Prospek Kesehatan Lingkungan
Prospek Kesehatan Lingkungan
V. Simpulan
I. Tantangan dan Peluang
A. Tantangan Situasional
1. Tatangan Global
Adanya perobahan pada suatu belahan dunia akan memberi pengaruh pada belahan
dunia lainnya. Demikian pula halnya pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan
yang titik akhirnya akan dipengaruhi oleh perkembangan di dunia perdagangan.
Perdagangan global seperti kerjasama eknomi Asia Pasifik (APEC), AFTA, WTO,
wilayah regional (ASEAN), wilayah bilateral (MALINDO), semuanya bermuara
kearah pasar bebas.
Hal ini menuntut adanya regulasi dan deregulasi dalam upaya memberi keamanan
kepada para investor, konsumen, upah buruh dan perlindungan lingkungan (ISO
9000, ISO 14000 dll)
3. Otonomi Daerah
Amanat UU Dasar th.1945 Pasal 18, diikuti dengan UU No.1 Th.1945, UU No.22
th. 1948, UU. No.1 th. 1957, Pempres No.6 th. 1969, Penpres No.5 th. 1960,
UU. No.18 th. 1965 dan 1974 (UU.No.5) tentang Pokok-pokok Pemerintahan di
Daerah. UU. No. 22 th. 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25 th. 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Pasal 11 (2) UU No.22 th.1999, dinyatakan bahwa Bidang pemerintahan yang wajib
dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota meliputi pekerjaan umum,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan
perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, perumahan, koperasi, dan
tenaga kerja.
Titik berat Otonomi Daerah adalah Daerah Tingkat II yaitu Kab. dan Kota, sedang
Propnsi merupakan wilayah administratif. Dampak adalah makin besarnya urusan
yang diserahkan kepada Daerah diperlukan tenaga profesional baik di propinsi,
maupun daerah otonom
4. Konsumen
Batasan konsumen bukan saja pada masyarakat umum, tetapi juga masyarakat khusus
seperti industri jasa (transportasi, tempat-tempat umum), industri produksi dan
manufaktur, instansi pemerintah, dan lainnya.
Untuk itu diperlukan teknologi produktif, yang berorientasi pada lingkungan dan
kesehatan masyarakat, maka dikembangkan Bapedal, Meneg PPLH, Komosi-komisi
AMDAL dan berbagai upaya swasta yang memberi perhatian pada masalah dampak
terhadap lingkungan.
Suka tidak suka, mau tidak mau, maka setiap unit pndidikan harus menjalankan Standar
Pendidikan Nasional (SPN) meliputi otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu dan evaluasi
yang transparan.
Terkait dengan jaminan mutu maka unit pelaksana pendidikan harus selalu melakukan
perobahan mengikuti kebutuhan para stakeholder (mahasiswa, orang tua, pemerintah
dan para dosen) maka pengelola unit pendidikan harus menlaksanakannya,
a. Pengembangan Keilmuan
Bila dibandingkan dengan ilmu dan teknologi kesehatan masyarakat, kesehatan
lingkungan memang lebih khusus. Namun bila ditinjau dari aspek-aspek dan
komponen-komponennya, kesehatan lingkungan ini sendiri masih bersifat umum
dan sudah saatnya untuk dikembangkan lebi tajam kearah konsentrasi-konsentrasi
yang lebi tajam.
Kualifikasi yang dituntut bukan saja kemampuan, tetapi juga jenjangnya. Upaya
peningkatan kemampuan dan jenjang mutlak diperlukan dalam rangka menghadapi
era persaingan bebas yang sudah sangat dekat.
B. Peluang
Sasaran utamanya adalah menurunkan angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per
1000 kelahiran hidup serta
Arah kebijakan ditujukan pada peningkat kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan
dan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat di samping persyaratan
dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar
Konsep awal penyebab penyakit adalah lingkungan, dapat kita lihat konsep
”niasma theory” yang dikenal dengan ”ma area” atau udara buruk.
Hasil penyelidikan John Snow di Inggris menyimpulkan bahwa lingkunganlah
sebagai mata rantai terjadinya penularan penyakit. Sehingga muncul semboyan
”Prevention is better than care”
yang ditopang dengan pemahaman mekanisme peranan lingkungan dalam konteks
penularan penyakit.
Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pada hidup bersih dan sehat
Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan: Info thn 2002 persentase masyarakat yang
akses terhadap air bersih sekitar 50% rumah tangga dan sanitasi dasar sekitar 63,5%.
Kesehatan lingkungan yang merupakan kgiatan lintas program dan lintas sektor belum
dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan
Sampai saat ini penyakit yang berbasis lingkungan masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, seperti penyakit Demam Berdarah Dengue sekitar 0,019/1.000 penduduk,
angka kematian pada kejadian luar biasa (KLB) 3/1.000 penduduk. Penyakit TB Paru,
diperkirkan oleh WHO (th.1999) setiap tahun di Indonesia terjadi 583.000 kasus baru,
kematian sekitar 140.000 orang, artinya setiap 100.000 penduduk terdapat 130
penderita TB Paru BTA positip.
Petugas medis dan atau paramedis melaksanakan upaya penyembuhan dan pengobatan
tanpa memperdulikan kondisi lingkungan perumahan/permukiman si pasien. Di sisi
lain petugas kesehatan lingkungan melakukan upaya kesehatan lingkungan tanpa
memperhatikan permasalahan penyakit dan atau kesehatan masyarakat di
lokasi/kawasan tersebut.
Bertitik tolak dari hal-hal di atas, maka lahir konsep Klinik Sanitasi sebagai suatu
upaya terobosan yang memadukan ketiga jenis upaya pelayanan kesehatan dalam
rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara terpadu, terarah dan
berkesinambungan. Konsep ini pertamakali diperkenalkan dan dikembangkan oleh
Puskesmas Wanasaba Kabupaten/Kota Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat
sejak Nopember 1995 dan selanjutnya kegiatan ini diikuti oleh beberapa Puskesmas
yang ada di Propinsi Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera
Selatan dan Kalimantan Selatan. Saat ini (th. 2003) Klinik Sanitasi sudah
dikembangkan lebih dari 1.000 Puskesmas di seluruh Propinsi di Indonesia. Dengan
makin berkembangnya kegiatan Klinik Sanitasi maka kepada mahasiswa khususnya
yang bergerak dibidang kesehatan lingkungan dan atau sanitasi, perlu disosialisasikan
agar pengembangannya jauh lebih baik dan lebih berkembang kearah yang positif dan
menguntungkan semua pihak.
II. Pendekatan Pemecahan Masalah Pelayanan Kesehatan Lingkungan
A. Pendekatan Sistem
Sistem merupakan suatu tatanan dari hal-hal yang saling berkaitan dan berhubungan
sehingga membentuk satu kesatuan dan keseluruhan.
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya Bangsa
Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan
kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945
Analisis sistem sebagai salah satu metode ilmiah dengan ciri sebagaimana di bawah ini.
1) logis, artinya masuk akal yaitu sesuai hukum ilmiah.
2) obyektif, artinya sesuai dengan fakta, untuk itu perlu mencari data.
3) sistematis, artinya memiliki keteraturan internal tidak semrawut
4) andal, artinya dapat diuji dan diuji kembali secara terbuka
5) dirancang dan
6) direncanakan serta
7) kumulatif, artinya sebagai acuan penting bagi kegiatan ilmiah selanjutnya dalam
upaya pengembangan ilmu.
Dengan demikian maka dalam upaya pemecahan masalah kesehatan lingkungan perlu
dilakukan melalui pendekatan sistem, dengan harapan semua mitra kerja terkait bekerja
sama untuk menyusun rencana secara terpadu dalam penanganan upaya kesehatan
lingkungan
Paradigma Sehat “Shifting the Mindset”, sebagai upaya merobah alur pikir masyarakat
tentang sehat
ke Paradigma Sehat
Dari
Paradigma Sakit
ke Bisnis Sehat
Dari Bisnis Sakit
Sumber:
Melahirkan suatu ciri tentang Masyarakat Indonesia sebagaimana berikut ini.
1) Sakit-sakitan (Kesehatan)
2) Bodoh (Pendidikan)
3) Miskin (In-come)
Sumber
Perobahan Air Masyarakat
Peristiwa Udara
Alam
(Sex/Umur Sakit
Tanah Lokasi/dll)
Aktivitas Unsur Makanan
Manusia Vektor/Binatang (Variabel
(Sumber Kependudukan)
Serang Langsung
Penyakit Manusia
Bila dicermati pengertian tentang lingkungan memang amat luas cakupan dan
jangkauannya, namun kesehatan lingkungan fokus perhatiannya pada faktor lingkungan
yang memiliki potensi menimbulkan penyakit.
Sebagai contoh kita sedang berada pada suatu tempat, maka berbagai benda hidup dan
benda mati ada di sekitar kita, dalam hal ini disebut sebagai lingkungan manusia, namun
tidak semua yang ada disekitar kita dapat menimbulkan atau berpotensi menibulkan
penyakit.
Menurut John Gordon ada 3 aspek yang menyebabkan terjadinya penyakit meliputi
sebagaiman di bawah ini.
1) agent yang berasal dari sifat pembawaan agen yang memiliki kemampuan
menimbulkan penyakit,
2) penjamu (”host”) terkait dengan manusia, terutama mencakup faktor biologi (Umur),
jenis kelamin, suku bangsa, kekebalan khusus, dan lain-lain sifat yang terkait dengan
kekebalan dan resistensi atau perilaku (dalam bentuk kebiasaan dan adat istiadat),
3) faktor lingkungan (”environment”) meliputi seluruh aspek di luar agen dan manusia
(host), dengan demikian lingkungan sangat beraneka ragam dan umumnya meliputi 2
kategori (fisik meliputi lingkungan alamiah yang terdapat sekitar manusia) dan
lingkungan non-fisik merupakan lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya
interaksi antar manusia meliputi faktor sosial budaya, norma, nilai dan adat istiadat).
Faktor Penyabab (“Agent”) meliputi:
Biologis: Kimia: Fisik:
Protozoa Pestisida Panas
Metazoa Zat tambahan pd.mak. Cahaya
Bakteri Obat-obatan Sinar X
Virus Zat-zat kimia industri Kebisingan
Ricketsia Getaran
Jamur Benda meluncur
dll
INDUK SEMANG
(“HOST”)
AGEN LINGKUNGAN
(“AGENT”) (“ENVIRONMENT”)
Pendekatan Ekologi
Ekologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya (Ralph and Mildre B, 1970 h.3 dalam Mukono,
H.J., 2000.
Ekologi kesehatan pada prinsipnya meliputi segala sesuatu mengenai interaksi antara
lingkungan alam dan kondisi kesehatan masyarakat. Faktor alam seperti matahari, atmosfir,
air dan tanah akan mempengaruhi lingkungan tempat masyarakat berada.
Sedangkan lingkungan itu sendiri dari lingkungan buatan dan lingkungan alami. Lingkungan
buatan akan dipengaruhi oleh kondisi alam seperti iklim.
Dalam kaitannya dengan lingkungan buatan, maka masyarakat akan mengolah lingkungan
buatan tersebut menghasilkan suatu produk.
Produk ini menimbulkan adanya pihak produsen dan pihak konsumen di samping itu maka
unsur atau faktor lingkungan alam dan lingkungan buatan ikut beriteraksi dan pada gilirannya
menimbulkan dampak baik yang positif (meningkatkan kesejahteraan masyarakat) maupun
yang negatif (bencana alam, penyakit dsb.)
Konsep ekologi kesehatan (”Concept of Health Ecology”) bersumber dari tulisan Shosuke
Suzuki (1988) dalam bukunya ”Health Ecology in Indonesia” Syosei Corporation Japan
dalam Mukono, H.J., 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Cetakan Pertama,
Airlangga University Press, h. 32)
Upaya pelayanan kesehatan lingkungan pada awalnya hanya dikaitkan dengan upaya yang
terkait dengan sumur, jamban, sampah, air minum, dan makanan minuman. Upaya
kesehatan lingkungan masih sering dikaitkan dengan kebersihan lingkungan rumah tangga
atau wilayah kampung setempat, sehingga kehilangan interaksi dengan faktor ekologis
yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang jauh lebih luas.
Misalnya suhu di dalam rumah yang panas tidak dapat diselesaikan hanya dengan
memperbaiki ventilasi di dalam rumah, namun upaya kesehatan lingkungan perlu diliat
secara luas, yakni dengan melibatkan berbagai satuan-satuan ekosistem yang utuh, seperti
ekosistem kota, ekosistem desa, daerah aliran sungai, pantai, pulau atau yang lebih besar
lagi.
Disadari bahwa kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam
kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup
dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya angka kematian bayi pada suatu daerah
disebabkan karena faktor perilaku (perilaku perawatan pada saat hamil dan perawatan
bayi, serta perilaku kesehatan lingkungan ) dan faktor kesehatan lingkungan.
Pada masa yang datang pemerintah lebih fokus pada pelaksanaan pembangunan yang
berkelanjutan dan pengembangan wilayah yang berkesadaran lingkungan, sementara
pihak pengguna infrastruktur dalam hal ini masyarakat secara keseluruhan harus
disiapkan dengan kesadaran lingkungan yang lebih baik (tahu sesuatu atau tahu bersikap
yang semestinya)
Masa datang kita dihadapkan dengan penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih
kompleks yang memerlukan profesionalisme yang lebih baik dengan jenjang pendidikan
yang memadai.
Di samping itu dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan adanya teknologi
kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi mengukur
dampak kesehatan dari pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan,
Indikator ini harus mudah, murah untuk diukur juga sensitif menunjukkan adanya
perubahan kualitas lingkungan.
Mencermati hal ini, maka prospek keberadaan tenaga kesehatan lingkungan yang berkualitas
dengan jenjang yang lebih baik akan dapat menyelesaikan permasalahan seperti yang terjadi
saat ini.
V. Simpulan
Prospek pendidikan tenaga kesehatan lingkungan dan lulusannya pada masa mendatang yang
penuh tantangan dan peluang, akan lebih kompetitif dan lebih profesional terutama dalam
menghadapi upaya pemerintah yang lebih fokus pada pembangunan dibidang industri yang
dikenal dengan indutrialisasi dan menuju pasar bebas.
Disadari bahwa makin berkembang industri dan perdagangan suatu negara, makin
membutuhkan peningkatan kualitas lingkungan, dengan demikian maka tenaga kesehatan
lingkungan makin dibutuhkan dibandingkan dengan upaya kesehatan kerja akan makin
menurun kebutuhannya di mana industri lebih banyak memanfaatkan robot.
Dalam menghadapi masa depan, hanya dengan tekad, kemauan, kesungguhan, kedisiplinan
dan usaha yang sungguh-sungguh disertai dengan imam dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang mampu menghadapi persaingan pada masa depan