Anda di halaman 1dari 19

PANIC DISORDER

Oleh:
Ridha Chaharsyah Mulya
Aulia Rachman
Panji Anugerah

BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BLUD RUMAH SAKIT JIWA
BANDA ACEH
2015

1
BAB I
PENDAHULUAN

Gangguan anxietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada
tempatnya yang ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu atau takut.
Gngguan anxietas mencakup gangguan anxietas fobik, gangguan panik, gangguan
anxietas menyeluruh, gangguan campuran anxietas dan depresi serta gangguan
1
obsesi kompulsif.
Pembagian gangguan anxietas dapat dilihat dari table berikut:

Gangguan Anxietas

Gangguan anxietas kontinyu Anxietas Episodik


Gangguan anxietas
menyeluruh

Pada situasi tertentu Pola campuran Pada


Gangguan Fobik Agorafobia dengan sembarang
panik situasi
Gangguan Panik
Fobia Spesifik Fobia Sosial Agorafobia
Gambar 1: Pembagian Gangguan Anxietas 1

Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan cemas kronik yang
ditandai oleh serangan panik parah yang berulang dan tak terduga, frekuensi
serangannya bervariasi mulai dari beberapa kali serangan dalam setahun
hingga beberapa serangan dalam sehari. Serangan panik dapat pula terjadi
pada jenis gangguan cemas yang lain, namun hanya pada gangguan panik,
serangan terjadi meskipun tidak terdapat faktor presipitasi yang jelas. 2,3
Serangan panik dapat terjadi secara spontan ataupun sebagai respon
terhadap situasi tertentu. Variasi serangan sangat berfariasi, ada yang sering
(setiap minggu), tetapi berlangsung berbulan-bulan. Ada juga yang mengalami
serangkaian serangan tetapi diikuti periode tenang selama berminggu-minggu.
1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Istilah “panik” berasal dari kata Pan, dewa Yunani yang setengah
hantu, tinggal di pegunungan dan hutan, dan perilakunya sangat sulit
diduga. Tahun 1895 deskripsi gangguan panik pertama kali dikemukakan
oleh Sigmund Freud dalam kasus agorafobia. Serangan panik merupakan
ketakutan akan timbulnya serangan serta diyakini akan segera terjadi.
Individu yang mengalami serangan panik berusaha untuk melarikan diri
dari keadaan yang tidak pernah diprediksi. 4

Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik


yang spontan dan tidak diperkirakan. Serangan panik adalah periode
kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relatif singkat, yang disertai oleh
gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea. Gangguan panik
disebabkan oleh respon terhadap bahaya yang mengancam berasal dari
dalam dirinya sendiri yang merupakan dorongan yang tidak terkontrol. 5

Gangguan panik menurut Kolb dan Brodie merupakan kelainan


medis berupa serangan panik berulang dan tidak disebabkan oleh
penggunaan zat atau obat atau bahkan gangguan jiwa lain dengan
puncaknya adalah perasaan takut, perasaan tidak nyaman dan khawatir
berlebihan. 4

Menurut DSM-IV, gangguan panik adalah gangguan yang


sekurang-kurangnya terdapat 3 serangan panik dalam waktu 3 minggu dan
tidak dalam kondisi berat atau dalam situasi yang mengancam kehidupan.
Gangguan panik bersifat rekuren (kambuh) dan akan mengakibatkan
terjadinya serangan panik yang tidak diduga-duga dan mencapai
puncaknya kurang dari 10 menit. 4,5

3
Terdapat 3 model fenomenologi gangguan panik yaitu :

a. Serangan panik akut


Ditandai oleh timbulnya peningkatan aktifitas sistem saraf otonom
secara mendadak dan spontan disertai perasaan ketakutan. Serangan ini
berakhir 10-30 menit dan dapat kembali normal. 4

b. Antisipasi kecemasan
Ditandai dengan perasaan takut bahwa serangan akan timbul
kembali. Keadaan ini jarang kembali normal karena sesudah serangan
biasanya penderita sudah dalam kondisi kronis dan selalu mengantisipasi
terhadap onset serangan. 4

c. Menghindari fobia
Adalah kondisi panik yang berkembang menjadi perilaku
menghindar atau fobia. Penderita menjadi ketakutan akan timbulnya
serangan panik sehingga penderita menghindari situasi tersebut. 4

2.2 Epidemiologi

Penelitian epidemiologi telah melaporkan prevalensi seumur hidup


untuk gangguan panik adalah 1,5-5 % dan untuk serangan panik adalah 3 –
5.6 %. Sebagai contohnya, satu penelitian terakhir pada lebih dari 1.600
orang dewasa yang dipilih secara acak di Texas menemukan bahwa angka
prevalensi seumur hidup adalah 3,8 % untuk gangguan panik, 5,6 % untuk
serangan panik, dan 2,2 % untuk serangan panik dengan gejala yang
terbatas yang tidak memenuhi kriteria diagnostik lengkap.5,6

Jenis Kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-
laki, walaupun kurangnya diagnosis gangguan panik pada laki-laki
mungkin berperan dalam distribusi yang tidak sama tersebut. Perbedaan
antara kelompok Hispanik, kulit putih non-Hispanik, dan kulit hitam
adalah sangat kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan
dalam perkembangan gangguan panik adalah riwayat perceraian atau

4
perpisahan yang belum lama. Gangguan paling sering berkembang pada
dewasa muda - usia rata-rata timbulnya adalah kira-kira 25 tahun, tetapi
baik gangguan panik maupun agorafobia dapat berkembang pada setiap
usia. Sebagai contohnya. gangguan panik telah dilaporkan terjadi pada
anak-anak dan remaja. dan kemungkinan kurang diagnosis pada mereka. 5,6

2.3 Etiologi dan patogeesis


2.3.1 Faktor Biologis
Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik telah menghasilkan
berbagai temuan; satu interpretasi adalah bahwa gejala gangguan panik dapat
disebabkan oleh berbagai kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak.
penelitian tersebut dan penelitian lainnya telah menghasilkan hipotesis yang
melibatkan disregulasi sistem saraf perifer dan pusat di dalam patofisiologi
gangguan panik. Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan panik
telah dilaporkan menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara
lambat terhadap stimuli yang berulang, dan berespon secara berlebihan terhadap
stimuli yang sedang. Sistem neurotransmiter utama yang terlibat adalah
norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA). 4,5,6
2.3.2 Faktor Genetika
Bahwa gangguan ini memiliki komponen genetika yang jelas. Angka
prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan panik.
Berbagai penelitian telah menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panik
sebesar 4-8 kali lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien dengan gangguan
panik dibandingkan dengan sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan
gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar monozigot. 4,5,6

2.3.3 Faktor Psikososial


Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk
menjelaskan patogenesis gangguan panik dan agoraphobia. Teori kognitif perilaku
menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari
perilaku modeling orang tua atau melalui proses pembiasan klasik. 4,5,6
Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari
pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan

5
kecemasan. Apa yang sebelumnya merupakan suatu sinyal kecemasan ringan
menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala somatik.
4,5,6

Peneliti menyatakan bahwa penyebab serangan panik kemungkinan


melibatkan arti bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenesis
serangan panik mungkin berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu
oleh reaksi psikologis. 4,5,6

2.4 Gambaran Klinis

Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda akan terjadi


serangan panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan
kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Serangan
sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10
menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman
kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber
ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan
dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas
dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan
biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit dan jarang lebih lama dari 1 jam. 5
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia,
pada beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan
gangguan panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama
hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada
orang tanpa gangguan mental. 5

Disamping agorapobia, fobia lain dan gangguan obsesi kompulsif dapat


terjadi bersama dengan gangguan panik. Akibat psikologis dari gangguan panik
dan agorafobia selain pertengkaran perkawinan, dapat berupa waktu terbuang
ditempat kerja, kesulitan finansian yang berhbungan dengan hilangnya pekerjaan
dan penyalahgunaan alkohol dan zat lain. 5

2.5 Diagnosis

6
Menurut DSM-IV, kriteria diagnosis gangguan panik harus dibuktikan
dengan adanya serangan panik yang berkaitan dengan kecemasan persisten
berdurasi lebih dari 1 bulan terhadap: (1) serangan panik baru (2)
konsekuensi serangan, atau (3) terjadi perubahan perilaku yang signifikan
berhubungan dengan serangan. Selain itu untuk mendiagnosis serangan
panik, kita harus menemukan minimal 4 gejala dari 13 gejala berikut ini:
a. Merasa pusing, tidak stabil berdiri, hingga pingsan
b. Merasa kehilangan kontrol, seperti mau gila
c. Takut mati
d. Leher serasa dicekik
e. Palpitasi, berdebar-debar, denyut jantung bertambah cepat
f. Nyeri dada, rasa tidak nyaman di dada
g. Merasa sesak, bernapas pendek
h. Mual atau distress abdominal
i. Gemetaran
j. Berkeringat
k. Rasa panas dikulit, menggigil
l. Mati rasa, kesemutan
m. Derealisasi, depersonalisasi (merasa seperti terlepas dari diri
sendiri) 4,5

Selama serangan panik pasien senantiasa berkeinginan untuk kabur dan


merasa ajalnya hampir menjelang akibat perasaan terkecekik dan berdebar-debar.
Gejala lain yang dapat timbul pada serangan panik adalah sakit kepala, tangan
terasa dingin, timbulnya pemikiran-pemikiran yang mengganggu, dan
merenung.2,3
Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis
utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. 7
Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan
anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan :
1. Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.
2. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya (unpredictable situation)
3. Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode
diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat

7
terjadi juga “anxietas antipsikotik” yaitu anxietas yang terjadi setelah
membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi. 7

2.6 Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan panik adalah


sejumlah gangguan medis dan juga gangguan mental. 5
Diagnosis banding organik untuk gangguan panik dapat dilihat pada tabel
dibawah:

Tabel 1 : diagnosis banding organik untuk gangguan panik5

Etiologi Contoh
Penyakit kardiovaskuler Anemia, angina, gagal jantung kongesif,
keadaan adrenergik beta hiperaktif, hiertensi,
prolapsus katup mitral, infark miokardium,
takikardi atrium paradoksal.
Penyakit pulmonal Asma, hiperventilasi, embolus paru-paru
Penakit neuroloigs Penyakit serebrovaskuler, epilepsy, penyakit
Huntington, infeksi, penyakit eniere, mifran,
sklerosis multiple, serangan iskemik transien,
tumor, penyakit Wilson.
Penyakit endokrin Penyakit Addison, sindrom karsinoid,
sindrom chusing, diabetes, hipertiroidisme,
hipoglikemia, hipopaatiroidismer, ganguan
menopause, feokromasitoma, sindrom
prementruasi
Intoksikasi obat Amfetamin, amyl ntrite, antikolinergik,
kokain
Halusinogen Marijuana, nikotin, theophyline.
Putus obat Alcohol, antihipertensi, opiate dan opioid,
sedative-ipnotik
Kondisi lain Anafilaksis, defisiensi B12, gangguan
elektrolit, keracunan logam berat, infeksi
sistemik, Lupus, eritemtous sistemik, arteritis
temporalis, uremia.

Diagnosis banding psikiatrik untuk gangguan panik adalah pura-pura,


gangguan buatan, hiponkondriasis, gangguan depersonalisasi, fobia social dan
spesifik, gangguan stress pascatraumatik, gangguan depresif, dan skizofrenia.

2.8 Terapi

8
2.8.1 Psikoterapi

Cognitive Behavioural Therapy (CBT) dengan atau tanpa farmakoterapi,


merupakan terapi pilihan untuk gangguan panik, dan terapi ini harus diberikan
pada semua pasien. CBT memiliki efikasi yang lebih tinggi dalam mengatasi
gangguan panik dan biayanya lebih murah. Selain itu tingkat drop out dan relaps
juga lebih rendah jika dibandingkan dengan terapi farmakologi. Meskipun begitu,
hasil yang lebih superior dapat dihasilkan dari kombinasi CBT dan
famakoterapi.10,11,12,13,14
Beberapa Metode CBT
Terdapat beberapa metode CBT, beberapa diantaranya yakni metode
restrukturisasi, terapi relaksasi, terapi bernapas, dan terapi interocepative.Inti dari
terapi CBT adalah membantu pasien dalam memahami cara kerja pemikiran
otomatis dan keyakinan yang salah dapat menimbulkan respon emosional yang
berlebihan, seperti pada gangguan panik. 10,11,12,13,14
Terapi restrukturisasi
Melalui terapi ini pasien dapat merestrukturisasi isi pikirannya dengan cara
mengganti semua pikiran – pikiran negatif yang dapat mengakibatkan perasaan
tidak menyenangkan yang dapat memicu serangan panik dengan pemikiran-
pemikiran positif.1,3,5

Terapi relaksasi dan bernapas


Terapi relaksasi dan bernapas dapat digunakan untuk membantu pasien
mengontrol kadar kecemasan dan mencegah hypocania ketika serangan panik
terjadi. Semua jenis CBT seperti di atas dapat dilakukan pasien dengan atau tanpa
melibatkan dokter.10,12,14
Namun salah satu metode CBT seperti interoceptive therapy yang terbukti
berhasil pada 87% pasien harus dilakukan dengan bantuan dokter di suatu
lingkungan yang terkontrol. Karena terapi ini dilakukan dengan memberikan
paparan yang dapat menstimulus serangan panik pasien dengan cara
meningkatkannya sedikit demi sedikit hingga pasien mengalami desensitasi
terhadap stimulus tersebut. Adapun beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk
mendesensitasi gangguan panik antara lain:

9
a. Hiperventilasi disengaja – ini dapat mengakibatkan kepala pusing, derealisasi,
dan pandangan menjadi kabur
b. Melakukan putaran pada kursi ergonomis – ini dapat mengakibatkan rasa
pusing dan disorientasi
c. Bernapas melalui pipet – ini dapat mengakibatkan sesak napas dan konstriksi
saluran napas
d. Menahan napas - ini dapat menciptakan sensasi seperti pengalaman
menjelang ajal
e. Menegangkan badan – untuk menciptakan perasaan tegang dan waspada
Semua tindakan di atas dilakukan tidak boleh lebih dari 1 menit. Kuncinya
dari teknik di atas adalah menciptakan sejumlah stimulus yang menyerupai
serangan panik. Latihan-latihan tersebut diulangi 3-5 kali sehari hingga pasien
tidak lagi merasakan kepanikan terhadap stimulus seperti itu. Biasanya butuh
waktu hingga beberapa minggu untuk dapat mencapai hal itu.10
Pemaparan terhadap stimulus tersebut dilakukan agar pasien dapat belajar
melalui pengalaman bahwa semua sensasi internal yang dia rasakan seperti sesak
napas, pusing dan pandangan yang kabur bukanlah hal yang harus ditakuti. Ketika
pasien mulai menyadari hal tersebut maka secara otomatis, hippocampus dan
amygdala, yang merupakan pusat emosi, akan ikut mempelajarinya sebagai hal
yang tidak perlu ditakuti, sehingga respon sistem simpatik akan ikut berkurang.10
2.8.2 Farmakoterapi
Terdapat 3 golongan besar obat yang dianjurkan untuk mengatasi gangguan
panik, yakni golongan SSRI, trisiklik, dan MAOI (Monoamine oxidase inhibitor).
Sedangkan golongan benzodiazepin hingga saat ini masih dianggap kontoversial
dalam terapi gangguan panik.10,11,12,13,14
1. Golongan SSRI (Serotonin-selective reuptake inhibitors)
Penggunaan SSRI dan follow up keberhasilannya sebaiknya dimulai dalam
rentang 2 minggu sejak serangan panik terjadi karena SSRI dapat memicu
serangan panik pada pemberian awal. Oleh karena itu dosis SSRI dimulai dari
yang terkecil lalu ditingkatkan secara perlahan di setiap kesempatan follow up
berikutnya.
SSRI merupakan obat psikotropik pertama yang dianggap memiliki desain
obat rasional, karena cara kerjanya benar-benar spesifik pada suatu target biologi
tertentu dan memberikan efek berdasarkan target tersebut. Oleh karena itu SSRI

10
digunakan secara luas di hampir semua negara sebagai lini pertama pengobatan
antipanik.9,10,12
SSRI dapat diberikan selama 2-4 minggu, dan dosisnya dapat ditingkatkan
secara bertahap tergantung pada kebutuhan. Semua jenis SSRI yang dikenal saat
ini memiliki efektifitas yang baik dalam menangani gangguan panik. Salah
satunya, Fluoxetine dalam salut memiliki masa paruh waktu yang panjang
sehingga cocok digunakan untuk pasien yang kurang patuh minum obat. Selain itu
waktu paruh yang panjang dapat meminimalisir efek withdrawl yang dapat terjadi
ketika pasien lelah atau tiba-tiba menghentikan penggunaan SSRI.10,12
Contoh Obat Golongan SSRI 9,10
a. Fluoxetine (Prozac)
Fluoxetine secara selektif menghambat reuptake seotonin presinaptik,
dengan efek minimal atau tanpa efek sama sekali terhadap reuptake
norepinephrine atau dopamine.
b. Paroxetine (Paxil, Paxil CR)
Ini merupakan SSRI alternatif yang bersifat sedasi karena cara kerjanya
berupakan inhibitor selektif yang poten terhadap serotonin neuronal dan memiliki
efek yang lemah terhadap reuptake norepinephrine dan dopamine.
c. Sertraline (Zoloft)
Cara kerjanya mirip fluoxetine namun memiliki efek inhibisi yang lemah
pada reuptake norephinephrine dan dopamine neuronal.
d. Fluvoxamine (Luvox, Luvox CR)
Fluoxamine merupakan inhibitor selektif yang juga poten pada reuptake
serotonin neuronal serta secara signifikan tidak berikatan pada alfa-adrenergik,
histamine atau reseptor kolinergik sehingga efek sampingnya lebih sedikit
dibanding obat-obatan jeis trisiklik.
e. Citalopram (Celexa)
Citalopram meningkatkan aktivitas serotonin melalui inhibisi selektif
reuptake serotonin pada membran neuronal. Efek samping antikolinergik obat ini
lebih sedikit.

11
f. Escitalopram (Lexapro)
Escitalopram merupakan enantiomer citalopram. Mekanisme kerjanya mirip
dengan citalopram.
Efek Samping SSRI
Efek samping SSRI biasanya timbul selama 1-4 minggu pertama ketika
tubuh mulai mencoba beradaptasi dengan obat (kecuali efek samping seksual yang
timbul pada fase akhir pengobatan). Biasanya penggunaan SSRI mencapai 6-8
minggu ketika obat mulai mendekat potensi terapi yang menyeluruh. Adapun
beberapa efek samping SSRI antara lain: anhedonia, insomnia, nyeri kepala,
tinitus, apati, retensi urin, perubahan pada perilaku seksual, penurunan berat
badan, mual, muntah dan yang ditakutkan adalah efek sampinng keinginan bunuh
diri dan meningkatkan perasaan depresi pada awal pengobatan.10, 12

12
2. Golongan Tricyclic/Trisiklik
Golongan trisiklik zat kimia heterosiklik yang awalnya digunakan untuk
mengatasi depersi. Pada awal penemuannya, golongan trisiklik merupakan pilihan
pertama untuk terapi depresi. Meskipun masih dianggap memiliki efektifitas yang
tinggi, namun saat ini penggunaannya mulai digantikan oleh golongan SSRI dan
antidepresan lain yang terbaru.10,11

Golongan trisiklik beberapa memiliki kelebihan di antaranya, dosisnya cukup


1x/hari, rendah resiko ketergantungan, dan tidak perlu ada pantangan makanan.
TCAs have the advantages of once-daily dosing, low risk of dependence, and no
dietary restrictions. Namun 35% penggunanya langsung menghentikan pengobatan
karena efek samping yang tidak menyenangkan. Golongan trisiklik harus dimulai
dengan dosis kecil untuk menghindari amphetamine like stimulation. Biasanya
pengobatan dengan menggunakan trisiklik membtuhkan waktu sekitar 8-12 minggu
untuk mencapai respon terapi.10
Trisiklik masih tetap digunakan dalam terapi terutama untuk depresi atau panik
yang resisten terhadap obat antipanik terbaru. Selain itu golongan trisiklik tidak
menyebabkan ketergantungan sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama. Hanya saja kelemahan golongan ini adalah, efek sampingnya biasanya
mendahului efek terapi sehingga banyak pasien yang justru segera menghentikan
pengobatan meskipun efek terapinya belum tercapai.10,12
Contoh Obat Trisiklik 9,10
a. Imipramine (Tofranil, Tofranil-PM)
Imipramine menghambat reuptake norepinephrine dan srotonin pada neuron
presinaptikin.
b. Desipramine (Norpramin)
Desipramine dapat meningkatkan konsentrasi norepinephrine pada celah
sinaptik SSP dengan ara menghambat reuptakenya di membran presinaptik. Hal ini
dapat menyebabkan efek desensitasi pada adenyl cyclase, menurunkan regulasi
reseptor beta-adrenergik, dan regulasi reseptor serotonin.
c. Clomipramine (Anafranil)
Obat ini berefek langsung pada uptake serotonin sedangakan pada efeknya
uptake norepinephrine terjadi ketika obat ini diubah menjadi metabolitnya,
desmethylclomipramine.

13
3. MAO Inhibitor
Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) merupakan salah satu jenis
antidepresi yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan panik. Pada masa lalu
golongan ini digunakan untuk mengatasi gangguan panik dan depresi yang sudah
resisten terhadap golongan trisiklik. 10

MAO paling efektif digunakan pada gangguan panik yang disertai


agoraphobia. Selain itu MAO juga dapat digunakan untuk mengatasi migraine dan
penyakit parkinson karena target dari obat ini adalah MAO-B yang berperan dalam
timbulnya nyeri kepala dan gejala parkinson.10,12
Kelebihan MAO adalah tingkat ketergantungan terhadap obat ini rendah dan
efek antikolinergiknya lebih sedikit dibanding obat golongan trisiklik.
MAOI lebih efektif dibandingkan obat trisiklik, dan laporan anekdotal
menyatakan bahwa pasien yang tidak berespon terhadap trisiklik kemungkinan
berespon terhadap MAOI.5
9,10
Contoh Obat MAOI
a. Phenelzine (Nardil)
Nardil merupakan obat golongan MAOI yang paling sering digunakan dalam
mengatasi gangguan panik. Hal ini telah dibuktikan merlalui superioritas yang jelas
terhadap placebo dalam percobaan double-blind untuk mengatas gangguan panik.
Obat ini biasanya digunakan untuk pasien yang tidak respon terhadap obat golongan
trisiklik atau obat antidepresi golongan kedua.
b. Tranylcypromine (Parnate)
Obat ini juga efektif terhadap gangguan panik karena berikatan secara
ireversibel pada MAO sehingga dapat mengurangi pemecahan monoamin dan
meningkatkan avaibilitas sinaptik.
Efek Samping MAOI 10,12
Ketika dikonsumsi peroral, MAOI menghambat katabolisme amine. Sehingga
ketika makanan yang mengandung tiramin dikonsumsi, seseorang dapat menderita
krisis hipertensi. Jika makanan yang mengandung tiptofan dimakan juga, maka hal
ini dapat menyebabkan hiperserotonemia. Jumlah makanan yang dibutuhkan hingga
menimbulkan reaksi berbeda-beda pada tiap individu.
Mekanisme pasti mengapa konsumsi tiramin dapat menyebabkan krisis
hipertensi pada pengguna obat MAOI belum diketahui, tapi diperkirakan tiramin

14
menggantikan norepinefrin pada penyimpanannya di vesikel, dalam hal ini
norepinefrin terdepak oleh tiramin. Hal ini dapat memicu aliran pengeluaran
norepinefrin sehingga dapat menyebabkan krisis hipertensi. Teori lain menyatakan
bahwa proliferasi dan akumulasi katekolamin yang menyebabkan krisis hipertensi.
Beberapa makanan yang mengandung tiramin antara lain hati, makanan yang
difermentasi dan zat-zat lain yang mengandung levodopa seperti kacang-kacangan.
Makanan-makanan itu harus dihindarkan dari pengguna MAOI.
4. Golongan Benzodiazepin
Pemakaian benzodizepin untuk gangguan panik adalah terbatas karena
permasalahan tentang ketergantungan, gangguan kognitif dan penyalahgunaan.
Tetapi benzodizepin efektif dalam gangguan panik dan mungkin memiliki onset yang
lebih cepat (onset mencapai satu sampai dua minggu, mencapai puncak setelah
empat sampai delapan minggu) dibandingkan farmakoterapi lainnya. 5
Ada 3 jenis benzodiazepin yakni yang short acting, intermediate acting dan
long acting. Benzodiazepin short- dan intermediate acting digunakan untuk
mengatasi insomnia sedangkan yang golongan long-acting digunakan untuk
mengatasi gangguan panik.
Contoh Obat Benzodiazepin9,10
a. Lorazepam (Ativan)
Lorazepam merupakan suatu hipnotik-sedatif yang memiliki efek onset singkat
dan paruh waktunya tergolong intermediate. Dengan meningkatkan aksi GABA,
yang merupakan inhibitor utama di otak, lorazepam dapat menekan semua kerja SSP,
termasuk sistem limbik dan formasi retikuler.
b. Clonazepam (Klonopin)
Clonazepam menfasilitasi inhibisi GABA dan transmiter inhibitorik lainnya.
Selain itu, obat ini memiliki waktu paru yang relatif panjang sekitar 36 jam.
c. Alprazolam (Xanax, Xanax XR)
Alprazolam merupakan terapi pilihan untuk manajemen serangan panik. Obat
ini dapat terikat pada reseptor-reseptor pada beberapa bagian otak, termauk sistem
limbik dan RES. Meskipun begitu banyak ahli yang tidak menyarankan penggunaan
alprazolam dalam waktu lama karena tingkat ketergantungannya sangat tinggi.
d. Diazepam (Valium, Diastat, Diazepam Intensol)
Diazepam meruapakan salah satu jenis benzodiazepin yang potensinya rendah.
Namun dapat digunakan untuk mengatasi serangan panik.

15
Efek Samping Benzodiazepin
Efek samping yang paling sering ditemukan pada benzodiazepin biasanya
berkaitan dengan efek sedasi dan relaksan ototnya. Beberapa di antaranya adalah
mengantuk, pusing, dan penurunan konsentrasi dan kewaspadaan. Kurangnya
koordinasi bisa mengakibatkan jatuh dan kecelakaan, terutama pada orang tua.
Akibat lain dari benzodiazepin adalah penurunan kemampuan menyetir sehingga
dapat berakibat pada tingginya angka kecelakaan.
Efek samping lainnya adalah hipotensi dan penekanan pusat pernapasan
terutama pada penggunaan intravena. Beberapa efek samping lain yang dapat timbul
pada penggunaan benzodiazepin adalah mual, muntah, perubahan selera makan,
pandangan kabur, bingung, euforia, depersonalisasi dan mimpi buruk. Beberapa
kasus juga menunjukkan bahwa benzodiazepin bersifat liver toksik.10,12

5. Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitors


Ini merupakan salah golongan antipanik terbaru. Cara kerja obat ini adalah
mencegah reuptake inhibitor serotonin-norepinefrin sehingga dapat mengatasi
kepanikan.10
Contoh Obat
a. Venlafaxine (Effexor, Effexor XR)
Venlafaxine merupakan salah satu contoh obat inhibitor reuptake
serotonin/norepinephrine selain itu cara kerja obat ini adalah menurunkan regulasi
reseptor beta.1
2.9 Prognosis

Gangguan panik biasanya memiliki onsetnya selama masa remaja akhir atau
masa dewasa awal, walaupun onset selama masa anak-anak, remaja awal, dan usia
pertengahan dapat terjadi. Biasanya kronik dan bervariasi tiap individu. Frekuensi
dan kepasrahan serangan panik mungkin berfluktuasi. Serangan panik dapat terjadi
beberapa kali sehari atau kurang dari satu kali dalam sebulan. Penelitian follow up
jangka panjang gangguan panik sulit diinterpretasikan. Namun demikian kira-kira
30-40% pasien tampaknya bebas dari gejala follow up jangka panjang, kira-kira 50%
memiliki gejala yang cukup ringan yang tidak mempengaruhi kehidupannya secara
bermakna dan kira-kira 10-21 % terus memiliki gejala yang bermakna. 5,6

16
Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira-kira 40-80 % dari semua
pasien. Pasien dengan fungsi premorbid yang baik dan lama gejala singkat
cenderung memiliki prognosis yang baik. 5,6

BAB III
KESIMPULAN

Gangguan panik adalah gangguan yang sekurang-kurangnya terdapat 3


serangan panik dalam waktu 3 minggu dan tidak dalam kondisi berat atau dalam
situasi yang mengancam kehidupan. Gangguan panik bersifat rekuren (kambuh) dan
akan mengakibatkan terjadinya serangan panik yang tidak diduga-duga dan
mencapai puncaknya kurang dari 10 menit. Kriteria diagnosis gangguan panik harus
dibuktikan dengan adanya serangan panik yang berkaitan dengan kecemasan
persisten berdurasi lebih dari 1 bulan terhadap: (1)serangan panik baru (2)
konsekuensi serangan, atau (3) terjadi perubahan perilaku yang signifikan
berhubungan dengan serangan.
Adapun penatalaksanaan yang dianggap efektif untuk menanganinya adalah
terapi CBT, terapi medikasi SSRI dan trisiklik sebagai terapi lini pertama dan
golongan benzodiazepine potensi tinggi, MAOI dan obat anti panic jenis lain
menjadi terapi lini kedua. CBT saja mungkin efektif digunakan untuk terapi jangka
panjang, namun efikasi terapi dapat bertambah serta tingkat relaps dapat berkurang
jika CBT dikombinasikan dengan terapi medikasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis,WF. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Jakarta:Pusat Penerbitan dan


Pencentakan (AUP); 2007. Bab 11, Gangguan neurotic; H.311
2. Memon MA. Panik disorder. Updated on March 2011. [Cited on June 2011].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/287913-overview
3.
4. Anonym. 2011. Gangguan panik. Diakses dari
www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311037/bab%20II.pdf pada 5
Mei 2013, pukul 13.00.
5. Kaplan, Sadock. Synopsis psikiatri, Ilmu pengetahuan perilaku psikiatri
klinis. Edisi ketujuh. Jakarta: Binarupa Aksara;1997. Bab 16, Gangguan
kecemasan; H. 16-20
6. Husnul, Mubarak. 2008. Gangguan Panik.
http://cetrione.blogspot.com/2008/07/gangguan-panik.html. Diakses tanggal
4 Mei 2013. Pukul 20.51
7. Maslim R. Buku saku. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: PT.Nuh Jaya, 2001.H.74
8. Anonym.2013. Complication of Panik Disorder.
http://www.rightdiagnosis.com/p/panik_disorder/complic.htm#complication.
Diakses pada tanggal 4 Mei 2013, pukul 15.33.
9. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ke
tiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007. H.23

10. Memon MA. Panik Disorder. Medscape Reference; 2011 [updated


29/03/2011; cited on January 2012]; Available from:
http://emedicine.medscape.com.

11. Kusumadewi I, Elvira SD. Gangguan Panik. In: Elvira SD, Hadisukanto G,
editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010. p. 235-41.

12. Chakraburtty A. Panik Disorder. WebMD; 2009 [updated 09/02/2009; cited


on January 2012]; Available from: http://www.webmd.com.

18
13. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya; 2001.

14. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 3rd ed. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya; 2007

19

Anda mungkin juga menyukai