Anda di halaman 1dari 7

EXPLORER SEARCH AND RESCUE (ESAR)

Oleh: Imron Dwi Ari Sandi


NIA.P.17.09.176

I. Pendahuluan.
Pada awal tahun 1980-an beberapa kelompok pendaki gunung mulai mencoba
mengembangkan Explorer Search And Rescue (ESAR). Sistem ini berasal dari Amerika
Serikat yang diperuntukan bagi para penjelajah daerah-daerah berhutan, padang kering
dan sungai. Pada tahun-tahun sebelumnya system SAR laut dan udara masih menjadi
rujukan untuk melakukan pencarian orang hilang di gunung. Yang membedakan ESAR
dengan induknya SAR secara keseluruhan terletak pada rinci operasionalnya. Dalam
ESAR dikenal lima tahap pencarian atau operasi.
II. Maksud dan Tujuan
Menolong sesama hidup merupakan salah satu bukti dari pengamalan rasa cinta
alam. Sehingga sebagai mahluk hidup yang mengaku dekat dengan alam, Explorer
Search And Rescue amatlah dibutuhkan, khususnya untuk menolong sesama hidup.
Lebih dipersempit lagi ruang lingkup operasionalnya dalam menolong korban di gunung
dan hutan.
Materi ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang teknik operasional dalam
ESAR sasuai dengan apa yang dibutuhkan. Sebab ESAR memerlukan dan menuntut
personil yang siap, cepat dan tanggap. Personil ESAR diharapkan mampu menjalankan
kewajibannya dengan baik, yang bukan berasal dari kata tugas, melainkan dari panggilan
moral, hati nurani dan sebuah arti kesetiakawanan terhadap sesama.
III. Teknik-teknik Pencarian
Dalam pencarian terdiri dari empat unsur yang dapat dijadikan standar dalam
menentukan ketrampilan tertentu yang dibutuhkan bagi suatu operasi SAR :

No. Unsur Pengetahuan


1. Locate (menentukan lokasi Pengetahuan tentang navigasi
korban) darat, data peristiwa, keadaan
korban, keadaan medan dll.
2. Reach (mencapai korban) Ketrampilan mendaki gunung,
RC, hidup di alam, mencari jejak,
penguasan peta dan kompas, dll.
3. Stabilize (menentramkan Pengetahuan dan ketrampilan
korban) PPPK, gawar darurat.
4. Evacuate (membawa kembali Sama dengan reach serta
korban) penguasaan P3K.
Teknik pencarian disini merupakan teknik pencarian yang dilakukan di darat.
Walaupun tidak secara khusus untuk di darat, teknik ini juga yang membedakan antara
SAR dan ESAR. Teknik pencarian ini bertumpu pada lima tahap.
1. Tahap Awal (Preliminary Mode)
Yaitu mengumpulkan informasi-informasi awal, saat dari mulai tim-tim pencari
diminta bantuannya sampai kedatangannya di lokasi. Melakukan perencanaan
pencarian awal, perhitungan-perhitungan, mengkoordinasikan regu pencari,
memebentuk pos pengendali perencanaan, mencari identitas subjek, perencanaan
operasi dan evakuasi.
2. Tahap Pemagaran (Confinement Mode)
Yaitu memantapkan garis batas untuk mengurung orang yang dinyatakan atau
dikhawatirkan hilang agar berada di dalam areal pencarian (search area). Untuk lebih
jelasnya akan dibahas dalam bagian tersendiri.
3. Tahap Pengenalan (Detection Mode)
Yaitu pemeriksaan-pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang dicurigai.
Apabila dirasa perlu, dilakukan pencarian dengan cara menyapu (sweep searches). Bisa
juga dilakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang diketemukan tanda-tanda
atau barang-barang yang ditinggalkan oleh survivor. Untuk lebih jelasnya akan dibahas
dalan bagian tersendiri.
4. Tahap Pelacakan (Tracking Mode)
Yaitu mengikuti dan melacak jejak yang ditinggalkan oleh survivor atau
pelacakan terhadap barang-barang yang tercecer dari survivor. Trackingbisa benar-
benar dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan berpengalaman serta mempunyai
kemampuan melacak yang tinggi antara lain membaca jejak, medan peta kompas,
mengerti maksud dan tujuan korban, makna dari benda-benda yang terjatuh dan sengaja
ditinggal korban atau dengan menggunakan anjing pelacak. Dari beberapa pengalaman,
pelacakan dengan anjing pelacak masih belum bisa dilakukan secara baik untuk kondisi
alam Indonesia. Hal ini dikarenakan faktor alam yang sulit dan ekstrim serta cepat
berubah.
5. Tahap Evakuasi (Evacuation Mode)
Yaitu memberikan pertolongan pertama dan membawa survivor ke titik
penyerahan untuk perawatan lebih lanjut. Tiga hal pokok yang harus dilakukan pencari
apabila berhasil menemukan Survivor dalam keadaan hidup:
a. Memberikan pertolongan pertama bila diperlukan. Dalam hal ini personil harus
benar-benar memiliki kemampuan pertolongan pertama, karena kalau salah
menangani akan mengakibatkan korban bertambah parah bahkan bisa meninggal.
b. Meyakinkan pada survivor bahwa Ia akan selamat
c. Mengabarkan ke pangkalan pengendali tentang kondisi dan lokasi
ditemukannya survivor.
Bila survivor dalam keadaan meninggal :
a. Tidak boleh merubah posisi survivor sebelum ada perintah dari SMC
b. Menjaga survivor dari segala gangguan yang mungkin terjadi
c. Melaporkan ke pangkalan untuk dievakuasi
Teknik yang digunakan dalam evakuasi :
a. Memapah
b. Memandu
c. Bantuan helikopter
d. Modifikasi dari teknik yang ada
IV. Tahap Pemagaran (Confinement Mode)
Dasar pemikirannya adalah menjebak survivor dalam area yang jelas dan kita
dapat mengetahui batasan-batasannya, sehingga :
Area tersebut dapat dilakukan pencarian atau disapu.
Sebagai petunjuk bagi survivor untuk menuju tempat yang dapat diketahui tim
pencari.
Kerja awal dari tahap ini adalah memagari kemungkinan gerak dari pencarian
yang padat yang mungkin diperlukan bila areal pencarian menjadi terlalu luas.
A. Metode Confinement :
1. Trail Blocking (razia pada jalan setapak)
Yaitu menempatkan tim kecil pada jalan masuk ke areal pencarian untuk
menjaga kemungkinan korban melalui daerah tersebut. Mencatat nama-nama yang
keluar masuk areal pencarian tersebut.
2. Road Bolcks (razia pada jalan keluar)
Pada dasarnya sama dengan trail blocks, hanya saja disini masyarakat,
pamong desa dapat diminta bantuan untuk melakukan pengawasan kemungkinan
korban keluar melalui desa mereka atau dengan meminta bantuan petugas keamanan
atau tenaga yang lainnya.
3. Look Outs
Mengadakan “pengintaian” dengan menempatkan regu-regu kecil di
ketinggian untuk dapat mendeteksi dan mengawasi daerah-daerah sekitar yang lebih
rendah untuk mendeteksi dan mengawasi bila ada yang bergerak, membuat asap,
tanda-tanda dari survivor jika berada di sekitar daerah itu. Juga menggunakan tanda-
tanda yang menyolok untuk menarik perhatian survivor, misalnya bunyi-bunyian,
lampu, sinar, api, asap dll.
4. Camp In
Yaitu mendirikan pos-pos di lokasi yang strategis, misalnya saja
persimpangan jalan atau pertemuan aliran sungai. Dari Camp In ini tim pencari
dapat bergerak melakukan pencarian di daerah sekitar.
5. Track Traps (jalur jebakan)
Yaitu jalur setapak atau tempat-tempat tertentu yang kemungkinan besar
akan dilalui oleh korban karena tempat tersebut secara alamiah dan naluri, besar
kemungkinannya akan dipilih atau dilewati korban, misal jalur air, mata air, gua,
tempat datar dsb. Tim pencari dapat membuat jebakan buatan, misal dengan
menggemburkan tanah disekitar jalur. Periksalah secara berulang area itu secara
berkala untuk melihat jejak korban.
6. String Lines
Yaitu pembatas buatan berupa jalur benang atau tali yang ditarik mengikuti
jalur tertentu yang diharapkan akan membatasi ruang gerak korban. Bila string
line tersebut diketemukan oleh korban, ia akan dituntun menuju tempat tertentu
misal jalan setapak, camp in dsb (lihat gambar). Secara khusus akan efektif bila
dilakukan pada daerah-daerah terbuka dimana cara pandangnya baik.
Bila daerahnya berpohon dan bersemak lebat, dapat lebih sempurna dengan
menggunakan Tagged String Lines (bentangan tali yang bertanda).Tags (tanda-
tanda) pada string lines akan menarik perhatian survivoruntuk bergerak mengikuti
tali itu dan keluar menuju tempat yang ditunjukkan oleh tanda-tanda itu.
Tujuan menggunakan string line adalah menjadikan ruang-ruang atau
kotak-kotak search area menjadi sektor yang terkuasai untuk pencarian tim pencari.
Setelah Initial Confinement (pemagaran awal), tambahanstring line dapat
digunakan untuk membagi-bagi area itu. String line dapat digunakan untuk
pemagaran dan untuk menandai sektor pencarian. Pemisahan lebih lanjut ini
bertujuan untk mempersempit areal pencarian yang dilakukan oleh tim pencari.
V. Tahap Pengenalan (Detection Mode)
Detection adalah usaha untuk mencari korban atau benda yang tercecer/terjatuh
atau sengaja ditinggalkan survivor. Pada keadaan inilah pasukan atau tenaga dari tim
ESAR terutama diperlukan atau digunakan.
Metode detection, dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Penamaan dari ketiga
kategori di bawah ini telah digunakan dalam ESAR untuk beberapa tahun ini, diambil
karena hal ini secara umum bertalian terhadap tahapan dari pengembangan operasi
pencarian. Tipe I umumnya mendahului tipe II, tipe II muncul sebelum tipe III.
1. Tipe I Search
Yaitu pemeriksaan tidak resmi yang segera dilakukukan terhadap areal yang
dianggap paling memungkinkan. Penamaan lain untuk tipe ini
adalahReconnaisance atau Hayt Searching/pencarian terburu-buru.
a. Metode ini digunakan pada :
Tahap pencarian awal
Memeriksa ulang daerah dimana diduga survivor berada
b. Sasaran metode ini :
Pemeriksaan yang segera atas area yang spesifik dimana survivor diduga
berada
Memperoleh informasi mengenai areal pencarian
c. Teknik yang digunakan
Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang yang mampu bergerak cepat untuk
memeriksa daerah pencarian. Bila menemukan barang yang tercecer dan bila SMC
(SAR Mission Coordinator) menghendaki barang tersebut dibawa, maka
sebuah marker akan dipasang dan ditempatkan di lokasi penemuan.
2. Tipe II Search
Kriterianya adalah efisiensi, pemeriksaan yang cepat dan sistematis atas area
yang luas, dengan metode penyapuan yang akan menghasilkan hasil akhir yang tinggi
dari setiap pencari per jam kerjanya. Nama lain dari tipe ini adalah open
grids (pencarian grid renggang/penyapuan renggang).
a) Metode ini digunakan pada :
Tahap awal operasi pencarian, terutama bila jangka waktu orang yang bertahan
hidup diperkirakan sangat pendek
Bila areal pencarian luas dan tidak ada areal tertentu yang dapat dicurigai dan
tidak tersedia cukup tenaga pencari yang dapat mengcover keseluruhan area.
b) Sasaran metode ini adalah pencarian yang tepat dan cepat pada areal yang luas.
c) Teknik yang digunakan
Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang, yang sejajar dengan jarak yang
cukup lebar antara 10 sampai 20 meter dengan arah yang telah ditentukan. Ada
baiknya ada seorang pemimpin tim yang bergerak mengawasi penyapuan, tugasnya :
Memperhatikan apakah penegang kompas dapat menjaga sudut kompas yang
sejajar
Mengatasi hal-hal yang muncul mendadak
Memeriksa penemuan-penemuan yang ditemukan oleh tim
Ada cara umum untuk mencegah regu pencari saling tumpang tindih satu sama
lain atau tidak bisa menjaga jarak yang telah ditentukan diantara mereka yaitu dengan
memakai pita atau ribbon dan menggunakan kompas.
Pada metode I dan II pada selang waktu tertentu regu berhenti untuk
memperhatikan sekilas sekitarnya serta memanggil survivor sambil menanti
kemungkinan jawaban. Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe II

Keterangan:
1. Tim terdiri dari 6 orang memeriksa kedua tepi sungai kecil.
2. A & B, personil ujung kiri dan kanan memasang marker (catatan petunjuk
lapangan), dan string line/ribbon.
3. C adalah petugas kompas/kompas man yang selalu memeriksa bahwa pencarian
sesuai arah kompas.
4. X adalah pimpinan SRU yang mondar-mandir sekitar barisan sambil memeriksa
dan memastikan jarak personil terjaga dan juga melihat situasi sekitar medan, apakah
perlu ada perubahan arah atau sistem pencarian.
5. Z adalah navigator, yang bertugas membantu kompas man untuk memastikan
agar sudut pencarian tidak melenceng.
Bila alat komunikasi cukup, maka idealnya X, A, dan B masing-masing membawa
HT.
3. Tipe III Search
Kriterianya adalah kecermatan, pencarian dengan sistematika yang ketat atas
area yang lebih kecil menggunakan metode penyapuan yang cermat. Dinamakan
juga close grids (pencarian grid rapat/ penyapuan rapat).
a) Metode ini digunakan pada :
Besarnya kemungkinan objek yang ditemukan dalam areal pencarian pada
metode tipe II, lebih rendah dari apa yang diharapkan
Bila areal pencarian terbatas dan tenaga yang tersedia mencukupi
b) Sasaran metode ini adalah pencarian yang cermat atas areal yang spesifik
c) Teknik yang digunakan
Penyapuan dengan jarak yang sempit. Jumlah anggota tim 3-9 orang dengan
jarak kira-kira antar personil 3 sampai 5 meter. Pita-pita atau sring line banyak
digunakan untuk mengontrol dalam memberi tanda yang jelas antara areal yang sudah
dicari dan yang belum. Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe III.
4. Sikap Mental Selama Pencarian
a. Cepat tanggap. Pentingnya cepat tanggap untuk mencegah :
 Sangat cepatnya meluasnya areal pencarian yang potensial
 Meningkatnya kesulitan pencarian berkaitan dengan mobilitas dan reaksi
b. Dalam melakukan pencarian jangan terlalu terburu-buru, hendaknya dilakukan
dengan kecermatan dan keteletian. Hal ini untuk mengindari
kemungkinan survivor tidak terdeteksi saat dilakukan penyapuan.
c. Pencarian adalah hal yang menarik. Bila pencarian kita anggap sebagai hal
menarik, maka hasilnya akan lebih efektif. Kesungguhan, perhatian penuh dan
sikap agresif dalam mengawasi merupakan komponen yang berharga bagi kerja
pencarian.
d. Pentingnya mencari jejak atau barang yang tercecer. Penemuan jumlah jejak dan
barang yang tercecer di dalam area, diperkirakan akan lebih banyak dari survivor.
Penemuan juga dapat merupakan pemasukan yang penting bagi penyempitan areal
pencarian.

Anda mungkin juga menyukai