Anda di halaman 1dari 19

ANDROPAUSE 

YOSEPH INDRAYANTO 
BAGIAN BIOLOGI FK. UNS 
yoseph.indrayanto@fk.uns.ac.id 
A. Definisi 
Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, yaitu andro yang berarti 
pria dan pause yang artinya penghentian. Jadi, andropause dapat diartikan 
sebagai berhentinya proses fisiologis pada pria. Andropause merupakan 
sindrom pada pria separuh baya atau lansia di mana terjadi penurunan 
kemampuan fisik, seksual dan psikologi. 
Sindrom Andropause merupakan sindrom penurunan kemampuan 
fisik, seksual, dan psikologi yang dihubungkan dengan berkurangnya 
hormon testosteron dalam darah, andropause terjadi pada pria diatas usia 
tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang mirip 
dengan menopause pada wanita. Berbeda dengan wanita yang mengalami 
menopause, dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid 
yang akan berhenti. Pada pria penurunan produksi spermatozoa, hormon 
testosteron dan hormon-hormon lainnya terjadi secara perlahan dan bertahap. 
Walaupun istilah andropause secara biologik salah, tetapi istilah ini sudah 
populer sehingga sering digunakan. 
Pada wanita menopause, produksi ovum, produksi hormon estrogen, 
dan siklus haid akan berhenti dengan cara relatif mendadak. Namun pada pria 
di atas umur tengah baya, penurunan produksi spermatozoa, hormon 
testosteron, dan hormon-hormon lainnya sedemikian perlahan. Perubahan 
hormon yang terjadi pada pria usia lanjut tersebut sangat bervariasi dari satu 
individu ke individu yang lain dan biasanya tidak sampai menyebabkan 
hipogonadisme yang berat. Andropause pada umumnya terjadi pada usia 
sekitar 40-60 tahun, tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. 
Selama proses penuaan normal pada pria, terdapat penurunan 3 sistem 
hormonal, yaitu hormon testosteron dehydroephyandrosteron (DEA)/DHEA 

 
sulfat (DHEAS), serta Insulin Growth Factor (IGF) dan Growth Hormon 
(GH). Oleh karena itu, banyak pakar yang menyebut andropause dengan 
sebutan lain seperti: 
1) Klimakterium pada pria 
2) Viropause 
3) Androgen Deficiency in Ageing Men (ADAM) 
4) Partial Androgen Deficiency in Ageing Men (PADAM) 
5) Partial Testosterone Deficiency in Ageing Men (PTDAM) 
6) Andrenpause (Defisiensi DHEA/DHEAS) 
7) Somatopause (Defisiensi GH/IGF) 
8) Low Testosterone Syndrome 
B. Fisiologi Andropause 
Testosteron merupakan hormone seks laki-laki (androgen) yang 
terpenting. Hormone testosterone adalah suatu hormone steroid yang terbentuk 
dari kholesterol. 
Testosteron disekresikan oleh sel-sel interstisial leydig di dalam testis. 
Testis mensekresi beberapa hormon kelamin pria, yang secara bersamaan 
disebut dengan androgen, termasuk testosteron, dihidrootestosteron, dan 
androstenedion. Testosteron jumlahnya lebih banyak dari yang lain sehingga 
dapat dianggap sebagai hormon testikular terpenting, walaupun sebagian besar 
testosteron diubah menjadi hormone dihidrotestosteron yang lebih aktif pada 
jaringan target. 
Sebelum testosteron menjadi bioaktif biasanya androgen ini harus 
diubah terlebih dulu menjadi dihidrotestosteron pada sel-sel "target". Andro- 
gen pada umumnya (testosteron, dihidrotestosteron, androstendione, 17- 
ketosteroid) sangat dibutuhkan untuk perkembangan sifat-sifat seks primer 
maupun sekunder (maskulinitas) pada laki-laki. 
Testosteron sebagian besar (95%), disekresi oleh sel-sel Sertoli di 
dalam jaringan testis yang berada di antara jaringan-jaringan interstitial yang 
hanya merupakan sekitar 5% dari seluruh jaringan testis. Testosteron sisanya 

 
diproduksi oleh kelenjar adrenalis. Di samping hormon-hormon steroid yang 
disebutkan di atas, testis masih memproduksi androgen yang kurang poten 
(bersifat androgen lemah), seperti dehidroepiandrosteron (DHEA) dan 
androstendion. 
Sel-sel Leydig selain memproduksi estradiol, masih juga 
mensekresikan (dalam jumlah yang sangat kecil); estron, pregnenolon, 
progesterone, 17-alfa-hidroksi-progesteron. Perlu diingat bahwa tidak semua 
dihidrotestosteron dan estradiol disekresikan oleh sel-sel Leydig dari testis, 
tapi hormon-hormon seks steroid seperti itu dapat juga dibentuk oleh 
“Androgen precursorsdan estrogen pada jaringan. perifer lainnya. seperti 
misalnya kelenjar adrenalis Bahkan 80% dari hormon steroid tadi. yang dapat 
ditemukan dalam peredaran darah berasal dari "androgen precursor". 
Androgen dalam peredaran darah pada umumnya didapatkan dalam 
bentuk yang terikat dengan suatu molekul protein ("binding protein"). Hanya 
sebagian kecil testosteron saja di dalam peredaran darah terdapat dalam 
bentuk yang bebas sebagai "free testosteron". "Free testosteron" hanya dapat 
diketemukan sekitar 2% saja. Sekitar 38% testosterone terikat kepada protein 
albumin, selebihnya sebanyak 60% terikat kepada globulin yaitu “Sex 
hormone binding globulin" atau "SHBG". Ikatan itu terkadang juga ditemukan 
sebagai testosterone-estradio-binding-globulin. Dengan ikatan-ikatan seperti 
itu androgen-androgen menjadi lebih mudah dapat memasuki sel-sel 
“Target”nya dan memberikan efek fisiologiknya. 
Pada sel-sel "target" testosteron pada umumnya akan diubah menjadi 
dihidrotestosteron, namun di dalam hepar sebagian besar testosteron akan 
diubah menjadi berbagai macam metabolit, misalnya menjadi androsteron, 
epiandrosteron dan etiokholanolon. Metabolit - metabolit tersebut setelah 
"berkonjugasi" dengan "glucuronic acid" "sulphuric acid" akan dikeluarkan 
melalui urin sebagai 17-ketosteroid. Dalam ponentuan kadar 17-ketosteroid di 
dalam urin, perlu disadari bahwa hanya sekitar 20-30% ketosteroid urin itu 
berasal dari testosteron, sedangkan selebihnya berasal dari metabolit hormon 
steroid adrenalis dan lainnya. Dengan demikian penentuan kadar 17- 

 
ketosteroid, urin tidak dapat mewakili atau, misalnya dijadikan pedoman 
untuk menentukan kadar steroid dari testis. 
Nilai rujukan normal testosteron total adalah 300-1000 ng/dl (Guyton 
dan I fall, 1997), Richard (2002,) menyatakan kadar testosteron pada pria 
dewasa adalah sebagai berikut: free testosteron sebesar 0,47-2,44 ng/dl atau 
1,6% 2,9%, sedangkan kadar testosteron dan kadar testosteron SHBG (Sex 
Hormone Binding Globulin) diklasifikasikan berdasarkan usia seperti tabel 
berikut ini: 
Kadar Testosteron dan Kadar Testosteron SHBG (Sex Hormone Binding 
Globulin) 
Kadar Testosteron Kadar Testosteron SHBG 
Usia ng/dl Usia nmol/1 
20 - 39 400- 1080 13- 15 13- 63 
40 59 350 - 890 16- 18 13- 71 
>50 350 - 720 >19 11-54 
(Richard, 2002) 
Testosteron total terdiri dari 60% testosteron terikat globulin (SHBG), 
38% testosteron terikat albumin, dan 2% testosteron bcbas. Komponen aktif 
dari vestosteron adalah testosteron terikat albumin dan testosteron bebas yang 
Kemudian diubah oleh enzim menjadi estradiol (dengan aromatase) dan 
dehidrotestosteron (dengan 5 alfa reduktase). 
Biosintesis Testosteron dalam Tubuh 

 
Afinitas testosterone dengan SHBG sangat tinggi sehingga hanya 
testosterone terikat albumin dan testosterone bebas yang menunjukkan 
bioavaillibilitas aktif. 
Free Androgen Index (FAI) menunjukkan hubungan antara konsentrasi 
testosteron dengan protein pengikat androgen. Kadar normal testosteron bebas rata-rata 700ng/dl 
dengan kisaran 300-I100ng/dl, sedangkan FAI berkisar 70- 
100%. Bila FAI < 50%, gejala-gejala andropause akan muncul. 
Pada usia 20 tahun, pria mempunyai kadar testosteron tertinggi dalam 
darah sekitar 800-1200 ng/dl yang akan dipertahankan sekitar 10-20 tahun. 
Selanjutnya, kadarnya akan menurun sekitar 1% per tahun. Pada usia lanjut, 
terjadi penurunan fungsi sistem reproduksi pria yang mengakibatkan 
penurunan jumlah testosteron dan availabilitasnya, seiring dengan 
meningkatnya SHBG Penurunan testosteron bebas sekitar 1,2% per tahun, 
sementara bioavailabilitasnya turun hingga 50% pada usia 25-75 tahun 
Pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah aktif sekitar 
0,8-1,6% per tahun ketika memasuki usia sekitar 40 tahun. Sementara saat 
mencapai usia 70 tahun, pria akan mengalami penurunan kadar testosteron 
darah sebanyak 35% dari kadar semula. Perubahan kadar hormon testosteron 
ini sangat bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya dan biasanya 
tidak sampai menimbulkan hipogonadisme berat. 
Testosteron antara lain bertanggungjawab terhadap berbagai sifat 
maskulinisasi tubuh. Pengaruh testosteron pada perkembangan sifat kelamin 
primer dan sekunder pada pria dewasa antara lain. 
Sifat-sifat seks primer antara lain adalah : 
1. Perkembangan/pembesaran alat kelamin laki-laki (penis) yang mulai 
nampak jelas pada usia 10-11 tahun (pre-pubertas/pubertas) 
2. Perkembangan / pembentukan lekuk-lekuk kulit skrotum dan pigmentasi 
kulit skrotum. 

 
3. Perkembangan / pembesaran volume test is dan kelenjar-kelenjar seks 
asesori (prostat dan vesika seminalis). 
Sifat-sifat seks sekunder antara lain dapat disebut : 
1. Pembesaran nada suara 
2. Pertumbuhan-pertumbuhan rambut ketika, pubis maupun 
cambang/janggut. 
3. Perkembangan bentuk tubuh (otot dan skeleton) yang menunjukkan 
maskulinitas, dan perilaku. 
Selain fungsi diatas, hormone testosterone, berpengaruh pada pertumbuhan 
tulang. Testosterone meningkatkan jumlah total matriks tulang dan 
menyebabkan retensi kalisum. 
Testosteron juga berpengaruh penting pada metabolisme basal, produksi sel 
darah merah, sistem imun, serta pengaturan elektrolit dan keseimbangan 
cairan tubuh. 
Fungsi-fungsi yang lain, diantaranya pada fungsi seksual.-Pada pria 
usia lanjut, dorongan seksual dan fungsi ereksi hanya terhadap testosteron 
yang kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan pria lebih muda. Jadi 
berlawanan dengan pria yang lebih muda, pria berusia lanjut membutuhkan 
kadar testosteron lebih tinggi untuk mencapai fungsi seksual yang normal. 
Selain mengakibatkan disfungsi seksual, testosteron yang kurang juga 
mengakibatkan spermatogenesis terganggu, kelelahan, ganguan mood, 
perasaan bingung, rasa panas (hot flush), keringat malam hari, serta perubahan 
komposisi tubuh berupa timbunan lemak viscera. 
Pada usia 20 tahun, pria mempunyai kadar testosteron tertinggi dalam 
darah sekitar 800-1200 ng/dl yang akan dipertahankan sekitar 10-20 tahun. 
Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi sistem reproduksi pria 
yang menyebabkan penurunan jumlah testosteron bebas dan availabilitasnya 
serta peningkatan SIIBG sehingga pembentukan DNA, rnRNA, protein 
termasuk (Growth Factor) juga menurun. 

 
Ketika memasuki usia 40 tahun pria akan mengalami penurunan kadar 
testosterone darah aktif sekitar 0,8-1,6 % per tahunnya, sementara 
bioavailibitasnya akan menurun sebanyak 50 % diantara umur 25 dan 75 tahun 
Telah dibuktikan bahwa yang terpenting adalah Free Androgen Index 
(FAI) yang menunjukkan hubungau antara kunsentrasi testosteron dengan 
protein pengikat androgen. Kadar normal testosteron bebas rata-rata adalah 
700 ng/dl dengan kisaran 300-1100 ng/dl, sedangkan FAI mempunyai kisaran 
70-100 %. Jika FAI kurang dan 50 % maka gejala-gejala andropause akan 
muncul. 
C. Gejala dan Tanda Andropause 
Bersamaan dengan proses penuaan, ritme sirkadian testosteron 
menghilang. Penurunan kadar hormon testosteron pada pria menimbulkan 
beberapa gejala dan keluhan pada berbagai aspek kehidupan, antara lain 
1) Gangguan Vasomolor 
Tubuh terasa panas, berkeringat, insomnia, rasa gelisah dan takut terhadap 
perubahan yang terjadi. 
2) Gangguan Fungsi Kognitif dan Suasana Hati 
Mudah lelah, menurunnya konsentrasi, berkurangnya kerjasama 
mental/intuisi, keluhan depresi, nervous, dan hilangnya rasa percaya diri, 
menurunnya motivasi terhadap berbagai hal. 
3) Gangguan Virilitas 
Menurunnya kekuatan dan kekurangnya tenaga secara signifikan 
menurunnya kekuatan dan masa otot, perubahan pertumbuhan rambut dan 
kualitas dan kualitas kulit, penumpukan lemak pada daerah abdominal dan 
osteoporosis, karena berkurangnya massa tulang, fraktur tulang yang 
meningkat. 
4) Gangguan Seksual 
Menurunnya minat terhadap seksual, perubahan tingkah laku dan aktifitas 
seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan 
ereksi/disfungsi ereksi/impotensi, berkurangnya kemampuan ejakulasi, 

 
dan menurunnya volume ejakulasi, menurunnya libido yang berimbas 
pada menurunnya minat terhadap aktivitas seksual. 
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Andropause 
Timbulnya gejala dan tanda andropause dapat terjadi karena pengaruh 
berbagai faktor, antara lain: 
1) Faktor Internal 
Pengaruh internal bisa dari tubuhnya sendiri atau genetik. Terjadi karena 
adanya perubahan hormonal/organik. Juga bisa karena sudah 
mengidap penyakit tertentu seperti hipertensi, hiperkolesterol, obesitas 
atau DM. 
2) Faktor Ekstemal 
Pengaruh eksternal bisa didapat dari faktor lingkungan yang tidak lagi 
kondusif. Dapat bersifat fisik seperti kandungan bahan kimia bersifat 
estrogenik yang sering digunakan dalam bidang pertanian, pabrik dan 
rumah tangga. Juga dapat karena faktor psikis yang berperan yaitu 
kebisingan dan perasaan tidak nyaman, sering terpapar sinar matahari dan 
polusi yang bisa menyebabkan stres. Gaya hidup tak sehat Juga ditengarai 
dapat mempengaruhi gejala andropause, misalnya merokok, 
mengkonsumsi alcohol, suka begadang, dan pola makan yang tak 
seimbang. 
Andropause disebabkan oleh penurunan kadar testosteran, dan 
penurunan kadar testosteron ini terjadi gradual seiring dengan bertambahnya 
usia. Kadar testosteron yang rendah dapat disebut sebagai hipogonadism, 
American Association of Clinical Endocrinologist mendefinisikan 
hipogonadism terjadi jika kadar free testosteron di bawah batas normal. 
Etiologi hipogonadism dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu 
1) Hipogonadism Primer 
Kelainan testis (anorchia, tumor testis, hipoplasia set leydig, disgenesis 
kelenjar gonad), kelainan genetik (sindrom klincffelter, male 
pseudohermaphrodith, mutasi reseptor gonadotropin), orchitis. 

 
2) Hipogonadism Sekunder 
Idiopatik hypogonadotropic-hypogonadism, Sindrom Kallman, Sindrom 
Prade/ Labhar Willi, Hipoplasia adrenal kongenital, Brain tumor causing 
Secondary GnRH deficiency or hypopituitarism. Indectivating GnRH 
receptor mutations, hyperprolactinemia 
3) Campuran 
Paparan toksin pekerjaan, antara lain: radiasi ion, DES (Diethylstillbestrol) 
PCBs (Polychlorinated biphenyls) dan narkoba. Penyakit sistemik kronis 
(gagal ginjal kronis, sirosis hepatic, PPOK, Parkinson’s disease, AIDS) 
penyakit non gonadal akut yang berat (infark miokard, trauma, tindakan 
bedah besar), obat-obatan dan proses penuaan. 
E. Diagnosa Andropause 
1) Perubahan hormonal sebagai diagnosa pasti diukur dengan pemeriksaan 
laboratorium yaitu mengukur kadar testosterone serum, total testosterone, 
testosterone bebas, SHBG, DHEA, DHEAs. 
2) Perubahan mental dan fisik dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik, fungsi 
tubuh dan pemeriksaan psikologi. 
3) Perubahan tingkah laku dikonfirmasi dengan alloanamnesa. 
Untuk mempermudah penegakan diagnosa andropause dapat menggunakan 
daftar pertanyaan mengenai gejala-gejala hipandrogen yang dikembangkan 
oleh kelompok studi St. Louis-ADAM dari Canada yang disebut dengan 
ADAM test. ADAM test memuat tentang gejala andropause, “ya/tidak” yang 
dijawab oleh subyek. 
Bila menjawab “ya” untuk pertanyaan 1 atau 7 atau ada 3 jawaban “ya” selain 
nomor tersebut, maka kemungkinan besar pria tersebut mengalami 
andropause. 
Selain ADAM test, terdapat pula AMS (Aging Male’s Symptoms) test yang 
dikembangkan oleh peneliti dari Jerman. Jumlah pertanyaan 17 buah dan 
mencakup ranah gangguan psikologis, somatic dan seksual. 

 
F. Pengobatan 
Dahulu penurunan kadar testosterone terkait usia dianggap tidak bisa 
diobati, tetapi paradigma ini sekarang telah berubah. Saat ini terapi sulih 
hormone adalah yang paling direkomendasikan untuk penanganan andropause. 
Pemberian testosterone adalah pilihan paling baik saat ini. Belum ada 
kesepakatan ambang standar untuk memulai pengobatan defisiensi 
testosterone. Kadar testosterone 200-200 ng/dl yang diambil pada pagi hari 
dianggap rendah. Tetapi angka ini tidak dapat dikaitkan dengan usia. Karena 
nilai 300 ng/dl mungkin normal untuk pria berusia 65 tahun, tapi tidak normal 
untuk usia 30 tahun. 
Prinsip penatalaksanaan kadar testosterone adalah mempertahankan 
kadar testosterone pada nilai normal, terapi diberikan jika kadar testosterone 
cenderung turun, tanpa menunggu kadar testosterone tersebut berada dibawah 
nilai normal. Tujuan terapi adalah mempertahankan kadar testosterone tetap 
pada rentang nilai normal. 
Berikut adalah preparat testosterone yang ada di Indonesia: 
1) Pre oral 
a. Testosteron undecanoat capsul 40mg (Andriol Testoscap) 
b. Mesterolone tablet 25 mg (proviron, Infelon, Androlon) 
2) Per Intra Muscular Injection 
a. Kombinasi testosterone propionate 30 mg, testosterone 
phenylpropionat 60 mg, testosterone decanoat 100mg ampul 
(sustanon) 
b. Testosteron undecanoat 1000mg ampul (Nebido) 
3) Transdermal 
Gel testosterone (Tostrex 2% gel) 
10 
 
DAFTAR PUSTAKA 
Allan  C.A,  Strauss  B.J,  Burger  H.G,  Forbes  E.A,  McLachlan R.I. 2006 The association between 
obsity  and  the  diagnosis  of  androgen  deficiency  in  symptomatic  agening  men.  MJA. 
185:424-427 
Anita N, Moeloek N. 2002. Aspek hormon testoteron pada pria usia lanjut 
(andropause), MAI. 3:81-87 
Clapauch  R,  Braga  D.J.D.C,  Marinheiro  I.  P,  Buksman  S,  Schrank  Y.  2008.  Risk  of  late-onset 
hypogonadism  (andropause)  in  Brazilian  men  over  50  years  of  age  with  osteoporosis:  usefull of 
screening questionnaires, Arq Bras Endocrinol Metab. 2008:52-9 
Could D.C, Rechar P. 2000. The male menopause-doses it exist. BMJ. 320:858- 
861 
Gunadarma R.A, 2005 Prevalensi andropause pada pria usia di atas 30 tahun di 
kota Surakarta. http://digilib.undip.ac.id/pustaka/index.php?pilih=pencarian&hal=karyailmiah&page 
=3&syarat=&mod=yes&detail=y&id=225790(18 Maret 2009) 

Guyton  A.C,  Hall  J.E,  1997,  Fungsi  Reproduksi  dan  Hormonal  Pria.  In:  Setiawan  I  (ed).  Buku 
Ajar Fisikologi Kedokteran Edidi 9 Jakarta: EGC. Hal:1273-1280 
Lund  B.C,  Pharm  D.  Kristine  A.  Stille  B,  P.J.  1999.  Testoterone  an andropuse: the feasibility of 
testosterone replacement therapy in elderly men. Pharmacotherapy. 19(8):951-956 
Miller. 2008. Andopause: Androgens, Testosterone, and Estrogen. 
http://www. anti ging.com/ andropause/andropause2.html-15k- (14Maret 2009). 

Morley, et al 200. Validation of screening questionnaire for androgen deficiency 


in aging males Metabolism Journals:49(9):1239-1242. 
http://www.prostatehelthnaturally.com/prostatesupplements/prostate_ supplements_other html 

Setiawati I, Juwono. 2006. Prevalensi Andropause pada Pria Usia Lebih Dari 30 
Tahun di Kabupaten Bantul Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2005.. 
http://www.m3undip.org/ed3/artikel_10 htm (6 Februari 2009) 
11 
 
Soewondo P. 2006, Menopause, Andropause, dan Somatopause Perubahan 
Hormonal pada Proses Menua. In : Sudoyo A.W, dkk (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 
Jilid III Edidi IV. Jakarta: FKUI, hal: 1989-1992. 
Taher A. 2005. Proportion and acceptance of andropause symptoms among 
elderly men:a study in Jakarta. Indones J Intern Med. 37:82-86. 
Zen, N Fauziah, Thaib Siti Hildani, 2009. Testosteron dan Kesehatan Pria : 
Majalah Andrologi Indonesa. No.31/Th.6/September. 2009/ISSNO25- 429X,pp:1191-1197 
Zitzmann M., Faber S., Nieschlag E. 2006. Association of specific symptoms and 
metabolic risks with serum testosterone in order men. J Clin Endocrinol Metab. 91:4335-4343 
12 

Anda mungkin juga menyukai