Tari Silam Pari Oleh Sanggar Seni Sastra Mataya Palembang Sumatra
Di antara ragam tarian di Sumatera Selatan, ada Tarian Silampari atau yang
bernama lain Tari Silampari Kahyangan Tinggi. Sebagaimana Tarian Gending
Sriwijaya dan Tarian Tanggai di Palembang, tari ini juga merupakan tari
penyambutan. Namun lebih berkembang di Lubuklinggau dan Musi Rawas.
Perihal namanya “Silampari” berasal dari gabungan kata dalam bahasa
Palembang, “silam” berarti hilang dan “pari” berarti peri. Dinamakan seperti itu,
karena tari ini menceritakan seorang putri yang menghilang setelah berubah
menjadi peri. Sebuah kisah rakyat mengenai Dayang Torek dan Bujang Penulup.
Disebut sebagai Tari “Silampari” jika tarian ini hidup di Kabupaten Musi Rawas
dengan sumber cerita Bujang Panulup. Sementara itu, penamaan “Silampari
Kahyangan Tinggi” adalah bentuk perkembangannya di Kota Lubuklinggau,
sumber ceritanya Dayang Torek dengan sedikit perbedaan dalam gerak dan
iringan. Seperti halnya tarian sambut lain di Sumatera Selatan, dalam tarian ini
juga ada prosesi penyuguhan tepak berisi sirih, kapur, gambir, pinang, dan
tembakau. Tepak sirih dimaksudkan sebagai simbol penghormatan.
1
Sehubungan dengan Tari Silampari, ada kisah Bujang Penulup dan kisah Dayang
Torek. Keduanya mengisahkan hilangnya putri naik ke kahyangan. Bujang
Penulup mirip cerita Jaka Tarub, perbedaannya hanya dalam penyimpanan
selendangnya. Jaka Tarub di lumbung padi, sementara Bujang penulup di tanah
dapo (dapur).
2
tari ini yang awalnya menggunakan kemben atau dodotan, sekarang menggunakan
baju kurung (4) properti, pada zamannya dulu tidak menggunakan properti,
sekarang menggunakan tepak sebagai tanda kehormatan kepada para tamu agung
Busana
Tata Busana adalah segala aturan atau ketentuan mengenai pada tari
tradisional bersifat sangat sederhana, namun desain dan simbolisnya harus tetap
dipertahankan (Soedarsono, 1976: 5). Busana yang dikenakan oleh para penari
Tari Silampari Kahyangan Tinggi berasal dari pakaian peri saat zaman dahulu
yang hanya menggunakan dodot, selendang tenun, dan kain tekolok. Busana ini
terdiri dari :
1. Sewet songket
Sewet songket dipakai pria maupun wanita, terbuat dari benang sutera
yang ditenun dengan benang emas. Benang-benang tersebut disusun,
dicukit menurut corak, motif, dan jenis sesuai dengan tujuannya. Sewet
songket dipakai penari untuk menutupi tubuh bagian bawah, sama halnya
dengan pemakaian jarik di Jawa.
2. Baju Kurung
Baju kurung ini dipakai oleh panari untuk menutupi bagian atas, kalau dahulu
menggunaka dodot. Akan tetapi setelah tari ini di resmikan dan di pentaskan
pertama kembali pada tahun 2004 tari Silampari kahyangan Tinggi ini
menggunakan Baju Kurung.
3
Baju Kurung
3. Cempako atau Beringin
Cempako adalah hiasan kepala yang berbentuk bunga, terbuat dari kuningan
atau emas.
gelang burung
Gelang Kano
Terbuat dari bahan kuningan atau emas , berbentuk bulat, berukir-ukir dengan ukuran
yang lebih besar dari gelang biasa. Biasanya dipakai di tangan penari.
Gelang Kano
Kalung Kebo Munggah
Kalung yang terbuat dari emas atau berbahan kuningan yang memiliki tingkat tiga secara
susun.
4
Kalung Kebo Munggah
Pending Ikat Pinggang
Yang terbuat dari tembaga, perak, ataupun emas yang diberi motif tumbuh-tumbuhan
atau binatang. Pada kepala pending biasanya ada ukiran yang berbentuk naga atau ular.
Ikat Pinggang
Kembang urai
Kembang urai terbuat dari kertas yang berwarna dominan kuning yang dikombinasikan
dengan warna hijau dan merah.
Kembang Urai
Antingan
Adalah hiasan anting-anting yang dipasang di telinga terbuat dari bahan kuningan
atau emas.
Antingan
Sanggul
5
Sanggul
Pilis
Pilis
Gandik
Gandik
Meyiapkan Sirih Dalam Tepak
Tari Silampari dibawakan oleh enam orang perempuan dan satu laki-laki.
Tari ini diangkat dari kehidupan masyarakat Kota Lubuklinggau, yang lebih
dikenal dengan nama Silampari. Sebagai kota transit, tentunya akan banyak
pengaruh budaya yang datang dan silih berganti, tetapi itu tidak menyurutkan
semangat generasi muda Kota Lubuklinggau untuk tetap mempertahankan adat
budayanya sebagai Bumi Silampari Lubuklinggau. Materi gerak ini merupakan
pengembangan dari aspek ruang, waktu, dan ttenaga, Tetapi masih dalam tataran
gerak yang berkembang di Lubuklinggau pada umumnya.
6
Pola tari Silampari merupakan pola Lantai Garis Melengkung, Penari membentuk
garis lingkaran. Tari rakyat dan tari tradisional banyak menggunakan pola ini.
Pola lantai ini memberi kesan lemah dan lembut.
Sumber
7
https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Silampari_Kahyangan_Tinggi
https://blogkulo.com/tari-silampari-kahyangan-tinggi-sumsel/