120 333 1 PB PDF
120 333 1 PB PDF
Abstrak
Kusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf
tepi. Untuk menunjang keberhasilan program terapi kusta, pemerintah menggunakan rekomendasi WHO yaitu
program MDT (Multidrug Therapy) selama 12 bulan. Penelitian ini berjenis deskriptif analitik observasional
dengan desain croos sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
pasien kusta dengan kepatuhan minum MDT. Populasi yang digunakan adalah penderita kusta di wilayah kerja
Puskesmas Kejayan dan Puskesmas Pohjentrek Kabupaten Pasuruan. Sampel diambil secara purposive
sampling, yaitu penderita kusta yang masih aktif mengikuti program MDT dan penderita masa pengamatan
yang memenuhi kriteria inklusi, berjumlah 41 orang. Data tingkat pengetahuan diperoleh melalui kuesioner, data
kepatuhan diperoleh melalui lembar observasi yang dibantu petugas kusta. Hasil yang diperoleh dari tingkat
pengetahuan pasien kusta dalam katagori tinggi (70,7%), dengan kepatuhan dalam katagori patuh (56,1%).
Analisis bivariat dengan menggunakan chi square didapatkan koefisien kontigensi sebesar 6,667 dengan
signifikansi p value sebesar 0,025** (p < 0,05). Dapat disimpulkan ada hubungan bermakna antara tingkat
pengetahuan pasien kusta dengan kepatuhan minum MDT dengan hubungan keeratan rendah. Kepatuhan
didukung oleh tingkat pengetahuan yang tinggi, petugas kesehatan yang profesional dan dukungan keluarga
melalui peran serta masyarakat. Ketidakpatuhan lebih banyak terdapat pada aspek pengobatan.
Abstract
Leprosy is a chronic disease due to Mycobacterium leprae that infecting the skin and peripheral nerves.
Indonesian government apply MDT (Multidrug Therapy) program for 12 months as a WHO recommendation on
leprosy treatment. This research was descriptive analytic with cross sectional observasional design. The goal of
the research was to find out the correlation between knowledge level on leprosy with obedience in taking MDT
(Multidrug Therapy). The samples derived from leprosy patients in public health center in Kejayan and in
Pohjentrek Pasuruan that were chosen by purposive sampling. They were still active leprosy following the MDT
program, also in observation period who met the inclusion criteria, totaling 41 people. The data of level
knowledge was obtained by using questionnaires, data obtained through observation that assisted leprosy
officer. The result showed that the knowledge of leprosy patient was high (70.7%), with compliance level was in
the category of obedient (56.1%). The result of chi square showed that contingency coefficient analysis of two
variables was 6.667 with p value was 0.025** (p < 0.05). It is concluded there was a significant correlation
knowledge level leprosy with obedience in applying MDT (Multidrug Therapy) but the association is weak.
Obedience is supported by a high level of knowledge, health professional and family support through community
participation. Disobedience is more prevalent on the aspects treatment.
wiensri238@gmail.com
17
Meru S, et al. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kusta
Pendahuluan penyebaran penyakit kusta di Jawa Timur
terutama berada di pantai utara Pulau Jawa
Penyakit kusta merupakan jenis penyakit dan Pulau Madura.5 Melihat masalah di atas,
kronis dan menular yang dapat menimbulkan kusta perlu mendapat perhatian serius
kecacatan. Penyakit kusta tidak hanya sehingga penemuan dan pengobatan
menimbulkan masalah kesehatan melainkan penderita sampai sembuh merupakan salah
juga masalah ekonomi, sosial, dan budaya satu kunci pemberantasan kusta. Untuk
bagi penderitanya terutama di negara-negara mencapai kesembuhan penyakit kusta
berkembang seperti Indonesia. Penyakit kusta diperlukan keteraturan atau kepatuhan
dapat menyerang semua golongan umur dan berobat bagi setiap penderita. Kendala
terdapat perbedaan dalam hal ras maupun pengobatan kusta yaitu kondisi ekonomi
geografis.1 masyarakat dan bukti pasti menunjukan
Salah satu program yang ditetapkan kepatuhan menjalani pengobatan masih
untuk mencapai tujuan dan sasaran rendah.
pembangunan di bidang kesehatan adalah Tahun 2006 WHO mengeluarkan
pencegahan dan pemberantasan penyakit kebijakan Global Strategy for Further
menular. Penyakit menular yang masih Reducing the Leprosy Burden and Suistaning
menimbulkan masalah kesehatan masyarakat Leprosy Control Activities (2006-2010) yaitu
adalah penyakit kusta.2 untuk menurunkan beban penyakit dan
Masalah kusta bukan hanya masalah kesinambungan program pemberantasan
kesehatan (medis) saja, tetapi juga masalah penyakit kusta, dengan cara menurunkan
sosial ekonomi dan psikiologis. Secara sosial angka kesakitan atau angka prevalensi kurang
ekonomi penderita kusta sebagian besar dari 1 per 10.000 penduduk, serta untuk
adalah golongan ekonomi lemah, dengan mencapai eliminasi kusta masih diperlukan
adanya cacat akibat penyakit kusta akan peningkatan kualitas program kegiatan yang
memburuk kondisi ekonominya karena meliputi penemuan penderita baru,
kehilangan lapangan pekerjaan dan pengobatan yang tepat dengan Multidrug
kehilangan kesempatan untuk bekerja. Secara Therapy (MDT), tingkat kepatuhan
psikologis bercak dan benjolan-benjolan pada pengobatan dan pemantauan kasus,
kulit penderita kusta membentuk paras yang pencegahan cacat, rehabilitasi non medis atau
menakutkan. Hal ini menyebabkan penderita sosial dan promosi kesehatan. Akhir tahun
kusta merasa rendah diri, depresi, menyendiri 2005 lebih dari 60% wilayah (17 propinsi dan
bahkan sering dikucilkan oleh keluarga 315 kabupaten/kota) sudah mencapai
maupun masyarakat sekitarnya.3 eliminasi. Pengobatan kusta merupakan
Penderita kusta tersebar di seluruh dunia, Program Kementrian Kesehatan RI yang
ada pendapat penyakit kusta berasal dari Asia memerlukan waktu lama antara 6-12 bulan,
Tengah kemudian menyebar ke Mesir, Eropa, serta memiliki resiko tentang ketidakpatuhan
Afrika dan Amerika. Indonesia merupakan berobat dan mengkonsumsi obat.6
negara ketiga terbanyak penderita kusta di Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten
bawah India dan Brazil dengan jumlah kasus Pasuruan, pada tahun 2011 Kabupaten
16.572.4 Berdasarkan Profil Kesehatan Pasuruan berada diurutan ke 11 daerah high
Propinsi Jawa Timur, Jawa Timur menempati prevalens dari 38 kabupaten/kota se-Jawa
urutan ke tujuh di antara provinsi lainya di Timur, insiden di Kabupaten Pasuruan dengan
Indonesia dengan jumlah penderita kusta jumlah penduduk 1.528.385 terdapat 371
terdaftar 6.833 dan angka prevalensi 1,83 per kasus kusta terdaftar yang terbagi menjadi
10.000 penduduk. Sepertiga jumlah penderita 304 penderita tipe MB dan 67 penderita tipe
kusta di Indonesia berada di Jawa Timur, PB dan kasus berhenti berobat (drop out) 31
18
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 1, Maret 2017
penderita kusta, berarti angka kesakitan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
(prevalensi) 2,43 per 10.000 penduduk. Angka hubungan tingkat pengetahuan tentang kusta
ini sangat tinggi dibandingkan target dengan kepatuhan minum MDT pada pasien
prevalensi kusta nasional. Berdasarkan data kusta di Puskesmas Kejayan dan Puskesmas
rekam medis penderita kusta di Puskesmas Pohjentrek Kabupaten Pasuruan, sehingga
Kejayan pada bulan Desember 2011 terdapat dapat digunakan sebagai dasar untuk
28 penderita kusta yang terbagi menjadi 24 menentukan kebijakan Pemerintah Kabupaten
penderita tipe MB dan 4 penderita tipe PB, Pasuruan dalam rangka mensukseskan
dan 7 penderita sudah berhenti mengambil program eliminasi kusta dan target standar
obat MDT (drop out), serta data rekam medik pelayanan minimal.
penderita kusta di Puskesmas Pohjentrek Manfaat penelitian dalam bidang
berjumlah 23 penderita yang terbagi menjadi akademis yaitu untuk pengembangan ilmu
19 penderita tipe MB dan 4 penderita tipe PB, kesehatan khususnya tentang konsep
dan 3 penderita sudah berhenti mengambil kepatuhan minum MDT penderita kusta serta
obat MDT (drop out). mendukung penelitian lain untuk mencari
Angka prevalensi penderita kusta di solusi pemecahan masalah yang lebih baik
Puskesmas Kejayan menempati urutan dalam mencapai tujuan terapi pasien kusta
kelima, serta Puskesmas Pohjentrek secara optimal.
menempati urutan kedelapan dari sebanyak Manfaat untuk praktek keperawatan hasil
33 Puskesmas se-Kabupaten Pasuruan. penelitian dapat digunakan untuk
Daerah endemis dan penyebaran pasien meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan
kusta di dua wilayah Puskesmas sudah di Puskesmas Kejayan dan Puskesmas
tercatat. Penderita kusta sudah tahu tentang Pohjentrek tentang kepatuhan minum MDT
penyakitnya dan berobat, tetapi masih ada penderita kusta sehingga dapat mengkaji dan
yang tidak patuh mengambil obat paket MDT. memberikan intervensi lebih optimal pada
Penderita kusta yang sudah berobat, ada pasien kusta yang tidak terkontrol dalam
yang tidak mengambil obat MDT karena malas pengawasan minum obat.
dan merasa sudah sembuh.
Ketaatan dan kepatuhan minum obat Bahan dan Metode
MDT pada penderita kusta dipengaruhi oleh Desain penelitian yang digunakan adalah
lamanya masa pengobatan sehingga analitik korelasi dengan pendekatan cross
diperlukan keuletan dan ketekunan karena sectional. Teknik sampling yang digunakan
dapat menimbulkan rasa bosan, adanya dalam penelitian ini adalah dengan teknik
perasaan sudah sembuh mengakibatkan nonprobability sampling secara purposive
penderita menghentikan pengobatan sebelum sampling. Cara pengambilan sampel
masa akhir pengobatan selesai.7 menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.10
Keberhasilan suatu pengobatan Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ditentukan oleh kepatuhan dalam menjalankan pasien yang didiagnosa menderita penyakit
terapi pengobatan. Berbagai faktor dapat kusta dan mendapatkan program terapi MDT
mempengaruhi kepatuhan minum obat selama 12 bulan serta pasien kusta dalam
meliputi usia, jenis kelamin, status sosial masa pengamatan sampai 24 bulan di
ekonomi yang rendah, tingkat keparahan Puskesmas Kejayan Kabupaten Pasuruan
penyakit, golongan obat yang diresepkan, dengan jumlah populasi sebanyak 28 orang
jumlah obat yang diminum, efek samping obat, yang didapatkan dari rekam medis penderita
pengetahuan tentang penyakit yang diderita kusta di Puskesmas Kejayan, ditambah
dan pengetahuan mengenai pentingnya populasi sebanyak 23 orang yang didapatkan
pengobatan.8
19
Meru S, et al. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kusta
dari rekam medis penderita kusta di Luas wilayah kerja Puskesmas Pohjentrek
Puskesmas Pohjentrek Kabupaten Pasuruan. 122,4 Ha, terdiri dari 9 Desa, 31 Dusun, 51
RW dan 170 RT dengan jumlah penduduk
Hasil 29.367 jiwa per Desember 2011. Batas
Gambaran Umum wilayah kerja yaitu utara: Kota Pasuruan,
Puskesmas Kejayan merupakan salah selatan: Puskesmas Kejayan, timur:
satu Puskesmas yang terletak di wilayah Puskesmas Gondang Wetan, barat:
Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur. Puskesmas Ngempit-Kraton.
Luas wilayah kerja Puskesmas Kejayan Berdasarkan hasil pengumpulan data
4513,162 Ha, terdiri dari 17 Desa, 63 Dusun, kuesioner tentang tingkat pengetahuan dan
98 RW dan 252 RT dengan jumlah penduduk serangkaian observasi kepatuhan terhadap
39.605 jiwa per Desember 2011. Batas program terapi yang dilakukan di Puskesmas
wilayah kerja yaitu utara: Puskesmas Kejayan dan Puskesmas Pohjentrek
Pohjentrek, selatan: Puskesmas Ambal-Ambil, Kabupaten Pasuruan disajikan dalam bentuk
timur: Puskesmas Gondang Wetan, barat: analisis distribusi frekuensi univariat, gambar
Kecamatan Kraton. Program pemberantasan diagram dan analisis deskripsi bivariat
penyakit kusta adalah salah satu program dengan metode statistik menggunakan
pendukung dalam menyelenggarakan program SPSS.
pelayanan kesehatan di komunitas
masyarakat serta untuk mensukseskan Distribusi Frekuensi Karakteristik
program pemerintah dalam rangka mencapai Responden
target MDGs 2015, khususnya pencegahan Hasil distribusi karakteristik pasien kusta
dan pemberantasan penyakit menular. di dua puskesmas yang bersedia mengiikuti
Puskesmas Pohjentrek juga merupakan proses penelitian dapat terlihat pada Tabel 1
salah satu Puskesmas yang terletak di wilayah berikut.
Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur.
Pada Tabel 1 di atas, dapat diketahui yang mengikuti program MDTmayoritas laki-
rentang umur responden yang mengikuti laki 26 orang (63,4%), Pendidikan responden
program MDT di Puskesmas Kejayan dan mayoritas menengah yaitu SLTP/MTS
Puskesmas Pohjentrek mayoritas dengan sebanyak 19 orang (46,3%), status pekerjaan
rentang usia termuda berumur 12 tahun dan responden sebagian besar bekerja pada
usia tertua 65 tahun. Sementara pada Tabel sektor informal/swasta sebanyak 22 orang
2, untuk jenis kelamin sebagian besar sampel (53,7%).
20
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 1, Maret 2017
Tabel 3. Frekuensi tingkat pengetahuan tentang kusta dan kepatuhan minum MDT
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Pengetahuan
Sedang 12 29,3
Tinggi 29 70,7
Jumlah 41 100,0
Kepatuhan Minum MDT
Tidak patuh 18 43,9
Patuh 23 56,1
Jumlah 41 100,0
Tabel 4. Kontigensi hubungan tingkat pengetahuan tentang kusta dengan kepatuhan minum MDT
21
Meru S, et al. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kusta
Hasil uji chi square pada Tabel 4 terdapat nilai Puskesmas Pohjentrek, yang sedang
signifikansi P value sebesar 0,025** (p < 0,05) menjalankan pengobatan aktif serta penderita
dengan hasil perhitungan chi square sebesar masa pengamatan.
6.667 yaitu lebih besar dari tabel X2. Hal ini
berarti bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Tingkat Pengetahuan tentang Kusta
Sementara untuk membandingkan antara Pengetahuan adalah hasil penginderaan
tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap
minum MDT, berdasarkan nilai odds ratio objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan
sebesar 6,667 yang berarti bahwa tingkat sendirinya pada waktu penginderaan sampai
pengetahuan sedang lebih banyak yang tidak menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
patuh minum obat MDT, namun tingkat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
pengetahuan tinggi lebih banyak yang patuh persepsi terhadap objek. Sebagian besar
minum obat MDT. Analisis data tersebut pengetahuan seseorang diperoleh melalui
menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat indera pendengaran dan indera penglihatan.8
pengetahuan tentang kusta dengan kepatuhan Berdasarkan penelitian yang telah
minum MDT di Puskesmas Kejayan dan dilakukan didapatkan mayoritas tingkat
Puskesmas Pohjentrek Kabupaten Pasuruan. pengetahuan pasien kusta tentang pengobatan
Arah hubungan antara dua variabel positif dan dalam tingkat yang baik/tinggi. Dari 41
nilai kontigensinya termasuk dalam katagori responden, terdapat 29 responden (70,7%)
agak rendah.11 yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 12
responden (29,3%) memiliki tingkat
Pembahasan pengetahuan sedang.
22
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 1, Maret 2017
23
Meru S, et al. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kusta
24
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 1, Maret 2017
(63,4%). Hal ini kemungkinan terkait dengan yang menjelaskan pekerjaan adalah suatu
laki-laki lebih banyak dipengaruhi oleh kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
lingkungan teman dan aktivitasnya. Hasil uji upah atau imbalan. Jika upah atau imbalan
statistik tidak ditemukan hubungan jenis tinggi maka tingkat pekerjaan semakin berat
kelamin dengan kepatuhan minum MDT. Hal dan repot sehingga berpengaruh pada motivasi
ini karena penelitian dilakukan hanya pada seseorang.17
satu tempat yang sama dan populasi yang Pengetahuan berperan sebagai salah
ditemukan sebagian besar laki- laki. satu faktor internal yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku, selain juga dipengaruhi
Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan oleh faktor eksternal seperti dukungan dari
Minum MDT tenaga kesehatan. Penderita kusta yang telah
Pada penelitian ini pendidikan responden mendapatkan informasi tentang pengobatan
sebagian besar menengah (SLTP/MTS) kusta dari petugas kesehatan dan dapat
sebanyak 19 orang (46,3%) dan yang memilki menerima dengan baik akan cenderung
katagori patuh minum MDT yaitu 23 orang berusaha melaksanakannya. Didukung pula
(56,1%). Dari hasil uji statistik tidak terdapat oleh tenaga kesehatan yang melakukan
hubungan yang bermakna antara pendidikan kunjungan rumah secara berkala pada
dengan kepatuhan minum MDT. Hal ini sesuai penderita kusta, sehingga dapat memantau
dengan pendapat Sunaryo (2004), pendidikan penatalaksanan pengobatan kusta.
adalah mencakup seluruh proses kehidupan Adanya dukungan dari profesi kesehatan
individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan.
baik secara formal maupun informal. Proses Dukungan mereka terutama dalam perilaku
dan kegiatan pada dasarnya melibatkan hidup sehat. Mereka juga memepengaruhi
masalah perilaku individu maupun kelompok. perilaku pasien dengan cara menyampaikan
Sehingga perlu adanya proses pelayanan dan antusias mereka terhadap tindakan tertentu
pendekatan yang berbeda dalam menimbulkan dari pasien, dan secara terus menerus melalui
motivasi pada setiap individu atau kelompok. pemberian penghargaan yang positif bagi
Makin tinggi pendidikan seseorang makin pasien yang telah mampu beradaptasi dengan
mudah menerima informasi sehingga program pengobatan dan perawatannya.18
menimbulkan kepatuhan dan dorongan yang Interaksi profesional kesehatan dengan
tinggi untuk terlibat dalam program pengobatan penderita kusta adalah suatu hal yang penting
atau kesehatan yang optimal. Kepatuhan yang untuk memberikan umpan balik pada pasien
timbul dari proses yang dipelajari akan setelah memberikan informasi tentang
menimbulkan sikap atau perilaku yang diagnosis. Penderita kusta membutuhkan
permanen atau bersifat terus menerus dan penjelasan kondisinya, apa penyebabnya dan
bertahan lama.9 apa yang dapat mereka lakukan dengan
kondisinya. Hal ini didukung oleh Safarino
Hubungan Jenis Pekerjaan dengan (1990), bahwa salah satu strategi untuk
Kepatuhan Minum MDT
meningkatkan kepatuhan adalah memperbaiki
Hasil peneltian terhadap 41 orang
komunikasi antara tenaga kesehatan dan
responden tehadap jenis pekerjaan yang
penderita kusta. 16 Berbagai komunikasi antara
sebagian besar bekerja di bidang informal
petugas kesehatan dan penderita kusta akan
(wiraswasta) sebanyak 22 orang (53,7%) serta
mempengaruhi kepatuhan, misalnya informasi
memiliki katagori patuh yaitu sebanyak 23
dengan pengawasan yang baik, kepuasan
orang (56,1%). Pada penelitian ini tidak
aspek hubungan emosional, dan kepuasan
ditemukan hubungan korelasi bermakna antara
terhadap pengobatan yang diberikan.
karakteristik jenis pekerjaan dengan kepatuhan
Frekuensi pengawasan, dukungan atau
minum MDT. Hal ini tidak sesuai dengan teori
25
Meru S, et al. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kusta
tindakan lanjutan juga cukup penting untuk lingkungan fisik yang mendukung penyebaran
diperhatikan. penyakit kusta.19
Faktor lain yang mempengaruhi Faktor sosial ekonomi yang rendah sangat
kepatuhan adalah dukungan keluarga. berpengaruh terhadap pengobatan kusta
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan karena memungkinkan kemampuan penderita
emosional dari anggota keluarga, teman, kusta untuk memodifikasi lingkungan sangatlah
waktu dan finansial merupakan faktor-faktor kurang. Salah satu diantaranya adalah
penting dalam kepatuhan terhadap program- memenuhi kebutuhan gizi untuk menunjang
program medis. Keluarga dan teman dapat pengobatan kusta. Keadaan ini sesuai dengan
membantu mengurangi ansietas yang hasil penelitian bahwa penderita kusta tidak
disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka patuh dalam mengkonsumsi makanan tinggi
dapat menghilangkan godaan pada protein dan memisahkan peralatan makan
ketidaktaatan dan mereka sering kali dapat penderita kusta dengan anggota keluarga yang
menjadi kelompok pendukung untuk mencapai lainnya. Hal ini dapat dimungkinkan karena
kepatuhan.18 salah satunya adalah keadaan sosial ekonomi
Niven (2002) mengatakan bahwa rendah yang didukung oleh karakteristik
derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai responden sebagian besar (53,7%) bekerja di
dengan apakah pengobatan tersebut kuratif, sektor swasta. Dengan sosial ekonomi yang
preventif, jangka pendek atau jangka panjang. rendah maka pemenuhan kebutuhan
Adanya kegagalan untuk mengikuti program kesehatanpun tidak dapat terpenuhi dengan
pengobatan jangka panjang yang bukan dalam baik.15
kondisi akut, dimana derajat
ketidakpatuhannya rata-rata 50% dan derajat Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
tersebut bertambah buruk sesuai waktu. Kusta dengan Kepatuhan Minum MDT
Salah satu faktor internal yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mempengaruhi ketidakpatuhan responden terdapat hubungan yang bermakna antara
adalah pengetahuan. Meskipun pendidikan variabel tingkat pengetahuan tentang kusta
formal bukan satu-satunya sumber informasi dengan variabel kepatuhan minum MDT
untuk responden mempunyai pengetahuan dengan koefisien kontigensi sebesar OR =
yang baik, namun hal ini akan sangat 6,667 dan signifikansi sebesar 0,025** (p <
mempengaruhi perilaku seseorang. Faktor 0,05) yang berarti keeratan hubungan dua
internal lainnya yang mempengaruhi variabel dalam katagori agak rendah.11
ketidakpatuhan adalah pengalaman terutama Pengetahuan akan program terapi MDT
bagi penderita kusta baru. Hal ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam
memungkinkan penderita kusta baru belum kehidupan sehari-harinya. Dengan
paham mengenai pengobatan karena baru pengalaman ini pengetahuan pasien kusta
pertama kali menderita penyakit tersebut. menjadi meningkat, yang menjadi dasar
Faktor eksternal lain yang mempengaruhi pembentukan sikap dan dapat mendorong
ketidakpatuhan adalah tingkat sosial ekonomi perilaku kepatuhan mereka untuk selalu
rendah. Fasilitas lingkungan rumah yang tidak datang dan menjalankan program terapi
mendukung kesehatan akan berpengaruh MDT.17 Hubungan antara dua variabel ini
terhadap pengobatan kusta. Peneliti sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
menemukan beberapa responden tinggal Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan
dalam rumah dengan kondisi lingkungan sangat penting dalam terbentuknya sebuah
rumah yang tidak menunjang kesehatan. perilaku. Perilaku dimulai dari stimulus yang
Rumah yang kurang ventilasi, lantai yang diterima oleh akal yang merupakan respon
lembab dan kurang pencahayaan merupakan atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari
26
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 1, Maret 2017
27
Meru S, et al. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kusta
28
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 1, Maret 2017
29