Anda di halaman 1dari 7

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.5 April 2012

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam


Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi.
Oleh : Etik Umiyati.SE.MSi
Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Jambi,
Kampus Pinang Masak

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tipologi pertumbuhan


ekonomi regional di Propinsi Jambi setelah implementasi kebijakan otonomi daerah dan
Berapa besar disparitas pendapatan antar wilayah/kabupaten di Propinsi Jambi setelah
implementasi kebijakan otonomi daerah Hasil penelitian menunjukkan terlihat bahwa
kabupaten Tanjung Jabung Barat termasuk dalam klasifikasi daerah yang cepat maju dan
cepat tumbuh. Daerah yang berkembang cepat adalah kabupaten Sarolangun dan Bungo.
Sedangkan Kota Jambi dan Tanjunng Jabung Timur termasuk dalam wilayah daerah
maju tapi tertekan. Kabupaten Kerinci, Merangin, Batang Hari, Muaro Jambi dan Tebo
tergolong kategori daerah relatif tertinggal. Tingkat Disparitas pendapatan di Propinsi
Jambi setelah implementasi kebijakan otonomi daerah Dari hasil pengukuran model
indeks Entropi Theil, maka diketahui indeks ketimpangan pendapatan di Propinsi Jambi
setelah implementasi kebijakan otonomi daerah berada pada I(y) 0.129 – 0.148. Ini
berarti dengan kriteria Theil, pemerataan pendapatan wilayah Propinsi Jambi berada
pada level merata tetapi trend ketimpangan ini cenderung berfluktuasi. Pada awalnya
ketimpangan pendapatan meningkat dan pada tahap berikutnya ketimpangan cenderung
menurun yang berarti ketimpangan bergeser mendekati pemerataan. Indeks ketimpangan
pendapatan yang tertinggi pada tahun 2009 sebesar 0.148, sedangkan yang terendah
pada tahun 2001 sebesar 0.129.

Kata Kunci : Pertumbuhan ekonomi,Pendapatan perkapita,Tipologi pertumbuhan


ekonomi regional,Disparitas pendapatan

Halaman 15
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.5, April 2012

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Sektor industri pengolahan sebesar


Pemberlakuan Undang- Rp. 2.068.252,13 atau 13,52%. Dan
Undang No 22 Tahun 1999 tentang sektor pertambangan dan penggalian
Pemerintah Daerah dan Undang- sebesar Rp. 1.851.478,43 atau
Undang No 25 Tahun 1999 tentang 12,10%. Sedangkan sektor listrik,
Perimbangan Keuangan antara gas dan air bersih hanya Rp.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah 117.730,99 atau 0,77% (Sumber :
Daerah, yang kemudian diubah BPS Prop. Jambi).
menjadi Undang-Undang No.32 Tahun Setiap kabupaten memiliki
2004 dan Undang- Undang No.33 potensi sumber daya alam yang
Tahun 2004 menjadikan pemerintah berbeda. Dimana sektor tersebut
daerah mendapat kewenangan lebih yang paling besar penyumbang pada
besar untuk mengurus rumah PDRB, seperti sektor pertanian yang
tangganya sendiri. Dengan perubahan paling besar menyumbang pada
ini setiap daerah berlomba membangun PDRB dikabupaten Kerinci (Rp.
ekonomi dan melakukan percepatan 679.049,57 juta), Kabupaten
pembangunan untuk mengejar Merangin (Rp. 473.817,44 juta),
ketertinggalan. Kabupaten Sarolangun (Rp.
Berdasarkan data statistik Propinsi 502.957,93 juta), Kabupaten Batang
Jambi berpenduduk sebanyak Hari (Rp. 342.876,29 juta),
2.788.269 jiwa pada tahun 2008 Kabupaten Muaro Jambi (Rp.
meningkat sebesar 1,7% dari pada 357.889,60 juta), Kabupaten Tebo
tahun 2007. Untuk PDRB tahun 2008 (Rp 400.031,20 juta), dan Kabupaten
sebesar Rp. 15.296.726,8 juta, Bungo (Rp. 418.410,16 juta). Di
mengalami peningkatan sebesar 7,15% Kabupaten Tanjung Jabung Barat
dibanding tahun 2007 yang sebesar Rp. sektor industri pengolahan yang
14.275.161 juta. Sektor pertanian menyumbang terbesar pada PDRB
memberikan kontribusi sebesar Rp. yakni Rp. 632.890,23 juta. Di
4.658.837,72 juta atau 30,46% dari Kabupaten Tanjung Jabung Timur
jumlah PDRB tahun 2008. Sektor sektor pertambangan dan penggalian
perdagangan, hotel dan restoran yang menyumbang terbesar pada
dengan kontribusi sebesar Rp. PDRB yaitu Rp. 871.478,93 juta
2.559.794 juta atau 16,73%. (BPS Prop.Jambi)

Halaman 16
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Produktivitas faktor
total (Total Factor Productivity
(TFP)
Dengan memasukkan pengaruh
variabel technical progress atau
TFP (disimbolkan dengan A)
maka fungsi cobb douglassnya
dapat dituliskan menjadi :
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.5, April 2012

Sehubungan dengan hal-hal yang tersebut berdasarkan kepada


telah diuraikan diatas, penulis tertarik kemajuan teknologi dan
untuk mencoba mengidentifikasi dan kelembagaan, serta peran penting
menganalisa serta mengkaji tentang mendasarkan pertumbuhan ekonomi
tipologi pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut pada potensi atau
implementasi otonomi daerah di sumber daya yang ada, pada suatu
Propinsi Jambi. daerah dengan memasukkan unsur
ruang atau space antar suatu wilayah
II. TINJAUAN PUSTAKA dengan wilayah lain.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori Tipologi Pertumbuhan
Regional Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi regional Menurut Syafrijal ( 1997)
merupakan bagian penting dalam Pola pertumbuhan ekonomi suatu
analisa Ekonomi Regional. Alasanya wilayah dapat digambarkan
jelas karena pertumbuhan merupakan melalui tipologi Klassen . Alat
salah satu unsur utama dalam analisis ini didasarkan pada dua
pembangunan ekonomi regional dan indicator utama yaitu pertumbuhan
mempunyai implikasi kebijakan yang ekonomi dan pendapatan perkapita di
cukup luas. Sasaran utama analisa suatu daerah. Dengan menentukan
pertumbuhan ekonomi regional ini pertumbuhan ekonomi sebagai
adalah untuk menjelaskan mengapa sumbu vertical dan rata-rata
suatu daerah dapat tumbuh lambat pendapatan per kapita sebagai sumbu
Disamping itu, analisa pertumbuhan horizontal.
ekonomi regional ini juga dapat Klasifikasi daerah masing-masing
menjelaskan mengapa terjadi mempunyai karakteristik yang
ketimpangan pembangunan ekonomi berbeda yaitu :
antar wilayah. Pertumbuhan ekonomi Kuadran I yaitu daerah/kabupaten
regional adalah kemampuan suatu yang cepat maju dan cepat tumbuh
wilayah untuk menyediakan barang- (high growth and high income)
barang ekonomi yang terus meningkat merupakan daerah yang memiliki
bagi penduduknya serta berusaha tingkat pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kemampuan wilayah pendapatan per kapita yang lebih
dalam menumbuh kembangkan tinggi dibanding rata-rata
wilayah kabupaten/kota.

Halaman 17
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.5, April 2012

Kuadran II yaitu daerah/kabupaten Metode Analisis Kuantitatif


yang berkembang cepat (high growth Metode Analisis Kuantitatif ini
but low income) merupakan daerah adalah metode yang digunakan untuk
dengan pertumbuhan ekonomi yang mengetahui disparitas pendapatan
lebih tinggi tapi pendapatan per dan pertumbuhan ekonomi antar
kapitanya lebih rendah dibanding wilayah di Propinsi Jambi selama
rata-rata kabupaten/kota. tahun 2001-2009.
Kuadran III yaitu daerah/kabupaten Untuk melihat tipologi pertumbuhan
maju tapi tertekan ( low growth but ekonomi wilayah di Propinsi Jambi,
high income) merupakan daerah maka digunakan Typologi Klassen,
yang memiliki pertumbuhan yaitu dengan membandingkan
ekonominya lebih rendah tapi tingkat pertumbuhan ( ri) dan
pendapatan per kapita lebih tinggi pendapatan per kapita (yi)
dibanding rata-rata kabupaten/kota. Kota/Kabupaten dengan rata-rata
Kuadran IV yaitu daerah/ kabupaten pertumbuhan (r) dan pendapatan per
relative tertinggal (low growth and kapita Propinsi Jambi (y). Melalui
low income ) merupakan daerah analisis ini diperoleh 5 klasifikasi
yang pertumbuhan ekonomi maupun daerah yang masing-masing daerah
pendapatan per kapitanya lebih memiliki karakteristik yang berbeda.
rendah dibanding rata-rata Adapun kriteria secara sederhana
kabupaten/kota. dapat ditulis sebagai berikut :
ri > r ; yi > y = Daerah maju
III. METODE PENELITIAN dan tumbuh pesat
ri > r ; yi < y = Daerah
Metode Analisis Deskriptif berkembang dengan pesat
Untuk menjawab pokok ri < r ; yi > y = Daerah maju
permasalahan yang ada maka metode tapi tertekan
analisis yang digunakan adalah ri < r ; yi < y = Daerah kurang
metode analisis deskriptif, yaitu berkembang
analisis yang berangkat dari
perkembangan data yang akan diteliti
dan dianalisa berdasarkan teori yang
ada

Halaman 18
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.5, April 2012

Untuk menghitung besarnya disparitas


IV. HASIL PENELITIAN
pendapatan antar wilayah digunakan
Pada awal tahun diberlakukannya
rumus Indeks Entropi Theil yaitu (
otonomi daerah 2000 PDRB
Ying, 2000 dalam Mudrajad Kuncoro,
Provinsi Jambi sebesar Rp.
2002).
9.569.242 Juta dan pada tahun 2001
Indeks Entropi Theil (I(y))
sebesar Rp. 4.141.320 Juta atau
I(y) = ∑(yj / Y) log [ (yj / Y) /
meningkat sebesar 6,65 persen.
(xj / X) ]
Tetapi pada tahun berikutnya
Dimana :
terjadi penurunan pertumbuhan
I(y) : Indeks Entropi Theil
mulai tahun 2002 dan tahun 2003.
yj : pendapatan perkapita di
Pada tahun 2004 dan 2005 PDRB
daerah j
Propinsi Jambi sebesar Rp
(Kabupaten/kota) =
11.953.885 dan Rp. 12.619.973
PDRB / jumlah
Juta. Dimana terjadi peningkatan
penduduk
pertumbuhannya adalah 5.38 % dan
Y : pendapatan perkapita
5.57 %. Dan Pada tahun 2006, 2007
Provinsi
dan 2008 PDRB Propinsi Jambi
xj : Jumlah Penduduk
sebesar Rp. 13.363.620, Rp.
Kabupaten / Kota j
14.275.161 dan Rp. 15.296.726
X : Jumlah Penduduk
Juta, dimana terjadi peningkatan
Provinsi
pertumbuhannya adalah 5.89 %,
Besarnya I(y) : 0 ≤ I(y) ≤ 1
6.82 % dan 7.16%. Adapun rata-
Dimana :
rata pertumbuhan ekonomi di
 I(y) = mendekati 0,
Propinsi Jambi pada periode 2000 -
berarti ketimpangan 2009 sebesar 5,47 %.
semakin kecil
(merata).
 I(y) = mendekati 1,
berarti ketimpangan
semakin besar (tidak
merata)

Halaman 19
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.5, April 2012

Berdasarkan data yang ada pendapatan


perkapita kabupaten /kota selama V.KESIMPULAN
periode 2000 – 2009 ,nilai pendapatan Berdasarkan Analisa Tipologi Klassen
perkapita rata-rata yang terbesar terlihat bahwa kabupaten Tanjung Jabung
adalah kabupaten Tanjung Jabung Barat termasuk dalam klasifikasi daerah
Timur yaitu sebesar Rp. 9.100.756,-. yang cepat maju dan cepat tumbuh. Daerah
PDRB Perkapita Provinsi Jambi dari yang berkembang cepat adalah kabupaten
Sarolangun dan Bungo. Sedangkan Kota
tahun ketahun terus mengalami
Jambi dan Tanjunng Jabung Timur
peningkatan. Tahun 2000 PDRB
Perkapita Provinsi Jambi Rp. termasuk dalam wilayah daerah maju tapi
3.975.315. Tahun 2001 sebesar Rp. tertekan. Kabupaten Kerinci, Merangin,
4.183.230, terjadi peningkatan sebesar Batang Hari, Muaro Jambi dan Tebo
5.23%. Terus bertambah jumlahnya tergolong kategori daerah relatif tertinggal.
sebesar 4.16% menjadi Rp. 4.357.152 Tingkat Disparitas pendapatan di Propinsi
Jambi setelah implementasi kebijakan
pada tahun 2002. Tahun 2003 menjadi
otonomi daerah
Rp. 4.416.137 meningkat 1.35%.
Tahun 2004 sebesar Rp. 4.563.330, Dari hasil pengukuran model indeks
terjadi peningkatan sebesar 3.33%. Entropi Theil, maka diketahui indeks
Terus bertambah jumlahnya sebesar ketimpangan pendapatan di Propinsi Jambi
setelah implementasi kebijakan otonomi
4.06% menjadi Rp. 4.478.750 pada
daerah berada pada I(y) 0.129 – 0.148. Ini
tahun 2005. Tahun 2006 menjadi Rp.
4.980.666 meningkat 4.88%. Tahun berarti dengan kriteria Theil, pemerataan
2007 sebesar Rp. 5.205.741, terjadi pendapatan wilayah Propinsi Jambi berada
peningkatan sebesar 4.52%. dan tahun pada level merata tetapi trend ketimpangan
ini cenderung berfluktuasi. Pada awalnya
2008 menjadi Rp. 5.486.101 dengan
ketimpangan pendapatan meningkat dan
peningkatan sebesar 5.39%. Rata-rata
kenaikan PDRB Perkapita dari tahun pada tahap berikutnya ketimpangan
2001-2009 yaitu sebesar 3.55%. cenderung menurun yang berarti
ketimpangan bergeser mendekati
pemerataan. Indeks ketimpangan
pendapatan yang tertinggi pada tahun 2009
sebesar 0.148, sedangkan yang terendah
pada tahun 2001 sebesar 0.129.

Halaman 20
Halaman Tulisan Jurnal (Isi/Materi Jurnal)

Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.5, April 2012

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Produk Domestik
Regional Bruto Propinsi
Jambi. Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Jambi.
Arifin, Zainal. 2003. Pertumbuhan
Ekonomi dan Ketimpangan
Antar Wilayah Kabupaten di
Jawa Timur.
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi
Regional. Yogyakarta : Bagian
Penerbitan STIE YKPN.
Azis, Iwan Jaya, 1994. Ilmu Ekonomi
Regional dan Beberapa
Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta: LPFE-UI.

Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan


Ekonomi. Yogyakarta : Penerbit BPFE

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi


dan Pembangunan Daerah. Jakarta :
Erlangga

Halaman 21

Anda mungkin juga menyukai