Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya gejala infeksi saluran kemih kronis akan terjadi dalam kurun waktu
jangka panjang dan juga akan terjadi penanahan berulang kali pada urine atau eritrosit.
Pada pasien-pasien ini umumnya memiliki catatan riwayat infeksi saluran kemih akut, batu
ginjal serta pertumbuhan yang abnormal atau faktor lainnya. Oleh karena itu,harus
dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut (Depkes RI, 2014).
Prevalensi bakteriuria asimptomatik lebih sering ditemukan pada penderita infeksi
saluran kemih.Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1% meningkat menjadi 5%
selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimptomatik meningkat mencapai
30% baik laki-laki ataupun perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti litiasis,
obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papiler, Diabetes mellitus
paska transplantasi ginjal, nefropati analgesik, sickle cell desease, hubungan seksual,
kateterisasi, dan lain (Depkes RI, 2014).
Kondisi penyakit infeksi, salah satunya Infeksi Saluran Kemih, menyebabkan
seseorang bergantung kepada keluarganya. Bagi anggota keluarga yang lain, waktu
kebersamaan dengan anggota keluarga akan berkurang sehingga mengakibatkan masalah
defisit interaksi pada setiap anggota keluarga (Depkes RI, 2014).
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep medis dari Infeksi Saluran Kemih?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari Infeksi Saluran Kemih?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep medis dari Infeksi Saluran Kemih
2. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keperawatan dari Infeksi Saluran Kemih

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Medis


2.1.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Marlene. 2016).

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih (Depkes RI, 2014).

Infeksi saluran kemih dapat mengenai laki-laki maupun perempuan dari semua
umur.Akan tetapi secara jenis kelamin ternyata wanita lebih sering terinfeksi dari pada pria
dengan angka populasi umur, kurang lebih 5-15 %.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu di saluran perkemihan yang disebabkan
oleh bakteri terutama Echerichia coli; risiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti
refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian
instrumen uretral baru, septikemia (Mary. 2014).
2.1.2 Etiologi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme penginfeksi, biasanya
suatu bakteri gram negatif seperti E.coli, masuk ke saluran kencing.Radang area lokal
terjadi, diikuti dengan infeksi ketika organisme bereproduksi.Bakteri radang muncul di
kulit area genital dan memasuki saluran perkemihan melalui pembukaan uretra.Organisme
dapat juga masuk selama kontak seksual.

Dalam hal ini infeksi terjadi sebagai infeksi yang diperoleh dari komunitas yang
tidak kompleks.Pasien dengan kateter perkemihan bisa juga mengalami infeksi karena
adanya kateter yang memberikan suatu jalan kecil bagi bakteri untuk masuk ke kandung
kemih.Beberapa peralatan saluran kencing, misal cystoscopy, juga memberikan suatu jalan

2
kecil bagi bakteri untuk masuk kandung kemih. Sebagian dari peralatan tidak disterilkan
sepenuhnya antara pasien satu dengan yang lainnya; peralatan diberi desinfektan dosis
tinggi karena serat optik dan lensa di dalam tidak akan tahan dengan temperatur tinggi yang
diperlukan untuk mensterilkan. Infeksi ini akan dipandang sebagai nosocomial. (Mary.
2014)
2.1.3 Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih

Menurut Mary. 2014. Manifestasi dari Infeksi Saluran Kemih adalah sebagai
berikut :

1. Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih


2. Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
3. Susah buang air kecil karena iritasi lapisan mukosal
4. Rasa sesak/ penuh di dalam area suprapublik
5. Pungung bawah sakit
2.1.4 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
1. Sistisis

Infeksi kadung kemihyang juga di kenal degan infeksi saluran kemih


bawah.Penyebabnya adalah bacteria kolifrom (umumnya E.coli dan enterococus).Anak-
anak dapat mengalami sistisis virus yang di sebabkan oleh adenovirus, tetapi ini jarang
terjadi pada orang dewasa. Pada pria sistisis biasanya di sebabkan oleh invasi bakteri ke
uretra yang menyebar keatas dan ke prostat.
2. Uretritis

Infeksi uretra yang dapat terjadi pada pria maupun wanita. Penyababnya adalah
Inveksi virus, Infeksi bakteri, organisme yang menyebabkan penyakit/ infeksi menular
seksual (gonorea, Klamidia, dan lain-lain), keluarga besar basilus gram negative
(enterobacteriaceace, terutama E.coli) serta organisme gram positif yang terlibat dalam
infeksi saluran kemih, “hama pintar” telah mengembangkan cara untuk mengatasi
pertahanan intrinsic saluran kemih dengan cirri khasnya seperti pili/fimbriae adesin dan

3
hemosilin untuk mendapatkan akses mengolonisasi, selain itu kondisi tertentu
meningkatkan perkembangan infeksi saluran kemih bawah. Tada gejalanya gejala beragam
berdasarkan sifat kondisi apakah akut atau kronik.
3. Sistisis/ Uretritis
Manifetasi klinis nyeri panggul dan tekan dengan lokalisasi suprapubis, disuria
(sering berkemih, urgensi berkemih dan rasa terbakar ketika berkemih), nuktoria yang tidak
biasa (terbangun di malam hari untuk berkemih), inkontinensia ringan, urine keruh dan bau
tajam, hematuria (darah dalam urine).
4. Prostatitis

Kelompok kondisi inflamasi dan non inflamasi yang menyerang prostat. Tanda
gejala : nyeri panggul dan peritoneum; nyeri pada testis, area selakangan , penis, dan
skrotum yang menyebar ke punggung bawah ; keengganan berkemih dengan aliran urine
lemah saat berkemih; disfungsi seksual dengan ejakulasi yang terasa nyeri dan nyeri pasca
ejakulasi di rectum dan anus; gejala sistemik (menggigil, demem, hipotensi). Saat
prostatitis kronis maka terdapat tabda gejala perkemihan dan non perkemihan: urine
menetes, nyeri inguinal dan perineal, rasa seperti terbakar uretral, dan tanda-tanda umum
lainya (diaphoresis, keletihan dan kaki dingin)
2.1.5 Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih

Menurut Kamitsuru. 2015. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya


mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius.Mikroorganisme ini masuk melalui
kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen.Ada dua jalur utama
terjadi isk, yaitu ansending dan hematogen.
1. Secara asending

Pada sebagian besar kasus ISK, infeksi berawal dari uretra lalu ke kandung kemih
melalui jalur asending. Infeksi yang naik dan berkelanjutan ke ureter dan ginjal merupakan
jalur utama penyebab infeksi pada parenkim ginjal. Hal ini memberikan penjelasan yang
logis terhadap tingkat kejadian ISK yang lebih tinggi pada wanita, dimana saluran uretra

4
wanita yang lebih pendek dibandingkan pria akan memudahkan bakteri untuk menginfeksi
saluran kemih kemunculan bakteri pada kandung kemih tidak selalu mengarah pada infeksi
yang berkelanjutan dan bergejala.

a. masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain faktor anatomi


dimana wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki sehingga
insiden terjadinya isk lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sitoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
2. Secara hematogen

Melalui jalur hematogen melibatkan mikroorganisme seperti Staphylococcus


aureus, Candida sp, Salmonella sp dan Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan
infeksi primer ditempat lain di tubuh manusia. Ginjal merupakan lokasi yang sering
ditemukan abses pada pasien dengan bakterinia atau endocarditis yang disebabkan oleh
bakteri fram positif Staphylococcus aureus. Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal
yang memengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu adanya bendungan total urin yang mengakibatkan distensi kandung
kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dll.

2.1.6 Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih

Menurut Marlene. 2016


1. Pencegahan
a. Hindari dehidrasi : ajurkan asupan harian (recommended daily allowance,RDA) cairan
pada dewasa aktif sekitar 30 ml/kg/hari.
b. Hindari konstipasi (perbanyak asupan cairan,serat diet, dan olah raga rekreasional)
c. Tangani retensi urien, inkontinensia urien atau obstruksi pada saluran keluar kandung
kemih.

5
d. Pertimbangan perbaikan sistokel pada wanita pascamenopause penderita pengosongan
kandung kemih tanpa sempurna dan ISK kambuhan.

e. Ajari wanita mengenai higienis yang baik setelah ke toilet dan berkemih setelah
senggama.

f. Tangani infeksi sejak dini, terutama pada pasien dengan penurunan fungsi imun atau
pasien dengan retensi urien, atau disfungsi berkemih.

g. Lepas kateter yang yang terpasang dan tangani pasien yang mengalami disfungsi
berkemih dengan program penatalaksanaan alternatif seperti pelatihan kandung kemih,
farmakoterapi untuk inkontinensia urien, kateterisasi intermiten dan/ atau berkemih
terjadwal.

2. Infeksi saluran kemih akut

a. Penatalaksanaan empiris cukup memadai untuk infeksi yang pertama pada wanita muda
yang tidak sehat ; mulai penatalaksanaan empiris sebelum diperoleh hasil kultur dan
sensitivitas untuk infeksi saluran kemih febris atau komplikata

b. Antipiretika dan rawat inap dengan cairan intravena diperlukan bila pielonefritis disertai
dengan mual dan muntah yang bermakna atau urosepsis.

c. Pilih antibiotika sesuai laporan kultur dan sensitivitas ( bila anda indikasi), frekuensi
pemberian , risiko vaginitis, biaya yang ditanggung pasien, dan risiko peningkatan
resistensi bakteri ( tabel 14-1).

d. Tekankan kepatuhan pada pemberian antibiotik ; tangani infeksi non komplikata selama
3 hari, infeksi komplikasi selama 7 hari, dan ISK febris selama 14 hari.

e. Penanganan suplemen antibiotika dengan analgesik sistem Perkemihan (pyridium


tersedia sebagai obat yang dijual bebas) atau obat kombinasi, seperti Urised.

6
f. Mulai penanganan profilaksis menggunakan krem antijamur pada wanita dengan riwayat
vaginitis saat mendapatkan terapi antibiotika, kecuali bila diberikan nitrofurantoin.

g. Dorong asupan cairan yang memadai; hindari iritan kandung kemih.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Mary. 2014 mineral terlarut lain dapat mencetuskan terbentunya batu.
1. Tes kultur dan sensitivitas

Tes kultur melihat kemungkinan adanya bakteri didalam urin. Tes sensitivitas
menentukan antibiotik apa yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri. Laboratorium
membagi spesimen urin menjadi dua; satu bagian dikultur untuk menentukan bakteri mana
yang berkembang.Laporan persiapan harus tersedia dalam 24 jam.Bagian kedua digunakan
untuk menentukan pada antibiotik mana organisme tersebut peka.
2. Cystoscopy

Tes ini menguji dinding kandung kemih untuk melihat kemungkinan pertumbuhan
dan tumor. Ini juga digunakana sebagai alat untuk memindahkan tumor kecil, batu dan
benda asing dan untuk mendilatasi saluran kencing (uretra) dan saluran ginjal(ureter). Suatu
cystoscope dimasukan kedalam uretra ke kandung kemih, yang membuat struktur benar-
benar divisualisasikan; misalnya uretra, kandung kemih, ureter dan prostat.
3. Studi sinar x ginjal, ureter, kandung kemih (KUB)
Studi KUB adalah sinar x abdominal yang digunakan untuk mendeteksi batu ginjal,
bisul abdominal, paralytic ileus atau obstruksi.
4. Prostate spesific antigen (PSA) test

Tes ini mengukur tingkat PSA didalam darah. Tingkat PSA akan naik pada psien
dengan BPH (Begign Prostatic Hypertropy) atau kanker prostat. Kenaikan tingkat PSA
tidak memberi dokter cukup informasi untuk membedakan antara kanker dan kondisi-
kondisi protat jinak;namun, dokter akan mempertimbangkan hasil tes ketika memutuskan

7
apakah akan mengorder penyaringan tambahan untuk kanker prostat. Tes ini juga
digunakan untuk memonitor perawatan dan untuk menguji kekambuhan kanker prostat.
5. Pengumpulan urin 24 jam

Ini adalah tes diagnostik yang melibatkan pengumpulan urin pasien selama 24
jam.Tes ini biasanya digunakan untuk mengukur volume dan berbagai faktor fungsi ginjal
dan juga untuk menentukan pengeluaran sehari-hari unsur tertentu seperti protein, elektrolit
dan lain-lain.
6. Urinalysis
Urinalysis (analisa urin) adalah pengujian urin secara fisik, kimia, dan
mikroskopis.Pengujian inimeliputi sejumlah tes untuk mengevaluasi spesimen urin
mengenai penampilan, warna, kejelasan, pH, berat jenis, dan kehadiran bakteri, darah
kepingan-kepingan, glukosa, keton leukosit, protein, RBC, dan WBC. Tes digunakan untuk
mengkonfirmasikan gejala ISP, untuk memeriksa diabetes karena kelebihan kadar glukosa,
dan untuk memonitor fungsi ginjal pada pasien gagsl ginja.
7. Urine flow studies
Urine flow studies, juga dikenal sebagai uroflowmetry, mengukur kekuatan dan
volume per detik aliran urin dari kandung kemih ketika pasien buang air kecil ke dalam
mesin tes. Tes ini membantu mengidentifikasi sumbatan atau kelainan Saluran kencing dan
membantu mengevaluasi seberapa baik atau seberapa buruk pasien buang air kecil.
8. Voiding cystogram

Tes ini melibatkan pengambilan gambar sinar x kandung kemih dan uretra selama
perkemihan.Suatu material kontras radiopaque ditanamkan ke dalam kandung kemih via
kateter Foley ke dalam sluran tubuh. Setelah sinar x diambil, kateter dipindahkan. Pasien
buang air kecil sementara sinar x diperoleh. Tes ini dilakukan untuk mencari kelainan
sistem perkemihan, tumor kandung kemih, ureter, dan uretra, atau untuk mengeluarkan (
refluks) urin dari kandung kemih ke ureter.

8
2.2 Konsep Keperawatan
2.2.1 Pengkajian

Pengkajian yang diambil menurut Ardiansyah dalam Rais (2015) diantarannya sebagai
berikut:

1) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita,mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang, urine lebih
sedikit, hematuria, pernah mengeluarkan batu saat berkemih, urine berwarana
kuning keruh, sulit untuk berkemih,dan nyeri saat berkemih.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan haluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh dan rasa terbakar,
dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri abdomen, nyeri panggul, kolik ginjal, kolik
uretra, nyeri waktu kencing dan demam.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat kolik renal atau bladder
tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan

9
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung kapur, perlu
dikaji juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber polusi atau tidak.
g. Pengkajian Kebutuhan Dasar
a) Kebutuhan Oksigenasi
Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien teratur saat inspirasi dan
ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
b) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium
oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak cukup minum,
terjadi distensi abdomen, penurunan bising usus.
c) Kebutuhan Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya(kalkulus). Penurunan
haluaran urin, kandung kemih penuh,rasa terbakar saat buang air kecil.
Keinginan dorongan ingin berkemih terus, oliguria, hematuria, piuri atau
perubahan pola berkemih.
h. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah pasien terpapar
suhu tinggi, keterbatasan aktivitas misalnya karena penyakit yang kronis atau
adanya cedera pada medulla spinalis.
i. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.
j. Kebutuhan Persepsi dan Sensori
a) Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di luar penampilan luar
mereka. Kebutuhan Kenyamanan
b) Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut costovertebral dapat menyebar ke
punggung, abdomen dan turun ke lipat paha genetalia, nyeri dangkal konstan
menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal,nyeri yang khas

10
adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan
pada area ginjal pada palpasi.
k. Kebutuhan Personal Hygiene
a) Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di
rumah sakit.
b) Kebutuhan Informasi
c) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada vesikolitiasis serta proses
penyakit dan penatalakasanaan.
d) Kebutuhan Konsep Diri
e) Konsep diri pasien mengenai kondisinnya
3) Pengkajian Fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda tanda vital.
a. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal.
b. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis.
c. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
d. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran
e. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal,
mukosa bibir biasanya kering, pucat.
f. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan
peningkatann kerja jantung.
g. Pemeriksaan Jantung

11
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal,
kardiomegali.
h. Pemeriksaan Paru
pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara napas
abnormal
i. Pemeriksaan Abdomen
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan
muntah. Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi massa,
pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis.
j. Pemeriksaan Genitalia Pada pola eliminasi urine terjadi
perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine, dan sering miksi
k. Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan
bangkit dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1) Gangguan eliminasi urin
2) Intoleransi aktivitas
3) Nyeri akut
4) hipertermi
5) Deficit pengetahuan
6) Ansietas

12
13
14
15
2.2.3 Intervensi Keperawatan

NO. DIAGNOSA SLKI SIKI RASIONAL


1. Gangguan Eliminasi Urin Eliminasi Urine Manajemen Manajemen Eliminasi Urine
(D.0040) (L. 04034) Eliminasi Urine ( Observasi :
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan I.04152) 1. Untuk mengetahui tanda
Subkategori : Eliminasi intervensi Definisi : gejala retensi atau
Definisi : Disfungsi keperawatan 3x 24 Mengidentifikasi dan inkontinensia urine
eliminasi urin jam masalah mengola gangguan 2. Untuk mengetahui faktor
Penyebab : terhadap eliminasi pola eliminasi urine yang menyebabkan retensi
1. Penurunan kapasitas urin dapat diatasi Tindakan : atau Inkontinensia urine
kandung kemih dengan indicator : Observasi 3. Untuk mengintrol eliminasi
2. Iritasi kandung kemih 1. Desakan 1. Identifikasi Urine
3. Penurunan berkemih tanda gejala Terapeutik
kemampuan menyadari (3) retensi atau 1. Untuk mengetahui waktu-
tanda-tanda gangguan 2. Urin inkontinensia waktu dan haluaran berkemih
kandung kemih menetes urine 2. Untuk mengefektifkan
4. Efek tindakan medis (dribbling) 2. Identifikasi asupan cairan,jika perlu
dan diagnostic (mis. (4) faktor yang 3. Untuk mengetahui hasil
Operasi ginjal, operasi 3. Nokturia (3) menyebabka sampel urine tengah (mid
saluran kemih, 4. Mengompol n retensi atau stream) atau kultur

16
anestesi, dan obat- (4) Inkontinensia Edukasi
obatan) 5. Enuresis (3) urine 1. Untuk mengetahui tanda
5. Kelemahan otot pelvis Keterangan: 3. Monitor dan gejal infeksi saluran
6. Ketidakmampuan 1. Sedang eliminasi kemih
mengakses toilet (mis. 2. Cukup Urine 2. Untuk mengetahui asupan
Imobilisasi) menurun Terapeutik cairan dan haluaran urine
7. Hambatan lingkungan 3. Sedang 1. Catat waktu- 3. Untuk mengetahui
8. Ketidakmampuan 4. Cukup waktu dan spesimen urine mid stream
mengkomunikasikan menurun haluaran 4. Untuk mnegetahui tanda
kebutuhan eliminasi 5. sedang berkemih berkemih dan waktu yang
9. Outlet kandung kemih 2. Batasi asupan tepat untuk berkemih
tidak lengkap (mis. cairan,jika 5. Untuk menerapkan terapi
Anomaly saluran perlu modalitas penguatan otot-
kemih kongenital) 3. Ambil otot panggul/berkemihan
10. Imaturitas (pada anak sampel urine 6. Untuk mengefektifkan
usia <3 tahun) tengah (mid minum yang cukup, jikat
Gejala dan Tanda Mayor stream) atau tidak ada kontraindikasi
Subjektif : kultur 7. Untuk mengefektifkan
1. Desakan berkemih Edukasi mengurangi minum
(Urgensi) 1. Ajarkan menjelang tidur

17
2. Urin menetes tanda dan Kolaborasi
(dribbling) gejal infeksi Untuk penanganan lanjut dengan
3. Sering buang air kecil saluran Pemberian obat supositoria uretra
4. Nokturia kemih demi memaksimalkan eliminasi
5. Mengompol 2. Ajarkan urine
6. Enuresis mengukur
Objektif : asupan cairan
1. Distensi kandung dan haluaran
kemih urine
2. Berkemih tidak tuntas 3. Ajarkan
(hesitancy) mengambil
3. Volume residu urin spesimen
meningkat urine mid
Gejala dan Tanda Minor stream
Subjektif 4. Ajarkan
(tidak tersedia) mengenali
Objektif tanda
(tidak tersedia) berkemih dan
Kondisi Klinis Terkait waktu yang
1. Infeksi ginjal dan tepat untuk

18
saluran kemih berkemih
2. Hiperglikemi 5. Ajarkan
3. Trauma terapi
4. Kanker modalitas
5. Cedera/tumor/infeksi penguatan
medulla spinalis otot-otot
6. Neuropati diabetikum panggul/berk
7. Neuropati alkoholik emihan
8. Stroke 6. Anjurkan
9. Parkinson minumyang
10. Skeloris multipel cukup, jikat
11. Obat alpha adrenergic tidak ada
kontraindikas
i
7. Anjurkan
mengurangi
minum
menjelang
tidur
Kolaborasi

19
1. Pemberian
obat
supositoria
uretra, jika
perlu

2 Intoleransi aktivitas Toleransi Manajemen energy Manajemen Energi


(D.0056) Aktivitas Definisi : Observasi :
Kategori : fisiologis (L.05047) Mengidentifikasi dan 1.Untuk mengetahui gangguan
Subkategori : Setelah dilakukan meneglola fungsi tubuh yang mengakibatkan
aktivitas/istirahat intervensi penggunaan energy kelelahan
Definisi : keperawatan 3x 24 untuk mengatasi dan 2. Untuk mengetahui kondisi fisik
Ketidakcukupan energi untuk jam masalah mencegah kelelahan dan emosional
melakukan aktivitas sehari- terhadap toleransi dan mengoptimalkan 3. Pola tidur adalah pola kebiasaan
hari. aktivitas dapat proses pemulihan kita mengistirahatkan tubuh kita
Penyebab : diatasi dengan Observasi : dengan tertidur
1. Ketidakseimbangan indicator : 1. Identifikasi 4. Untuk mengetahui lokasi dan
antara suplay dan 1. Keluhan gangguan ketidaknyamana selama
kebutuhan Oksigen lelah (4) fungsi tubuh melakukan aktivitas
2. Tirah baring 2. Dispnea yang Terapeutik

20
3. Kelemahan saat mengakibatk 1. Lingkungan nyaman adalah
4. Imobilitas beraktivitas an kelelahan lingkungan yang terbebas dari
5. Gaya hidup monoton (4) 2. Monitor kontaminasi kotoran dari
Gejala dan tanda mayor : 3. Dispnea kelelahan lingkungan yang ada di
Subjektif : setelah fisik dan sekelilingnya.
1. Mengeluh lelah aktivitas (4) emosional 2. Distraksi adalah salah satu cara
Objektif 4. Aritmia saat 3. Monitor pola menghilangkan nyeri
1. Frekuensi jantung aktivitas (3) dan jam tidur 3. Untuk mengetahui rentang gerak
meningkat >20% dari 5. Aritmia 4. Monitor pasif dan aktiv
kondisi istirahat setelah lokasi dan 4. Untuk menefektifkan fasilitasi
Gejala dan tanda minor : aktivitas (3) ketidaknyam duduk dan tempat tidur
Subjektif : 6. Sianosis (4) anan selama Edukasi
1. Dispnea saat/setelah 7. Perasaan melakukan 1. 1. Untuk mengefektifkan tirah
aktivitas lemah (4) aktivitas baring
2. Merasa tidak nyaman 8. Frekuensi Terapeutik : 2. 2. Untuk mengefektifkan aktivitas
setelah beraktivitas nadi (4) 1. Sediakan secara bertahap
3. Merasa lemah 9. Tekanan lingkungan 3. 3. Untuk mengefektifkan
Objektif : darah(4) nyaman dan perawatan yang di ambil oleh
1. Tekanan darah 10. EKG rendah perawat dam penanganan pasien
berubah >20% dari iskemia (4) stimulus 4. 4. Untuk menerapkan strategi

21
kondisi istirahat Keterangan: (mis. Cahaya, koping bagi pasien
2. Gambaran EKG 1. Cukup suara, 5. Kolaborasi
menunjukkan aritmia menurun kunjungan) Gizi adalah substansi organik yang
saat/setelah aktivitas 2. Cukup 2. Lakukan dibutuhkan organisme untuk
3. Gambaran EKG menurun latihan fungsi normal dari sistem tubuh,
menunjukkan iskemia 3. Cukup rentang gerak pertumbuhan, pemeliharaan
4. Sianosis menurun pasif kesehatan.
Kondisi klinis terkait : 4. Sedang dan/atau aktif
1. Anemia 5. Sedang 3. Berikan
2. Gagal jantung 6. Cukup aktivitas
kongestif menurun distraksi
3. Penyakit jantung 7. Cukup yang
koroner menurun menenangka
4. Penyakit katup jantung 8. Cukup n
5. Aritmia membaik 4. Fasilitasi
6. Penyakit paru 9. Cukup duduk di sisi
obstruktif kronis membaik tempat tidur,
(PPOK) 10. Cukup jika tidak
7. Gangguan metabolik membaik dapat
8. Gangguan berpindah

22
muskuloskeletal atau berjalan
Edukasi :
1. Anjurkan
tirah baring
2. Anjurkan
melakukan
aktivitas
secara
bertahap
3. Ajurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan
gejala
kelelahan
tidak
berkurang
4. Ajarkan
strategi
koping untuk

23
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan.
3. Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri Manajemen nyeri
Kategori : psikologis (L.08066) Definisi : Observasi :
Subkategori: Nyeri dan Setelah dilakukan Mengidentifikasi dan 1. Nyeri atau rasa sakit
Kenyamanan intervensi mengelola merupakan suatu
Definisi: keperawatan 3x 24 pengelaman sensorik pengalaman sensorik dan
Pengalaman sensorik atau jam masalah atau emosional yang emosional yang tidak
emosional yang berkaitan terhadap tingkat berkaitan dengan menyenangkan, biasanya
dengan kerusakan jaringan nyeri dapat diatasi kerusakan jaringan berkaitan dengan adanya
aktual atau fungsional, dengan dengan indicator: atau fungsional kerusakan jaringan atau
onset mendadak atau lambat 1. Keluhan dengan onset yang berpotensi
dan berintensitas ringan nyeri (4) mendadak atau menimbulkan kerusakan
hingga berat yang berlangsung 2. Meringis lambat dan jaringan tubuh. Nyeri yang
kurang dari 3 bulan (3) berintensitas ringan dirasakan seseorang

24
Penyebab: 3. Sikap hingga berat dan memiliki tingkatan,
1. Agen pencedera protektif (3) konstan yakni nyeriringan, sedang,
fisiologis(mis. 4. Gelisah (4) Observasi : atau berat. Nyeri memiliki
Inflamasis, iskemia, 5. Kesulitan 1. Identifikasi rentang skala, olehnya itu
neoplasma) tidur (4) lokasi, perlu di adakannya
2. Agen pencedera 6. Menarik karakteristik, identifikasi skala nyeri
kimiawi(mis. diri(4) durasi, untuk memantau seberapa
Terbakar, bahan kimia 7. Berfokus frekuensi, besar frekuensi nyeri yang
iritan) pada diri kualitas, di alami pasien.
3. Agen pencedera sendiri (4) intensitas 2. Skala nyeri secara umum
fisik(mis. Abses, 8. Diaphoresis nyeri digambarkan dalam bentuk
amputasi, terbakar, (4) 2. Identifikasi nilai angka, yakni 1-10.
terpotong, mengangkat 9. Frekuensi skala nyeri Berikut adalah jenis skala
berat, prosedur nadi (4) 3. Identifikasi nyeri berdasarkan nilai
operasi,trauma, latihan 10. Pola napas respons nyeri angka yang perlu Anda
fisik berlebihan) (4) non verbal ketahui.
Gejala dan tanda mayor 11. Tekanan 4. Identifikasi
 Skala 0, tidak nyeri
Subjektif darah (4) faktor yang
 Skala 1, nyeri sangat
1. Mengeluh nyeri 12. Proses memperberat
ringan
Objektif berfikir (4) dan

25
1. Tampak meringis 13. Nafsu memperingan  Skala 2, nyeri ringan.
2. Bersikap protektif(mis. makan (4) nyeri Ada sensasi seperti
Waspada,posisi Keterangan: 5. Identifikasi dicubit, namun tidak
menghindari nyeri) 1. Cukup pengetahuan begitu sakit
3. Gelisah menurun dan  Skala 3, nyeri sudah
4. Frekuensi nadi 2. Sedang keyaninan mulai terasa, namun
meningkat 3. Sedang tentang nyeri masih bisa ditoleransi
5. Sulit tidur 4. Cukup 6. Identifikasi  Skala 4, nyeri cukup
Gejala dan tanda minor menurun pengaruh mengganggu (contoh:
Subjektif 5. Cukup budaya nyeri sakit gigi)
(tidak tersedia) menurun terhadap  Skala 5, nyeri benar-
Objektif 6. Cukup respon nyeri benar mengganggu dan
1. Tekanan darah menurun 7. Identifikasi tidak bisa didiamkan
meneingkat 7. Cukup nyeri pada dalam waktu lama
2. Pola nafas berubah menurun kualitas  Skala 6, nyeri sudah
3. Nafsu makan berubah 8. Cukup hidup sampai tahap
4. Proses berfikir menurun 8. Monitor mengganggu indera,
terganggu 9. Cukup keberhasilan terutama indera
5. Menarik diri membaik terapi penglihatan
6. Berfokus pada diri 10. Cukup komplemente  Skala 7, nyeri sudah

26
sendiri membaik r yang sudah membuat Anda tidak
7. Diaforesis 11. Cukup diberikan bisa melakukan
Kondisi Klinis Terkait : membaik 9. Monitor efek aktivitas
6. Kondisi pembedahan 12. Cukup samping  Skala 8, nyeri
7. Cedera traumatis membaik penggunaan mengakibatkan Anda
8. Infeksi 13. Cukup analgetik tidak bisa berpikir
9. Sindrom koroner akut membaik jernih, bahkan terjadi
10. Glaukoma Terapeutik : perubahan perilaku
1. Berikan  Skala 9, nyeri
teknik mengakibatkan Anda
nonfarmakol menjerit-jerit dan
ogis untuk menginginkan cara
mengurangi apapun untuk
rasa nyeri menyembuhkan nyeri
(mis. TENS,  Skala 10, nyeri berada
hipnosis, di tahap yang paling
akupresur, parah dan bisa
terapi musik, menyebabkan Anda tak
biofeedback, sadarkan diri
terapi pijat,

27
aromaterapi, 3. Faktor yang mempengaruhi
teknik nyeri adalah arti nyeri
imajinasi persepsi nyeri, toleransi
terbimbing, nyeri , dan reaksi terhadap
kompres nyeri
hangat/dingin 4. Sakit perut., Sakit
, terapi kepala.,Kulit mudah
bermain) memar.Telinga
2. Kontrol berdenging.Mual.Muntah.
lingkungan Kelelahan parah.Urin
yang berwarna gelap
memperberat 5. Untuk mengidentifikasi
rasa nyeri keyakinan terkait hyeri
(mis. Suhu pada diri pasien
ruangan, 6. Untuk mengidentifikasi
pencahayaan, pengaruh budaya terhadap
kebisingan) respon nyeri
3. Fasilitasi 7. Untuk mengdentifikasi
istirahat dan nyeri pada kualitas hidup
tidur 8. Untuk memonitor

28
4. Pertimbangk keberhasilan terapi
an jenis dan komplementer yang sudah
sumber nyeri diberikan
dalam 9. Untuk mengetahui efek
pemilihan samping penggunaan
strategi analgetik
meredakan Terapeutik
nyeri 1. Untuk mengetahui teknik
Health education : nonfarmakologis untuk
1. Jelaskan mengurangi rasa nyeri (mis.
penyebab, TENS, hipnosis, akupresur,
periode, dan terapi musik, biofeedback,
pemicu nyeri terapi pijat, aromaterapi,
2. Jelaskan teknik imajinasi terbimbing,
strategi kompres hangat/dingin, terapi
meredakan bermain)
nyeri 2. Untuk mengontrol
3. Anjurkan lingkungan yang memperberat
memonitor rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
nyeri secara pencahayaan, kebisingan)

29
mandiri 3. Untuk memfasilitasi
4. Anjurkan istirahat dan tidur
menggunaka 4. Untuk mempertimbangkan
n analgetik jenis dan sumber nyeri dalam
secara tepat pemilihan strategi meredakan
5. Ajarkan nyeri
teknik Health education :
nonfarmakol 1. Untuk mengetahui
ogis untuk penyebab, periode, dan pemicu
mengurangi nyeri
rasa nyeri 2. Untuk menjelaskan strategi
Kolaborasi :` meredakan nyeri
Kolaborasi 3. Untuk memonitor nyeri
pemberian analgetik, secara mandiri
jika perlu 4. Untuk mengefektifkan
penggunaan analgetik secara
tepat
5. Untuk mengetahui teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

30
Kolaborasi :`
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4. Hipertermia (D. 0130) Termoregulasi (L. Manajemen Manajemen Hipertermia


Kategori : Lingkungan 14134) Hipertermia Observasi
Subkategori : Keamanan dan Setelah dilakukan (I.15506) 1. Hipertermi adalah suhu
Proteksi intervensi Definisi tubuh meningkat di atas
Definisi keperawatan 3x 24 Mengidentifikasi dan rentang normal tubuh.
Suhu tubuh meningkat di atas jam masalah mengelola Penting untuk kita
rentang normal tubuh. terhadap peningkatan suhu mengidentifikasi penyebab
Penyebab : termogulasi dapat tubuh akibat hipertermi karena dengan
1. Dehidrasi diatasi dengan disfungsi demikian kita dapat
2. Terpapar lingkungan indicator: termoregulasi. mengambil tindakan
panas 1. Kulit merah Tindakan keperawatan yang tepat
3. Proses penyakit ( mis. (4) Observasi untuk menurunkan suhu
Infeksi, kanker) 2. Kejang (4) 1. Identifikasi tubuh pasien.
4. Ketidaksesuaian 3. Takikardi(3 penyebab 2. Suhu tubuh adalah ukuran

31
pakaian dengan suhu ) hipertermia dari kemampuan tubuh
lingkungan 4. Takipnea(3) 2. Monitor suhu dalam menghasilkan dan
5. Peningkatan laju 5. Suhu tubuh menyingkirkan hawa panas.
metabolism tubuh(4) 3. Monitor kadar Dengan memonitor suhu
6. Respon trauma 6. Suhu kulit elektrolit tubuh kita dapat
7. Aktivitas berlebihan (4) 4. Monitor haluaran mengetahui perkembangan
8. Penggunaan incubator Urine suhu tubuh pasien
Gejala Dan Tanda Mayor Keterangan: 5. Monitor 3. Kadar elektrolit dapat
DS: 1. Cukup komplikasi akibat meningkat dan menurun
(Tidak tersedia) menurun hipertermia seiring perubahan kondisi
DO: 2. Cukup Terapeutik cairan tubuh. Tiap elektrolit
1. Suhu tubuh di atas normal menurun 1. Sediakan tersebut memainkan peran
Gejala dan Tanda Minor 3. Sedang lingkungan yang penting dan spesifik dalam
DS : 4. Sedang dingin tubuh kita untuk itu perlu
(Tidak tersedia) 5. Cukup 2. Longgarkan atau memonitor kadar elektolit
DO : membaik lepaskan pakaian pasien agar tidak terjadi
1. 1. Kulit merah 3. Basahi dan kipasi gangguan elektrolit.
2. 2, Kejang permukaan tubuh 4. Untuk menegtahui haluaran
3. 3. Takikardi 4. Berikan cairan urine
4. 4. Takipnea oral 5. Untuk mengetahui

32
5. 5. Kulit terasa hangat 5. Ganti linen setiap komplikasi terkait
6. Kondisi Klinis Terkait : hari atau lebih sering hipertermia
7. 1. Proses infeksi jika mengalami Terapeutik
8. 2. Hipertiroid hyperhidrosis 1. Untuk memaksimalkan
9. 3. Stoke (keringat berlebih) penyediaaan lingkungan yang
4. Dehidrasi 6. Lakukan dingin
5. Trauma pendinginan 2.Untuk menegefektikan
6. Prematuritas eksternal (mis. kenyamanan penggunaan pakaian
Selimut yang Longgar atau lepaskan
hipertermia/kompres pakaian
dingin pada dahi, 3. Untuk memberikan kenyamanan
leher, dada, tubuh dengan cara memasahi dan
abdomen, aksila) mengipasi permukaan tubuh
7. Hindari 4. Untuk memberikan cairan oral
pemeberian sebagai intervensi lanjut
antipiretik/aspirin 5. Untuk mengganti linen setiap
8. Berikan Oksigen hari atau lebih sering jika
jika perlu mengalami hyperhidrosis (keringat
Edukasi berlebih)
1. Anjurkan tirah 6. Untuk melakukan pendinginan

33
baring eksternal (mis. Selimut
Kolaborasi hipertermia/kompres dingin pada
1. Kolaborasi dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
pemberian cairan 7. Untuk menghindari pemeberian
dan elektrolit antipiretik/aspirin
intravena, jika 8. Untuk pemberian Oksigen pada
perlu. kondisi yang membutuhkan
Edukasi
1. Tirah baring adalah
perawatan kedokteran yang
melibatkan berbaringnya
pasien di temmpat tidur
untuk suatu jangka yang
sinambung. Perawatan ini
diperlakukan untuk suatu
penyakit atau kondisi medis
tertentu. Tirah baring
biasanya diperuntukkan
untuk pasien yang
mendapatkan perawatan

34
dirumah atau di rumah sakit
jika tidak memungkinkan di
rumah.
Kolaborasi
Kebutuhan cairan dan elektrolit
merupakan suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang
tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan.
Berkolaborasi memberikan cairan
dan elektrolit IV bertujuan untuk
menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh pasien.
5 Defisit pengetahuan (D. Tingkat Edukasi Kesehatan Edukasi Kesehatan
0111) Pengetahuan (L. Definisi : Observasi
Kategpri : perilaku 12111) Mengajarkan 1. Faktor-faktor yang dapat
Subkategori : penyuluhan Setelah dilakukan pengelolaan faktor menurunkan motivasi
dan pembelajaran intervensi resiko penyakit dan adalah membandingkan
Definisi : keperawatan 3x 24 perilaku hidup bersih diri dengan orang lain,

35
Ketiadaan atau kurangnya jam masalah serta sehat mencari-cari alasan untuk
informasi kognitif yang terhadap tingkat Observasi tidak mengerjakannya,
berkaitan dengan topik pengetahuan dapat 1. Identifikasi mengharap hasil yang
tertentu diatasi dengan kesiapan dan sempurna, sering
Penyebab indicator: kemampuan memikirkan kekurangan
1. Keteratasan kognitif 2. perilaku menerima diri, menganggap masalah
2. Gangguan fungsi sesuai informasi kecil sebagai masalah
kognitif anjuran 2. Identifikasi besar.
3. Kekeliruan mengikuti (4) faktor-faktor 2. Untuk mengidentifikasi
anjuran 3. persepsi yang dapat faktor-faktor yang dapat
4. Kurang terpapar yang meningkatka meningkatkan dan
informasi keliru n dan menurunkan motivasi
5. Kurang minat dalam terhadap menurunkan perilaku hidup bersih dan
belajar masalah motivasi sehat
6. Kurang mampu (4) perilaku
mengingat 4. menjalani hidup bersih Terapeutik
7. Ketidaktahuan pemeriksa dan sehat 1. Pendidikan kesehatan
menemukan sumber an yang Terapeutilk adalah profesi yang
informasi tidak tepat 1. Sediakan mendidik masyarakat
Gejala dan tanda mayor (4) materi dan tentang kesehatan.

36
Subjektif keterangan: media 2. Untuk mengefektifkan
1. Menanyakan masalah 1. cukup pendidikan pendidikan kesehatan
yang dihadapi meningkat kesehatan sesuai kesepakatan
Objektif 2. cukup 2. Jadwalkan 3. Untuk memebina BHSP
1. Menunjukkan perilaku menurun pendidikan antara pasien dan perawat
tidak sesuai anjuran 3. cukup kesehatan demi mengoptimalkan
2. Menunjukkan persepsi menurun sesuai perawatan
yang keliru terhadap kesepakatan
masalah 3. Berikan Edukasi
Gejala dan tanda minor kesempatan 1. Untuk mengetahui faktor
Subjektif untuk resiko yang dapat
(tidak tersedia) bertanya mempengaruhi kesehatan
Objektif Edukasi 2. Untuk mengetahui perilaku
1. Menjalani pemeriksaan 1. Jelaskan hidup bersih dan sehta.
yang tidak tepat faktor risiko Sebgaimana Perilaku hidup
2. Menunjukkan perilaku yang dapat sehat adalah semua
berlebihan (mis. mempengaru perilaku kesehatan yang
Apatis, bermusuhan, hi kesehatan dilakukan atas kesadaran
agitasi, histeria) 2. Ajarkan sehingga anggota keluarga
Kondisi Klinis Terkait : perilaku atau keluarga dapat

37
1. Kondisi klinis yang baru hidup bersih menolong dirinya sendiri di
dihadapi oleh klien dan sehat bidang kesehatan dan
2. Penyakit akut 3. Ajarkan berperan aktif dalam
3. Penyakit kronis strategi yang kegiatan-kegiatan
dapat kesehatan di masyarakat.
digunakan 3. Untuk menegtahui streategi
untuk perilaku hidup sehat
meningkatka
n perilaku
hidup bersih
dan sehat
6. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
Reduksi Ansietas
Kategori : Psikologis (L. 09093) Definisi :
Observasi
Subkategori : Integritas Ego Setelah dilakukan Meminimalkan
Definisi : intervensi kondisi individu dan 1. Perlu di adakan intervensi
Kondisi emosi dan keperawatan 3x 24 pengalaman ini untuk mengetahui
pengalaman subjektif individu jam masalah subjketif terhadap tingkat ansietas dalam
terhadap objek yang tidak terhadap tingkat objek yang tidak kondisi, waktu, dan stressor
jelas dan spesifik akibat ansietas dapat jelas dan spesifik yang di alami pasien
antispasi bahaya yang diatasi dengan akibat antisipasi sehingga bisa di

38
memungkinkan individu indicator: bahaya yang minimalisir ansietas
melakukan tindakan untuk 1. Verbilisasi memungkinkan tersebut
menghadapi ancaman kebingunga individu melakukan
2. Untuk memaksimalkan
Penyebab : n(4) tindakan untuk
pengambilan keputusan
1. Krisis situasional 2. Verbilisasi mengahdapi
3. Perlu di adakan monitor
2. Kebutuhan tidak khawatir ancaman
tanda ansietas untuk
terpenuhi akibat Observasi
mencegah ansietas
3. Krisis maturasional kondisi 1. Identifikasi saat
bertambah parah
4. Ancaman terhadap yang tingkat ansietas
konsep diri dihadapi(4) berubah (mis. Terapeutik
5. Anacaman terhadap 3. Perilaku Kondisi, waktu,
1. Komunikasi terapeutik
kematian gelisah(4) tresor)
merupakan teknik pendekatan
6. Kekhawatiran 4. Perilaku 2. Identifikasi
antara perawat dengan pasien
mengalami kegagagalan tegang(3) mengambil
sehingga adanya keterbukaan
7. Disfungsi system 5. Keluhan keputusan
yang menimbulkan
keluarga pusing(4) 3. Monitor tanda-
kepercayaan.
8. Hubungan orang tua 6. Anoreksia tanda ansietas
2. Untuk mebgurangi
anak tidak memuaskan (4) Terapeutik
kecemasan pasien
9. Faktor keturunan 7. Palpitasi(3) 1. Ciptakan
(Temperamen mudah 8. Diaphoresis suasana 3. Perlu di adakan intervensi

39
teragitasi sejak lahir) (4) terapeutik ini untuk meredam situasi
10. Penyalahgunaan zat 9. Tremor(4) untuk pencetus ansietas pasien
11. Terpapar bahaya 10. Pucat (4) menumbuhkan
4. Perlu di adakan intervensi
lingkungan (mis. 11. Konsentrasi kepercayaan
ini agar pasien merasa di
Toksin,polutan, dan lain-lain (4) 2. Temani pasien
perhatikan dengan empati
12. Kurang terpapapr 12. Pola untuk
5. Perlu di adakan intervensi
informasi tidur(4) mengurangi
ini agar pasien merasa yakin
Gejala dan Tanda Mayor 13. Frekuensi kecemasan, jika
dengan perawatan yang perawat
Subjektif : pernafasan( memungkinkan
berikan sehingga perawatan
1. Merasa bingung 3) 3. Pahami situasi
pasien berjalan lancer
2. Merasa khwatir dengan 14. Frekuensi yang membuat
6. Untuk mengefektifkan
akibat dari kondisi yang nadi(3) ansietas
penggunaan barang pribadi
dihadapi 15. Tekanan 4. Dengarkan
yang memberikan kenyamanan
3. Sulit berkonsentrasi darah (3) dengan penuh
7. Untuk memotivasi
Objektif : 16. Kontak perhatian
mengidentifikasi situasi yang
1. Tampak gelisah mata (4) 5. Gunakan
memicu kecemasan
2. Tampak tegang 17. Pola pendekatan
8. Untuk mengidentifikasi
3. Sulit tidur berkemih yang
perencanaan realistis tentang
Gejala dan tanda minor (3) tenang dan
peristiwa yang akan datang
Subjektif : Keterangan: meyakinkan

40
1. Mengeluh pusing 1. Cukup 6. Tempatkan
Edukasi
2. Anoreksia menurun barang pribadi
1. Perlu di adakan intervensi
3. Palpitasi 2. Cukup yang
ini agar prosedur dapat
4. Merasa tidak berdaya menurun memberikan
dipahami oleh pasien
Objektif : 3. Cukup kenyamanan
1. Frekuensi nafas meningkat menurun 7. Motivasi 2. Perlu diadakan intervensi
2. Frekuensi nadi meningkat 4. Sedang mengidentifika ini agar pasien dapat
3. Tekanan darah meningkat 5. Sedang si situasi yang mengetahui,memahami
4. Diaphoresis 6. Cukup memicu diagnosis, prognosis, dan
5. Tremor menurun kecemasan pengobatan
6. Muka tampak pucat 7. Sedang 8. Diskusikan
3. Untuk memungsikan
7. Suara bergetar 8. Sedang perencanaan
keluarga dalam proses
8. Kontak mata buruk 9. Cukup realistis tentang
perawatan pasien
9. Sering berkemih menurun peristiwa yang
4. Untuk melakukan kegiatan
10. Berorientasi pada masa 10. Cukuo akan datang
kompetitif yang efektif
lalu menurun Edukasi
Kondisi Klinis Terkait : 11. Cukup 1. Jelaskan 5. Perlu di adakan intervensi
1. Penyakit kronis membaik prosedur, ini sehingga adanya
progresif (mis. Kanker, 12. Cukup termasuk keterbukaan pasien
penyakit autoimun membaik sensasi yang 6. Perlu diadakan intervensi

41
2. Penyakit akut 13. Sedang mungkin ini sebagai teknik distraksi
3. Hospitalisasi 14. Sedang dialami pasien
4. Rencana operasi 15. Sedang 2. Informasikan
7. Untuk memaksimalkan
5. Kondisi diagnosis 16. Cukup secara factual
mekanisme pertahanan diri
6. Penyakit neurologis membaik mengenai
yang tepat
7. Tahap tumbuh 17. sedang diagnosis,
8. Perlu di adakan intervensi ini
kembang pengobatan,
sebagai teknik relaksasi yang
dan prognosis
dapat menciptakan rasa
3. Anjurkan
nyaman pasien.
keluarga untuk
tetap bersama Kolaborasi
pasien, jika Perlu diadakan intervensi ini
perlu sebagai penanganan lanjut
4. Anjurkan terhadap ansoetas pasien
melakukan
kegiatan yang
tidak
kompetitif,
sesuai
kebutuhan

42
5. Anjurkan
mengungkapka
n perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan
untuk
mengurangi
ketegangan
7. Latihan
penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
8. Latih tehnik
relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
antisietas , jika

43
perlu

44
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Infeksi Saluran Kemih atau ISK adalah suatu istilah umum yang dipakai
untuk mengatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi
Saluran Kencing merupakan masalah kesehatan yang cukup serius bagi jutaan orang
disetiap tahun. Infeksi Saluran Kemih merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang
paling banyak menyerang manusia dimuka bumi. Umumnya penyakit ini
menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki-laki yang menderita Infeksi
Saluran Kemih.

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih (Depkes RI, 2014). Infeksi saluran kemih dapat mengenai laki-
laki maupun perempuan dari semua umur.Akan tetapi secara jenis kelamin ternyata
wanita lebih sering terinfeksi dari pada pria dengan angka populasi umur, kurang
lebih 5-15 %.

3.2 Saran
Bagi pembaca makalah ini agar dapat memprioritaskan masalah sesuai
kebutuhan dasar tersebut, dan rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik.

45
Daftar Pustaka

Digiulio, Mary ., dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: KDT

Depkes Ri, (2014). Wasdapa Infeksi SaluranKemih.http://www.depkes.go.id/index.php?wa


sada+infeksi+saluran+kemih&act/. Diakses tanggal 20 0ktober 2016.

Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Herdman, T Heather,. Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: ECG
PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:Definisi Dan Indikator
Diagnostic,Edisi 1.jakarta:DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi Dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1.jakarta:DPP PPNI
Rais. 2015. Asuhan Keperawatan Medical Bedah”Vesikolusiasis” pada Tn. A di ruang
Asoka BLUD RSU Bahteramas provinsi Sulawesi tenggara 2015.kendari.avicenna.

46

Anda mungkin juga menyukai