Anda di halaman 1dari 5

RESUME

“PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI”

Resume ini dibuat untuk memenuhi tugas Mikrobiologi dan Parasitologi


Dosen Pengampu : Listyaning Eko Martanti, SSiT, Mtr. Keb.

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Ratna Nur Kumala (P1337424417005)


2. Mita Dwi Puspitasari (P1337424417013)
3. Olivia Nurulliza Raksi Ahmadyan (P1337424417022)
4. Dian Pratama Anggraini (P1337424417029)
5. Alyssa Shabrina Ayuningtyas (P1337424417039)
6. Nisma Nur Oktaviana (P1337424417048)

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2017/2018
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Berdasarkan jurnal-jurnal yang kami temukan dapat dianalisis bahwa :

a. Pengertian infeksi serta infeksi nosokomial


 Infeksi adalah suatu kondisi penyakit akibat masuknya kuman pathogen atau
mikroorganisme lain ke dalam tubuh sehingga menimbulkan gejala tertentu.
(http://elearning.medistra.ac.id/mod/resouce/view.php?id=469)
 Infeksi nosokomial (health care-associated infections/HAIs) adalah infeksi yang didapat dari
rumah sakit atau ketika penderita itu dirawat di rumah sakit. Infeksi ini baru timbul
sekurang-kurangnya dalam waktu 3x24 jam sejak mulai dirawat, dan bukan infeksi
kelanjutan perawatan sebelumnya.
(https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/article/view/6169)

b. Sumber kontaminasi
Berdasarkan penelitian pada jurnal :
Sumber kontaminasi infeksi nosokomial berasal dari bakteri Staphylococcus epidermidis,
Staphylococcus saprophyticus, Klebsiella pneumonia, dan Bacillus sp yang yang ditemukan pada
ruang ICU, ruang rawat inap, ruang hemodialisa, usap AC pada ruang rawat inap, usap dinding pada
ruang rawat inap, usap linen pada ruang rawat inap, selimut dan sprei pada ruang rawat inap, serta
udara yang ada di ruang perawatan.
(https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/article/view/6169)
Selain itu sumber infeksi nosokomial dapat dicurigai jika terdapat penggunaan alat dalam prosedur
medis, sebagai contoh pemasangan pipa endotrakeal yang dapat dihubungkan dengan sinusitis, otitis,
trakeitis, dan pneumonia; pemasangan kateter intravascular dapat menyebabkan flebitis; kateter
Foley dapat dihubungkan dengan infeksi saluran kemih oleh karena kandida.
(http://www.perdoski.or.id/doc/mdvi/fulltext/20/115/infeksi_Nosokomial_(36-41).pdf)

c. Tanda dan Gejala infeksi serta infeksi nosokomial


Tanda dan gejala sistemik infeksi nosokomial sama dengan infeksi lainnya, yaitu : demam,
takikardia, takipneu, ruam kulit, dan malaise. Gejala dan tanda tersebut timbul dalam waktu 48 jam
atau lebih setelah pasien dirawat di rumah sakit atau dalam 30 hari setelah pasien keluar dari rumah
sakit.
(http://www.perdoski.or.id/doc/mdvi/fulltext/20/115/infeksi_Nosokomial_(36-41).pdf)

d. Pencegahan infeksi
1. Kewaspadaan Standar/ Standard Precaution
Kewaspadaan baku adalah tonggak yang harus selalu diterapkan di semua fasilitas pelayanan
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua pasien dan
mengurangi risiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan Standar meliputi kebersihan tangan dan
penggunaan APD untuk menghindari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, sekret
(termasuk sekret pernapasan) dan kulit pasien yang terluka. Disamping itu juga mencakup:
pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik, pengelolaan limbah yang aman,
pembersihan, desinfeksi dansterilisasi linen dan peralatan perawatan pasien, dan pembersihan
dan desinfeksi lingkungan. Orang dengan gejala sakit saluran pernapasan harus disarankan untuk
menerapkan kebersihan/ etika pernafasan.
2. Petugas kesehatan harus menerapkan "5 momen kebersihan tangan",yaitu: sebelum menyentuh
pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah berisiko terpajan cairan
tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien,
termasuk permukaan atau barang-barang yang tercemar.
 Kebersihan tangan mencakup mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan
antiseptik berbasis alcohol
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir ketika terlihat kotor
 Penggunaan APD tidak menghilangkan kebutuhan untuk kebersihan tangan. Kebersihan
tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan terutama ketika melepas APD.6
3. Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada penilaian risiko/
antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit yang terluka. Ketika melakukan
prosedur yang berisiko terjadi percikan ke wajah dan/ atau badan, maka pemakaian APD harus
ditambah dengan,
 Pelindung wajah dengan cara memakai masker medis/ bedah dan pelindung mata/ eye-visor/
kacamata, atau pelindung wajah, dan
 Gaun dan sarung tangan bersih.
4. Pastikan bahwa prosedur – prosedur kebersihan dan desinfeksi diikuti secara benar dan
konsisten. Membersihkan permukaan – permukaan lingkungan dengan air dan deterjen serta
memakai disinfektan yang biasa digunakan (seperti hipoklorit) merupakan prosedur yang efektif
dan memadai. Pengelolaan laundry, peralatan makan dan limbah medis sesuai dengan prosedur
rutin.
(http://www.depkes.go.id/resources/download/puskes-haji/5-pedoman-pencegahan-dan-
pengendalian-infeksi-mers-cov)

e. Pengendalian infeksi
 Pengendalian bersifat administratif
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi IPC, meliputi penyediaan kebijakan
infrastruktur dan prosedur dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama
perawatan kesehatan. Kegiatan akan efektif biladilakukan mulai dari antisipasi alur pasien
sejak saat pertama kali datang sampai keluar dari sarana pelayanan.Pengendalian
administratif dan kebijakan – kebijakan yang diterapkan seperti pada ISPA meliputi
pembentukan infrastruktur dan kegiatan IPC yang berkesinambungan, membangun
pengetahuan petugas kesehatan, mencegah kepadatan pengunjung di ruang tunggu,
menyediakan ruang tunggu khusus untuk orang sakit dan penempatan pasien rawat inap,
mengorganisir pelayanan kesehatan agar persedian perbekalan digunakan dengan benar;
prosedur – prosedur dan kebijakan semua aspek kesehatan kerja dengan penekanan pada
surveilans ISPA diantara petugas – petugas kesehatan dan pentingnya segera mencari
pelayanan medis, dan pemantauan tingkat kepatuhan disertai dengan mekanisme perbaikan
yang diperlukan. Langkah-langkah penting dalam pengendalian administratif, meliputi
identifikasi dini pasien seperti contoh dengan riwayat ISPA / ILI (Influenza like Illness) baik
ringan maupun berat yang diduga terinfeksi MERS-CoV.
 Pengendalian dan rekayasa lingkungan
Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan kesehatan dasar dan di
rumah tangga yang merawat kasus dengan gejala ringan dan tidak membutuhkan perawatan
di RS. Kegiatan pengendalian ini ditujukan untuk memastikan bahwa ventilasi lingkungan
cukup memadai di semua area didalam fasilitas pelayanan kesehatan serta di rumah tangga,
serta kebersihan lingkungan yang memadai. Harus dijaga pemisahan jarak minmal 1 m
antara setiap pasien seperti ISPA dan pasien lain, termasuk dengan petugas kesehatan (bila
tidak menggunakan APD). Kedua kegiatan pengendalian ini dapat membantu mengurangi
penyebaran beberapa patogen selama pemberian pelayanan kesehatan.
 Alat pelindung diri
Penggunaan secara rasional dan konsisten APD yang tersedia serta higiene sanitasi tangan
yang memadai juga akan membantu mengurangi penyebaran infeksi. Meskipun memakai
APD adalah langkah yang paling kelihatan dalam upaya pengendalian dan penularan infeksi,
namun upaya ini adalah yang terakhir dan paling lemah dalam hirarki kegiatan IPC. Oleh
karena itu jangan mengandalkannya sebagai strategi utama pencegahan. Bila tidak ada
langkah pengendalian administratif dan rekayasa teknis yang efektif, maka APD hanya
memiliki manfaat yang terbatas.
(http://www.depkes.go.id/resources/download/puskes-haji/5-pedoman-pencegahan-dan-
pengendalian-infeksi-mers-cov)

f. Peran bidan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi


Berdasarkan jurnal penelitian setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaksanakan tindakan
preventif untuk mencegah penularan infeksi.
(jurnal.fk.unand.ac)
Untuk pencegahan dan pengendalian infeksi Bidan memberikan informasi melalui penyuluhan,
konseling atau leaflet dan pelayanannya yang terkait dengan kebidanan seperti; secara rutin mencuci
tangan anak maupun ibu yang dilakukan ketika sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan,
setelah buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), sebelum dan sesudah kontak dengan
seseorang yang bertujuan untu pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,
dan parasit lainnya.
(http://digilib.unisayogya.ac.id/2695/1/NASKAH%PUBLIKASI%20EKA%20OKTAVIA%20%28161
0104442%29.pdf)

Anda mungkin juga menyukai