Anda di halaman 1dari 16

1.

DEFINISI
Nutrisi adalah zat-zat gisi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan
atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut
untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat
dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi,
reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi
tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein,
lemak, air, vitamin, dan mineral. (Potter and Perry, 2010 :275).

2. FISIOLOGI
Secara umum, zat gizi menyediaka energi yang mudah diserap dan memiliki nilai
bioavailabilitasnya lebih rendah dan lebih bevariasi. Beberapa zat gizi, misalnya
mineral kation divalen, kalsium dan magnesium, hanya diserap dalam jumlah yang
diperlukan untuk kebutuhan tubuh, karena jika kelebihan dapat menjadi racun. Produk
limbah metabollisme diekskreskan dalam bentuk karbondioksida, urin dan empedu.
Zat gizi berkontribusi kepada kebutuhan tubuh dalam beberapa fungsi, yaitu:
a. Penyediaan energi
b. Pembentukan struktur
c. Penyediaan zat molekul penting

Tubuh tidak dapat menstmentis suatu zat gizi tertentu. Beberapa zat gizi merupakan
sumber karbon dan nitrogen,yang masuk ke dalam metabolisme untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, misalnya lemak, karbohidrat, dan asam amino.karbohidrat dan lipid
yang di perlukan sebgai energi untuk aktivitas metabolisme. Asam amino untuk
pembentuk struktur dan sintesis enzim dan hormon. Seluruh asam amino berfungsi
untuk pertumbuhan struktural yang memadai(Novita Wijayanti,2017)

a. Ingesti adalah proses masuknya makanan dan cairan dari lingkungan ke dalam
tubuh melalui proses menealn baik melalui koordinasi gerakan volunter dan
involunter. Tahap pertama pada proses ingesti ini adalah koordinasi otot
lengan dan tangan membawa makanan ke mulut. Makanan di mulut terjadi
proses mengunyah yaitu proses penyederhanaan ukuran makanan yang
melibatkan gigi, kontrol volunter otot mulut, gusi, dan lidah. Proses
mengunyah ini dilakukan secara sadar dan diatur oleh sistem saraf pusat.
Proses mengunyah ini dilakukan untuk memudahkan makanan masuk ke
dalam esofagus dan tidak mengiritasinya. Dalamproses mengunyah ini, terjadi
pencampuran makanan dengan saliva. Bercampurnya saliva ini bukan hanya
menyebabkan terjadi pemecahan ukuran makanan di mulut, melainkan juga
terjadi proses digesti. Hal tersebt disebabkan terdapatnya kandungan enzim
ptialin dalam saliva, yang dapat mengubah amilum menjadi maltosa. Saliva
juga membuat proses menelan lebih mudah sebab mengandung banyak air
yang berfungsi sebagai pelumas(Asmadi.2010; 75).
b. Digesti
Digesti merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang
dibaea ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses digesti ini terjadi
penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat diabsorbsi oleh intestinal.
Organ pencernaan yang berperan pada proses ini diantaranya adalah mulut,
faring, esofagus, lambung, usus halus, dan kolon. (Asmadi.2010; 75).
c. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses nutrien diserap usus melalui saluran darah dan
getah bening menuju ke hepar. Proses absorbsi ini tidak merata di tiap bagian
saluran pencernaan. Misalnya, di lambung hanya terjadi proses absorbsi
alkohol, pada usus halus terjadi proses absorbsi yang paling utama yaitu 90%
dari nutrien yang sudah dicerna dan sedikit absorbsi air. Secara spesifik,
absorbsi yang dilakukan pada usus halus adalah sebagai berikut: pada usus
halus bagian atas mengabsorbsi vitamin yang larut dalam air, asam lemak, dan
gliserol, natrium, kalsium, Fe, serta klorida. Usus halus bagian tengah
mengabsorbsi monosakarida, asam amino, dan zat lainnya. Sedangkan usus
halus bagian bawah mengabsorbsi garam empedu dan vitamin B12. Absorbsi
air paling banyak dilakukan di kolon. (Asmadi.2010; 77).
d. Metabolisme
Metabolisme adalah proses akhir penggunaan makanan dalam tubuh yang
meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak diserap oleh
tubuh hingga dikeluarkan oleh tubuh sebagai sampah. Proses metabolisme
terjadi berbeda – beda berdasarkan jenis nutrien. (Asmadi.2010; 78).
Metabolisme zat nutrisi terdiri atas tiga proses utama, yaitu:
Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida, dan air
(glikogenolisis).Anabolisme glukosa menjadi glikogen yang akan disimpan
(glikogenesis). Katabolisme asam amino dan gliserol menjadi glukosa untuk
energi (glukoneogenesis). (Potter & Perry.2010; 281).
Glukosa yang merupakan hasil akhir digesti karbohidrat akan mengalami
proses oksidasi dan menghasilkan kalori, energi, dan zat buangan seperti
karbondioksida. Bila glukosa ini tidak dipakai sebagai sumber energi, maka
glukosa akan mengalami proses glikogenesis dan menghasilkan glikogen yang
kemudian disimpan di hepar dan otot. Bila sewaktu – waktu glukosa kurang,
maka glikogen diubah kembali menjadi glukosa (glikolisis). (Asmadi.2010;
78).
Protein oleh tubuh digunakan untuk aktivitas dalam tubuh, sistem imun dan
normalisasi pertumbuhan, memproduksi enxim, memelihara sel, perbaikan
jaringan, dan menjadi keseimbangan cairan tubuh. Bila kekurangan protein,
maka dapat menyebabkan terjadinya edema, asites, dan gangguan
pertumbuhan. (Asmadi.2010; 78).
 Jenis Metabolisme:
- Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yang berbentuk monosakarida dan disakarida
diserap melalui mukosa usus. Setelah proses penyerapan (di dalam
pembuluh darah), semua berbentuk monosakarida. Bersama – sama
dengan darah, karbohidrat ini di bawa ke hati. Monosakarida (fruktosa,
galaktosa, serta glukosa) yang masuk bersama – sama darah dibawa ke
hati. Di hati, ketiga monosakarida ini diubah menjadi glukosa dan
dialirkan melalui pembuluh darah ke otot untuk dibakar, membentuk
glikogen melalui proses glikoneogenesis. (Carpenito.2012).

- Metabolisme Lemak
Lemak diserap dalam bentuk gliserol asam lemak. Gliserol larut dalam
air sehingga dapat diserap secara pasif, lagsung memasuki pembuluh
darah dan dibawa ke hati. Melalui beberapa proses kimiawi, gliserol
diubah menjadi glikogen, selanjutnya mengikuti metabolisme hidrat
arang sampai menghasilkan tenaga. Jadi, gliserol diubah menjadi
tenaga melewati proses yang dilakukan oleh karbohidrat. Asam lemak
yang telah membentuk emulsi setelah melewati dinding usus halus
memasuki pembuluh limpa. Bersama – sama dengan getah bening
emulsi, lemak dibawa ke dalam darah. Pertemuan pembuluh darah
bening dengan pembuluh darah terjadi pada vena porta. Bersama –
sama dengan darah, sebagian emulsi asam lemak dibawa ke hati dan
dibentuk menjadi trigliserida yang akan dialirkan kembali ke dalam
pembuluh darah. Trigliserida yang dialirkan kembali ke dalam
pembuluh darah tersebut adalah lipoprotein. Metabolisme lemak
menghasilkan tenaga berbentuk ATP dengan sisanya hidrogendioksida
dan karbondioksida. Lemak akan dibakar mempunyai hasil sampingan
yang disebut kolesterol. (Carpenito.2012).
- Metabolisme Protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama
– sama dengan darah di bawah ke hati, kemudian dibersihkan dari
toksin. Proses masuknya asam amino dapat dikatakan tidak bersifat
dinamis dan selalu diperbarui. Asam amino yang masuk tidak
sebanding dengan jumlah asam amino yang diperlukan untuk menutupi
kekurangan amino yang dipakai oleh tubuh. ( Carpenito.2012).

e. Ekskresi
Ekskresi yaitu proses pembuangan zat – zat sisa metabolisme dalam tubuh
untuk menjaga homeostatis. Caranya melalui defekasi, miksi, diaforesis,
ekspirasi. Defekasi ialah mengekskresi sisa metabolisme berupa fese melalui
saluran cerna. Miksi membuang sisa metabolisme dalam bentuk urin yang
dikeluarkan oleh urogenitalia. Diaforesis merupakan mengeluarkan air dan
karbondioksida. (Asmadi.2010).
3. NILAI-NILAI NORMAL
Kebutuhan energi dan karbohidrat
NO TAHAPAN USIA KARBOHIDRAT ENERGI
(GRAM/HARI) (KKAL/HARI)
1 Bayi 0-6 bulan 58 550
2 Bayi 7-11 bulan 82 725
3 Anak 1-3 tahun 155 1125
4 Dewasa 325 2150
5 Ibu hamil 345 2510
6 Ibu menyusui 360 2615
(Novi Wijayanti,2017)
Nilai Kebutuhan Lemak

NO TAHAPAN USIA JUMLAH(GRAM/HARI)


LEMAK ASAM ASAM
TOTAL LINOLEAT ALINOLEAT
1 Bayi 0-6 bulan 34 4,4 0,5
2 Bayi 7-11 bulan 36 4,4 0,5
3 Anak 1-3tahun 44 7 0,7
4 Dewasa 67 13 1,4
5 Ibu hamil 84 14 1,4
6 Ibu menyusui 87 14 1,3
(Novi Wijayanti,2017)
Nilai Kebutuhan Protein
No TAHAPAN USIA PROTEIN(GRAM/HARI)
1 Bayi 0-6 bulan 12
2 Bayi 7-11 bulan 18
3 Anak 1-3 tahun 26
4 Dewasa 60
5 Ibu hamil 76
6 Ibu menyusui 76
(Novi Wijayanti,2017)
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi
pola konsumsi makan.Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi
sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi. (Alimul,2015)
2) Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan
yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi
makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka. (Alimul,2015)
3) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
juga dapat memengaruhi status gizi.Misalnya di beberapa daerah, terdapat
larangan makan pisang dan papaya bagi para gadis remaja.Padahal, makanan
tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik.Ada pula larangan makan
ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal
ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak. (Alimul,2015)
4) Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kekurangan variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang
dibutuhkan secara cukup.Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada
remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. (Alimul,2015)
5) Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.Oleh karena itu,
masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu
mencukupi kebutuhan gizi keluargannya dibandingkan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah(Alimul,2015).

5. JENIS GANGGUAN
1) Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko
penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme. (Sarwadi&Erwanto,2014).
2) Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebih. (Sarwadi&Erwanto,2014).
3) Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari
20% berat badan normal.Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan
metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan
kalori. (Sarwadi&Erwanto,2014).
4) Malnutrisi
Malnutrisi adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada
tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh. (Sarwadi&Erwanto,2014).
5) Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan. (Sarwadi&Erwanto,2014).
6) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan seperti penyebab dari obesitas, serta asupan
kalsium, natrium dan gaya hidup yang berlebihan. (Sarwadi&Erwanto,2014).
7) Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan
oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Gangguan ini sering
dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan
lain-lain. (Sarwadi&Erwanto,2014).
8) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh konsumsi
lemak secara berlebihan. (Sarwadi&Erwanto,2014).
9) Anoreksia Nervosa
Anoreksia Nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri
abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi(Sarwadi&Erwanto,2014).

6. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan dan diet
a. Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan.
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
d. Adakah toleransi makan/minum tertentu(Wilkinson, Judith M,2011).
2. Faktor yang memengaruhi diet
a. Status kesehatan.
b. Kultur dan kepercayaan.
c. Status social ekonomi.
d. Faktor psikologis.
e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet(Wilkinson, Judith
M,2011).

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan fisik: apatis, lesu.
b. Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
c. Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
a) Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
b) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran
liver/lien.
c) Kariovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal, tekanan
darah rendah/tinggi.
d) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
e) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
f) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa pucat.
g) Gusi: pendarahan, peradangan.
h) Lidah: edema, hiperemis.
i) Gigi: karies, nyeri, kotor.
j) Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
k) Kuku: mudah patah.
l) Pengukuran antropometri:
- Berat badan ideal : (TB-100) ± 10%
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm

- Lipatan kulit pada otot trisep (TSF):


Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm(Tylor,Cynthia M.2010)
Atau dapat dilakukan dengan metode “A, B, C, D” yakni sebagai berikut:
a. Anthropometric measurement
Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan mengkaji
status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh.Pengukuran anthopometrik terdiri
atas:

1. Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan alita dilakukan
dalamposisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi pada posisi terbaring.
Satuan tinggi badan adalah cm atau inchi.
2. Berat badan
Alat ukur berat badan yang lazim digunakan adalah timbangan manual,
meskipun ada alat ukur yang mengunakan sistem digital elektrik. berat badan
yang ideal: (TB-100)± 10% atau 0.9 x (tinggi badan – 100). Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam mengukur berat badan:
a) Alat ukur skala ukur yang digunakan tetap sama setiap kali menimbang
b) Menimbang tanpa alas kaki
c) Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali
menimbang
d) Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah
makan.
3. Tebal lipatan kulit
Bertujuan untuk menentukan presentase lemak pada tubuh, mengkaji
kemungkinan malnutrisi, berat badan normal, atau obesitas. Area yang sering
digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep (trisep skinfold
[TSF] skapula, dan suprailiaka.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran antara lain:
a) Anjuran klien unutk membuka baju guna mencegah kesalahan pada
hasil pengukuran.
b) Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien
c) Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak dominan
d) Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara
akronim dan olekranon
e) Klien dianjurkan untuk rileks saat pengukuran
f) Alat ukur yang digunakan adalah kapiler.
g) Nilai normal wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5cm

h) Lingkar Tubuh
Umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini kepala,
dada, dan otot bagian lengan atas (LILA) (Wilkinson, Judith M,2011).
b. Biochemical data
Pengkajian status nutrisi klien ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium. Klien diperiksa darah dan urinnya yang meliputi pemeriksaan
hemoglobin, hemaktokrit, albumin. Albumin berfungsi untuk memelihara
kesembangan cairan dan elektrolit serta untuk transportasi nutrisi dan hormone.

1. Hemoglobin normal
Pria : 13-16 g/dl

Wanita : 12-14 g/dl

2. Hematokrit normal
Pria : 40-48 vol %

Wanita : 37-43 vol%

3. Albumin normal
Pria dan wanita: 4-5,2 g/dl

No Bagian Tubuh Tanda klinik Kemungkinan


kekurangan

1 Tanda umum Penurunan berat badan Kalori,Air, dan


dehidrasi, haus pertumbuhan vitamin A
terhambat
2 Rambut Kekuningan Protein

kekurangan pigmen,kusut

3 Kulit Deatitis Niasin, riboflavin,


biotin
Dermatosis pada bayi
Lemak
Petechial hemorrhages
Asam askorbat
Eksema

4 Mata Photopobia Riboflavin

Rabun senja Vitamin A

5 Mulut Stomatitis Riboflavin

Glositis Niasin, asam folik,


vitamin B12, zat besi

6 Gigi Karies Flour

7 Neuromoskuler Kejang otot Vitamin D

Lemah otot

8 Tulang Riketsia Vitamin D

9 Gastrointestinal Anoreksia Mual dan muntah Thiamin, garam dapur,


NaCl

10 Endokrin Gondok Iodium

11 Kardipovaskuler Pendarahan peny, Jantung, Vitamin K, thiamin,


anemia pyridoxine, zat besi

12 Sistem saraf Kelainan mental dan saraf Vitamin B12

(Wilkinson, Judith M,2011).

7. DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN

1. Intervensi Diagnosa : Defisit Nutrisi


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan … x 24 jam
diharapkan masalah keperawatan defisit nutrisi dapat teratasi
dengan kriteria hasil:

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
 Mandiri
a. Intervensi :Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi
harian.
Rasional :Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan
depresi, agitasi, dan mempengaruhi kondisi kognitif atau
pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan
kemampuan berpikir dan kerja psikologis (Wilkinson, Judith
M,2011).
b. Intervensi :Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan pasien saat
makan, sediakan dan buang makanan tanpa persuasi dan/atau
komentar.tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat
masukan. (Wilkinson, Judith M,2011).
Rasional :Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap
tekanan. Komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan
memberikan focus pada makanan. Bila staf berespons secara
konsisten, pasien dapat mulai memepercayai respons staf.
(Wilkinson, Judith M,2011).

c. Intervensi :Buat pilihan menu yang ada dan diizinkan pasien untuk
mengontrol pilihan sebanyak mungkin. (Wilkinson, Judith
M,2011).
Rasional :Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa
mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan
untuk makan. (Wilkinson, Judith M,2011).
d. Intervensi :Sadari pilihan – pilihan makanan rendah kalori/minuman,
menimbun makanan, membuang makanan dalam berbagai
tempat seperti saku atau kantung pembuangan.

Rasional :Pasien akan mencoba menghindari mengambil makanan bila


tampak mengandung banyak kalori dan mau makan lama untuk
menghindari makan. (Wilkinson, Judith M,2011).

e. Intervensi :Pertahankan jadwal penimbangan berat badan teratur , seperti


Minggu, Rabu, Jumat sebelum makan pagi pada pakaian yang
sama, dan gamnbaran hasilnya.

Rasional :Memberikan catatan lanjut penuruanan dan/atau peningkatan


berat badan yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang
peningkatan dan/atau penurunan. (Wilkinson, Judith M,2011).

 Kolaborasi
f. Intervensi :Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit
sesuai indikasi.
Rasional : Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status
nutrisi. Perawatan di rumah sakit memberikan control
lingkungan dimana masukan makanan, muntah/eliminasi ,obat ,
dan aktivitas dapat dipantau. (Wilkinson, Judith M,2011).
g. Intervensi :Libatkan pasien dalam penyusunan /melakukan program
perubahan prilaku. Berikan penguatan untuk peningkatan berat
badan seperti dinyatakan oleh penentuan individu ; abaikan
penurunan

Rasional :Memberikan situasi terstuktur untuk makan sementara

memungkinkan pasien mengontrol beberapa pilihan. Perubahan


perilaku dapat efektif pada kasus ringan atau untuk peningkatan
berat badan jangka pendek. (Wilkinson, Judith M,2011).

2. Intervensi Diagnosa : Berat badan lebih


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan … x 24 jam diharapkan
masalah keperawatan berat badan lebih dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Pasien menyadari masalah berat badan
2. Pasien mengungkapkan secara verbal keinginan untuk
menurunkan berat badan
3. Berpartisipasi dalam program penurunan berat badan
4. Berpartisipasi dalam program latihan yang teratur
5. Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu
tertentu
6. Mengalami asupan kalori, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, zat besi dan kalsium yang adekuat, tetapi tidak
berlebihan(Wilkinson, Judith M,2011).
a. Intervensi : Buat rencana makan dengan pasien.
Rasional : Sementara tak ada dasar untuk menganjurkan diet yang satu
dari yang lain, penurunan diet yang baik harus berisi makanan
dari semua dasar kelompok makanan dengan focus masukan
rendah lemak. Ini membantu mempertahankan rencana semirip
mungkin dengan kebiasaan pasien. Catatan :Penting
mempertahankan masukan protein adekuat untuk mencegah
kehilangan massa otot. (Wilkinson, Judith M,2011).

b. Intervensi : Tekankan pentingnya menghindari diet berlemak


Rasional :Hilangkan kebutuhan komponen yang dapat menimbulkan
ketidakseimbangan metabolic, misalnya penurunan karbohidrat
berlebihan yang dapat menimbulkan kelemahan, sakit kepala,
ketidakstabilan, dan kelemahan, asidosis metabolic (ketosis)
mempengaruhi keefektifan program penurunan BB.
(Wilkinson, Judith M,2011).
c. Intervensi : Diskusikan tambahan tujuan nyata untuk penurunan berat
badan mingguan.
Rasional : Penurunan berat badan beralasan (1-2 lg/minggu)
mengakibatkan efek lebih sedikit berefek. Penurunan
berlebihan/cepat dapat mengakibatkan kelemahan dan mudah
terangsang dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tujuan untuk penurunan berat badan. (Wilkinson,
Judith M,2011).
d. Intervensi : Diskusikan pembatasan masukan garam dan obat diuretic bila
digunakan.

Rasional : Retensi air dapat menjadi masalah karena meningkatkan


masukan cairan juga mengakibatkan metabolisme lemak.

e. Intervensi : Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori/kebutuhan


nutrisi untuk penurunan berat badan individu (Wilkinson,
Judith M,2011).

Rasional : Pemasukan individu dapat dikalkulasi dengan berbagai


perhitungan berbeda, tetapi penurunan berat badan berdasarkan
kebutuhan basal kalori selama 24 jam, tergantung pada jenis
kelamin, usia, berat badan saat ini/yang diinginkan dan lama
waktu yang diperkirakan mencapai berat badan yang
diinginkan(Wilkinson, Judith M,2011).
DAFTAR PUSTAKA
Perry & Potter.2010.Fundumental of Nursing Fundumental Keperawatan Buku 3
Ed.7.Jakarta:EGC

Asmadi.2010.Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien.Jakarta:Salemba Medika

Carpenito,LI.2012.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Ed.13.Jakarta:EGC

Wijayanti Novita.2017.Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi.Universitas


Brawijata Press

Wilkinson, Judith M.2011.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Ed.9 Diagnosa Nanda,


Intervensi NIC, Kritria Hasil NOC.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai