Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN – KODE BIRU ATAU “CODE BLUE”

BAB I PENDAHULUAN DAN DEFINISI


1.1. Pendahuluan

Ketika berbicara tentang emergency, tidak lepas akan keterkaitan dari penyakit
jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest
adalah penyakit jantung koroner. WHO menerangkan bahwa penyakit jantung,
bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi
peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Demikian halnya di
Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan 1991,
penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakan penyebab
kematian utama di Indonesia. Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani
segera dengan cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi untuk
mengembalikan denyut jantung normal. Kesempatan pasien untuk bisa bertahan
hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang berjalan tanpa
cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi. Inti dari penanganan cardiac arrest
adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar
untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal
untuk mencegah terjadinya kematian otak dan kematian permanen. Penanganan
secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan
dalam melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan
tenaga inilah yang selama ini menjadi masalah/pertanyaan besar, bahkan di
rumah sakit yang notabene banyak terdapat tenaga medis dan
paramedis.Tenaga medis dan paramedis di Rumah Sakit sebenarnya sudah
memiliki kemampuan dasar dalam melakukan life saving, akan tetapi belum
semuanya dapat mengaplikasikannya secara maksimal. Dan seringkali belum
terdapat pengorganisian yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang
kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam penangananarrest
segera,yangdisebut Code Blue.

1.2. Definisi

1. Code blue/kode biru :

Kondisi gawat darurat yang terjadi di rumah sakit atau suatu institusi dimana
terdapat pasien yang mengalami cardiopulmonary arrest dan merupakan kata
sandi yang digunakan untuk menyatakan bahwa pasien dalam kondisi gawat
darurat.

2. Tim code blue :

Tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai Code Blue
Team, yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan.

3. Pasien gawat darurat


Pasien yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan pertolongan
RJP segera.

4. Pasien

Pasien yang terancam jiwanya tetapi belum memerlukan pertolongan RJP.

Pemilahan kondisi pasien melalui penilaian klinis pasien.

6. Perawat

Perawat yang telah mendapatkan pelatihan RJP / Code Blue Team.

BAB II RUANG LINGKUP

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi
darurat medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin.
Sistem respon terbagi dalam 2 tahap:

1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di
sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic LifeSupport (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang
berasal dari departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit, yaitu tim code
blue.

Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut
yang dilakukan adalah :

1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk
menunjang kecepatan respon untuk BLS di lokasi
2. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah
sakit, misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap,
dimana peralatan dapat dipindah atau dibawa untuk memungkinkan respon yang
cepat.

BAB III TATA LAKSANA


1. Organisasi BlueTeam
Terdiri dari :
a. Koordinator Team
b. Penanggung jawab Medis
c. Perawat Pelaksana
d. Kelompok Pendukung.
2. Uraian Tugas.

a. Koordinator Team Dijabat oleh dokter IRI Bertugas :


 Mengkoordinir segenap anggota
 Bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawatdaruratan yang
dibutuhkan oleh anggota.
b. Penanggungjawab Medis Dijabat oleh Dokter Jaga IGD Bertugas
 Mengidentifikasi awal / triage pasien di ruang
 Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan
 Memimpin tim dalam pelaksanaan RJP
 Menentukan sikap
c. Perawat Pelaksana. Perawat bertugas :
 Bersama dokter penanggungjawab medis mengidentifikasi/triage pasien
di ruang
 Membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien gawat dan
gawat darurat di ruang
d. Tim Resusitas Dijabat Perawat terlatih dan Dokter Jaga IGD. Bertugas :
 Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat / gawat darurat
diruang
 Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat darurat diruang
perawatan

3. Perencanaan Sumber Daya Manusia.

Dalam satu shift harus ada 2 – 3 orang perawat terlatih yang bertugas.

Perencanaan SDM ditentukan berdasarkan kondisi kegawatdaruratan pasien,


sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi awal / triage pasien di ruang perawatan :


 Dokter ruangan /dokter jaga. Bila ada pasien yang membutuhkan IRI,
dokter jaga ruangan menghubungi DPJP, mengusulkan pasien dipindah ke
 Perawat Pelaksana .
b. Melakukan penanggulangan pasien gawat di ruang perawatan :
 Dokter Jaga IGD
 Perawat Terlatih minimal 2 orang (1 orang perawat IGD, satu orang
perawat IRI dan atau 1 orang perawat anestesi).
 Perawat pelaksana
c. Melakukan RJP
 Dokter Jaga IGD dengan atau tanpa bantuan dokter jaga ruangan
 Perawat Terlatih 2 – 3 orang (dari IGD dan IRI).
 Perawat pelaksana
4. Perencanaan Komunikasi.

Komunikasi dalam penanganan kegawatdaruratan di rumah sakit merupakan hal


yang sangat penting, untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam
berkomunikasi, yaitu :

a. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan


b. Menggunakan kata sandi Kode Biru dan menyebutkan lokasi ruangan dan
nomor kamar

Alat – alat komunikasi yang dapat digunakan sebagai standar :

Telpon kode darurat di 505

5. Sistem Dan Alur Kerja Tim “Code Blue”.

Setiap shift, saat mulai bertugas sehari hari perawat pelaksana diruangan
berkeliling mengunjungi pasien yang sedang dirawat.hai ini untuk mengertahui
ada tidaknya perburukan yang terjadi atau pasien dalam kondisi gawat
darurat.Bilamana ditemukan pasien dalam keadaan tidak sadar,dokter jaga
ruangan / case manager bersama perawat melakukan tindakan penanggulangan
kegawatdaruratan sesuai kebutuhan pasien.bila tindakan berhasil dilakukan
penilaian untuk tindakan selanjutnya.Tetapi bila pasien mengalami perburukan
kondisi atau henti nafas dan henti jantung maka perawat segera menghubungi
505 untuk memangil tim code blue melalui telepon rumah sakit

6. Peralatan Tim “Code Blue”.


Personal Kit :
 Defibrilator1
 Stetoskope 1 bh
 Tensimeter 1 bh
 Senter Genggam 1 bh

Emerency Medical Kit

a. Airway and Breathing Management Support

 Laringoskop set lengkap (untuk bayi, anak, dewasa) 1 set


 Suction 1 bh
 Ambubag (bayi, anak, dewasa)
 Endotracheal Tube 1 set (bayi, anak, dewasa)
 Orofaring tube
b. Circulation Support

 Set infus mikro 1 bh


 Set infus makro 1 bh
 Needle intraosseus 1 bh
 Venocath 1 bh
c. Minor Surgery Set

 1 set lengkap

d. Obat – obatan

 Lidokain inj. 1 bh
 Adrenalin inj. 1 bh
 Nalokson inj. 1 bh
 Phenobarbital inj. 1 bh
 Sulfas Atropin inj. 1 bh
 Diltiazem inj. 1 bh
 MgSO4 inj. 1 bh
 Amiodaron inj
 Dopamin inj
 Dobutamin inj
 Norepinephrine

Pelatihan Dan Pendidikan Tim “Code Blue”.

Perencanaan kegiatan Blue Tim meliputi :


1. Pelayanan Sehari – hari. Merupakan kegiatan sehari- hari dalam rangka
mengidentifikasi (Triage) pasien-pasien yang ada di ruangan perawatan.
Sehingga keadaan gawat / gawat darurat pasien dapat lebih dini diketahui
dan ditanggulangi sehingga mencegah kematian dan kecacatan yang tidak
perlu terjadi
2. Pelayanan Kegawatdaruratan Pasien Di Ruangan. Merupakan kegiatan
pelayanan dalam menangani pasien gawat darurat dengan memberikan
pertolongan bantuan hidup dasar dan resusitasi jantung, paru dan otak (RJP).
3. Pelatihan dan Peningkatan SDM. Guna menjaga dan meningkatkan kualitas
kemampuan anggota tim, maka dibuatkan suatu pendidikan dan pelatihan
meliputi teori dan praktek sesuai kebutuhan tim .
4. Evaluasi dan Kendali Mutu. Pelaksanaan kegiatan penanggulangan dan
penanganan pasien gawat / gawat darurat oleh Blue Team harus dapat
dievaluasi dan kendali mutu agarkesempurnaan kegiatan menjadi lebih
baik.Oleh karena itulah Tim Pengendalian Mutu rumah sakit diharapkan dapat
turut berperan dalam hal evaluasi dan kendali mutu Blue Taem

BAB IV DOKUMENTASI

Semua kegiatan code blue dicatat dan didokumentasikan dalam dokumen rekam
medis pasien dan digunakan sebagai bukti bilamana proses ini diperlukan.
catatan :

1. Dokter jaga ruang bertugas :


1. Melakukan skrining terhadap pasien yang berpotensi “code blue”.
2. Memberitahu / mengusulkan kepada DPJP agar pasien yang
berpotensi “code blue” dipindahkan ke
3. Membantu resusitasi tim “code blue”.
2. Jika terjadi keadaan “code blue”, maka yang dihubungi pertama kali adalah
tim code blue, bukan dokter jaga

3. Ruangan “code blue” adalah semua ruang rawat inap kecuali IRI, IGD, NICU
dan IKO.
PANDUAN IMPLEMENTASI KODE-KODE EMERGENSI DI RSUD
IDAMAN BANJARBARU

DEFINISI

Panduan implementasi kode-kode emegensi adalah acuan dalam menggunakan


tanda-tanda atau kode tertentu yang menyatakan kondisi kedaruratan dalam upaya
penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh warga
yang berada disekitar RSUD Idaman Banjarbaru.

TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan
seluruh warga yang berada disekitar RSUD Idaman Banjarbaru dalam kondisi
darurat tertentu.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada dalam area kebakaran
dengan tanda peringatan “code red”

2. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada di area RSUD Idaman


Banjarbaru dengan kondisi klinis compromise yang rentan terhadap infeksi
maupun komplikasi serius yang membutuhkan pertolongan medis segera
dengan tanda peringatan “code blue”.

3. Untuk menyelamatkan bayi atau anak-anak yang hilang atau diculik di area
RSUD Idaman Banjarbaru dengan tanda peringatan “code pink”

4. Untuk menyelamatkan setiap orang dari ancaman orang yang membahyakan


(bersenjata atau tidak bersenjata), bom, dan ancaman lain (penyanderaan)
yang terjadi di area RSUD Idaman Banjarbaru dengan tanda peringatan “code
black”.

5. Untuk memindahkan korban dari daerah bahaya ke ruangan yang aman


kemudian ke titik kumpul dengan tanda peringatan “code brown”.

6. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi bencana eksternal dengan


tanda peringatan ”code orange”.

7. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi emergensi internal dengan


tanda peringatan “code yellow”

RUANG LINGKUP
Setiap orang yang membutuhkan upaya penyelamatan dalam kondisi kedaruratan
baik pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan warga disekitar RSUD
Idaman Banjarbaru
.
ISTILAH-ISTILAH
1. Code Red (Merah)
Code Red adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran di
lingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga
bencana rumah sakit untuk kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh
personel rumah sakit, yang masing-masing memiliki peran spesifik yang harus
dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat bencana rumah sakit. Misalnya;
petugas teknik segera mematikan listrik di area kebakaran, perawat segera
memobilisasi pasien ke titik-titik evakuasi, dan sebagainya.
2. Code Blue (Biru)
Code Bluea adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,keluarga pasien,
pengunjung, dan karyawan yang mengalami henti jantung dan membutuhkan
tindakan resusitasi segera. Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil
tim medis reaksi cepat atau tim code blue yang bertugas pada saat tersebut,
untuk segera berlari secepat mungkin menuju ruangan yang diumumkan dan
melakukan resusitasi jantung dan paru pada pasien. Tim medis reaksi cepat (tim
code blue) ini merupakan gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih khusus
untuk penanganan pasien henti jantung. Karena setiap shift memiliki anggota tim
yang berbeda-beda, dan bertugas pada lokasi yang berbeda-beda pula (pada
lantai yang berbeda atau bangsal/ruang rawatan yang berbeda), diperlukan
pengumuman yang dapat memanggil mereka dengan cepat.
3. Code Pink (merah muda)
Code Pinka adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/ anak atau
kehilangan bayi/ anak di lingkungan rumah sakit.Secara universal, pengumuman
ini seharusnya diikuti dengan lock down (menutup akses keluar-masuk) rumah
sakit secara serentak.Bahkan menghubungi bandar udara, terminal, stasiun dan
pelabuhan terdekat untuk kewaspadaan terhadap bayi korban penculikan.
4. Code black (Hitam)
Code Black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang yang
membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak bersenjata yang
mengancam akan melukai seseorang atau melukai diri sendiri), ancaman bom
atau ditemukan benda yang dicurigai bom di lingkungan rumah sakit dan
ancaman lain.
5. Code Brown (coklat)
Code Brown adalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien,
pengunjung dan karyawan rumah sakit pada titik-titik yang telah ditentukan. Pada
intinya, menginisiasi tim evakuasi untuk melaksanakan tugasnya.
6. Code Orange (oranye)
Code Orange adalah kode yang mengumumkan adanya insiden yang terjadi di
luar rumah sakit (emergensi eksternal) misalnya kecelakaan massal lalulintas
darat, laut, dan udara; ledakan, banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, dll.

Kode yang menggunakan warna-warna diatas adalah tandaperingatan terhadap


suatu kondisi kegawat daruratan yang sifatnya universal. Khusus untuk lingkungan
rumah sakit, kode-kode tersebut merupakan bagian dari kebijakan tanggap darurat
bencana terkait keselamatan dan keamanan pasien, pengunjung, warga sekitar
rumah sakit serta staf, yang harus dimiliki dan diketahui secara luas.
7. Code Yellow (Kuning)
Code yellow adalah kode yang mengumumkan adanya situasi krisis internal
(emergensi internal) rumah sakit yang meliputi: kebocoran atau dugaan
kebocoran gas termasuk gas elpiji’ kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan
atau bahan berbahaya, kegagalan sistem vital seperti kegagalan back-up daya
listrik, boks pembagi daya listrik, seseorang terjebak/terjerat, banjir, insiden
radiasi, dan lain-lain.

PENATALAKSANAAN

1. Api/Asap (Fire/Smoke) - Code Red


a. R REMOVE / RESCUE / SELAMATKAN setiap orang yang berada dalam area
kebakaran, sambil meneriakkan : code red ---- code red
b. A ALERT/ALARM / SEBARLUASKAN dengan cara menelpon 0 atau 262
(OPERATOR) selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait a.l.
petugas sekuriti, selajutnya beritahu kawan terdekat. Bila api membesar telpon
113 &(0751) 28558 Dinas Pemadam Kebakaran.
c. C CONFINE / CONTAIN / SEKAT bila sekitar ruangan penuh api dan asap, bila
memungkinkan tutup pintu dan jendela untuk mencegah api menjalar.
d. E EXTINGUISH / PADAMKAN bila api masih memungkinkan/bila api masih
kecil. Jangan ambil resiko yang tidak perlu.
e. Bila cukup aman, matikan semua sarana seperti listrik, gas yang kemungkinan
berkaitan dengan api, tapi tetap pertimbangkan dengan cermat bila pasien
masih memerlukan.
f. Evakuasi pasien dan pengunjung ke daerah yang aman
g. Tetap awasi pasien. Bila perlu dihitung per kepala atau absensi berurutan.
h. Kooperatif dengan semua intruksi yang diberikan oleh Staf Senior, Manajer on
Duty (MOD), ataupun petugas pemadam kebakaran
2. Henti jantung Dewasa & Anak serta darurat medis lainnya – code blue
Darurat medis didefinisikan sebagai setiap situasi klinis dimana pasien dengan
kondisi medik kompromais yang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi
serius dan memerlukan pertolongan medis segera.

Dalam situasi darurat medis/henti jantung :


a. SEGERA EVALUASI SITUASI dengan :
 Telaah bahaya yang dapat muncul segera.

 Catat waktu.

 Periksa tanda-tanda kehidupan : tidak ada respon, tidak bernafas


normal, tidak teraba nadi.
b. MINTA bantuan staf lainnya ( teriak minta bantuan “ Code Blue -- Code Blue” ;
atau gunakan Bel yang tersedia)
c. TELPON 0 atau 262 yang akan meneruskannya ke TIM CODE BLUE (IGD –
OK – ICU – NICU).
Jelaskan : Jenis emergensinya ( misal Henti Jantung). Lokasi kejadian dengan
tepat ( Ruangan apa/bed nomor berapa). Nama, tugas, dan tempat tugas
Anda.
d. TINDAK pasien dengan :

 Check pernafasan.

 Check nadi.

 Bebaskan jalan nafas.

 Lakukan tindakan emergensi sesuai yang diperlukan misalnya : Cardio-


Pulmonary Resuscitation (CPR).
e. DAMPINGI/JAGA terus pasien sampai bantuan datang.
3. Penculikan Bayi / Anak-anak - C o d e P i n k
Oleh karena beberapa jam pertama merupakan waktu kritis pada kasus hilangnya
bayi/anak-anak, hal terpenting adalah menyediakan informasi akurat berkaitan
dengan bayi/anak sesegera mungkin. Apabila Bayi/Anak-Anak Diculik maka:
a. Petugas yang menemukan terjadinya penculikan bayi/anak, meneriakkan :“
Code - Pink -- Code - Pink !!!!” dan segera menelpon :0 atau 262
(OPERATOR)
b. Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait di Rumah Sakit antara
lain Sekuriti, Manager on Duty, Direksi, dan Staf Senior lainnya).
c. Sekuriti atas perintah Pimpinan, menelepon 0751-223 17 (MAPOLRESTA
PADANG); 0751-480 954 (POLSEK KOTO TANGAH); dan sebutkan : jenis
kejadian, lokasi kejadian dengan tepat, nama anda dan tugas/profesi Anda.
d. Petugas Kepolisian kemungkinan akan meminta gambar/foto bayi/anak yang
diculik (kalau ada), dan menanyakan beberapa pertanyaan antara lain : kapan
terjadinya, lokasi terakhir Anda masih melihat bayi/anak yang hilang, dan
memakai pakaian apa bayi/anak tersebut.
e. Setelah menerangkan kepada yang berwajib, berupayalah untuk tetap
tenang. Anda akan mampu mengingat detail bayi/anak yang diculik lebih
mudah bila Anda telah memperoleh kondisi rasional dan logisnya kembali.
4. Orang yang membahayakan, Ancaman orang bersenjata, Penguasaan
ilegal/penyanderaan, Ancaman bom& ancaman lain – C o d e B l a c k
Dalam hal adanya ancaman terhadap seseorang – (orang bersenjata atau tidak
bersenjata yang mengancam akan melukai seseorang atau melukai diri sendiri)
yang dilakukan :
R Remain calm - Tetap tenang.
R Retreat - Mundur bila lebih aman.
R Raise the alarm - Bunyikan alarm.
R Record details - Catat rincian kejadian.
a. Ambil tindakan cepat untuk melindungi diri sendiri atau melindungi pasien
yang terancam.
b. Beri peringatan atau minta bantuan kepada sesama teman, sambil
meneriakkan : ” Code Black - Code Black!!!!”.
c. Melangkah mundur bila lebih aman – Hubungi telpon 0 atau 262
(OPERATOR).
d. Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait a.l. Sekuriti, Manager
on Duty, Direksi, dan Staf Senior lainnya, terangkan tentang:

 Jenis kejadian.

 Lokasi kejadian.

 Nama dan tempat tugas Anda.


e. Bila tidak memungkinkan melangkah mundur
f. Turuti perintah pengancam.
g. Lakukan hanya yang diminta.
h. Bila bahaya sudah berlalu, telepon 0 atau 262 (OPERATOR), dan jelaskan
kejadiannya.
i. Catat hasil pengamatan Anda secepatnya. (Misalnya : ciri penyerang,
senjata, cara bicara/logat, tingkah laku, tato, ciri kendaraan, arah pelarian,
dll-nya).
j. Amankan tempat kejadian perkara.
k. Bekerjasama dengan sekuriti sambil menunggu petugas kepolisian

Bila mendapatkan ancaman bom, yang perlu dilakukan adalah :


a. Tetap tenang sambil mendengarkan suara si penelepon,
b. Jangan menutup telepon.
c. Gunakan telpon lain untuk menghubungi nomor
d. Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait,dan sampaikan :

 Bahwa terdapat ancaman bom.

 Lokasi ancaman bom secara tepat.

 Nama anda dan tempat tugas/profesi Anda.


5. Evakuasi Segera/Evacuation – Code Brown
Terdapat tiga tahap evakuasi :
TAHAP 1 : Pindahkan korban dari daerah bahaya, misalnya dari ruangan ke
koridor, sambil meneriakkan : ” code brown -- code brown ” untuk
memberitahukan petugas lain.
TAHAP 2 : Bersama-sama petugas lain pindahkan korban ke ruangan yang
aman pada lantai yang sama; lantai bawahbilabangunan bertingkat.
TAHAP 3 : Selesaikan evakuasi dari bangunan melalui koridor atau tangga ke
titik kumpul dan ikuti petunjuk dalam Emergency Plan RSUD Idaman
Banjarbaru.

Pada saat evakuasi : Bila diinstruksikan, evakuasikan ke area yang


dialokasikan dalam urutan sbb :
a. Pasien yang mampu bergerak sendiri,
b. Pasien yang mampu bergerak dengan memerlukan bantuan,
c. Pasien yang tidak mampu bergerak.

 Periksa seluruh ruangan (termasuk kamar mandi dan toilet) untuk


memastikan semua orang sudah dievakuasi.

 Lakukan penghitungan untuk memastikan semua orang sudah


dievakuasi.

 Bila ada orang yang tidak diketemukan, laporkan ke Staf Senior,


Manager on Duty (MOD), atau Petugas Emergensi.

 Jangan meninggalkan area titik kumpul sampai Staf Senior, Manager


on Duty (MOD), atau Petugas Penanggulangan Bencana
mengizinkan.

 Staf Senior, atau Manajer on Duty memberitahuan kepada Petugas


Penanggulangan Bencana yang bertugas untuk mengumumkan
“SEMUA AMAN” bila keadaan telah terkendali.
Catatan : Rekam medik pasien harus selalu menyertai setiap pasien yang
dievakuasi bila memungkinkan.
6. Bencana Eksternal : Kecelakaan Massal Lalin Darat, Laut, Udara, Gempa
Bumi, Tsunami, Banjir, Ledakan, Badai, Dll – Code Orange
a. Pada saat menerima pemberitahuan terjadinya darurat eksternal, petugas
IGD dan atau operator akan menyampaikan kepada semua pejabat senior
dan Tim Siaga Bencana RSUD Idaman Banjarbaru.
b. Rekan yang berdekatan sesudah diberitahu petugas IGD atau operator
meneriakkan :“Code Orange –Code Orange !!!
c. Setiap staf akan merespon sesuai dengan Panduan Siaga Bencana
RSUD Idaman Banjarbaru. Respon dapat meliputi salah satu atau lebih
langkah berikut ini:

 Bila memungkinkan sediakan tempat tidur untuk menampung korban,


bila perlu dengan cara memulangkan sebagaian pasien rawat inap
atau mengirimkannya ke RS lain

 Sediakan fasilitas penerimaan dan perawatan pasien secukupnya.

 Bila diminta oleh Manajer Senior atau Direksi ataupun utusan dari
lokasi bencana, sediakan bantuan yang dapat dikirim ke lokasi
bencana.
d. Semua personil lainnya merespon sesuai arahan supervisornya.
e. Bila kondisi bencana memberikan dampak kepada RSI Siti Rahmah
(misalnya serbuan asap, huru-hara sipil), pengisolasian/penyekatan
mungkin diperlukan.
f. Tunggu sampai ada pemberitahuan bahwa “ SITUASI TELAH
TERKENDALI”.
7. Emergensi Internal – Code Yellow
Selain KEBAKARAN dan atau ASAP, emergensi internal meliputi: kebocoran
atau dugaan kebocoran gas termasuk gas elpiji; kebocoran dan tumpahan
bahan kimia dan atau bahan berbahaya; kegagalan sistem vital seperti
kegagalan back-up daya listrik; boks pembagi daya listrik;seseorang
terjebak/terjerat; banjir; insiden radiasi; dan lain-lain.
a. Pada saat menemukan kejadian emergensi internal petugas meneriakkan
:” Code Yellow – Code Yellow !!!!”
b. Hubungi nomor telepon : 0 atau262 (OPERATOR selanjutnya
operatormenghubungi pihak yang terkait a.l kepadaSekuriti, Manager on
Duty , Direksi, dan Staf Senior lainnya.dan sebutkan : Jenis Emergensi,
Lokasi Emergensi dengan tepat.Nama Anda dan tugas/profesi Anda.
c. Jauhkan orang dari lokasi bahaya.
d. Apabila evakuasi diperlukan, ikuti prosedur evakuasi, seperti pada
panduan CODEBROWN
e. Tunggu instruksi dari Staf Senior, Manager on Duty (MOD) atau Petugas
Emergensi.
f. Stanby untuk membantu bila diperlukan.
g. Jangan kembali ketempat semula sampai Staf Senior, MOD, atau yang
bertanggung jawab dalam keamanan fasilitas menyatakan “ SEMUA
TELAH AMAN”.
Dalam hal insiden kimia, biologis atau radiasi:

 Pakailah masker dan atau tutup mulut.

 Buka pakaian yang terkontaminasi, dan cuci kulit dengan air mengalir.

 Jauhi zona berbahaya.

PENDOKUMENTASIAN
Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
CODE BLUE (KODE BIRU)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD Idaman 1 dari 2
Banjarbaru

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


,
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Code Blue (kode biru) merupakan tanda kegawatdaruratan untuk


melakukan tindakan pertolongan pada pasien yang mengalami henti
nafas dan henti jantung yang disebabkan karena sirkulasi darah dan
transportasi oksigen berhenti sehingga dalam waktu singkat organ-
PENGERTIAN
organ tubuh, terutama organ vital akan mengalami kekurangan
oksigen yang berakibat fatal bagi pasien dan dapat mengalami
kerusakan.

Memberikan tindakan pertolongan yang dilakukan kepada pasien


yang mengalami henti nafas atau henti jantung yang disebabkan
TUJUAN
karena sirkulasi darah dan transportasi oksigen berhenti untuk
prioritas keselamatan pasien.
Setiap kegawatdaruratan henti nafas dan atau henti jantung pada
KEBIJAKAN pasien yang memungkinkan untuk dapat ditolong dan ditangani
dengan mengaktifkan Code Blue (kode biru).

1. Persiapan
Tim Code Blue (TCB) terdiri dari :
a. Dokter Anestesi sebagai Koordinator TCB
b. Dokter Jantung sebagai anggota TCB
c. Perawat 1, Perawat 2 dan Perawat 3 sebagai anggota TCB
2. Pelaksanaan
a. Petugas non medis atau medis (perawat, dokter, residen,
spesialis) penemu pertama pasien ancaman gangguan nafas dan
sirkulasi dapat melakukan tindakan bantuan hidup dasar (BHD),
PROSEDUR
kemudian petugas yang lainnya mengaktifkan Code Blue.
b. Untuk pasien DNR (Do Not Resuscitation) dipasang gelang
putih oleh perawat ruangan atau oleh anggota TCB. Bila pasien
berlabel putih maka tidak perlu mengaktifkan Code Blue.
c. Bila pasien tidak ada label putih, segera aktifkan Code Blue
dengan menghubungi sentral/pos jaga melalui ekstensi 0 (nol)
dan menyampaikan lokasi kejadian dengan cara memanggil TCB
melalui pengeras suara ke seluruh ruangan, IGD dan manajemen
"Kode Biru Ruang......... Kamar.........”.
CODE BLUE (KODE BIRU)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD Idaman 2 dari 2
Banjarbaru
d. Petugas medis / non medis di lokasi kejadian dapat segera
memberikan BHD dan secara simultan mengisolasi lingkungan
pasien
e. TCB (dokter anestesi / jantung / umum yang ditunjuk / dokter
jaga ruangan disertai perawat) menuju lokasi kejadian dengan
PROSEDUR
membawa DC shock / AED.
f. Penanganan dan tanggung jawab pasien diambil alih oleh TCB
g. Setelah melakukan penanganan, diputuskan untuk penanganan
selanjutnya di ICU / ruang operasi / dirujuk ke rumah sakit lain
atau pasien dinyatakan meninggal.
DOKUMEN TERKAIT Status perawatan pasien
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
3. Unit Rawat Inap
UNIT TERKAIT 4. Unit Rawat Jalan
5. Instalasi Gawat Darurat
6. Unit Rekam Medis
7. Unit Jangwat

Anda mungkin juga menyukai