Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

OLEH:

MINCE BUABANGGA

1490-1190-37

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXII

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2020

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Nama : MINCE
LAPORAN PENDAHULUAN BUABANGGA

NIM : 1490119037

Evaluator :
GASTRITIS
Tanggal :

A. Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastra
yaitu berarti perut/lambung berarti inflamasi/peradangan, Gastritis bukan merupakan
penyakit tunggal tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemua itu
mengakibatkan peradangan pada lambung (Herdman, 2011).
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung yang dapat bersifat akut dan kronis (Bararah, T dan Jauhar, 2013)
Gastritis didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai mukosa lambung
peredangan dapat mengakibatkan pembenkakan mukosa lambung smapai terlepasnya
epitel mukosa supersial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran
pencernaa (Andi, 2014)
Gastritis merupakan suatu keadaan peredangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang sering
terjadi adala gastritis akut dan gastritis atrofik kronis. (Price & Wilson, 2006)
B. Etiologi
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Hellcobacter pylori dan pada awal infeksi
mukosa lambung menunjukkan respons inflamasi akut dan jika diabaikan akan
menjadi kronis (Nurarif dan kusuma ,2015)
1. Gastritis akut
- Gastritis Akut tanpa perdarahan
- Gasstritis Akut perdarahan(gastritis hemoragik atau gastritis erosiva)
Gastritis Akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-
makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit, iritasi bahan semacam alcohol, aspirin, NSAID, lisol, serta
bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pankreas.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau meligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory(H.pylory).
3. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks
dari duodenum.
C. Faktor Resiko
Gastritis terjadi karena berbagai sebab paling umum akibat peningkatakan
produksi asam lambung atau menurunya daya tahan dinding lambung terhadap
pengaruh luar. Gastritis akut yang tidak diobati akan berkembang menjadi kronis.
Gastritis yang disertai borok atau luka pada dinding lambung disebut tukak lambung.
Faktor-faktor yang memicu timbulnya penyakit gastritis antara lain yaitu umur, jenis
kelamin, sosial ekonomi, makanan, dan faktor psikologis.
D. Klasifikasi
Menurut Hermawan dan Tutik (2011), Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi
2, yaitu:
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu
:
a. Gastritis Eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar,
seperti bahan kimiamisal: lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid,
mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
b. Gastritis Endogen akut
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis kronik
dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis
kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan
atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi
gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada
proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
E. Patofisiologi

Obat-obatan (NISAD, H. phylori Kafein


aspirin, sulfanomida
steroid, digitalis)
Melekat pada epital Me produksi bikarbonat
lambung (HCO³-)
Mengganggu
pembentukan sawat
Menghancurkan lapisan
mukosa lambung Me kemampuan protek
mukosa lambung
terhadap asam

Menyebabkan difusi
Me barrier lambung
kembali asam lambung &
terhadap asam dan pepsin pepsin
Kekurangan Volume
Cairan

Hiperemis Inflamasi Erosi mukosa lambung Perdarahan

Atrofi gaster/ Ansietas Nyeri


mukosa menipis epigastrium Me tonus dan Mukosa lambung
peristalic lambung kehilangan
intergritas jaringan
Kehilangan Kurang Me sensori
fungsi kelenjar Informasi untuk makan Refluk isi
fundus duodenum
kelambung
Faktor intrinsik Anoreksia
Defisiensi Dorong ekspulsi isi
Mual
Pengetahuan lambung kemelut
Penurun absorpsi
vitamin B12
Nyeri Ketidak Muntah
Anemia pernisiosa akut seimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh Kekurangan
Penurun volume volume cairan
darah merah

Penurun suplai O2 ke
jaringan

Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
F. Tanda dan Gejala
1. Gastritis Akut: nyeri epigastrium, mual, muntah, dan perdarahan terselubung
maupun nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem,
mungkin juga ditemukan erosi dan perdarahan aktif.
2. Gastritis kronik: kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih berkaitan
dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi,
anemia pernisiosa, dan kasinoma lambung. (Nurarif dan kusuma ,2015)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah . Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antobodi H.
Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukan bahwa pasien pernah
kontak dan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan
bahwa pasien tersebut tidak terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia, yang terjadi akibatpendarahan lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukkan apakah pasien terinfeksi oleh
bakteri H.pylori atau tidak.
3. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feces atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-X
5. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda
gastritis atau penyakit pecernaan lainnya. Biasa akan diminta menelan cairan
barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen (Nurarif dan kusuma,
2015)

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Ringkasan Diagnosa Keperawatan
Setiap Diagnosa Keperawatan harus dilengkapi dengan format ringkasan
Dx Keperawatan Nyeri akut

Definisi Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan


berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(international association for the study of pain) awitan
yang tiba-tiba atau lambat dengfan intensitas ringan
hingga berat, dengan berakhirnya dapat di antisipasi atau
diprediksi dengan durasi 6 bulan.

Batasan Karateristik Subjektif : melaporkan nyeri dengan isyarat


Objektif :
 respon autonom (mis: diaphoresis, perubahan
tekanan darah
 perilaku dikstraksi (mis mondar mandir)
 perilaku ekpresif (gelisah,merintih)
 sikap melindungi
Pengkajian DS

- Klien mengatakan nyeri pada di ulu hati


DO

- Klien tampak meringis


- Klien memegang area yang sakit
- Nyeri seperti tertusuk-tusuk
- Skala nyeri (0-10)
Faktor Yang Berhubungan Agen-agen penyebab cedera (mis fisik)

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Alternatif Dx (Saran Kenyamanan, gangguan nyeri, kronis
Penggunaan)

Nusing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang :


setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri akut dapat berkurang /teratasi

Tujuan Jangka Pendek (SMART):


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
diharapkan nyeri berkurang / teratasi

Kriteria Hasil Minimal 4 Kriteria):


 Mengenali nyeri
 Menggunakan tindakan pencegahan
 Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
 Ketegangan otot berkurang
Itervensi (NIC) * Wilkinson, J, M., 2016 hal 296-299

Ringkasan Diagnosa Keperawatan


Setiap Diagnosa Keperawatan harus dilengkapi dengan format ringkasan
Dx Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Definisi Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


metabolic

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Batasan Karateristik Subjek :
Nyeri abdomen, kram abdomen, melaporkan perubahan
sensasi rasa, melaporkan kurangnya makanan, merasa
cepat kenyang.
Objektif:
 Bising usus hiperaktif
 Kurang informasi, informasi yang salah
 Kurang minat terhadap makanan
 Membrane mukosa pucat
Pengkajian DS

 Klien mengatakan makanan terasa hambar tidakl


ada nafsu makan
DO

 Hilang sensasi rasa pada makanan


 Ketidakmampuan mengenali rasa
 BB menurun
Faktor Yang Berhubungan  Ketidakmampuan untuk menelan
 kesulitan mengunyah atau menelan
 mual muntah

Alternatif Dx (Saran Mual munta, deficit perawatan diri : makan, menelan


Penggunaan) gangguan

Nusing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang :


setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dan
kebutuhan tubuh teratasi.

Tujuan Jangka Pendek (SMART):


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
dapat teratasi

Kriteria Hasil Minimal 4 Kriteria)


 Memperlihatkan status nutrisi yang baik
 Mempertahankan berat badan dalam batas normal
 Mentoleransi diet yang di anjurkan
 Melaporkan tingkat energi yang adekuat
Itervensi (NIC) *Wilkinson, J, M., 2016 hal 282-285

Ringkasan Diagnosa Keperawatan


Setiap Diagnosa Keperawatan harus dilengkapi dengan format ringkasan
Dx Keperawatan kekurangan volume cairan

Definisi Penrunan cairan intravascular, intertisial atau intarsel.


Diagnosis ini merujuk pada dehidrasi yang merupakan
kehilangan cairan saja tnap perubahan kadar natrium

Batasan Karateristik Subjek :


Haus
Objektif:
 Perubahan status mental
 Penurunan haluan urine
 Penurunan tekanan darah
Pengkajian DS

- Klien mengatakan mual dan munta


DO

 Kencing sedikit
 Mukosa bibir kering
 Klien tidak mau minum

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
 Klien lemas
Faktor Yang Berhubungan  Kelihalangan volume cairan aktif
 Kegagalan mekanisme pengaturan
 Asupan cairan yang tidak adekuat

Alternatif Dx (Saran  Kekurangan volume cairan resiko


Penggunaan)  Volume cairan ketidakseimbangan risiko
 Membrane mukosa mulut kerusakan
 Perfusi jaringan ginjal tidak efektif
Nusing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang :
setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan defisiensi cairan teratasi.

Tujuan Jangka Pendek (SMART):


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
defisiensi cairan teratasi

Kriteria Hasil Minimal 4 Kriteria)


 Asupan makanan dan cairan seimbang
 TTV dalam batas normal
 Memiliki konsentrasi urine yang normal
 Tidak mengalami haus yang tidak normal

Itervensi (NIC) * Wilkinson, J, M., 2016 hal 178-180

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Ringkasan Diagnosa Keperawatan
Setiap Diagnosa Keperawatan harus dilengkapi dengan format ringkasan
Dx Keperawatan Intoleransi aktivitas

Definisi Beresiko mengalami ketidakcukupan energi fisiologis


atau pisikologis unntuk melanjutkan atau menyelesaikan
aktivitas sehari-hari yang harus dan ingin dilakukan

Batasan Karateristik Subjek :


 Riwayat intoleran sebelumnya
 Tidak berpengalaman terhadap aktivitas
Objektif

 Kelemahan
 Adanya masalah sirkulasi dan / atau pernapasan
Pengkajian  Tingkat I : berjalan dalam kecepatan yang tertur
pada bidang datar
 Tingkat II: Berjalan dalam kecepatan dan
memamfaatkan satu anak tangga
 Tingkat III
 Berjalan mendatar tidak lebih dari 15 cm (tanpa
berenti)
 Tingkat IV: Dispnea atau keletihan ketika
beristirahat
Faktor Yang Berhubungan Tira baring, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, gaya hidup kurang baik

Alternatif Dx (Saran Keletihan, resiko deficit perawatan diri, resiko


Penggunaan)

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Nusing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang :
setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan intoleransi aktivitas teratasi.

Tujuan Jangka Pendek (SMART):


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
diharapakan intoleransi aktivitas teratasi.
Kriteria Hasil Minimal 4 Kriteria)
 Keseimbangan antara aktivitas dan istrahat
 Mendemonstrasikan penguatan energi
 Intoleransi aktivitas yang biasa dilakukan
 Mampu berpindah : dengan atau tnpa bantuan alat
Itervensi (NIC) * Wilkinson, J, M., 2016 hal 15-18

Ringkasan Diagnosa Keperawatan


Setiap Diagnosa Keperawatan harus dilengkapi dengan format ringkasan
Dx Keperawatan Defisiensi pengetahuan

Definisi Tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topic


tertentu

Batasan Karateristik Subjektif :


Mengungkapkan masalah
Objektif :
Tidak mengikuti intruksi yang diberikan secara akurat
performa uji tidak akurat

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan (sebgai
contoh, histeris, bermusuhan,agiatsi,atau apatis)

Pengkajian DS:

 Klien mengatakan nyeri ulu hati


 Klien mengatakan jarang melakukan pemeriksaan
kesehatan
Data Objektif

 Klien memegang area yang sakit


 Klien tampak gelisah
 Klien tampak bertanya tentang penyakit dan
kondisinya
Faktor Yang Berhubungan  Keterbatasan kognitif
 Keslahan dalam memahami informasi yang ada
kurang pajanan
 Kurang perhartian didalam belajar
 Kurang kemampuan mengingat kembali
 Kurang familier dengan sumber –sumber
informasi
Alternatif Dx (Saran Koping, ketidakefektifan penyangkalan tidak efektif
Penggunaan) perilaku sehat, beresiko pemeliharaan, kesehatan
ketidakefektifan pemeliharanrumah, gangguan
penatalaksanaan regimen terapuetik: keluarga,
ketidakefektifan ketidakpatuan.

Nusing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang :


setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan defiensi pengetahuan teratasi.

Tujuan Jangka Pendek (SMART):


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
diharapakan defiensi pengetahuan teratasi.

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Kriteria Hasil Minimal 4 Kriteria):
 Memperlihatkan pengetahuan
 Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi
 Memperlihatkan kemampuan
Itervensi (NIC) * Wilkinson, J, M., 2016 hal 247-251

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah

1. Data subjek Inflamasi Nyeri akut

- Klien mengatakan
Nyeri epigastrium
nyeri pada di ulu hati

Menurun sensori
Data objektif untuk makan

- Klien tampak meringis


Nyeri akut
- Klien memegang area
yang sakit
- Nyeri seperti tertusuk-
tusuk
- Skala nyeri (0-10)

2. Data Subjektif Erosi mukosa Ketidakseimbangan nutrisi


lambung kurang dari kebutuhan
- Klien mengatakan
makanan terasa hambar
Menuru tonus dan
tidakl ada nafsu makan
peristaltic lambung

Data Objektif Refluk isi duodenum

- Hilang sensasi rasa pada


Mual
makanan
- Ketidakmampuan
Ketidakseimbangan
mengenali rasa
nutrisi kurang dari
- BB menurun
kebutuhan

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
3. Data Subjektif Erosi mukosa Kekurangan volume cairan
lambung
- Klien mengatakan mual
dan munta
Menuru tonus dan
peristaltic lambung
Data objektif
Refluk isi duodenum
- Kencing sedikit
- Mukosa bibir kering
Dorong ekspulsi
- Klien tidak mau minum
lambung kemelut
- Klien lemas

Muntah

Kekurangan volume
cairan

4. Data subjektif Inflamasi Intoleransi aktivitas

- klien mengatakan
Hiperemesis
seringme merasa lelah
dan lemas saat
Atrofi gaster /
beraktivitas
mukosa menipis

Data Objektif Kehilangan fungsi


kelenjar fundus
- pasien tampak lemah
- pasien terbaring di
Faktor intrinsic
tempat tidur
- TD menurun
Penurunan absorpsi
- Klien tampak lemas dan
Vitamin B12
lelah

Anemia pernisiosa

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Penurunan volume
darah merah

Penurunan volume
darah merah

Penurunan suplai O2
ke jaringan

Kelemihan fisik

Intoleransi aktivitas
5. Data subjektif Inflamasi Defisiensi pengetahuan

- Klien mengatakan nyeri


Kurang informasi
ulu hati
- Klien mengatakan
Defisiensi
jarang melakukan
pengetahuan
pemeriksaan kesehatan

Data Objektif

- Klien memegang area


yang sakit
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak bertanya
tentang penyakit dan
kondisinya

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut b.d mukosa lambung teriritasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrient yang
tidak adekuat
3. Kekurangan volume cairan b,d masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan
berlebihan karna munta
4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
5. Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan diet dan proses penyakit

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri akut b.d mukosa Tupan: 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Membantu mengatasi
lambung teriritasi yang komporatif meliputi derajat ketidaknyamanan
setelah di lakukan tindakan
lokasi komperhensif meliputi dan terjadinya komplikasi.
keperawatan selama 3x24 jam
lokasi, Karateristik, kualitas,
diharapkan nyeri akut dapat
durasi frekuensi, waktu
berkurang /teratasi
2. Observasi syarat non verbal 2. Respon nonverbal
Tupen: ketidaknyamanan khusunya membantu mengatasi
pada mereka yang tidak derajat nyeri dan
Setelah dilakukan tindakan
mampu berkomunikasi perubahanya
keperawatan 1x24 jam
efektif
diharapkan nyeri berkurang /
3. Ajarkan penggunaan tehnik 3. Menurunkan rasa nyeri
teratasi
nonparmakologis (misalnya yang dapat meningkatkan
Kriteria Hasil Kriteria):
releksasi napas dalam). rileks
 Mengenali nyeri
 Menggunakan tindakan 4. Dukungan dan perhatian
4. Libatkan keluarga dalam
pencegahan keluarga dalam membantu
moderator peredaan nyeri jika
 Melaporkan nyeri dapat menurunkan nyeri.
memungkinkan.
dikendalikan Ketegangan
otot berkurang 5. Menurunkan nyeri dan

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
5. Kolaborasi dalam pemberian Meningkatka kenyamanan.
analgetik
2. Ketidakseimbangan nutrisi Tupan : 1. Tentukkan kemampuan 1. Mengetahui sejauh mana
kurang dari kebutuhan pasien untuk memahami kekuragan gizi yang di
setelah di lakukan tindakan
tubuh b.d masukan nutrient kebutuhan nutrisi alami.
keperawatan selama 3x24 jam
yang tidak adekuat 2. Indentifikasi faktor yang 2. Membantu dan
diharapkan ketidakseimbangan
mempengaruhi kehilangan mempermudan
nutrisi kurang dan kebutuhan
selera makan mempengaruhi kehilangan
tubuh teratasi.
perawat menghindari
Tupen : faktor yang mempengaruhi
Setelah dilakukan tindakan kurangnya asupan nutrisi
keperawatan 1x24 jam 3. Ajarkan metode untuk 3. Meningkatkan nafsu
ketidakseimbangan nutrisi perencanaan makan makan pasien
kurang dari kebutuhan tubuh 4. Ajarkan pasien tentang 4. Membantu pasien
dapat teratasi makana yang bergizi memahami kebutuhan
Kriteria Hasil Kriteria: nutrisi dan meningkatkan
 Memperlihatkan status pengetahuan tentang
nutrisi yang baik makanan bergizi
 Mempertahankan berat 5. Rujuk ke program gizi 5. Membantu memenuhi
badan dalam batas dikomutas yang tepat kebutuhan gizi pasien
normal

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
- Mentoleransi diet yang di
anjurkan
- Melaporkan tingkat
energi yang adekuat
3. Kekurangan volume cairan Tupan : 1. Kaji keadaan umum klien 1. Mengetahui keadaan
b,d masukan cairan tidak setelah di lakukan tindakan dan TTV umum klien
cukup dan kehilangan cairan keperawatan selama 3x24 jam 2. Kaji intake dan output 2. Mengetahui balance
berlebihan karna munta diharapkan defisiensi cairan cairan cairan dan elektrolit
teratasi. dalam tubuh
Tupen : 3. Observasi adanya tanda- 3. Membantu mempercepat
Setelah dilakukan tindakan tanda syok penatalaksanaan tanda-
keperawatan 1x24 jam defisiensi tanda syok
cairan teratasi
Kriteria Hasil: 4. Anjurkan klien untuk 4. Memenuhi kebutuhan
 Asupan makanan dan banyak minum cairan dalam tubuh klien
cairan seimbang 5. Kolaborasi dengan dokter 5. Membantu memenuhi
dalam pemberian cairan
 TTV dalam batas normal kebutuhan cairan tubuh
IV
 Memiliki konsentrasi klien
urine yang normal
 Tidak mengalami haus
yang tidak normal

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
4. Intoleransi aktifitas b.d Tupan : 1. Kaji tingkat kemampuan 1. Tingkat kemampuan klien
kelemahan klien untuk berpindah dari menentukkan interaksi
setelah di lakukan tindakan
tempat tidur, berdiri, selama selanjutnya
keperawatan selama 3x24 jam
dan setelah aktivitas
diharapkan intoleransi aktivitas
2. Pantau tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital yang
teratasi
sebelum, selama dan tidak stabil mempengaruhi
Tupen : setelah aktivitas tingkat akivitas
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam 3. Intruksikan kepada pasien 3. Untuk meminimalkan

diharapakan intoleransi aktivitas dan keluarga dalam kelelahan yang dirasakan

teratasi. penggunaan tehnik napas pasien

terkontrol selama aktivitas


Kriteria Hasil : jika perlu.
- Keseimbangan antara 4. Kaji kebutuhan terhadap 4. Membantu klien dalam
aktivitas dan istrahat alat bantu ADL
 Mendemonstrasikan
penguatan energi 5. Beri pengobatan nyeri 5. Untuk meningkatkan rasa

 Intoleransi aktivitas yang sebelum aktivitas, apabila nyaman klien

biasa dilakukan nyeri merupakan salah satu


 Mampu berpindah : faktor penyebab
dengan atau tnpa bantuan 6. Kolabons dengan ahli
6. Mengatasi Nonkontrasi

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
alat okupasi fisik (misalnya aktivitas yang dirasakan
untuk latihan ketahanan). pasien.
5. Defisiensi pengetahuan b.d Tupan : 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Membantu mengetahui
penatalaksanaan diet dan setelah di lakukan tindakan klien tingkat pengetahuan
proses penyakit keperawatan selama 3x24 jam klien
diharapkan defiensi pengetahuan 2. Jelaskan tentang proses 2. Memberikan informasi
teratasi. penyakit, diet, perawatan yang dapat diterima
dan obat-obatan pada klien dengan mudah dan tepat
Tupen Setelah dilakukan dengan bahasa dan kata- sehingga tidak terjadi
tindakan keperawatan 1x24 jam kata yang mudah kesalahpahaman
diharapakan defiensi dimengerti
pengetahuan teratasi. 3. Jelaskan semua prosedur 3. Mengetahui prosedur
Kriteria Hasil : yang akan dilakukan dan atau tindakan yang akan
- Memperlihatkan manfaatnya pada klien dilakukan dan
pengetahuan manfaatnya
 Mengidentifikasi 4. Berikan kesempatan pada 4. Mengurangi kecemasan
kebutuhan terhadap klien atau keluarga untuk dan motivasi klien untuk
informasi menanyakan hal-hal yang kooperatif
 Memperlihatkan ingin diketahui
kemampuan sehubungan dengan
penyakit yang diderita

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
klien

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)
Daftar Pustaka

Andi Megawati. (2014). Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Pada
Pasien Yang Di Rawat Di RSUD Labuang Baji Makasar. jurnal ilmiah kesehatan diagnosis
volume 4 nomor 6 tahun 2014 .

Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Herdman, Heather. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.


Heather. 2018-2020. NANDA-1 Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi Jakarta:
EGC
Nurarif A Huda & Kusuma Hardi. 2015 NANDA NIC-NOC Aplikasi Asuhan Keperawatan
Jilid II. Jogjakarta. M ediaction publishing

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorranie Mc, Carty, 2006. Patofisiologi Konsep klinis
Proses-Proses penyakit , Ed.6, volume 1&2, ECG, Jakarta

Wilkinson. M. Judih. 2016 . Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung (PPN XXII)

Anda mungkin juga menyukai