Anda di halaman 1dari 6

Meski terus-menerus dikumandangkan oleh banyak pihak, tapi tampaknya belum semua lapisan memahami benar bahaya dan

dampak buruk kebiasaan membuang sampah sembarangan. Terutama jika sampah itu berbahan dasar plastik dan lantas dibuang
begitu saja ke sungai atau wilayah perairan lainnya.

Kebetulan, hari ini, Selasa, 5 Juni, setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Momen yang tepat untuk
mengintropeksi kebiasaan-kebiasaan kecil kita yang ternyata berdampak besar bagi keutuhan lingkungan di bumi tempat kita hidup
ini.

Kenapa plastik digemari?

Plastik memang jadi musuh bersama dan terbesar dari banyak upaya untuk menghindarkan lingkungan dari kerusakan. Tapi
kehadiran plastik pun di sisi lain mungkin memberikan banyak kemudahan di segala aspek kehidupan masyarakat. Tak hanya di
Indonesia tapi juga di dunia.

Setiap tahun, angka konsumsi plastik di banyak industri terus meningkat. Tahun 2014 saja, tercatat bahwa seluruh penghuni bumi
ini mengonsumsi lebih dari 300 juta ton plastik per tahunnya!

Bukan tanpa alasan, karena plastik diklaim mempermudah orang untuk menjalani hidup mereka. Tapi karena materialnya yang
tahan lama tapi tidak ramah lingkungan dan ditambah manajemen sampah yang tidak baik, maka kehadiran sampah plastik terus
akan mengancam lingkungan, termasuk kawasan perairan dunia.

Pernahkah kalian mencari tahu ke mana sampah-sampah plastik yang dibuang begitu saja ke selokan, got dan sungai akan
berakhir? Tentu ke laut. Dan ekosistem laut pun akan terancam karenanya. Bukan cuma terancam karena material-material
berbahan plastik yang mengambang di lautan, tapi juga micro plastic yang sudah terdeteksi di banyak wilayah perairan di dunia.

Bayangkan jika ikan di laut yang kita konsumsi sehari-hari juga sudah sebelumnya mengonsumsi micro plastic di habitat mereka?

Sebesar apa jumlah sampah plastik saat ini?

Menurut riset yang dirilis di jurnal Nature Communications, setap tahunnya ada 1,15 hingga 2,41 juta ton sampah plastik yang
tergenang di wilayah perairan dunia. Jumlah yang fantastis dan mencengangkan.

Dari riset serupa juga diperoleh fakta bahwa di dunia ini ada 20 sungai yang sebagian besarnya berlokasi di Asia yang
terkontaminasi sampah plastik dalam jumlah besar. Bahkan sampah-sampah ini berkontribusi sebanyak 67% dari total produksi
sampah plastik dunia.
Infografis oleh Rappler Indonesia

Yang teridentifikasi memiliki kandungan sampah plastik terbesar di dunia adalah Sungai Yangtze di Tiongkok yang 'mengalirkan'
sampahnya ke Laut Cina Timur. Di posisi kedua ada Sungai Gangga di India, diikuti Sungai Xi dan Huangpu di Tiongkok yang
menduduki posisi ke 3 dan 4 serta Sungai Cross di Nigeria dan Kamerun yang jadi penutup 5 besar.

Other Stories

PH avoids elite Indonesia, India in Badminton Asia Team Championships


Originally bunched with top seed Indonesia and fifth-ranked India, the Philippine men's team gets drawn into another group after a number of teams backed out

Coronavirus chaos ravages Asia's sporting calendar


Among the cancelled events due to the novel coronavirus outbreak are golf's HSBC Women's World Champions and LPGA Thailand

Thailand sweeps PH in 2020 Badminton Asia Team Championships opener


The Philippines gets off to a disappointing start as it succumbs to Thailand in the women's tournament of the 2020 Badminton Asia Manila Team Championships

Bagaimana dengan sungai di Indonesia?

Sayangnya, dari 20 sungai di dunia dengan kandungan sampah plastik terbesar di dunia, Indonesia diwakili oleh 4 sungai yang
semuanya berlokasi di pulau Jawa. Fakta ini menjadikan Indonesia diidentifikasi sebagai salah satu kontributor utama penyebaran
sampah plastik di perairan benua Asia.

Sungai tersebut adalah Sungai Brantas di Jawa Timur (jumlah sampah plastik mencapai 38,900 ton per tahun), Sungai Bengawan
Solo (32,500 ton), Sungai Serayu (17,100 ton) dan Sungai Progo (12,800 ton). Ketiga sungai terakhir ini berlokasi di Jawa Tengah.

Jika ditotal, maka jumlah sampah plastik yang dibuang ke 4 sungai ini ditambah sungai-sungai kecil dan saluran air di seluruh
Indonesia, setiap tahunnya mencapai 200,000 ton! Angka ini sebesar 14,2% dari jumlah total sampah plastik secara global.
Infografis oleh Rappler Indonesia

Ini bukan hanya karena konsumsi pribadi oleh masyarakat yang seperti tidak terkontrol, tapi juga karena kebijakan manajemen
sampah di berbagai daerah yang seolah tidak terlaksana dengan baik.

Bagaimana dengan kantung plastik?

Salah satu penyumbang sampah berbahan plastik terbesar adalah kantung plastik. Dan penggunaannya, sebagaimana yang kita
ketahui bersama, sudah jadi konsumsi harian masyarakat di Indonesia.

Meski berbagai kampanye untuk menurunkan angka konsumsi kantung plastik banyak dilakukan, tapi tetap saja, masyarakat masih
belum bisa lepas dari ketergantungan menggunakan kantung plastik.

Menurut data yang dirilis YLKI, ada sekitar 9,8 juta kantung plastik yang dikonsumsi masyarakat Indonesia setiap tahunnya. Riset
yang dilakukan Greeneration Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menunjukkan bahwa ada
sekitar 32 ribu toko anggota Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO) yang berpotensi mengedarkan kantong plastik
sebanyak 9,6 juta lembar per hari atau 11,68 juta lembar per hari.

SAMPAH PLASTIK. Salah satu lokasi timbunan sampah yang didominasi sampah plastik di kota Bandung. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Tidak mungkin kantung-kantung plastik ini akan lenyap begitu saja, bukan?

Sebelumnya sempat ada 'angin segar' dengan aturan kantung plastik berbayar yang ditetapkan pemerintah. Tapi kini, aturan itu
sudah menguap dan tak lagi berbekas. Pemerintah masih plin-plan dengan aturannya sendiri. Padahal tadinya diharapkan aturan
ini akan sedikit bisa meredam laju konsumsi kantung plastik.

Apa yang harus dilakukan?


Mulailah dari diri sendiri. Tidak perlu menunggu orang lain untuk mulai berubah dan peduli dengan lingkungan, terutama untuk
urusan konsumsi plastik. Yang paling mudah untuk dilakukan adalah dengan membawa sendiri tas belanja saat bepergian ke mana
pun. Ini akan mengurangi jumlah kantung plastik yang kamu konsumsi.

Atau kalaupun belum bisa drastis meninggalkan kebiasaan menggunakan kantung plastik, mulailah memikirkan cara untuk
menggunakan ulang kantung-kantung tersebut.

KANTUNG PLASTIK. Saatnya berkontribusi mengurangi konsumsi kantung plastik dengan menggunakannya kembali. Foto oleh Rappler

(BACA JUGA: 4 cara menggunakan ulang kantung plastik)

Hal lain, biasakan membawa botol minuman sendiri. Ini akan menghindari kamu dari membeli minuman dalam kemasan. Selain
hemat, juga bisa membantu menghentikan konsumsi plastik. Hal serupa berlaku juga untuk tempat bekal makanan tentunya.

Yang sedang jadi tren positif saat ini juga bisa ditiru, dengan tidak lagi menggunakan sedotan plastik saat menikmati minuman.
Banyak produk-produk ramah lingkungan yang sudah menjual sedotan dari bahan yang lebih ramah seperti bambu. Selain ramah
lingkungan, sedotan macam ini juga bisa dipakai berulang kali. Lagian, tidak ada salahnya juga kalau minum tidak dengan sedotan
plastik, kan?

Kalau bukan kita yang mulai menjaga bumi ini, siapa lagi?

Anda mungkin juga menyukai