BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan :
P
: Head tekanan (m)
γ
Pd
: Head tekanan fluida pada sisi tekan (m)
γ
Ps
: Head tekanan fluida pada sisi isap (m)
γ
b. Head kecepatan
Adalah perbedaan antara head kecepatan zat cair pada sisi tekan dengan
head kecepatan zat cair pada sisi isap. Head kecepatan dituliskan dengan rumus
sebagai berikut:
V2d V2s
hk = - 2g ..............................................................................................(2-2)
2g
Keterangan :
hk : Head kecepatan (m)
Vd2
: Head kecepatan zat cair pada sisi tekan (m)
2g
Vs2
: Head kecepatan zat cair pada sisi isap (m)
2g
venturimeter. Satuan dari kapasitas (Q) yang digunakan dalam pengujian ini
adalah m3/s.
b. Putaran (n)
Yang dimaksud dengan putaran disini adalah putaran poros (impeler)
pompa, dinyatakan dalam satuan rpm. Putaran diukur dengan menggunakan
tachometer.
c. Torsi (T)
Torsi didapatkan dari pengukuran gaya dengan menggunakan dinamometer,
kemudian hasilnya dikalikan dengan lengan pengukur momen (L). Satuan dari
torsi adalah Nm.
d. Daya (P)
Daya dibagi menjadi dua macam, yaitu daya poros yang merupakan daya
dari motor listrik, serta daya air yang dihasilkan oleh pompa. Satuan daya adalah
Watt.
e. Efisiensi ( )
Merupakan perbandingan antara daya air yang dihasilkan dari pompa,
dengan daya poros dari motor listrik.
Kavitasi akan timbul jika tekanan isapnya terlalu rendah. Kavitasi di dalam pompa
dapat mengakibatkan:
a. Suara yang berisik dan getaran dari pompa.
b. Performasi pompa akan menurun secara tiba-tiba, sehingga pompa tidak dapat
bekerja dengan baik.
c. Jika pompa dijalankan dalam keadaan kavitasi secara terus menerus dalam
jangka lama, maka permukaan dinding akan termakan sehingga menjadi
berlubang-lubang. Peristiwa ini disebut erosi kavitasi, sebagai akibat dari
tumbukan gelembung uap yang pecah pada dinding secara terus menerus.
Karena kavitasi mengakibatkan banyak sekali kerugian pada pompa, maka
kavitasi perlu dihindari. Adapun cara-cara untuk mencegah kavitasi antara lain:
a) Tekanan gas diperbesar di dalam pipa-pipa dimana fluida yang mengalir
dipompakan.
b) Sebuah pompa booster dipasang pada ujung pipa isap.
c) Sebuah axial wheel atau helical wheel dipasang tepat di depan impeler pada
poros yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk membuat pusaran (whirl) terhadap
aliran. Cara ini merupakan pilihan yang paling baik. Akan tetapi, apabila
kecepatan putaran (n) dan debitnya (Q) sama dengan kecepatan putaran dan debit
dari impeler, maka kavitasi justru akan terjadi pada runner pembantu itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam pemasangan runner pembantu ini diperlukan
pertimbangan yang sungguh-sungguh sebelum pemasangannya.
Macam - macam tipe kavitasi pada pompa sentrifugal berdasarkan
penyebabnya yaitu:
1. Suction cavitation (kavitasi pada suction)
Kavitasi jenis ini terjadi akibat kekurangan NPSHA (NPSH aktual). Aturan
umumnya adalah NPSHA minimal harus sama atau lebih besar dari NPSHR
(NPSH yang dibutuhkan) untuk menghindari suction cavitation. Perbedaan
yang besar antara NPSHA dengan NPSHR dapat menyebabkan resiko kerusakan
pada pompa terutama pada air yang relatif panas.
2. Recirculation Cavitation
Recirculation cavitation diakibatkan oleh laju aliran (flow rate) yang
rendah pada pompa. Ada dua tipe dari recirculation cavitation yaitu suction side
dan discharge side dimana bisa terjadi pada saat yang bersamaan ataupun
terpisah. Keduanya terjadi akibat fenomena yang sama yaitu aliran balik pada
jarak yang berdekatan satu sama lain.
Dalam perencanaan instalasi pompa, hal- hal berikut ini harus diperhitungkan
untuk menghindari kavitasi :
1. Ketinggian letak pompa terhadap permukaan zat cair yang diisap harus dibuat
serendah mungkin agar head isap statis menjadi rendah pula.
2. Pipa isap harus dibuat sependek mungkin. Jika terpaksa memakai pipa panjang
gunakan pipa yang berdiameter besar untuk mengurangi kerugian gesek.
3. Sama sekali tidak dibenarkan memperkecil laju aliran dengan menghambat aliran
sisi isap.
4. Head total pompa harus diatur seperti yang dibutuhkan karena head yang
berlebihan akan membuat kapasitas yang berlebihan pula sehingga akan
membuat kemungkinan terjadinya kavitasi akan semakin besar.
Gambar 2.1 NPSH Bila Tekanan Atmosfer Bekerja Pada Permukan Air Yang Dihisap.
Sumber: Sularso (2000,p.44)
Keterangan:
hsv = NPSH yang tersedia (m)
Pa = Tekanan atmosfer (N/m2)
Pv = Tekanan uap jenuh pada temperatur fluida (N/m2)
γ = Berat jenis cairan (N/m3)
hs = Head isap statis (m)
hl = Head losses (m)
dengan hs bertanda positif (+) jika pompa terletak di atas permukaan zat cair
yang dihisap dan negatif (-) jika pompa terletak di bawah permukaan zat cair
yang dihisap.
Dari persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa NPSH yang tersedia
merupakan head tekanan absolut yang masih tersisa pada sisi isap pompa
setelah dikurangi head tekanan uap, head isap statis dan head loss. Besarnya
tergantung pada kondisi luar pompa dimana pompa tersebut dipasang.
Gambar 2.2 NPSH Bila Tekanan Uap Bekerja Di Dalam Tangki Air Hisap Yang
Tertutup.
Sumber: Sularso (2000,p.44)
Jika zat cair dihisap dari tangki tertutup seperti pada gambar 2.2, maka P a
menyatakan tekanan absolut yang bekerja pada permukaan zat cair di dalam
tangki tertutup tersebut. Jika tekanan di atas permukan zat cair sama dengan
tekanan uap jenuhnya, maka Pa = Pv, sehingga :
hsv = − hs − hl ................................................................................(2-5)
Harga hs adalah negatif (-) karena permukaan zat cair dalam tangki lebih
tinggi daripada sisi isap pompa. Pemasangan pompa semacam ini diperlukan
untuk mendapatkan harga ℎ𝑠𝑣 atau NPSH yang positif (+).
b. NPSH yang Diperlukan
Tekanan terendah di dalam pompa besarnya terdapat di suatu titik didekat
(setelah) sisi masuk sudu impeler. Di tempat tersebut, tekanannya lebih rendah
daripada tekanan pada sisi isap pompa. Hal ini disebabkan kerugian head di
nosel isap, kenaikan kecepatan aliran karena luas penampang yang menyempit,
dan kenaikan kecepatan aliran karena tebal sudu.
Jadi, agar tidak terjadi penguapan zat cair, maka tekanan pada lubang
masuk pompa dikurangi penurunan tekanan di dalam pompa, harus lebih tinggi
daripada tekanan uap zat cair. Head tekanan yang besarnya sama dengan
penurunan tekanan ini disebut NPSH yang diperlukan. Agar pompa dapat
2 2
H1 n1 D1
= ………............................................................................................(2-7)
H2 n22 D22
3 5
P1 n1 D1
= 3 5
………............................................................................................(2-8)
P2 n2 D2
Keterangan:
D: Diameter impeler (m)
Q: Kapasitas aliran (m3/s)
H: Head total pompa (m)
P: Daya poros pompa (kW)
N: Putaran pompa (rpm)
Dan indeks 1 dan 2 menyatakan berturut- turut pompa nomor satu dan pompa
nomor 2. Hubungan yang dinyatakan di atas disebut Hukum Kesebangunan Pompa.
Hukum ini sangat penting untuk menaksir perubahan performansi pompa bila
putaran pompa diubah. Hukum ini juga berguna untuk memperkirakan performansi
pompa yang direncanakan apabila pompa tersebut geometris sebangun dengan
pompa yang sudah diketahui performansinya.
Q1/2
ns=n ………........................................................................................(2-9)
H3/4
Keterangan:
Q : Kapasitas aliran (m3/s)
H : Head total pompa (m)
n : Putaran pompa (rpm)
Harga ns dapat digunakan sebagai parameter untuk menyatakan jenis pompa.
Jadi jika ns suatu pompa sudah ditentukan maka bentuk impeller pompa tersebut
sudah tertentu pula.
2.1.7 Performansi
Bentuk pompa pada umumnya tergantung pada kecepatan spesifik. Jadi dapat
dimengerti bila karakterisiknya juga akan tergantung pada kecepatan spesifik.
Karakteristik sebuah pompa dapat digambarkan dalam kurva- kurva
karakteristik yang menyatakan besarnya head total pompa, daya poros, dan efisiensi
pompa, terhadap kapasitas. Kurva performansi tersebut, pada umumnya
digambarkan pada putaran yang tetap.
Gambar 2.3 sampai dengan Gambar 2.5 memperlihatkan contoh kurva
performansi untuk tiga jenis pompa dengan harga kecepatan spesifik yang jauh
berbeda beda. Di sini semua besaran kurva karakteristik dinyatakan dalam persen.
Titik 100% untuk harga kapasitas, head total pompa, dan daya pompa, diambila
dalam keadaan efisiensi maksimum.
Dari gambar terlihat bahwa kurva head- kapasitas menjadi semakin curam pada
pompa dengan harga kecepatan spesifik yang semakin besar.
Disini head pada kapasitas nol (shut-off head) semakin tinggi pada kecepatan
spesifik yang semakin besar. Dalam hal pompa aliran aksial, kurva karakteristiknya
memperlihatkan kondisi tak stabil pada head total di sekitar 140 – 160%.
Kurva daya terhadap kapasitas mempunyai harga minimum bila kapasitas
aliran sama dengan nol pada pompa sentrifugal dengan kecepatan spesifik kecil.
Sebaliknya, pada pompa aliran campur dan pompa aliran aksial dengan kecepatan
spesifik besar, harga daya mencapai maksimum pada kapasitas aliran sama dengan
nol.
yang dihasilkan. Tekanan yang dihasilkan sangat tinggi, yaitu lebih dari 10
atm. Kecepatan putar rendah yaitu 250 sampai 500 rpm. Oleh karena itu,
dimensinya besar dan sangat berat. Pompa ini banyak dipakai pada pabrik
minyak dan industri kimia untuk memompa cairan kental, dan untuk pompa
air ketel pada PLTU. Skema pompa torak ditunjukkan pada gambar 2.6.
2. Rotary Pump
Tekanan yang dihasilkan dari pompa ini adalah akibat gerak putar dari
elemen-elemennya atau gerak gabungan berputar. Bagian utama dari pompa
jenis ini adalah :
▪ rumah pompa yang stasioner
▪ rotor, yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang berputar dalam
rumah pompa
Prinsip kerjanya adalah fluida yang masuk ditekan oleh elemen-elemen
yang memindahkannya ke sisi buang kemudian menekannya ke pipa tekan.
Karena tidak memiliki katup-katup, maka pompa ini dapat bekerja terbalik,
sebagai pompa maupun sebagai motor. Pompa ini bekerja pada putaran yang
tinggi sampai dengan 5000 rpm atau lebih. Karena keuntungan tersebut,
pompa ini banyak dipakai untuk pompa pelumas dan pada hydraulic power
transmission. Yang termasuk jenis pompa ini adalah:
a. Gear Pump (Pompa Roda Gigi)
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya dua buah roda gigi
berpasangan yang terletak dalam rumah pompa akan menghisap dan
menekan fluida yang dipompakan. Fluida yang mengisi ruang antar gigi
ditekan ke sisi buang. Akibat diisinya ruang antar sisi tersebut maka
pompa ini dapat beroperasi. Aplikasi dari pompa ini adalah pada sistem
pelumasan, karena pompa ini menghasilkan head yang tinggi dan debit
yang rendah. Contoh pompa roda gigi terdapat pada gambar 2.7.
B. Dynamic Pump
Merupakan pompa yang ruang kerjanya tidak berubah selama pompa
bekerja. Untuk merubah kenaikan tekanan, tidak harus mengubah volume aliran
fluida. Dalam pompa ini terjadi perubahan energi, dari energi mekanik menjadi
energi kinetik, kemudian menjadi energi tekanan. Pompa ini memiliki elemen
utama sebuah rotor dengan suatu impeler yang berputar dengan kecepatan
tinggi. Yang termasuk di dalam jenis pompa ini adalah pompa aksial dan pompa
sentrifugal.
1. Pompa Aksial
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya impeler akan
menghisap fluida yang dipompakan dan menekannya ke sisi tekan dalam
arah aksial. Pompa ini cocok untuk aplikasi yang membutuhkan head
rendah dan kapasitas tinggi, seperti pada sistem pengairan. Contoh pompa
aksial terdapat pada gambar 2.8.
2. Pompa Sentrifugal
Elemen pokok dari pompa ini adalah sebuah rotor dengan sudu-sudu
yang berputar pada kecepatan tinggi. Fluida yang masuk dipercepat oleh
impeler yang menaikkan tekanan maupun kecepatannya, dan melempar
fluida keluar melalui volute atau rumah siput. Pompa ini digunakan untuk
memenuhi kebutuhan head medium sampai tinggi dengan kapasitas aliran
medium. Dalam aplikasinya, pompa sentrifugal banyak digunakan untuk
proses pengisian air pada ketel dan pompa rumah tangga. Bagian-bagian
dari pompa sentrifugal adalah stuffling box, packing, shaft, shaft sleeve,
vane, casing, eye of impeller, impeller, casing wear ring dan discharge
nozzle.
Impeler dipasang pada satu ujung poros dan pada ujung yang lain dipasang
kopling untuk meneruskan daya dari penggerak. Poros ditumpu oleh dua buah
bantalan. Sebuah paking atau perapat dipasang pada bagian rumah yang ditembus
poros, untuk mencegah air bocor keluar atau udara masuk dalam pompa.
a. Impeler
Merupakan bagian yang berputar dari pompa dan memberikan daya pada
air, sehingga air akan mendapatkan energi spesifik berupa kecepatan dan
tekanan. Di dalam rumah siput, kecepatan air secara berangsur-angsur diubah
menjadi tekanan statis. Jenis-jenis impeler ditunjukkan pada gambar 2.11.
Jenis-jenis impeler yaitu:
• Impeler Tertutup
Disebut sebagai impeler tertutup karena baling-baling pada impeler
tetutupi oleh mantel di kedua sisi. Jenis impeler ini banyak digunakan pada
pompa air dengan tujuan mengurung air agar tidak berpindah dari sisi
pengiriman ke sisi penghisapan. Impeler jenis ini memiliki kelemahan pada
kesulitan yang akan didapat jika terdapat rintangan atau sumbatan.
• Impeler Terbuka dan Semi Terbuka
Dengan kondisinya yang terbuka atau semi terbuka, maka kemungkinan
adanya sumbatan pun jauh berkurang. Hal ini memungkinkan adanya
pemeriksaan impeler dengan mudah. Namun, jenis impeler ini hanya dapat
diatur secara manual untuk mendapatkan setelan terbaik.
• Impeler Pompa Berpusar/Vortex
Pompa yang digunakan untuk memompa bahan-bahan yang lebih padat
ataupun berserabut dari fluida cair, impeler vortex dapat menjadi pilihan
yang baik. Pompa jenis ini 50% kurang efisien dari rancangan
konvensionalnya.
b. Rumah Pompa
Desain rumah pompa ditunjukkan oleh gambar 2.12. Rumah pompa
memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Berfungsi sebagai pengarah fluida yang dilemparkan impeler. Akibat gaya
sentrifugal yang menuju sisi tekan, sebagian energi kinetik fluida diubah
menjadi tekanan.
2. Menutup impeler pada sisi penghisapan dan pengiriman pada ujung pompa
sehingga berbentuk tangki tekanan.
3. Memberikan media pendukung dan bantalan poros untuk batang torak dan
impeler.
c. Poros Pompa
Sebagai penerus putaran pengerak kepada impeler dan pompa. Poros
pompa dibedakan menjadi dua, yaitu :
▪ Poros pompa datar atau horizontal
▪ Poros pompa tegak atau vertikal
d. Cincin Penahan Keausan atau Cincin Perapat (Waring Ring)
Untuk mencegah keausan rumah pompa dan impeler pada sambungan yang
bergerak (running joint), maka dipasang cincin penahan keausan (waring ring)
yang disebut juga cincin rumah pompa atau cincin perapat.
e. Bantalan Poros
Bantalan yang banyak dipakai pada pompa sentrifugal adalah bantalan anti
gesek, selongsong, rol bola, dan bantalan kingsbury. Bantalan anti gesek dapat
berupa baris tungal atau ganda. Bantalan rol banyak dipakai untuk poros pompa
berukuran besar. Skema bantalan poros ditunjukkan oleh gambar 2.13.
(a) (c)
(b) (d)
Gambar 2.13 Bantalan Praktis Untuk Pompa (a) Rol, (b) Horizontal, (c) Vertikal Dan (d)
Kingsbury
Sumber: Edward (1996,p.22)
f. Selongsong Poros
Berfungsi utuk mencegah kebocoran udara ke dalam pompa bila beroperasi
dengan tinggi isap (suction lift) dan untuk mendistribusikan cairan perapat
secara merata di sekeliling ruang cincin (anular space) antara lubang peti dan
permukaan selongsong poros. Selongsong poros disebut juga sangkar perapat
atau cincin lantern. Skema selongsong poros pompa ditunjukkan oleh gambar
2.14.
Selongsong poros ini menerima cairan yang bertekanan dari pompa atau
sumber tersendiri lainnya. Kadang-kadang digunakan minyak gemuk sebagai
medium perapat apabila cairan yang bersih tidak tersedia atau tidak dapat
dipakai (pompa air kotor).
g. Peti Gasket
Berfungsi untuk mencegah udara bocor ke dalam rumah pompa bila
tekanan di dalamnya berada di bawah tekanan atmosfer.
h. Perapat Poros (Perapat Mekanis)
Digunakan untuk mencegah kebocoran di sekeliling poros. Perapat poros
ini juga dipakai apabila peti gasket tidak dapat mencegah kebocoran secara
maksimal. Permukaan perapat tegak lurus terhadap poros pompa dan biasanya
terdiri dari dua bagian yang dihaluskan dan dilumasi. Perapat poros dibedakan
menjadi dua, yaitu jenis dalam dan jenis luar. Jenis luar dipakai apabila cairan
yang dipompa berpasir dan tidak diinginka adanya kebocoran pada peti gasket.
Jenis dalam digunakan untuk cairan yang mudah menguap. Skema perapat
mekanis dapat dilihat pada gambar 2.15.
• Persamaan energi :
mv2
m.g.z+P.∀+ = c .................................................................................(2-10)
2
m mv2
m.g.z+P. ρ + = c .................................................................................(2-11)
2
Terdapat aliran fluida pada satu saluran dengan perubahan luas penampang
seperti terlihat pada gambar 2.16. Pada fluida tak termampatkan, massa jenis fluida
selalu sama di setiap titik yang dilaluinya. Massa fluida yang mengalir dalam pipa
dengan luas penampang A1 selama selang waktu tertentu:
m
ρ= ............................................................................................................(2-15)
V
m= ρV .........................................................................................................(2-16)
m1 = ρV1 .......................................................................................................(2-17)
V1 = A1 L1 = A1 v1 ∆t .....................................................................................(2-18)
ṁ 1 = ρ A1 v1 ..................................................................................................(2-19)
Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama dengan
massa fluida yang keluar, maka:
ṁ 1 =ṁ 2 .........................................................................................................(2-20)
ρ A1 v1 = ρ A2 v2 ............................................................................................(2-21)
A1 v1 = A2 v2 ................................................................................................. (2-22)
Keterangan:
𝐴1 =Luas penampang 1
𝐴2 =Luas penampang 2
v1 = Kecepatan aliran fluida pada penampang 1
v2 = Kecepatan aliran fluida pada penampang 2
Av = Laju aliran volume V/t atau debit
masuk dan keluar untuk suatu impeler yang mempunyai sudu-sudu mengarah ke
belakang ditunjukkan pada gambar 2.17. u adalah kecepatan keliling suatu titik
pada impeler, w adalah kecepatan partikel fluida relatif terhadap impeler, dan c
adalah kecepatan absolut fluida (kecepatan relatif suatu titik pada impeler relatif
terhadap frame yang diam / tanah). c merupakan hasil penjumlahan secara vektor
dari u dan w. Diagram segitiga kecepatan masuk dan keluar impeler dapat dilihat
pada gambar 2.17.
b. Pompa Paralel
Instalasi pompa yang disusun paralel bertujuan untuk memperoleh fluida
dengan kapasitas yang tinggi namun head tekanan yang diperoleh rendah. Pada
gambar 2.20 didapatkan kapasitas (Q) aliran yang tinggi diperoleh dengan cara
menjumlahkan kapasitas aliran pompa 1 (Q1) dengan kapasitas aliran pompa 2
(Q2).
Qtotal = Q 1 + Q2 ....................................................................................(2-24)
Keterangan:
Pd : Tekanan buang (N/m2)
Ps : Tekanan buang (N/m2)
: berat jenis air = water . g (N)
2. Kapasitas (Q)
0,189
Q= 1000 √h (m3/s)…………………………………………………….(2-26)
Keterangan:
h = beda ketinggian fluida pada manometer (mmHg)
3. Putaran (n)
Satuan : rpm
4. Torsi (T)
T = F . L…............................................................................................(2-27)
Keterangan:
F = Gaya / beban (N)
L = Panjang lengan momen = 0,179 m
5. Daya (W)
• Daya Poros (W1) :
n
W=F. k …………………………………………………………...(2-28)
Keterangan:
k = konstanta brake = 53,35
n = putaran (rpm)
• Daya Air (W2) :
W2 =(Pd - Ps ).Q (Watt) .......................................................... (2-29)
6. Efisiensi ( )
W1
η= W2 x100%..................................................................................(2-30)
3. Torsi (T)
Berdasarkan persamaan (2-27):
T1 = F1 . L (N/m)
T2 = F2 . L (N/m)
Ttotal = T1+T2
4. Daya (W)
• Daya Poros (W1) :
Berdasarkan persamaan (2-28):
n1
W1,1 = F1. (Watt)
k
n2
W1,2 = F2. (Watt)
k
2. Kapasitas (Q)
Berdasarkan persamaan (2-26):
0,189
Q= 1000 √h (m3/s)
3. Torsi (T)
Berdasarkan persamaan (2-27):
T1 = F1 . L (N/m)
T2 = F2 . L (N/m)
Ttotal = T1+T2
4. Daya (W)
• Daya Poros (W1) :
Berdasarkan persamaan (2-28):
n1
W1,1 = F1. (Watt)
k
n2
W1,2 = F2. (Watt)
k
5. Efisiensi ( )
Berdasarkan persamaan (2-30):
W1
η= x100%
W2
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
Tabel 3.1
Spesifikasi Pompa Sentrifugal
1st Stage 2nd Stage
Driving motor type Neco Shunt Neco Shunt
Serial no. C 166415.C C 166415.B
Speed Variable 0 to 3000 Variable 0 to 3000
rev/min rev/min
Power 0,75 KW (1 HP) 0,75 KW (1 HP)
Electrical control Neco electrical 2AF Neco electrical 2AF
type ISO ISO
Pump type Stuart no 25/2 Stuart no 25/2
Max head 13 m 13 m
Max flow 130 L/minute 130 L/minute
Calibration : v = 0,2 h
Diameters D = 37,5 mm dan d = 22,2 mm
Note : Electrical Warning Labels Fitted
Literature : Winning Diagram 41109
Instalasi percobaan ini terdiri dari 2 pompa sentrifugal, yaitu pompa I (P1) dan
pompa II (P2) yang masing-masing digerakkan oleh sebuah motor listrik (M) yang
dihubungkan dengan neraca pegas. Sebuah panel pengaturan dan alat ukur
(manometer raksa dan manometer bourdon). Jaringan pipa dilengkapi dengan dua
katup isap yaitu katup pompa I (A) dan katup pompa II (B). Instalasi percobaan
juga dilengkapi dengan sebuah katup pengatur aliran tunggal, seri dan paralel (C),
sebuah katup pengatur keluaran (D) dan sebuah venturi (V).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Kapasitas (Q)
0,189 0,189
Q= √h = √0 =0
1000 1000
3. Torsi (T)
T= F . L = 1,2 . 0,179 = 0,215
4. Daya Poros (W1)
n 1900
W1=F. k =1,2. = 49,485
53,35
b. Pompa Seri
1. Head (H)
Pd - Ps 47000-2000
H1 = γ
= = 4,994903
9810
Pd - Ps 120000- 49000
H2 = = 9810
= 7,237513
γ
3. Torsi (T)
T1 = F1 . L = 1,2 . 0.179 = 0,2148 Nm
T2 = F2 . L = 1.5 . 0.179 = 0.2685 Nm
Ttotal = T1 + T2 = 0,21485+0,2685= 0,483300 Nm
4. Daya Poros (W1)
n1 1900
W1,1 = F1. = 1,2 53,335= 49,484536 Watt
k
n2 2000
W1,2 = F2. = 1,5 53,335= 61,85567 Watt
k
c. Pompa Parallel
1. Head (H)
Pd - Ps 61000-0
H1 = = = 6.2 m
γ 9810
Pd - Ps 61000-(-1000)
H2 = γ
= 9810
= 6.3 m
6. Efisiensi ( )
W1 0
η= W2 x100%=111,340206 . 100% = 0%
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Kapasitas Terhadap Head Pada Pompa Tunggal
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik mengalami penurunan. Semakin
bertambahnya kapasitas fluida maka head akan mengalami penurunan dapat dilihat
persamaan:
0,189
Q= 1000
√h
Pd-Ps
H= γ
Dari rumus diatas dapat kita simpulkan bahwa menurunnya nilai head
dikarenakan menurunnya beda tekanan ( Pd – Ps). Menurunnya nilai Pd dipengaruhi
oleh semakin besar bukaan katup buang sedangkan menurnnya nilai Ps karena
semakin cepatnya aliran fluida. Menurunnya nilai head secara drastis dikarenakan
turunnya nilai Pd tidak sebanding dengan turunnya nilai Ps dan semakin besar
bukaan katup buang menyebabkan bertambahnya kapsitas fluida yang mengalir
masuk ke venturi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya
kapasitas fluida maka nilai head yang dimiliki fluida semakin menurun.
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Kapasitas Terhadap Head Pada Pompa Seri
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya kapasitas, maka
head akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena hubungan antara head
dan kapasitas pompa adalah berbanding terbalik. Head dapat dilihat persamaan:
0,189
Q= 1000
√h
Pd-Ps
H= γ
Dari gambar 4.3 hubungan antara kapasitas terhadap head pada pengujian
pompa paralel dapat dilihat bahwa polinomial grafik mengalami penurunan dari
putaran awal sampai pada putaran akhir, dimana semakin bertambahnya kapasitas
maka head akan mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa hubungan antara head
dan kapasitas pada pompa paralel adalah berbanding terbalik sesuai dengan
persamaan:
0,189
Q=
1000
√h
Pd-Ps
H= γ
4.2.2.4 Hubungan Kapasitas dan Daya Poros (Pompa Tunggal, Seri dan
Paralel)
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kapasitas Terhadap Daya Poros Pada Pompa Tunggal, Seri Dan paralel
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan
pada setiap jenis pompa hingga mencapai titik optimum tertentu kemudian grafik
akan mengalami penurunan, dapat dilihat pada persamaan:
0,189
Q= 1000
√h
𝑊 = F.n/K(Watt)
Semakin besar kapasitas (Q) maka gaya yang dibebankan pada pompa juga
akan semakin meningkat, sehingga daya poros ( W1) juga akan mengalami
peningkatan seiring dengan bertambahnya nilai kapasitas ( Q ). Penurunan kurva
disebabkan oleh sifat kelembaman yang dimiliki poros. Kelembaman ini terjadi
karena kecepatan yang dicapai sudah sangat tinggi sehingga gaya yang diperlukan
untuk menggerakan poros tidaklah perlu penambahan.
4.2.2.5 Hubungan Kapasitas dan Daya Air (Pompa Tunggal, Seri dan
Paralel)
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Kapasitas Terhadap Daya Air Pada Pompa Tunggal, Seri Dan Pararel
Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa pada masing-masing pompa mengalami
kenaikan sampai pada titik tertentu, kemudian mengalami penurunan.
W=(Pd-Ps) .Q (Watt)
Pada persamaan tersebut dapat kita lihat bahwa antara beda tekanan pompa (
Pd-Ps) dan kapasitas (Q) berbanding lurus dengan daya air. Sehingga seiring
bertambahnya kapasitas maka daya air akan mengalami peningkatan pula.
Penurunan daya air setelah mencapai titik optimum tertentu karena beda tekanan
mengalami penurunan yang signifikan dari pada kenaikan debit (Q), sehingga nilai
dari daya air mengalamai penurunan. dapat dilihat dalam persamaan:
0,189
Q= 1000
√h (m3/s)
Pada grafik diatas ditunjukkan bahwa daya air pada pompa paralel memiliki
kecenderungan geser yang paling tinggi, hal ini disebabkan oleh kapasitas fluida
pada pompa paralel memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan pompa
seri maupun tunggal sehingga daya airnya paling tinggi.
4.2.2.6 Hubungan Kapasitas dan Efisiensi (Pompa Tunggal, Seri dan Paralel)
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Kapasitas Terhadap Efisiensi Pada Pompa Tunggal, Seri Dan Paralel
Dari gambar 4.6 dapat kita lihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan
hingga titik tertentu lalu kemudian mengalami penurunan. Nilai efisiensi pompa
seri tertinggi terdapat di kapasitas dengan nilai 0,000627 dengan nilai efisiensi
sebesar 34,202071%, pada pompa tunggal pada kapasitas 0,000655 dengan nilai
efisiensi sebesar 29,108%, pada pompa paralel pada kapasitas 0,0001494 dengan
nilai efisiensi 35,310929%. Hal ini berarti bahwa seiring dengan bertambahnya
kapasitas (Q) maka efisiensi (%) juga akan meningkat pula sampai pada titik
tertentu lalu mengalami penurunan pada persamaan:
W2,total
η= X 100% (%)
W1,total
Dari persamaan diatas dapat kita lihat bahwa nilai efisiensi adalah
perbandingan antara daya air (W2) dengan daya poros (W1). Penambahan kapasitas
akan meningkatkan daya air karena kapasitas dan daya air berbanding lurus.
Sehingga penambahan kapasitas akan meningkatkan nilai efisiensi. Efisiensi
cenderung naik, lalu turun setelah nilai tertinggi, hal ini dikarenakan nilai W1 dan
W2 yang cenderung naik lalu turun setelah mencapai nilai tertinggi.
Namun grafik kurva pompa seri lebih tinggi dari pompa tunggal, karena
kenaikan daya poros maupun daya air yang dihasilkan lebih besar dari pompa
tunggal. Pada pompa paralel,grafik kurvanya cenderung terus naik, hal ini karena
nilai W1 dan W2 pompa paralel terus naik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian pompa sentrifugal dengan instalasi tunggal, seri dan
pararel didapatkan kesimpulan :
1. Semakin bertambahnya kapasitas, maka head akan mengalami penurunan. Hal
ini disebabkan karena hubungan antara head dan kapasitas pompa adalah
berbanding terbalik
2. Pompa seri dan pompa pararel dimana semakin tinggi kapasitas (Q) maka
semakin tinggi pula nilai daya porosnya (W1). Hal ini disebabkan karena nilai
kapasitas (Q) berbanding lurus dengan daya poros (W1)
3. Semakin meningkatnya nilai kapasitas (Q), maka torsi (Nm) akan ikut
meningkat. Hal ini disebabkan karena nilai kapasitas (Q) yang berbanding lurus
dengan nilai torsi (Nm).
4. Seiring dengan bertambahnya kapasitas (Q) maka efisiensi (η) juga akan
meningkat pula sampai pada titik tertentu lalu kemudian grafik untuk efisiensi
(η) pompa mengalami penurunan.
5. Seiring bertambahya kapasitas maka daya air (W2) akan mengalami peningkatan
pula. Penurunan daya air setelah mencapai titik optimum tertentu karena beda
tekanan mengalami penurunan signifikan dari kenaikan debit (Q) sehingga nilai
daya air (W2) mengalami penurunan.
6. Efisiensi adalah perbandingan antara daya air (W2) dengan daya poros (W1).
Penambahan kapasitas akan meningkatkan daya air karena berbanding lurus,
sehingga akan meningkatkan nilai efisiensi. Efisiensi cenderung naik, lalu turun
setelah nilai tertinggi, hal ini dikarenakan nilai W1 dan W2 yang cenderung naik
lalu turun setelah mencapai nilai tertinggi.
5.2 Saran
1. Agar praktikan mempelajari materi sebelum melaksanakan praktikum.
2. Untuk asisten suara saat memberi penjelasan agar sedikit di keraskan supaya
praktikan mendengar dengan jelas.
3. Untuk laboratorium agar lebih dijaga kebersihan alat – alat pada mesin fluida.
4. Untuk sistem praktikum sudah sesuai dan mempermudah praktikan dalam
memahami materi yang diberikan