T3 10 (20,8) 10 (3.9)
jenis sel patologis NS
karsinoma sel skuamosa 40 (83,3) 234 (92,1)
adenokarsinoma 6 (12,5) 16 (6.3)
adenosquamous 2 (4.2) 4 (1,6)
Keterlibatan badan rahim P ¼ 0,001

11
iya 8 (16,7) 10 (3.9)
Tidak 40 (83,3) 244 (96,1)
keterlibatan parametrium P < 0,001
iya 10 (20,8) 12 (4.7)
Tidak 38 (79,2) 242 (95,3)
Jumlah kelenjar getah
bening direseksi 21,7 6.8 21.2 8.1 NS
invasi vaskular limfe P < 0,001
Positif 24 (50,0) 36 (14.2)
Negatif 24 (50,0) 218 (85,8)
pergeseran ovarium NS
iya 6 (12,5) 56 (22,0)
Tidak 42 (87,5) 198 (78,0)

Data disajikan sebagai rerata SD atau n dari pasien (%).

Sebuah Kedua kelompok dibandingkan dengan menggunakan uji t tes untuk variabel kontinyu

dan v 2- tes untuk variabel kategori. FIGO, Federasi InternasionalGinekologi dan Obstetri;

T1, invasif <1/2 otot lapisan; T2, invasif lapisan 1/2 otot; T3, invasif permukaan internal yang

serviks; NS, tidak ada yang signifikan perbedaan antara kelompok ( P 0,05).

12
Tabel 2. analisis regresi logistik multivariat dari faktor risiko metastasis kelenjar getah
bening soliter

rasio
Statistik
Parameter β SE Wald signifikansi risiko 95% CI

1,032,
derajat FIGO 0,722 0,352 4,194 P = 0,041 2,058 4,106
1,092 0,751,
Stadium tumor 0.386 0,343 NS 0.260 2,879
Kedalaman invasi 1,413,
tumor 0,979 0,323 9,182 P = 0,002 2,662 5,014
Keterlibatan - 1,490 0,112,
badan uterin 0,841 0,689 NS 0,431 1,665
keterlibatan - 0,170 0,216,
parametrium 0.266 0,646 NS 0,766 2,716
invasi vaskular - 0.187,
limfe 0,863 0,415 4,323 P = 0.038 0,422 0,952

CI;nilai kepercayaan; FIGO; Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri; NS, tidak
ada hubungan yang signifikan P≥0,05).

13
Gambar 1. Perbandingan kurva Kaplan-Meier antara kelangsungan hidup pasien
dengan metastasis kelenjar getah soliter (kelompok SLNM) dan pasien tanpa metastasis
kelenjar getah bening (kelompok nLNM) ( P < 0,001; tes log-rank).

Pada penelitian ini termasuk dua pasien dalam rangka untuk mengevaluasi status

metastasis kelenjar getah bening lebih komprehensif. Angka kelangsungan hidup 5 tahun

pasien dengan nodul karsinoma serviks negatif berkisar dari 80% sampai 98%, berbeda

dengan 50% dari pasien dengan nodul kanker serviks positif.3,9 FIGO melaporkan bahwa

tingkat ketahanan hidup pasien dengan didiagnosis nodul karsinoma serviks positif pada

derajat IA-V ( n =953) adalah 64,1% dibandingkan dengan 94,1% pada pasien nodul negatif (

n= 3364). 20

Studi sebelumnya menyarankan bahwa angka ketahanan hidup 5 tahun berbeda secara

signifikan antara pasien dengan SLNM dan pasien nodul negatif (masing-masing 69,3% vs

95,4%). 21

Penelitian ini menemukan bahwa kelangsungan hidup onkologi jangka panjang lebih

buruk pada kelompok SLNM dibandingkan dengan kelompol nLNM. Setelah pasien dengan

karsinoma serviks didiagnosis dengan metastasis kelenjar getah bening, paska operasi

tingkat kelangsungan hidup 5 tahun mereka berkurang. Meskipun metastasis kelenjar getah

bening merupakan faktor prognostik independen yang diakui untuk kanker serviks setelah

operasi radikal, investigasi yang dilakukan di Cina atau negara lain menyajikan data yang

hanya berfokus pada efek dari ada atau tidak adanya metastasis kelenjar getah bening pada

prognosis. 13-15 Beberapa penelitian menjawab pertanyaan tentang apakah SLNM merupakan
8
faktor prognostik independen untuk kanker serviks. Ini adalah keterbatasan penelitian

karena tidak membandingkan kelompok SLNM dengan pasien dengan metastasis KGB yang

lebih banyak. Namun, penelitian ini difokuskan pada SLNM, yang berarti status perubahan

kelenjar getah bening dari tidak memiliki metastasis hadir untuk kehadiran metastasis
14
soliter. Studi ini dibandingkan kelompok SLNM dengan kelompok nLNM untuk

mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang terkait dengan SLNM; dan SLNM itu

diidentifikasi dengan analisis multivariat untuk menjadi faktor independen yang

mempengaruhi prognosis. SLNM dikaitkan dengan stadium tumor dan fenotip tumor ganas,

yang biasanya menyebabkan lebih banyak kekambuhan dan metastasis pasca operasi dan

kelangsungan hidup menuru, meskipun pasien telah menjalani reseksi radikal.

lymphadenectomy panggul tidak dapat dihilangkan untuk pasien dengan stadium IA2 dan

kanker serviks IIA, terutama mereka dengan stadium tinggi dan invasi tumor lebih dari satu-

setengah dari lapisan otot. Dalam rangka untuk mengurangi kejadian SLNM lebih

banyakdan meningkatkan keampuhan dan pengobatan, deteksi dini dan diagnosis harus

dilakukan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ketahanan hidup 5 tahun pasien dengan

SLNM menurun secara signifikan dibandingkan dengan kelompok nLNM, yang

menunjukkan bahwa SLNM merupakan langkah penting dalam perkembangan metastasis

kelenjar getah bening dari nLNM. Oleh karena itu, menjelajahi faktor klinis dan patologis

yang berfungsi untuk memprediksi metastasis kelenjar getah bening pada pasien dengan

kanker serviks memiliki signifikansi untuk diagnosis dan perawatan dengan waktu yang tepat.

Sebagai contoh, kedalaman invasi tumor, invasi lymphovascular dan tahap FIGO merupakan
22
faktor risiko utama untuk SLNM, yang konsisten dengan temuan sebelumnya. Penelitian

sebelumnya menyarankan bahwa risiko metastasis kelenjar getah bening dikaitkan dengan

kedalaman invasi tumor, menjadi 3,8 kali lebih tinggi pada pasien dengan invasi miometrium

yang lebih dalam21 Studi Lain menemukan bahwa invasi vaskular merupakan faktor risiko

independen untuk metastasis kelenjar getah bening; jumlah rata-rata metastasis kelenjar getah

bening adalah 2,47 pada kelompok invasi vaskular dan 0,33 pada pasien tanpa invasi vaskuler

15
( P ¼ 0,001). 23 Selain itu, tingkat metastasis kelenjar getah bening lebih tinggiuntuk penyakit

stadium lanjut. 23

Sebuah tingkat yang lebih tinggi dari metastasis kelenjar getah bening dilaporkan

dengan meningkatnya stadium klinis; Tahap IB untuk 12-22%, stadium IIA untuk 10-27%,

dan stadium IIB untuk 34-43%. 24

Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan bahwa invasi satu-setengah dari lapisan

miometrium, invasi vaskular dan stadium klinis lanjut meningkatkan risiko metastasis

kelenjar getah bening.

Studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, sifatnya retrospektif dan non-acak

membuatnya memiliki banyak bias. Kedua, ukuran sampel dari kelompok SLNM kecil, oleh

karena itu, hasil perlu divalidasi dalam studi yang lebih besar. Ketiga, penelitian ini tidak

membandingkan kelompok SLNM dengan pasien dengan metastasisKGB yang banyak.

Kesimpulannya, penelitian ini ini menunjukkan bahwa terjadinya hanya satu soliter

metastasis kelenjar getah bening secara signifikan memperburuk prognosis pada pasien

dengan karsinoma serviks dibandingkan dengan pasien tanpa metastasis kelenjar getah

bening. Oleh karena itu, mengidentifikasi faktor risiko yang memprediksi metastasis kelenjar

getah bening adalah penting. Pasien dengan stadium FIGO yang tinggi, invasi sebagian dar

Lapisan miometrium dan invasi lymphovascular tampak berisiko lebih besar dari metastasis

kelenjar getah bening panggul.

16
Tabel 3. analisis univariat faktor prognostik untuk bertahan hidup pada pasien dengan
dan tanpa soliter metastasis kelenjar getah bening (SLNM).

Tingkat
keseluruhan signifikansi
ketahanan
hidup 5
Parameter n tahun,% v2 statistik

Usia 0,938 NS
< 40 68 74,5
40 234 78.9
tahap FIGO 17,397 P < 0,001
IA2 34 94.1
IB 125 88,5
IIA 143 74,3
ukuran tumor (cm) 9,189 P ¼ 0,002
<4 156 87.0
>4 146 77,4
Kelas tumor 33,018 P < 0,001
Diferensiasi baik 274 84,9
Diferensiasi sedang 22 45,5
Diferensiasi buruk 6 100.0
Kedalaman invasi
tumor 67,827 P < 0,001
T1 142 93,0
T2 140 81.4
T3 20 40.0
jenis sel patologis 0,428 NS
34 88,2
karsinoma sel
17
skuamosa
adenokarsinoma 64 80,4
adenosquamous 204 82.1
metastasis uterus 19,554 P < 0,001
iya 18 50,0
Tidak 284 84,8
invasi
Lymphovascular 66,991 P < 0,001
Positif 60 52,6
Negatif 242 89,8
keterlibatan
parametrium 36,712 P < 0,001
iya 22 13,6
Tidak 280 87,6
perawatan pasca
operasi 7,237 P ¼ 0,018
tak satupun 153 87,6
Terapi radiasi 28 77,3
Kemoradiasi 121 71,5
SLNM 41,487 P < 0,001
iya 48 87.7
Tidak 254 54.2
pergeseran ovarium 5,187 P ¼ 0,023
Iya 62 93,5
Tidak 240 75,4

FIGO; Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri; T1, invasif <1/2 otot lapisan; T2,
invasif lapisan 1/2 otot; T3, invasif permukaan internal yang serviks; NS, tidak ada
hubungan yang signifikan ( P 0,05).

18
Tabel 4. Analisis multivariat faktor prognostik untuk bertahan hidup pada pasien
dengan dan tanpa soliter metastasis kelenjar getah bening (SLNM).

signifikansi
rasio
Parameter b SE Wald statistik risiko 95% CI

0,416
tahapan FIGO NS
- 0.83 0,001 0,191,
IB vs IA2 0,022 2 NS 0,978 5,002
- 0,34 0.385 0,409,
IIA vs IA2 0,215 7 NS 0,807 1,591
- 0,33 1,135 0.360,
ukuran tumor 0.360 7 NS 0,698 1,352
0,25 1,285,
Kelas tumor 0,746 2 8,720 P ¼ 0,003 2,108 3,457
Kedalaman invasi
tumor 6,719 P ¼ 0,035
- 0,53 0.098,
T2 vs T1 1,272 7 5,604 P ¼ 0,018 0.280 0,803
T3
dibandingkan - 0,42 0,157,
T1 1,025 1 5,914 P ¼ 0,015 0,359 0,820
metastasis corpus 0,51 1,157 0,634,
uterud 0,555 5 NS 1,741 4,782
invasi - 0.39 3,463 0,226,
Lymphovascular 0.725 0 NS 0,484 1,039
keterlibatan - 0,43 0,069,
parametrium 0.725 7 17,310 P < 0,001 0,162 0,382
perawatan pasca 0,56 1,665 0,769,
operasi 0,703 4 NS 1,734 5,463
0,30 1,437,
SLNM 0,955 2 9,973 P ¼ 0,002 2,598 4,700
pergeseran 0,47 1,177 0,661,
ovarium 0,514 4 NS 1,672 4,229

19
CI, nilai kepercayaan; FIGO, Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri; T1,
invasif <1/2 otot lapisan; T2, invasif Lapisan 1/2 otot; T3, invasif permukaan internal
yang serviks; NS, tidak ada hubungan yang signifikan ( P 0,05).

DEKLARASI KEPENTINGAN YANG BERTENTANGAN


Penulis (s) dinyatakan tidak konflik kepentingan yang potensial sehubungan dengan
penelitian, penulis, dan / atau publikasi artikel ini.

PENDANAAN

Penulistidak menerima dukungan finansial untuk penelitian, penulis, dan / atau publikasi
artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Torre LA, Bray F, Siegel RL, et al. statistik kanker Global, 2012. CA Kanker J
Clin 2015; 65: 87-108.

2. Je HU, Han S, Kim YS, et al. Sebuah nomogram memprediksi risiko metastasis
jauh berikut radioterapi pasca operasi untuk karsinoma serviks uterus: radiasi
kelompok belajar onkologi Korea (Krog 12-08). Radiother Oncol 2014; 111: 437-
441.

3. Tada H, Teramukai S, Fukushima M, et al. Faktor risiko untuk lymphedema


ekstremitas bawah setelah diseksi kelenjar getah bening pada pasien dengan
karsinoma ovarium dan rahim. Kanker BMC 2009; 9: 47.

4. Richard SD, Krivak TC, Castleberry A, et al. Kelangsungan hidup untuk kanker
serviks stadium IB dengan keterlibatan kelenjar getah bening yang positif:
perbandingan selesai vs ditinggalkan histerektomi radikal. Gynecol Oncol
2008;109: 43-48.

5. Khatun S, Huda AQ, Begum SK, et al. Evaluasi panggul lymphadenectomy selama
Histerektomi radikal untuk Kanker Serviks. Mymensingh Med J 2017;26: 287-292.

20
6. Obrzut B, Semczuk A, Nar og M, et al. Parameter prognostik untuk Penderita
Kanker Serviks FIGO Tahapan IA2-IIB: Sebuah Jangka Panjang Follow-Up.
onkologi 2017; 93: 106-114.

7. Barquet-Mu ~ NOZ SA, Rend on-Pereira GJ, Acu ~na-Gonza' lez D, et al. Peran
limfadenektomipanggul dan para-aorta di ditinggalkan histerektomi radikal pada
kanker serviks. Dunia J Surg Oncol 2017;15: 23.

8. Mart Inez A, Mery E, Filleron T, et al. akurasi patologis intraoperatif pemeriksaan


SLN pada kanker serviks. Gynecol Oncol 2013; 130: 525-529.

9. Togami S, Kamio M, Yanazume S, et al. Dapat limfadenektomi panggul dihilangkan


dalam tahap IA2 untuk IIB kanker serviks uterus? Kanker Int J Gynecol 2014; 24:
1072-1076.

10. Koh WJ, Greer BE, Abu-Rustum NR, et al. Kanker Serviks, Versi 2,2015. J Natl
compr canc jar 2015; 13: 395-404.

11. Billingsley CC, Kohler MF, Creasman WT, et al. Sebuah kasus keterlibatan
kelenjar getah bening parametrium dalam tahap IA2 karsinoma sel skuamosa
serviks diobati dengan histerektomi radikal dan tinjauan literatur: sebuah laporan
kasus. J Rendah Genit Tract Dis 2012; 16:145-148.

12. Buchanan T, Pierce JY, Graybill W, et al. Mengapa kita terus overtreat stadium Ia
karsinoma serviks? Am J Obstet Gynecol 2017; 217: 413-417.

13. Polterauer S, Grimm C, Hofstetter G, et al. prediksi nomogram untuk


kelangsungan hidup keseluruhan pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks.
Br Kanker J 2012; 107: 918-924.

14. Lai JC, Chou YJ, Huang N, et al. analisis kelangsungan hidup Tahap IIA1 dan IIA2
pasien kanker serviks. Taiwan J Obstet Gynecol 2013; 52: 33-38.

15. Garg G, Shah JP, Toy EP, et al. Tahap IIA1 vs stadium IIA2 kanker serviks:
apakah kriteria pementasan baru memprediksi kelangsungan hidup? Kanker Int J
Gynecol 2011;21: 711-716.

16. Hongladaromp W, Tantipalakorn C, Charoenkwan K,et al. Locoregional menyebar


dan kelangsungan hidup tahap IIA1 dibandingkan tahap IIA2 kanker serviks. Asia
Pac J Kanker Prev 2014; 15: 887-890.

21
17. Riquet M, Assouad J, Bagan P, et al. Loncat mediastinum metastasis kelenjar getah
bening dan kanker paru-paru: subkelompok N2 tertentu dengan prognosis yang
lebih baik. Ann Thorac Surg 2005; 79: 225-233.

18. Prenzel KL, Bollschweiler E, Schr € oder W,et al. relevansi prognostik metastasis
melompat pada kanker esofagus. Ann Thorac Surg 2010; 90: 1662-1667.

19. Choi YY, An JY, Guner A, et al. Loncat metastasis kelenjar getah bening pada
kanker lambung: apakah skipping atau dilewati? Kanker lambung 2016; 19: 206-
215.

20. Quinn MA, Benedet JL, Odicino F, et al. Karsinoma serviks uteri. Laporan
Tahunan 26 FIGO pada Hasil Pengolahan di Kanker Kebidanan. Int J Gynaecol
Obstet 2006; 95 (Suppl 1): S43-S103.

21. Feng SY, Zhang YN dan Liu JG. faktor risiko dan prognosis karsinoma serviks
simpul-positif. ai Zheng 2005, 24: 1261-1266 [Pasal dalam bahasa Cina, bahasa
Inggris abstrak].

22. Sakuragi N, Satoh C, Takeda N, et al. Kejadian dan distribusi pola panggul dan
paraaortic metastasis kelenjar getah bening pada pasien dengan Tahapan IB, IIA,
IIB dan karsinoma serviks diobati dengan histerektomi radikal. Kanker 1999; 85:
1547-1554.

23. Silva-Filho AL, Reis FM, Traiman P, et al. Manifestasi klinis patologis panggul
metastasis kelenjar getah bening dan keterlibatan vagina dan parametrium pada
pasien dengan karsinoma serviks. Gynecol Obstet Invest 2005;59: 92-96.

24. manajemen Sakuragi N. Up-to-date dari metastasis kelenjar getah bening dan
peran lymphadenectomy disesuaikan pada kanker serviks. Int J Clin Oncol
2007; 12: 165-175.

22

Anda mungkin juga menyukai