Anda di halaman 1dari 18

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi Pernafasan

Pernafasan adalah suatu proses yang melibatkan pertukaran oksigen dan

karbon dioksida antara organisme hidup dan lingkungannya.9 Ventilasi atau

bernafas adalah proses pemasukan ke dan pengeluaran udara dari paru

secara bergantian sehingga udara alveolus lama yang telah ikut serta dalam

pertukaran O2 dan CO2 dengan darah kapiler paru dapt ditukar dengan udara

atmosfer segar. Fungsi utama pernafasan adalah memperoleh O2 untuk

digunakan oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh

sel.10

Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi berkaitan:

respirasi internal dan respirasi eksternal. Respirasi internal merujuk kepada

proses-proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria, yang

menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses mengambil energi

dari molekul nutrien. Respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian

kejadian pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.10

Sistem respirasi mencakup saluran nafas yang menuju paru, paru itu

sendiri, dan struktur-struktur dada yang berperan menyebabkan aliran udara

masuk dan keluar paru melalui saluran nafas. Udara cenderung mengalir dari

area dengan tekanan tinggi ke area dengan tekanan rendah, yaitu menuruni

gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan

Universitas Sumatera Utara


bernafas karena berpindah mengikuti gradien tekanan antara alveolus dan

atmosfer yang berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh aktivitas

siklus otot pernafasan.10

Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi10 :

1. Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh

berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Tekanan

atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas

permukaan laut karena lapisan-lapisan udara di atas permukaan bumi

juga semakin menipis.

2. Tekanan intra-alveolus (tekanan intraparu) adalah tekanan di dalam

alveolus.

3. Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah tekanan di dalam

kantung pleura atau tekanan yang ditimbulkan di luar paru di dalam

rongga toraks.

Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu konstan, tekanan yang

ditimbulkan oleh suatu gas berbanding terbalik dengan volume gas: yaitu,

sewaktu volume gas meningkat, tekanan yang ditimbulkan oleh gas

berkurang secara proporsional. Sebaliknya, tekanan meningkat secara

proporsional sewaktu volume berkurang. Perubahan volume paru, dan

karenanya tekanan intra-alveolus, ditimbulkan secara tak langsung oleh

aktivitas otot pernafasan.10

Universitas Sumatera Utara


Gamba
ar 1. Mekanisme pemb ukus pada jjalan nafass normal11
bersihan mu

Cairan mukus (lendir) mengalir


m me
elalui dista
al ke prokssimal salura
an

nafas.
n Pada bronkiolu
us yang pa
aling distal , sel epitell yang kubo
oid dan tidak

menghasilk
m kan musin, dan paten
nsi bronkio lar distabilkkan oleh ssurfaktan da
ari

alveoli
a yang berdekattan. Pada saluran
s naffas kecil ya
ang berdekkatan, lapisa
an

gel
g mukus diproduksii oleh sel-s
sel sekretorri untuk inttraseluler m
musin karena

diproduksi
d dalam jum
mlah yang rendah
r dan
n terus dike
eluarkan. P
Pada salura
an

nafas
n besa
ar dilapisi oleh epitel semu, la
apisan gel mukus teb
bal (50 mm
m)

terakumula
t asi dari mu
ukus yang dibawa da ri saluran n
nafas bagia
an distal da
an

Universitas Sumatera Utara


musin tambahan yang diproduksi oleh permukaan sel-sel sekretori dan

kelenjar.11

Mukus yang naik ke trakea, didorong melalui pita suara oleh epitel

silier dalam komisura posterior laring. Kemudian memasuki faring dan ditelan,

± 30 ml mukus saluran nafas dieliminasi setiap hari melalui saluran

pencernaan. Pita suara tidak berpartisipasi dalam pembersihan jalan nafas

karena tertutup oleh epitel skuamosa, tekanan ekspirasi menutup dan

terbuka secara tiba-tiba sehingga menyebabkan batuk.11

Gel mukus didorong kearah proksimal oleh epitel silier,

membersihkan partikel yang terhirup, patogen, dan bahan kimia terlarut yang

dapat merusak paru-paru. Batuk merupakan mekanisme kedua dalam

pembersihan mukus dari saluran nafas.11

2.2. Patofisiologi Paru

Manusia memiliki sebuah sistem pernafasan yang kompleks dan efisien. Jika

terjadi kerusakan pada sistem pernafasan, maka fungsi pernafasan akan

terganggu. Trauma atau disfungsi saluran nafas dapat menyebabkan

kelainan obstruktif paru, termasuk bronkitis dan asma, menimbulkan

kerusakan parenkim paru yang dapat menghasilkan penyakit paru restriktif

atau penyakit pembuluh paru.10

Pernafasan adalah suatu proses pertukaran oksigen dan karbon

dioksida antara organisme hidup dan lingkungannya. Kegagalan pernafasan

Universitas Sumatera Utara


merupakan
m n suatu kondisi
k yan
ng menye babkan ha
antaran oksigen tidak

memadai
m dan memerlukan in era untuk menghinda
ntervensi kklinis sege ari

hipoksia
h jarringan dan kerusakan organ.9

Gambar 2.
2 Penyakit saluran na mukus11
afas dan karrakteristik m

Berd
dasarkan ga
ambar di attas menunjjukkan kontribusi penyyakit mukosa

yang
y men
nghasilkan mukus abnormal.
a Pada pe
enderita assma, terja
adi

remodeling
r g saluran nafas
n ditan
ndai denga
an semakin
n meningkkatnya mussin

epitel
e kare
ena epitel di permuka
aan mukossa terjadi metaplasia
a, hiperplassia

serta
s meningkatnya jumlah pe
embuluh da
arah di ep
pitel g mengalami
yang

kebocoran
k selama te
erjadi rada
ang. Perub
bahan kele mukosa tidak
enjar subm

menonjol
m kecuali pada
a penyakit yang
y berat..11

Universitas Sumatera Utara


Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), terhadi peningkatan musin

karena terjadi metaplasia dan beberapa terjadi hiperplasia pada permukaan

mukosa serta meningkatkan volume dan jumlah kelenjar di submukosa. Pada

semua penyakit saluran nafas terjadi peningkatan sel radang pada dinding

dan saluran nafas.11

Penyakit infeksi saluran nafas dapat menyebabkan terjadinya disfungsi

mukus. Selain itu, pada pasien yang terintubasi dan penderita yang

mengalami kelainan paru – paru akibat dari kelumpuhan, imobilisasi,

pembedahan dan pneumonia merupakan komplikasi umum pada pasien

terintubasi dapat menyebabkan peningkatan mukus.11 Mukus cenderung

tertahan di di ujung tabung endotrakeal dan kemampuan untuk batuk tidak

berkurang oleh karena pemakaian relaksan otot dan sedasi yang digunakan

selama pemakaian ventilasi mekanik.4

2.3. Ventilasi Mekanik

Ventilasi mekanik merupakan suatu alat yang dibuat untuk menggantikan

pernafasan spontan. Digunakan untuk kesembuhan pasien dari krisis

pernafasan akut dan/atau terapi jangka panjang untuk pasien dengan

hipoventilasi kronik. Akses ke sistim pernafasan untuk jangka pendek

digunakan pipa endotrakeal sedangkan untuk jangka panjang digunakan

trakeostomi. Trakeostomi dapat berguna tanpa ventilasi mekanik untuk

melewati pernafasan bagian atas dan menjaga patensi jalan nafas,

Universitas Sumatera Utara


mengurangi risiko terjadinya aspirasi dan pembersihkan sekret dari jalan

nafas.12

2.4. Indikasi Penggunaan Ventilasi Mekanik

Indikasi pemakaian ventilasi mekanik terutama pada penderita hipoksemia

berat, hiperkapni berat, atau kerja nafas yang berlebihan.13

Tabel 1. Indikasi pemakaian ventilasi mekanik14

Kelainan ventilasi Kelainan oksigenasi

Disfungsi otot pernafasan Refractory hypoxemia

- Otot nafas yang lemah Memerlukan PEEP, pada edema

- Kelainan dinding dada paru atau perdarahan pada paru

- Penyakit neuromuscular Kerja nafas yang berlebihan

Penurunan kerja ventilasi

Peningkatan resistensi dan/atau obstruksi

jalan nafas

Kebanyakan ventilasi mekanik tersedia di perawatan intensif, dan

umumnya digunakan dalam jangka pendek (beberapa hari) sampai penyebab

krisis pernafasannya dapat teratasi atau terjadi kematian.12

2.5. Modus Pendukung Ventilasi Mekanik

Universitas Sumatera Utara


Parameter dari ventilasi mekanik bervariasi tergantung dari pembuatannya.

Parameter dasar yang sering dijumpai adalah persen oksigen, tidal volume

dan/atau ventilasi menit, tekanan puncak/waktu inspirasi atau tekanan aliran

rata-rata, dan aturan batas alarm. Pemilihan modus berdasarkan kebiasaan

pengalaman klinisi dan pilihan institusional.15

Pengaturan ventilator meliputi 2 hal yaitu pemilihan modus dan

pemilihan setting. Modus ventilator terbagi menjadi 3 target utama:16

1. Target volume

Besarnya volume udara yang masuk ke dalam paru-paru pasien

tergantung pada jumlah tidal volume (TV) dan atau minute volume (MV)

yang ditentukan di mesin ventilator.

2. Target tekanan (pressure)

Besarnya volume udara yang masuk ke paru-paru pasien tergantung

pada besarnya tekanan udara inspirasi atau IPL (Inspiratory Pressure

Level) pada mesin ventilator.

3. Gabungan volume dan tekanan

Besarnya volume dan tekanan udara di dalam paru-paru tergantung pada

TV atau MV dan IPL yang ditentukan pada mesin.

Dari aspek ketergantungan, ventilator dapat pula terbagi menjadi 2

bagian besar yaitu:16

Universitas Sumatera Utara


1. Modus bantuan penuh terdiri dari modus VC, PC, IPPV, CMV, PCV+,

(S)CMV, P-CMV

2. Modus bantuan sebagian terdiri dari modus SIMV, P support, SIMV+PS,

BIPAP, APRV, ILV, FDAP, P-SIMV, APV simv, ASV, Duo PAP (Peak

Airway Pressure), APRV, SPON.

2.6. Pemilihan Modus Ventilasi

Pemilihan modus ventilator tidak mutlak harus menggunakan modus volume

atau modus tekanan. Namun pemilihan ditentukan oleh kondisi pasien.16

2.7. Fisioterapi

Pada rumah sakit di negara berkembang, fisioterapi merupakan bagian yang

erat hubungannya dengan pengelolaan pasien perawatan intensif. Peran

fisioterapi di perawatan intensif bervariasi, tergantung pada faktor-fakor

seperti negara di mana perawatan intensif berada, kebiasaan lokal,

ketenagaan, pelatihan dan keahlian.2

Pada umumnya teknik yang digunakan para fisioterapis pada

perawatan intensif yaitu positioning, mobilisasi, hiperinflasi manual, perkusi,

getar, suction, batuk, dan variasi latihan pernafasan.1,2,17 Teknik terapi, terdiri

dari:2

1. Positioning

Universitas Sumatera Utara


Memposisikan tubuh pasien pada perawatan intensif digunakan dengan

tujuan mengoptimalkan transportasi oksigen secara fisiologis dengan

meningkatkan efek ventilasi/perfusi, meningkatkan volume paru,

mengurangi kerja pernafasan, meminimalkan kerja jantung dan

meningkatkan pembersihan mukosiliar.

Contoh spesifik yang dapat digunakan adalah memposisikan pasien

pada posisi tegak dalam proses penyapihan dari ventilasi mekanik, dapat

meningkatkan volume paru dan mengurangi kerja pernafasan,

meningkatkan ventilasi/perfusi, redistribusi edema dan meningkatkan

kapasitas residu fungsional pada pasien ARDS (Acute Respiratory

Distress Syndrome).

Fisioterapi dengan tindakan posisi tegak lebih dari 40o secara teratur

dapat menurunkan insiden terjadinya Ventilator-Associated Pneumonia

(VAP).18

2. Mobilisasi

Mobilisasi akan mengoptimalkan transport oksigen, sehingga

meningkatkan ventilasi alveolar dan penyesuaian ventilasi/perfusi. Secara

jangka panjang, mobilisasi bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas

kerja dan kemandirian fungsional dan untuk meningkatkan fungsi jantung-

paru.2

Universitas Sumatera Utara


3. Hiperinflasi manual

Tindakan ini diyakini dapat meningkatkan inflasi pasif dari paru dan aliran

ekspirasi.7 Hiperinflasi manual dilakukan dengan melepaskan pasien dari

ventilator dan mengisi paru dengan TV yang besar secara manual melalui

resuscitator bag. Tujuan teknik ini untuk mencegah terjadinya kolaps paru

atau atelektasis,19 reexpanding kolaps alveoli, meningkatkan oksigenasi

dan pergerakan sekresi paru menuju saluran nafas sentral,2 memperbaiki

komplien statik dan dinamik, meningkatkan jumlah sekresi saat disuction

dan menurunkan penyebab terjadinya VAP.7,19,20 Parameter yang dilihat

yaitu PIP, volume delivered, Mean Inspiratory Flow Rate (MIFR) dan Peak

Expiratory Flow Rate (PEFR).19

4. Perkusi dan getar (vibration)

Adanya hantaran gelombang energi melalui dinding dada, perkusi dan

getar dipercaya dapat meningkatkan pembersihan sekresi jalan nafas.2

Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan ke

saluran nafas,21 dapat dilakukan dengan telapak tangan, jari dan jempol

menepuk (mengetuk) daerah dada,2 dengan kecepatan ketukan masih

kontroversi.21

Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan patah tulang rusuk,

emfisema subkutan daerah leher dan dada, skin graf yang baru, luka

Universitas Sumatera Utara


bakar, infeksi kulit, emboli paru dan pneumotoraks tension yang tidak

diobati.21

Getar merupakan tindakan fisioterapi tradisional yang digunakan pada

pasien yang mengalami gangguan pernafasan.22 Getar dilakukan untuk

menggerakkan sekret ke saluran pernafasan.21 Getar dilakukan hanya

pada waktu penderita mengeluarkan nafas. Getar diterapkan secara

manual dengan alat getar, shaking, atau kompresi dada selama

ekspirasi.2 Fisioterapi getar meningkatkan aliran ekspirasi dan

meningkatkan jumlah sekret serta dapat mengurangi kejadian VAP sekitar

27% jika dikombinasi dengan positioning.18

Penderita disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi

dilakukan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi.

Bila penderita tidak dapat bernafas dalam dapat dibantu dengan ambubag

dan hati-hati pada penderita patah tulang dan hemoptisis.21

Tindakan kompresi dan osilasi selama fisioterapi getar berfungsi untuk

pembersihan sekresi yang mempengaruhi beberapa mekanisme fisiologi,

seperti:22

1) peningkatan PEFR

2) meningkatkan aliran udara ekspirasi serta meningkatkan aliran mukus

kembali ke orofaring, dapat terjadi jika PEFR 10% lebih besar dari

peak inspiratory flow rate (PIFR) misal PEFR/PIFR >1.1

Universitas Sumatera Utara


3) meningkatkan aliran mukus dengan menurunkan kekentalan mukus

dan meningkatkan aliran ekspirasi dengan kekuatan getaran 3 sampai

17 Hz, dan

4) terjadinya batuk yang spontan melalui stimulasi mekanik jalan nafas.

Fisioterapi getar menyebabkan aliran ekspirasi rata-rata lebih besar

dan rasio PEFR/PIFR lebih tinggi dibandingkan dengan intervensi

fisioterapi lainnya. Sebuah studi memperkirakan bahwa fisioterapi getar

efektif terhadap pengeluaran sekret, meningkatkan proses pertukaran

udara dan TV.8

5. Latihan anggota gerak

Latihan anggota gerak dapat dilakukan pada pasien perawatan intensif

dengan tujuan mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak sendi,

jaringan lunak, fungsi dan kekuatan otot, dan penurunan risiko

tromboemboli.2

6. Continuous Rotational Therapy

Dengan menggunakan tempat tidur khusus, pasien diputar terus menerus

dan perlahan sepanjang sumbu longitudinal hingga sudut 600 ke setiap

sisi dengan tingkat kecepatan dan perputaran sudah diatur. Terapi ini

bertujuan untuk mencegah penutupan saluran nafas, menurunkan

Universitas Sumatera Utara


kompliens, atelektasis, penyatuan dan stagnasi sekresi paru, dan infeksi

dari imobilisasi berkepanjangan.2

2.8. Hubungan Fisioterapi dengan Perubahan Nilai Parameter

Pemantauan Ventilasi Mekanik

Teknik fisioterapi yang sering digunakan pada anak yang menggunakan

ventilator yaitu postural drainage, hiperinflasi manual, perkusi dinding dada

dan getar, saline instillation dan suction.17

Walaupun masih terbatas faktanya, namun endotracheal suctioning

dan fisioterapi dada merupakan tindakan yang sering dilakukan pada anak

yang terintubasi di ruang intensif.23

Sebuah studi uji klinis acak cross-over membandingkan efek fisioterapi

dada (FD) dengan endotracheal suctioning pada pasien yang dilumpuhkan

memakai sedasi dan ventilator didapatkan, 15 menit setelah FD terjadi

penurunan bermakna nilai base excess (BE), bikarbonat, saturasi oksigen

dan resistensi pernafasan. Tiga puluh menit setelah FD terjadi peningkatan

ruang rugi fisiologis (physiological deadspace). Bila hanya dilakukan

endotracheal suctioning, setelah 15 menit tidak terjadi perubahan volume

tidal ekspirasi (expired tidal volume), komplien paru, nilai analisa gas darah

ataupun ruang rugi fisiologis.23

Bila kelompok FD dibandingkan dengan kelompok endotracheal

suctioning, setelah 15 menit dijumpai nilai BE yang lebih tinggi pada

Universitas Sumatera Utara


kelompok FD, setelah 30 menit dijumpai volume tidal ekspirasi (expired tidal

volume), komplien paru, dan ruang rugi fisiologik yang lebih tinggi pada

kelompok FD. Nilai pCO2, pO2 dan pH antara kedua kelompok tidak berbeda

secara bermakna.23

Fisioterapi dilakukan dengan aman dan efektif untuk meningkatkan

volume pernafasan tanpa mengganggu kerja jantung.19 Pada pasien rawatan

intensif yang terintubasi banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

perburukan pembersihan jalan nafas, termasuk adanya kotoran di jalan

nafas, humidifikasi yang tidak adekuat, obat-obatan, penyakit paru yang

mendasarinya, dan kerusakan mukosa akibat tindakan suction. Ini

merupakan alasan mengapa fisioterapi rutin perlu dilakukan. Beberapa

penelitian menunjukkan efikasi tindakan fisioterapi pada pasien yang kritis

dan yang dirawat di unit perawatan intensif,24 didapati peningkatan TV, PIFR,

PEFR dan rasio inspirasi-ekspirasi.19

Sebuah studi systematic review menilai fisioterapi dada lebih efektif

dalam pembersihan sekret dibandingkan tanpa fisioterapi atau hanya

mengharapkan usaha batuk spontan pada penderita kistik fibrosis.25

Pembedahan dan bius umum memberikan efek langsung terhadap

sistem pernafasan. Pembedahan perut bagian atas mempengaruhi fungsi

paru setelah operasi, antara lain penurunan kapasitas total paru, kapasitas

vital dan volume tidal. Fisioterapi dada yang dilakukan setelah pembedahan

Universitas Sumatera Utara


perut bagian atas efektif memperbaiki saturasi hemoglobin oksigen tanpa

meningkatkan nyeri perut.26

Pada sebuah penelitian, fisioterapi kompresi-getar secara signifikan

meningkatkan peak expiratory flow dan membuat aliran udara lebih baik (ratio

PEF:PIF >1.1) dan peningkatan volume tidal dan tekanan jalan nafas setelah

fisioterapi dada manual.4

Sebuah studi menilai usaha pernafasan secara simultan pada pasien

yang menggunakan ventilator. Didapati peningkatan PEF, PIP dan volume

inspirasi selama dilakukan fisioterapi dada manual dengan atau tanpa

fisioterapi dada getar dibandingkan pemantauan ventilator awal.27

Pada beberapa rumah sakit, fisioterapi rutin dilakukan pada pasien

rawatan intensif yang terintubasi dan menggunakan ventilator, untuk

mengurangi terjadinya komplikasi paru, seperti nosocomial pulmonary,

bronchopulmonary infection, atelektasis.2

Fisioterapi dianggap dapat mengeluarkan radang eksudat dan sekret

trakeobronkial, mencegah sumbatan jalan nafas, mengurangi resistensi jalan

nafas, meningkatkan pertukaran udara dan mengurangi kerja nafas. Sebuah

studi uji klinis acak menyimpulkan fisioterapi dada sebagai tambahan

pengobatan standar tidak mempercepat perbaikan anak yang dirawat dengan

pneumonia akut dan memperpanjang durasi dari batuk dan adanya ronki, dan

dapat diberikan hanya pengobatan standar untuk pneumonia.5

Universitas Sumatera Utara


Sebuah penelitian menilai komplien paru sebelum dan 2 jam setelah

fisioterapi dada (postural drainage, perkusi, getar dan suction) menunjukkan

peningkatan komplien paru setelah 2 jam dilakukan fisioterapi sehingga

pemeriksaan radiologi dada perlu dilakukan untuk mengetahui daerah dada

mana yang perlu dilakukan fisioterapi agar menghasilkan perubahan

komplien paru.28

Fisioterapi dada dianggap sebagai prosedur perawatan yang paling

mempengaruhi pada pasien yang memakai ventilasi mekanik dan tidak boleh

diberikan kepada anak dengan kelainan jantung paru yang membutuhkan

asupan oksigen tinggi dan anak dengan peningkatan intrakranial. Fisioterapi

dada sebaiknya diberikan pada pasien yang mengalami gangguan

pernafasan dan dimonitor juga hemodinamiknya.6

Suatu penelitian yang menilai efek getar terhadap sistem pernafasan

menyatakan tidak ada perbedaan puncak inspirasi, akhir ekpirasi dan volume

paru setelah dilakukan fisioterapi getar maupun manual.29 Tindakan fisioterapi

dada pada pasien dengan ventilasi mekanik harus dievaluasi dalam hal

proses penyapihan dari ventilasi, kejadian atelektasis dan lamanya rawatan.

Variasi respon terhadap fisioterapi dada pada kelompok usia yang berbeda

karena perubahan sifat fisiologis seperti kapasitas dan komplien paru.6

Universitas Sumatera Utara


2.9.
2 Kera
angka Kon
nsep Penelitian

Faktor rrisiko:  Disebabkan  oleh  penyakit  yang 


1. Kelaainan ventilasi  Pasien dengaan  mendasarinya  seperti  pneumonia, 
2. Kelaainan oksigenaasi  ventilasi  gagal  nafass,  trauma,  p
peningkatan 
3. Hipperventilasi  tekanan intrrakranial 
mekanik
4. Pem makaian  sed dasi  dan/atau 
pelumpuh otot saaraf 

Pengaaturan  settin
ng  ventilator  dengan  m modus  volum me,  tekanan  ataupun 
gabunngan  dengan  parameter  pemantauan
p :  volume  tid
dal  (VT),  peakk  inflation 
pressure  (PIP),  peak 
p inspira
atory  flow,  dan  peak  expiratory  fflow  dan 
pemeeriksaan analiisa gas darah

Pengggunaan fisiotterapi 
dada  

Suction 

Pen
ngeluaran sekkret, 
pembbersihan jalann nafas 

Jumlah
h sekret, ranggsangan 
batuk

Perub bahan nilai parameter pe mantauan veentilator : 


me tidal (VT), peak inflatioon pressure (PPIP), peak 
volum
inspirratory  flow,  dan  peak  expiratory  fflow  dan 
peme eriksaan analisa gas darah  

= Yang dite
eliti

Gambar 1. Ke
G erangka konse
eptual penelitian 

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai